Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 1 / Kelas C
UNIVERSITAS JEMBER
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah dan Ruang Lingkup Pragmatik” ini dengan tepat waktu. Dan tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman dan
semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memberi pengarahan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pragmatik
2. Memahami apa itu pragmatik
1
3. Mengetahui ruang lingkup kajian pragmatik
1.4 Manfaat
Pada penulisan makalah ini, mempelajari Sejarah dan Ruang Linggkup
Pragmatik. Penjelasan apa saja yang dapat di jelaskan pembahasan tersebut serta
dalam penulisan makalah ini diharapkan bisa dijadikan sebagai alternatif lain yang
mungkin bisa dijadikan bahan pilihan pendekatan pembelajaran mata kuliah
Pragmatik. Mempelajari isi dalam pembahasan tersebut juga di harapkan
menambah wawasan bagi Mahasiswa, utamanya bagi Mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dalam memahami makna Sejarah dan Ruang
Lingkup Pragmatik.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pragmatik
Istilah pragmatik (pragmatics) dipopulerkan oleh seorang filsuf bernama
Charles Morris (1938), yang mempunyai perhatian besar pada ilmu semiotik
(semiotics) atau pengetahuan tentang tanda-tanda. Dalam semiotik, Morris
membedakan tiga cabang yang berbeda dalam penyelidikan, yaitu: sintaktik
(syntactics) atau sintaksis (syntax) yaitu telaah tentang relasi formal dari tanda
yang satu dengan tanda yang lain, semantik (semantics) yaitu telaah tentang
hubungan tanda-tanda dengan objek di mana tanda-tanda itu diterapkan, dan
pragmatik yaitu telaah tentang hubungan tanda-tanda dengan penafsir
(interpreters). Ketiga cabang tersebut kemudian lebih dikenal dengan teori
trikotomi.
3
linguistik yang formal dan tak lama kemudian semangat California atau
Bust membuat pragmatik mulai tercakup.
4) Tahun 1971 Lakoff dan lain-lainnya berargumentasi bahwa sintaksis tidak
dapat dipisahkan dari studi penggunaan bahasa. Sejak saat itulah
pragmatik masuk ke dalam peta linguistik.
4
2.3 Ruang Lingkup Kajian Pragmatik
Ruang lingkup adalah penjelasan tentang batasan sebuah subjek yang
terdapat di sebuah masalah. Bila diartikan secara luas ruang lingkup adalah
batasan. Pragmatik mempunyai ruang lingkup tersendiri yang menjadi bidang
kajiannya. Pragmatik mengkaji bidang-bidang seperti deiksis, praanggapan,
implikatur percakapan dan tindak tutur.
1. Deiksis
Yule (2014: 13) berpendapat bahwa deiksis merupakan istilah yang
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Penunjukan”. Selaras dengan
Yule, Mulyati (2019: 76) menyatakan deiksis adalah bahasa yang memiliki
fungsi untuk menunjukkan suatu hal atau fungsi tertentu di luar bahasa.
Deiksis juga termasuk ke dalam salah satu ruang lingkup pragmatik.
Selain itu, deiksis dapat diartikan sebagai penunjukan. Penunjukan
dilakukan untuk mengidentifikasi manusia, benda, peristiwa, proses, serta
aktivitas dalam pembicaraan. Hal tersebut berkaitan dengan konteks
pembicaraan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa deiksis
adalah penunjukan. Penunjukan tersebut menjelaskan suatu hal di luar
bahasa. Dengan begitu, dapat menjelaskan yang dimaksud dengan tuturan
melalui penunjukan tersebut. Selain itu, dapat juga menunjuk kata yang
mengacu kepada individu, waktu, serta tempat terjadinya tuturan.
2. Praanggapan
Praanggapan berasal dari bahasa Inggris yaitu to pre-suppose yang
artinya “mengira sebelumnya”. Artinya penutur sudah memiliki dugaan
sebelum penutur tersebut menyampaikan hal tertentu. Praanggapan
muncul berdasarkan gejala yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, gejala tersebut sering kali tidak disadari oleh manusia (Baisu,
2015: 133). Selanjutnya Yule (2014: 43) mengatakan bahwa praanggapan
adalah anggapan dari penutur terhadap peristiwa yang belum terjadi dan
belum pasti kebenarannya. Praanggapan muncul dari penutur, bukan apa
yang diucapkan.
5
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
praanggapan adalah pendapat yang muncul sebelum tuturan. Artinya
praanggapan timbul dari penutur dan belum pasti kebenarannya. Hal itu
terjadi karena penutur sering menduga-duga berdasarkan keadaan yang
tidak disadari. Sehingga praanggapan ini akan sering muncul dalam
komunikasi di kehidupan sehari-hari.
3. Implikatur
Secara umum implikatur mempunyai arti makna yang tersembunyi
atau biasa disebut dengan makna tersirat. Makna tersebut muncul karena
adanya makna tersurat (Setyorini, 2017: 132). Hal tersebut diperjelas
Soeseno (dalam Yuniarti, 2014: 229) implikatur adalah sebuah perkataan
yang memiliki hal-hal yang tersembunyi atau berbeda dengan yang
diucapkan. Hal-hal tersebut yaitu maksud perkataan yang tidak
disampaikan secara terus terang. Dengan demikian, implikatur adalah
makna ungkapan yang implisit atau tersembunyi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa implikatur adalah maksud yang ada pada ucapan penutur. Maksud
tersebut disampaikan tidak secara langsung, melainkan secara
tersembunyi. Dengan demikian, lawan tutur harus memahami apa yang
diucapkan dengan makna ucapan tersebut. Hal tersebut dikarenakan makna
dari tuturan tersebut berbeda dengan apa yang dituturkan.
4. Tindak tutur
Yule (2014: 82) berpendapat tindak tutur menjadi bagian dari
ruang lingkup pragmatik. Tindak tutur adalah perbuatan yang dilakukan
melalui tuturan. Selanjutnya Chaer dan Agustina (dalam Akbar, 2018: 29)
mengatakan bahwa tindak tutur adalah kemampuan orang dalam
menggunakan bahasa berdasarkan situasi tertentu. Tindak tutur ini
merupakan gejala individual yang muncul dari pihak penutur dan bersifat
psikologis. Tindak tutur meliputi tiga situasi tertentu. Situasi tersebut yaitu
situasi psikologis, situasi sosial, dan situasi perjanjian.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disintesiskan bahwa
tindak tutur merupakan komponen bahasa dan di luar bahasa yang
6
berkaitan dengan peserta percakapan. Tindak tutur termasuk ke dalam
peristiwa tutur dan peristiwa tutur bagian dari situasi tutur. Hal tersebut
karena dalam tindak tutur harus menyesuaikan dengan situasi atau konteks
tuturan. Selain itu, tindak tutur merupakan tuturan yang di dalam tuturan
tersebut terdapat suatu tindakan.
7
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
istilah pragmatic dipopulerkan oleh seorang filsuf bernama Charles Morris
pada tahun 1983, yang mana dalam memunculkan istilah pragmatic ini Morris
mendasarkan pemikirannya pada filsuf-filsuf terdaahulu. Secara ringkasnya
sejarah pragmatik dapat disimpulkan yaitu berawal dari pemikiran generasi
Bloomfield yang mana pemikiran itu akhirnya mengalami perkembangan pada
tahun 1950-an, lalu mengalami perubahan dan perkembangan lagi pada awal
tahun 1960, yang pada akhirnya tahun 1971 lakoff dan lainnya berargumentasi
bahwa sintaksis tidak dapat dipisahkan dari studi penggunaan Bahasa. Pragmatic
sendiri memiliki pengertian ilmu yang mempelajari makna tuturan serta hubungan
antara struktur Bahasa dan unusr-unsur diluar Bahasa yang digunakan oleh
manusia untuk melakukan komunikasi. Pragmatic memiliki ruang lingkup
tersendiri yang menjadi bidang kajiannya. Pragmatic mengkaji bidang-bidang
seperti deiksis, praanggapan, implikatur percakapan, dan tindak tutur.
3.2 Saran
Dari sini kita perlu tekankan bahwa kajian Pragmatik penting dan juga
sangat diperlukan dalam ilmu Bahasa terlebih untuk berkomunikasi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, Kunjana. 2019. Pragmatik: Konteks Intralinguistik dan Konteks
Ekstralinguistik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Amara
Books
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Samuel. 2022. Analisis Tindak Tutur Imperatif Dalam Film Jembatan Pensil
Karya Hasto Broto (Kajian Pragmatik). Thesis. IKIP PGRI Pontianak