Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Afiksasi

B. Reduplikasi

C. Konstruksi Morfologis

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia hampir bisa dipastikan selalu


mengucapkan atau mendengar kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat yang manusia
ucapkan atau dengar adalah kalimat yang terdiri dari rangkaian kata-kata. 1 Setiap
bahasa tentu memuat berbagai tata bahasa yang berbeda satu sama lain, termasuk
bahasa Indonesia.

Rangkaian kata-kata yang saling terjalin menjadi satu dapat dikatakan


sebagai morfologi. Morfologi termasuk dalam cabang ruang lingkup keilmuan
bahasa atau linguistik. Konstruksi morfologis juga membahas berbagai struktur
kata yang digunakan untuk membangun suatu kalimat. Umumnya, morfologi juga
bersifat mencari tahu kemungkinan perubahan makna dan perubahan bentuk pada
kata, yang mana ini dapat pula digolongkan ke dalam bentuk kata-kata yang lebih
spesifik, apakah kata itu termasuk kata benda, kata kerja, kata kerja aktif, dan lain
sebagainya.

1. Pengertian Morfologis

Apabila dilihat secara etimologis, morfologi memiliki asal kata “morph”


yang berarti bentuk dan kata “logos” yang berarti ilmu. Jadi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kata morfologi secara harafiah berarti ilmu mengenai bentuk
(kata). Dalam ruang lingkup kebahasaan atau linguistik sendiri, morfologi
merupakan salah satu cabang dari ruang lingkup ilmu kebahasaan yang membahas
tentang berbagai seluk-beluk dari bentuk kata dan perubahannya, dan juga

1
Joko Santoso, dkk, “Sintaksis Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hal. 3.
memaparkan dampak perubahan dari bentuk kata terhadap makna dalam kelas
kata.

Sebelum membahas morfologi lebih dalam, terlebih dahulu kita harus


mengetahui morfem, yang adalah unit terkecil dari sebuah kelas kata yang
terdapat makna di dalamnya.2 Morfem yang terdiri dari berbagai huruf itu ketika
dijadikan dalam satu kesatuan maka akan menghasilkan satu bagian kata yang
memiliki makna. Kumpulan dari beberapa morfem inilah yang disebut morfologi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa morfologi


adalah salah satu ruang lingkup keilmuan di bidang linguistik yang mempelajari
korelasi antar morfem dalam membangun sebuah kata.

2. Jenis-Jenis Konstruksi Morfologi

Seperti yang dipaparkan oleh Kridalaksana, konstruksi morfologi dapat


dijelaskan sebagai konstruksi formatif-formatif dalam kata, yang mana dalam hal
ini merupakan bentuk kesatuan kata morfem tunggal (konstruksi sederhana) atau
morfem gabungan (konstruksi rumit).3

Konstruksi sederhana atau bentuk kesatuan kata morfem tunggal dibagi lagi
menjadi dua macam, yaitu akar (satuan tunggal bebas yang adalah kata), satuan
kecil yang berdiri sendiri. Ini dapat pula mendahului berbagai morfem lainnya
secara fonologis.

Konstruksi rumit atau morfem gabungan adalah hasil dari proses peleburan
antar dua morfem atau lebih. Wujud dari konstruksi rumit atau morfem gabungan
dapat dilihat pada gabungan antara pokok + afiks (contoh: ber- + juang), antara
morfem bebas + afiks (contoh: makan + -an), antara pokok kata + morfem
bebas (contoh: semangat + juang), antara pokok kata + pokok kata (contoh:
gelak + tawa), dan terakhir adalah antara morfem bebas + morfem bebas
(contoh: meja + makan).

2
Iskandarsyah Siregar, “Monograf Morfologi”, http://repository.unas.ac.id/867/1/Monograf
%20Morfologi.pdf. (Diakses pada 4 April 2021, pukul 21.30).
3
Ibid., hal. 26.
Dalam pemaparan ruang lingkup morfologi yang luas, konstruksi dalam
morfologis dikategorikan ke dalam dua jenis, antara lain:4

a. Derivasi dan Infleksi

Derivasi adalah sebuah konstruksi yang distribusinya berbeda daripada


dasarnya5 atau juga bisa diartikan sebagai sebuah pengimbuhan afiks (awalan,
sisipan, dan akhiran) yang tidak memiliki sifat infleksi pada bentuk dasar dalam
membentuk sebuah atau beberapa kata, sedangkan yang dimaksud dengan infleksi
adalah sebuah konstruksi yang distribusinya berkedudukan yang sama dengan
bentuk dasarnya atau juga bisa diartikan sebuah perubahan bentuk kata yang
menunjukkan suatu hubungan gramatikal (hubungan antarkata berdasarkan kaidah
gramatikalnya).6

Beberapa contoh penerapan konstruksi derivasi pada beberapa kalimat


berikut:
1) a) Ibuku menggunting kain putih.
b) Ibuku gunting kain putih.
2) a) Makanan itu enak sekali.

b) Makan itu enak sekali.

Dari 2 contoh kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa konstruksi


menggunting dan makanan distribusinya tidak sama dengan gunting dan makan,
sehingga kalimat yang 1b dan 2b tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia,
kemudian untuk kalimat 1a dan 2a yang kalimatnya terdapat kata menggunting
dan makanan itu termasuk contoh penerapan derivasi pada kalimat.

Beberapa contoh penerapan konstruksi infleksi pada beberapa kalimat


berikut :

4
Ibid., hal. 27.
5
Iskandarsyah Siregar, “Monograf Morfologi”, http://repository.unas.ac.id/867/1/Monograf
%20Morfologi.pdf. (Diakses pada 4 April 2021, pukul 21.30).
6
R.Mekar Ismayani, Konstruksi Morfologis, diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://slideplayer.info/amp/13437784/&ved=2ahUKEwj1rcbGhev
vAhWD83MBHagmBvEQFjABegQIGBAC&usg=AOvVaw29Hw7dEyFFpB-
ar7lm9jbW&ampcf=1, pada tanggal 07 April 2021, pukul 09.18.
1) a) Aku mendengar semua suara itu.
b) Aku dengar semua suara itu.
2) a) Rina membaca buku cerita itu.
b) Rina baca buku cerita itu.

Dari 2 contoh kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa konstruksi


mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar dan baca, sehingga kita
bisa menggunakan keempat kalimat itu (1a, 1b, 2a, 2b), karena keempat kalimat
itu terdapat didalam bahasa Indonesia. Konstruksi mendengar dan membaca
termasuk contoh dari penerapan infleksi pada kalimat.

b. Endosentris dan Eksosentris

Endosentris adalah sebuah konstruksi morfologis yang salah satu atau


bahkan semua unsur pendistribusiannya sama dengan konstruksinya,7 sedangkan
eksosentris adalah sebuah konstruksi morfologis yang salah satu atau bahkan
semua unsur pendistribusiannya tidak sama dengan konstruksinya.8

Beberapa contoh penerapan konstruksi Endosentris dan Eksosentris :


1) a) Rumah sakit itu sungguh besar.
b) Rumah itu sungguh besar.
2) a) Bapak itu melakukan jual beli.
b) Bapak itu melakukan jual.

c) Bapak itu melakukan beli.

Dari beberapa kalimat tersebut dapat kita simpulkan yaitu antara kalimat 1a
dan 1b kontruksi rumah sakit dengan rumah mempunyai distribusi yang sama
dengan salah satu unsurnya rumah sakit yaitu rumah, kemudian kalimat 2a dan 2b
yaitu antara konstruksi jual dengan beli memiliki pendistribusian yang tidak sama
terbukti seperti yang diterapkan pada kalimat 2b dan 2c. Dua kalimat tersebut
7
Iskandarsyah Siregar, “Monograf Morfologi”, http://repository.unas.ac.id/867/1/Monograf
%20Morfologi.pdf. (Diakses pada 4 April 2021, pukul 21.30).
8
R.Mekar Ismayani, Konstruksi Morfologis, diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://slideplayer.info/amp/13437784/&ved=2ahUKEwj1rcbGhev
vAhWD83MBHagmBvEQFjABegQIGBAC&usg=AOvVaw29Hw7dEyFFpB-
ar7lm9jbW&ampcf=1, pada tanggal 07 April 2021, pukul 09.18.
tidak ada dalam bahasa Indonesia dan kita tidak akan pernah menemukan kalimat
yang seperti itu. Konstruksi rumah sakit termasuk contoh dari Endosentris,
sedangkan konstruksi jual beli termasuk contoh dari konstruksi Eksosentris.

Anda mungkin juga menyukai