Anda di halaman 1dari 17

BIODATA

NAMA : AYUNK PONTOH


ALAMAT : BOLAANG MONGODOW TIMUR (BOLTIM)
FAKULTAS : TARBIYAH
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
NIM : 15.2.3.078
Pembaharuan Pendidikan Islam
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan Islam pada dasarnya tidak bisa lepas dari sejarah Islam.
Kehancuran total yang dialami kota Bagdad dan Granada sebagai pusat-pusat pendidikan
dan kebudayaan Islam menimbulkan kekacauan dalam pendidikan Islam, terutama dalam
bidang intelektual dan material. Hancurnya Bagdad oleh Mongol memusnahkan lembaga-
lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan.
Dengan hancurnya pusat-pusat pendidikan Islam khususnya bidang intelektual dan
material mengakibatkan rasa lemah dan putus asa di kalangan masyarakat muslim. Hal
tersebut menjadikan aliran-aliran tasawuf berkembang pesat dan lebih diminati oleh
masyarakat muslim.
Selain faktor-faktor tersebut di atas terdapat juga faktor lain yang lebih mengarah
pada situasi sosio politik pada masa itu. Sehingga dengan semakin ditinggalkannya
pendidikan intelektual maka semakin statis perkembangan kebudayaan Islam, karena
generasi-generasi muda tidak mampu menghasilkan kreasi-kreasi baru bahkan menjawab
persoalan-persoalan yang berkembang. Hal ini di perparah juga dengan infansi bangsa
Barat ke daerah Islam.
Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai tindakan para pemikir-pemikir
Islam untuk mengembalikan kejayaan kebudayaan dan pendidikan Islam dan dikenal
dengan masa pembaharuan pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembaharuan pendidikan Islam?
2. Apa yang melatar belakangi lahirnya pembaharuan pendidikan Islam?
3. Bagaimana pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam?
4. Siapa saja tokoh-tokoh dalam pembaharuan pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam


Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi
lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat
kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk
mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua
itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Pengertian Pembaharuan menurut Istilah: Harun Nasution cenderung
menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena istilah terakhir ini
dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah
paham-paham, adat-istiadat, institusi lama, dan sebagainya unutk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.1
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam
dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi
modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya
menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini
dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar
di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan,
pengetahuan, situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang
mungkin masih banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah
banyak yang tidak sesuai lagi.
Pembaharuan pendidikan Islam adalah upaya dasar untuk memperbaiki aspek-
aspek pendidikan Islam dalam praktek (termasuk pengajaran). Lahirnya modernisasi atau

1 http://muhtarom84.blogspot.com/2009/10/pengertian-dan-latar-
belakang.html.diakses pada tanggal 13 desember 2017 jam 13:17
pembaharuan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang saat itu. Harun Nasution cenderung menganalogikan
istilah “pembaharuan” dengan “modernism”, karena istilah tersebut dalam masyarakat
barat mengandung arti pikiran., aliran, gerakan dan usaha mengubah paham-paham
istiadat, institusi lama dan lain sebagianya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Dengan demikian, kalau kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan
memberi pengertian bahwa pembaharuan pendidikan Islam sebagai suatu upaya
melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam
dari yang tradisional (ortodox) ke arah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
B. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam
Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam diawali oleh pembaharuan pemikiran
Islam yang timbul di Mesir yang dimulai sejak kedatangan Napoleon ke Mesir. Pendidikan
oleh Napoleon Bonaparte 1898 M adalah merupakan tonggak sejarah bagi umat Islam.
Untuk mendapatkan kesadaran tentang kelemahan dan keterbelakangan umat
Islam, ekspedisi Napoleon tersebut bukan hanya menunjukan akan kelemahan umat Islam,
tetapi juga sekaligus menunjukkan kebodohan mereka. Ekspedisi Napoleon tersebut
disamping membawa pasukan tentara yang kuat, juga membawa seperangkat peralatan
ilmiah untuk mengadakan penelitian di Mesir. Inilah yang membuka mata kaum muslimin
akan kelemahan dan keterbelakangannya. Sehingga akhirnya timbul berbagai macam
usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan untuk mengejar ketertinggalan dan
keterbelakangan mereka termasuk usaha-usaha di bidang pendidikan.
C. Pola Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam
1. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat
Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami
Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka
capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini
merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah
berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat
Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain
adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif,
maka harus meniru pola Barat yang sukses itu.
Pada dasarnya, golongan ini berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus
meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa
setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan
pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan
pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Jadi intinya, Islam harus
meniru Barat agar bisa maju. Tokohnya adalah Sultan Mahmud II dan Muhammad Ali
Pasya
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, pada dasarnya
mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang di alami
oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh
bangsa-bangsa Barat sekarang tidak lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia islam. Atas dasar
demikian maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat islam, sumber
keekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini usaha pembaharuan pendidikan islam adalah dengan jalan
mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi
pendidikannya. Disamping itu pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke
Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern tersebut banyak
dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negri islam.2
Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani
pada akhir abat ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara
Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekuralisasi
Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II

2 http://informan7.blogspot.co.id/2013/04/pembaharuan-pendidikan-islam.html.
diakses pada tanggal 13 desember 2017 jam 14:00
(yang memerintah Turki Usmani 1807-1839 M) adalah pelopor pembaharuan
pendidikan di Turki.
Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional ini tidak sesuai
lagi dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas. Sultan Mahmud II mengeluarkan
perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah. Selain itu
Sultan Mahmud II juga mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu
pengetahuan dan teknologi langsung dari sumber pengembangan. Setelah mereka pulan
ketanah air, mereka banyak berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan
pendidikan. Dari mereka ini pula berkembangnya faham sekularisme di Turki yang
kemudian diterapkan secara mantap sekarang ini.
Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam
usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa pad tahu 1805-1848. Muhammad
Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan
pembaharuan pendidikan di Mesir, mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan
berbagai macam sekolah yang meniru system pendidikan dan pengajaran Barat.3
2. Golongan yang berorientasi pada sumber islam yang murni
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari
kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam
telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah
karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran
Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan.
Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan
Muhammad Abduh.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya islam sendiri merupakan sumber bagi
kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri
sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakekatnya mengandung potensi untuk

3 Zuhairini Dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : , 1986) h. 116-120.


membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal
ini islam telah membuktikannya pada masa-masa kejayaannya.4
Menurut analisa mereka diantara sebab-sebab kelemahan umat islam adalah karena
mereka tidak lagi melaksanakan ajaran agama islam secara semestinya. Ajaran-ajaran
islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditnggalkan dan menerima ajaran-
ajaran islam yang tidak murni lagi. Hal tersebut terjadi setelah mandeknya
perkembangan filsafat islam, di tinggalkannya pola pemikiran rasional dan kehidupan
umat islam telah di warnai oleh pola kehidupan yang bersifat pasif. Disamping itu,
dengan mandeknya perkembangan fiqih yang di tandai penutupan pintu ijtihad, umat
islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya
sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.
Pola pembaharuan ini di rintis oleh Mohammad bin Abd Al-Wahab, kemudian di
canangkan kembali oleh Jamaludin al Afghani dan Muhammad Abduh. Menurut
Jamaludin al Afghani, pemurnian ajaran agama islam dengan kembali ke Al-Qur’an dan
Al-Hadist dalam arti yang sebenarnya tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa islam
adalah sesuai dengan semua bangsa, semua zaman, dan semua keadaan.
Menurut Muhammad Abduh, bahwa pengetahuan modern dan islam adalah sejalan
dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah sunatullah sedangkan dasar
islam adalah Wahyu Allah swt. Kedua-duanya berasal dari Allah swt. Oleh karena itu
umat islam harus menguasai keduanya.5
3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.
Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang
menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya
mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan

4 Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Malang :
UIN Malang Press, 2008), h. 246-247.

5 Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN,


2010), h. 69-70
nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme
adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang
dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan
situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan
semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil
unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang
akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan
kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan
kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan
tradisional.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan
modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa
nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri
sendiri. Keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur dan bangsa
terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing. Umat islam
mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar
belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama
dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang juga mendorong
perkembangannya rasa nasionalisme di dunia islam.
Disamping itu,adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan di
kalangan umat islam, bahwa pada hakekatnya ajaran islam bisa diterapkan dan sesuai
dengan segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi
pada nasionalisme inipun bersesuaian dengan ajaran islam.
Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya
mendorong timbulna usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk islam. Dalam bidang pendidikan umat islam
yang telah membentuk pemerintahan nasional tersebut mengembangkan sistem dan pola
pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri.6
D. Tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan islam
1. Jamaluddin Al-Afghani (Iran 1838 – Turki 1897)
Ia dilahirkan di Mesir tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ketika
berusia 20 tahun ia telah menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di
Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat
menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Dalam hal itu, Inggris telah
mulai mencampuri urusan politik Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-
Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama
kalah, dan Al-Afghan memilih meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India
tahun 1869. Di Inggris ia juga tidak merasa bebas bergerak, karena negara itu telah
jatuh ke pihak Inggris, dan ia pindah ke Mesir tahun 1871. Ia menetap di Cairo mulanya
menjauhi persoalan politik Mesir dan pemusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan
sastra Arab. Di tempat ia tinggal kemudian menjadi tempat pertemuan murid-
muridnya. Disanalah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Muridnya berasal
dari berbagai golongan, seperti orang pemerintahan, pengadilan, dosen dan mahasiswa
Al-Azhar serta perguruan tinggi lain.
Dari Mesir ia pergi ke Paris dan di sanalah ia mendirikan perkumpulan Al-Urwatul
Al-Wusqa yang anggotanya terdiri dari orang Islam Mesir, India, Suria, Afrika Utara
dan lain-lain. Diantara tujuan yang hendak dicapai adalah memperkuat rasa
persaudaraan, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan.
Kemudian, pada tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid,
namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari Istanbul karena dijadikan
tahanan hingga ia wafat pada tahun 1897.
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan Al-Afghani adalah didasari pada
pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman, kondisi, dan
bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah karena tidak diterapkannya Islam
dalam segala segi kehidupan dan meninggalkan ajaran Islam murni. Jalan untuk

6 Zuhairini Dkk, Sejarah Peendidikan Islam (Jakarta : , 1986), h. 122-123.


memperbaiki kemunduran Islam hanyalah dengan membuang segala bentuk pengertian
yang bukan berasal dari Islam, dan kembali pada jaran Islam murni.7
2. Rasyid Ridha (Suriah 1865-1935)
Rasyid Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh (yang merupakan murid dari
Jamaluddin Al-Afghani). Ia lahir pada 1865 Suria. Semasa kecil ia dimasukkan ke
sekolah madrasah tradisional, kemudian ia meneruskan sekolah ke Sekolah Nasional
Islam. Setelah selesai ia meneruskan ke sekolah agama yang ada di Tripoli, dan banyak
belajar dari Al-urawatul Wusqa Jamaluddin dan Muhammad Abduh. Ia banyak belajar
dengan Muhammad Abduh ketika Muhammad Abduh sedang dalam buangan di Beirut.
Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di Suria dan
mendapat tantangan dari Pihak Turki Utsmani, lalu ia memutuskan pindah ke Mesir
dan berada di dekat gurunya Muhammad Abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan
setelah itu, ia menerbitkan majalah Al-Manar, yang juga terkenal.
Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaharuan dibidang pendidikan, dan
melihat perlu ditambahkannya kedalam kurikulum mata pelajaran berikut : teologi,
pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan,
bahasa asing,disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.

3. Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873- 1938)


Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di
Sialkot tahun 1867. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar
disana sampai memperoleh gelar kesarjaan MA. Di tahu 1905 ia pergi ke negara Inggris
dan belajar filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke
Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang tasawwuf.
Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah seorang muslim pertama di anak benua
India yang sempat mendalami pemikiran barat modern dan mempunyai latar belakang
pendidikan yang bercorak tradisional Islam. Kedua hal ini muncul dari karya utamanya

7 Hanun Asrahah, 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. LOGOS Wacana
Ilmu.
di tahun 1930 yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in Islam
(Pembangunan Kembali Pemikiran Keagamaan dalam Islam). Melalui penggunaan
istilah reconstruction ia mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan Islam dalam
bahasa modern untuk dikonsumsi generasi baru muslim yang telah berkenalan dengan
perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan filsafat barat abad ke-20
Sama dengan pembaharu lainnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam
selama 500 tahun dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah
sampai pada keadaan statis. Untuk memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk
pendidikan), maka diperlukan sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menaungi
seluruh umat Islam dalam sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah
Islamiyah.)8

4. Sir Sayid Ahmad Khan (India 1817-1898)


Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu
pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat adanya
kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa
dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai ini telah
membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan
semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan
melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat
serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri metode baru
penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah
dalam tafsir Al Qur’an
5. Toha Husein (Mesir Selatan 1889-1973)
Toha husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan
Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.

8 Abuddin Nata, 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Grup
Pengadopsian terhadap ilmu pengetahuan modern tidak hanya penting dari sudut nilai
praktis (kegunan)nya saja, tetapi juga sebagai perwujudan suatu kebudayaan yang amat
tinggi. Pandangannya dianggap sekularis karena mengunggulkan ilmu pengetahuan.
6. Sayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi.
Al-Qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan. Jika modernisasi
yang dimaksud bukan berarti upaya pembaratan dan memiliki batasan pada
pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta penerapan tekhnologinya, Islam tidak
menolaknya bahkan mendukungnya. Pandangan Al-Qardawi ini cukup mewakili
pandangan mayoritas kaum muslimin. Secara umum, dunia Islam relative terbuka
untuk menerima ilmu pengetahuan dan tekhnologi sejauh memperhitungkan manfaat
praktisnya.Pandangan ini kelak terbukti dan tetap bertahan hingga kini di kalangan
muslim. Akan tetapi, dikalangan pemikir yang mempelajari sejarahan filsafat ilmu
pengetahuan, gagasan seperti ini tidak cukup memuaskan mereka.
7. Muhammad Ali Pasha(1765-1849)
Muhammad Ali Pasha adalah seorang keturunan Turki dari etnis albania yang lahir
di Kawalla, sebuah kota pelabuhan di kota Macedonia yang sekarang menjadi bagian
dari wilayah Yunani, pada tahun 1765, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849.
Perlu di ketahui bahwasanya nama “Pasha” merupakan sebuah sebutan pangkat
mulia di turki usmani yang di sandang M. Ali ini mulai disematkan
kenamabelakangnya ketika beliau sudah berkuasa di Mesir.
Semenjak dewasa beliau ditinggal mati oleh ayahnya, Ibrahim Aga (seorang
komandan militer lokal), Muhammad Ali Pasha sempat bekerja sebagai pemungut
pajak dan juga pedagang tembakau. Karena beliau rajin dalam pekerjaannya jadilah
beliau disenangi Gubernur dan akhirnya menjadi menantu Gubernur. Setelah
menikah,beliau diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan kecakapan
menjalankan tugas, beliau diangkat menjadi Perwira
Salah satu bidang yang menjadi sentral pembaruannya adalah bidang-bidang
militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan bidang militer, termasuk
pendidikan. Kemajuan di bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu
pengetahuan modern. Atas dasar inilah sehingga perhatian di bidang pendidikan
mendapat prioritas utama.
Sungguhpun Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca tulis, tetapi ia memahami
betapa pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara.
Ini terbukti dengan dibentuknya Kementerian Pendidikan untuk pertama kalinya di
Mesir, dibuka sekolah militer (1815), sekolah teknik (1816), sekolah ketabibaban
(1836), dan sekolah penerjemahan (1836).
Berlanjut ke bidang pendidikan, cara modernisasi yang beliau lakukan adalah
dengan menerjemahkan buju-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Menurut
catatan sejarah beliau mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan
Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu
administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan. Di samping mendelegasikan pelajar
Mesir ke Eropa beliau juga mendatangkan guru-guru agung Eropa untuk mengajar di
sekolah-sekolah yang telah beliau bangun, misalnya Sekolah Militer (1815), Sekolah
Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1927), Farmasi (1829). Muhammad Ali juga
menerbitkan majalah berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M,
beliau menamainya dengan majalah ” al-Waqa’i al-Mishriyah” (Berita Mesir). Majalah
ini digunakan rezim Muhammad Ali sebagai organ resmi pemerintah.9

9 http://bazmalla.blogspot.co.id/2017/01/makalah-pembaharuan-pendidikan-
islam.html. diakses pada tanggal 13 desember 2017 jam 12:00
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam
Pembaharuan pendidikan Islam adalah upaya dasar untuk memperbaiki aspek-
aspek pendidikan Islam dalam praktek (termasuk pengajaran). Lahirnya modernisasi
atau pembaharuan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Harun Nasution cenderung
menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernism”, karena istilah tersebut
dalam masyarakat barat mengandung arti pikiran., aliran, gerakan dan usaha mengubah
paham-paham istiadat, institusi lama dan lain sebagianya untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
b. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam
Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam diawali oleh pembaharuan
pemikiran Islam yang timbul di Mesir yang dimulai sejak kedatangan Napoleon ke
Mesir. Pendidikan oleh Napoleon Bonaparte 1898 M adalah merupakan tonggak
sejarah bagi umat Islam.
c. Ada 3 pola pembaharuan pendidikan islam yaitu :
1. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pendidikan modern
di Barat
2. Golongan yang berorientasi pada sumber islam yang murni
3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme
d. Ada 7 tokoh dalam pembaharuan pendidikan islam yaitu:
1. Jamaluddin Al-Afghani (Iran 1838 – Turki 1897)
2. Rasyid Ridha (Suriah 1865-1935)
3. Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873- 1938)
4. Sir Sayid Ahmad Khan (India 1817-1898)
5. Toha Husein (Mesir Selatan 1889-1973)
6. Sayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi.
7. Muhammad Ali Pasha(1765-1849)
B. Saran
Berdasarkan pembahasan mengenai pembaharuan pendidikan islam maka saran
yang dikemukakan oleh penulis, bahwa kita harus tahu terlebih dahulu mengenai
sejaran pembaharuan pendidikan islm, jika kita sudah mengetahui sejarahnya atau latar
belakang timbulnya pembaharuan, Maka kita bisa melihat bahwa pembaharuan
pendidikan islam itu sangatlah penting sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asrahah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu.

Djuan, Widda. Sejarah Pendidikan Islam Klasik.Ponorogo : LPPI STAIN, 2010

Dkk, Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : 1986.

Dkk, Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : 1986.

http://bazmalla.blogspot.co.id/2017/01/makalah-pembaharuan-pendidikan-islam.html.diakses
pada tanggal 13 desember 2017 jam 12:00

http://muhtarom84.blogspot.com/2009/10/pengertian-dan-latar-belakang.html.diakses pada
tanggal 13 desember 2017 jam 13:17

http://information7.blogspot.co.id/2013/04/pembaharuan -pendidikan-islam.html.diakses pada


tanggal 13 desember 2017 jam 14:00

Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Grup

SJ, Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintas Sejarah. Malang : UIN Malang Press,
2008

Anda mungkin juga menyukai