Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN

MAKALAH
MASA PEMBAHARUAN ISLAM DI TIMUR TENGAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Dosen pengampu :

Hj. Siti Latifatus Sun’iyah, M.Ag.

Nama kelompok 09 :

1. Khofifiah Indar S (22051022)


2. Siti Lailatul Fitriya (22051020)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM
LAMONGAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ Masa Pembaharuan Pendidikan Islam Di Timur Tengah” ini tepat pada
waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Hj. Siti Latifatus Sun’iyah, M.Ag.
selaku dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan islam yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami berharap kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dapat
menjadi koreksi dimasa mendatang agar menjadi lebih baik dari sebelumya agar
meberikan manfaat bagi kita semua, Amin.

Lamongan, 7 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam.............................................................
B. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam di Timur Tengah.........................
C. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Timur Tengah............................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembaruan Islam termasuk dalam salah satu materi dalam perkuliahan
sejarah peradaban Islam yang merupakan sebuah ilmu yang bisa menjadi
pelajaran dan perbandingan berbagai macam dimensi kehidupan. Kemajuan,
kemunduran, serta penyebab dari semua perkembangan tersebut. Sebagaimana
semboyan “Jas Merah” yang dikoarkan oleh Bung Karno untuk tidak
melupakan sejarah.
Layaknya filsafat roda yang berputar, begitu pula sejarah yang terjadi pada
kejayaan Islam. Awal yang menciptakan sebuah kejayaan pun mengalami suatu
penurunan ataupun kemunduran yang jauh dari perkiraan.
Gejolak pembaruan pertama bermula di abad 18-19 di Timur Tengah,
yang disebabkan oleh keadaan islam yang jauh dalam kemunduran dan
menyalahartikan qadha dan qadar. Umat Islam tahun itu juga berada jauh di
belakang kejayaan Eropa yang menjajah negara- negara Islam pada saat itu.
Para tokoh pembaru pun muncul dengan pemikiran-pemikiran yang luar
biasa. Serta lambat laun menggiring kemunduran Islam untuk kembali bangkit
menuju kejayaan yang hilang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Pembaharuan ?
2. Bagaimana Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam?
3. Siapakah Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidkan Islam?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Pembaharuan .
2. Mengetahui Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam.
3. Mengetahui Siapakah Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidkan Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBAHARUAN PENDIDIDKAN ISLAM


Pembaharuan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknakan
dengan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari hal yang sudah
ada atau hal yang sudah dikenal sebelumnya dari gagasan, metode atau alat. 1
Makna yang dimaksud adalah suatu perubahan yang baru yang bersifat
kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan
untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu
dalam pendidikan. Hal-hal baru yang dimaksud dalam pengertian di atas
adalah apa saja/apapun yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan
oleh si penerima pembaharuan meskipun hal itu bukan merupakan hal yang
baru lagi bagi orang lain. Sementara kualitatif yang dimaksudkan di atas
adalah bahwa pembaharuan tersebut potensial atau memungkinkan adanya
reorganisasi atau pengaturan kembali pada unsur-unsur yang ada dalam
pendidikan.
Jika dilihat secara umum, pengertian pembaharuan dalam konteks ini
disamakan dengan inovasi meskipun pada esensinya antara inovasi dan
pembaharuan punya pengertian yang sedikit berbeda, di mana biasanya pada
inovasi perubahan-perubahan yang terjadi hanya menyangkut aspek-aspek
tertentu dalam arti sempit dan terbatas, sedangkan pembaharuan biasanya
perubahan yang terjadi adalah menyangkut berbagai aspek bahkan tidak
menutup kemungkinan terjadi perubahan secara total atau keseluruhan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa arti pembaharuan pada esensinya lebih luas dari
pada inovasi.
Selain pengertian di atas, banyak istilah-istilah pembaharuan yang
dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah:
1. Harun Nasution menganalogikan istilah pembaharuan dengan
modernisme karena istilah ini dalam kehidupan masyarakat Barat
mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha mengubah

1
Peter Salim dan Yenni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modrn English
Press, 1991) Hal. 376.

2
paham-paham, adat-istiadat, institusi lama dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Gagasan ini muncul di Barat
dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam
agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan modern.
Karena konotasi dan perkembangan yang seperti itu, Harun
Nasution keberatan menggunakan istilah modernisasi Islam dalam
pengertian di atas.
2. Revivalisasi. Menurut paham ini, pembaharuan adalah
membangkitkan kembali Islam yang murni sebagaimana pernah
dipraktekkan Nabi Muhammad Saw dan kaum Salaf.
3. Kebangkitan Kembali (resugence) Dalam kamus Oxford,
resurgence didefinisikan sebagai “kegiatan yang muncul kembali”
(the act of rising again).

Secara umum dengan didasarkan pada teori-teori di atas dapat di


simpulkan bahwa pembaharuan pendidikan adalah suatu kegiatan
pembaharuan yaitu pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengadakan
perubahan dalam bidang pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh hal
atau sesuatu (pendidikan) yang lebih baik.

B. LATAR BELAKANG PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM


Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai
pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti
Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha dari Mesir. Pada masa kemunduran lslam abad 13-18 M, segala
warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika
umat Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi
pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari
lslam. Eropa kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami
kemunduran. Hampir seluruh wilayah dunia lslam dijajah oleh Bangsa
Eropa termasuk Indonesia.

3
Penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
muncul di Eropa. Misalnya dalam bidang mesin, listrik, radio, yang
semuanya itu menunjang semakin kuatnya Eropa terhadap dunia Timur
bahkan sampai ke Indonesia. Dunia jadi berbalik, dunia Timur terpukau dan
terbius kemujuan yang dialami Eropa.
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum
Muslimin dari Bangsa Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17
Masehi. Dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh Turki Utsmani
dalam peperangan dengan Negara-Negara Eropa. Mereka mulai
memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan utusan-
utusan untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Perancis dan
Didirikan sekolah- sekolah Militer di Turki pada tahun 1734 M.
Dalam membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan
keterbelakangnya, Sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha
pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan
dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha dibidang pendidikan.
Kebangkitan kembali umat lslam khususnya bidang Pendidikan islam
adalah dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran islam dengan
pelopor-pelopor di berbagai daerah masing-masing. Adapun mereka.
Mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu kepada tema yang sama
yaitu adalah:
1. Mengembalikan ajaran islam kepada unsur-unsur aslinya dengan
bersumberkan kepada Al- Alquran, hadist dan membuang segala bid'ah,
khurafat, tahayul, dan mistik.
2. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah itu beberapa buruk
dinyatakan ditutup.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya
proses pembaharuan Pendidikan Islam.
1. Pertama, faktor internal yaitu, faktor kebutuhan
pragmatis umat islam yang sangat memerlukan satu
system Pendidikan Islam yang betul-betul bisa
dijadikan rujukan dalam rangka mencetak Manusia-

4
manusia Muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan
beriman kepada Allah.
2. Kedua, faktor eksternal adanya kontak Islam dengan
barat juga merupakan factor terpenting yang bias kita
lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah
dan membawa perubahan pragmatic umat īslam untuk
belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga
ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bias
terminimalisir.
C. TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI
TIMUR TENGAH
1. MUHAMMAD ALI PASHA
Muhammad Ali Pasha adalah seorang tokoh pembaruan di Mesir
yang masih keturunan dari Turki. Ia lahir di Kawalla, Yunani pada tahun
1765 dan meninggal tahun 1849 di Mesir. Ayahnya adalah seorang
pedagang dan dapat dikatakan bahwa Muhammad Ali lahir dalam
keadaan keluarga tidak mampu sehingga ia tidak pernah mengenyam
pendidikan yang menjadikannya sebagai orang yang ummi (tidak dapat
baca tulis). Tetapi tidak ada yang menyangka dengan latar belakang
yang seperti ini, ia mampu menjadi panglima dan tokoh pembaruan
sekaligus pendiri negara Mesir modern.
Dari keadaan Muhammad Ali Pasya yang demikian membuat ia
menjadi seorang pemuda yang giat bekerja dan cakap. Sifat
kecakapannya membuat ia lebih dikenal bahkan disayangi oleh gubernur
Ustman. Kecakapannya itu mulai muncul ketika ia berumur dewasa dan
bekerja sebagai pemungut pajak. Dari kecakapan dan kesungguhannya
dalam menjalankan amanat sebagai pemungut pajak, gubernur Utsmani
mengambilnya sebagai seorang menantu. Setelah diambil menjadi
menantu, ia ditugaskan menjadi seorang wakil perwira yang memimpin
pasukan militer untuk menggempur pasukan Prancis dan berhasil.
Ketika Muhammad Ali Pasya berhasil mengusir pasukan
Napoleon sehingga pasukan Prancis meninggalkan Mesir tahun 1801 M.

5
Ia berisiatif untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan
oleh Napoleon, tetapi terjadi perebutan untuk mengisi kekosongan
tersebut antara lain adalah Khursyid Pasya (pimpinan kaum mamluk)
yang datang dari Istanbul, Turki, yang sebelumnya kaum mamluk pergi
meninggalkan Mesir karena diperangi dan dikejar-kejar oleh pasukan
Napoleon dan dipihak kedua adalah Muhammad Ali Pasya.
Muhammad Ali Pasya menggunakan siasat mengadu domba
antara pimpinan kaum mamluk dengan rakyat Mesir. Dengan siasatnya
ini, ia berhasil menghasud rakyat Mesir agar benci terhadap kaum
mamluk dan dari kebencian rakyat Mesir inilah yang dimanfaatkan oleh
Muhammad Ali untuk mengambil simpati rakyat Mesir yang akhirnya
membawanya menjadi penguasa Mesir. Akhirnya pada tahun 1805 M,
rakyat Mesir mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir.
Sebenarnya keberhasilan Muhammad Ali menjadi pemimpin di
Mesir tidaklah hanya karena siasat adu dombanya melainkan ia
membohongi dengan menyerang sekaligus mengepung pasukan Sultan
yang dikirim kepadanya. Invasi Prancis yang juga melemahkan antara
Mesir dan Utsmaniyah. Akhirnya Muhammad Ali berhasil berkuasa
didaerahnya dengan memproklamirkan dirinya sebagai Pasya.
Muhammad Ali Pasya berkuasa sekitar tahun 1804-1849.
Langkah pertama yang dilakukannya adalah dengan menyingkirkan para
pemimpin yang menentang kebijakannya dengan memecatnya bahkan
sampai membunuhnya. Tidak hanya menyingkirkan para pemimpin
yang menentangnya, ia juga menyingkirkan dan kemudian membasmi
kaum mamluk. Genosida terhadap kaum mamluk ini dikarenakan
Muhammad Ali Pasya mendengar adanya isu-isu yang berisi rencana
pembunuhan terhadapnya yang akan dilakukan kaum mamluk.
Dalam sebuah cerita disebutkan bahwa ia menggunakan perangkap
untuk membasmi kaum mamluk dengan cara mengundang mereka dalam
acara pesta di istana. Ketika semua kaum mamluk hadir didalam istana,
Muhammad Ali memerintahkan penjaga istana untuk menutup gerbang
dan akhrinya semua kaum mamluk yang berjumlah 470 orang dibantai

6
disana. Menurut sejarah versi Philip K. Hitti, kaum mamluk dibantai
diatas bukit dekat dengan istana. Hanya seorang saja yang selamat dari
peristiwa pembantaian itu.
Mendengar adanya seorang mamluk yang selamat, Muhammad Ali
Pasya mengirimkan pasukan untuk mengejarnya. Sebagian kaum
mamluk di Turki selamat dengan berpindah ke Sudan tetapi kaum
mamluk yang berada di Mesir habis tidak tersisa. Setelah semua
saingannya telah tersingkirkan, maka mulailah Muhammad Ali Pasya
fokus dalam kepemimpinannya dengan cara diktator. Kediktatorannya
tampak dalam keputusan-keputusan dan programnya yang merujuk
kepada secularism dan kegiatan Muhammad Ali Pasya menumpas semua
syaikh dan akademisi yang melawannya yang terjadi pada tahun 1809
dan 1813 M.
Pada tahun 1811 M, Muhammad Ali melakukan ekspansi ke
wilayah Saudi Arabia dengan mengirimkan pasukannya dengan misi
utama adalah memerangi Wahabi. Penyerangannya terhadap Wahabi
dilakukannya karena ia takut gerakan tersebut akan mengancam
kedaulatan Turki Ustmani sebagai pelindung kota Suci Makkah dan
Madinah. Kemudian pada tahun 1822 M pasukan Muhammad Ali
bergabung dengan pasukan Turki Utsmani yang masing-masing
menaklukan wilayah Creta dan berhasil mendudukinya tahun 1822 dan
1824 M. Muhammad Ali melanjutkan ekspansinya ke Navarino tetapi
akhirnya dikalahkan oleh pasukan Prancis-Inggris-Rusia pada tahun
1827. Setelah menerima kekalahan di Navarino Muhammad Ali pun
menginstruksikan pasukannya untuk mundur dan kembali menjaga
kedaulatan Mesir.
Sekularisme yang diterapkan Muhammad Ali Pasya tampak dalam
sikapnya yang tidak menghiraukan nasihat-nasihat pada ‘ulama’ Mesir
tentang hukum shari’ah dalam masalah pemerintahan. Meskipun
Muhammad Ali tidak menaati dan menghiraukan fatwa atau pendapat
‘ulama’, ia malah mengikuti para ‘ulama’ dalam menerapkan konsep
shari’ah, moral dan lain sebagainya dalam Pendidikan formal di Mesir.

7
Muhammad Ali membiarkan konsep shari’ah dan moral diaplikasikan
dan diimplementasikan dalam pendidikan.
Dalam konsep pembaruan Muhammad Ali Pasya, ia menerapkan
pendidikan militer karena ia percaya bahwa kekuasaannya dapat bertahan
dengan adanya kekuatan militer. Kolonel Steve ditugaskan oleh
Muhammad Ali untuk membangun angkatan bersenjata Mesir yang
modern. Selain angkatan bersenjata, Steve juga membuat angkatan Laut
modern yang dilengkapi kapal perang yang diimpor dari luar negeri
dengan persenjataan lengkap yang diproduksi didalam negeri. Muhammad
Ali bahkan mendatangkan tenaga-tenaga militer dari Prancis dan ia
membangun suatu angkatan bersenjata yang disebut Nizam-I Jedid. Tidak
sebatas pembangunan militer, Muhammad Ali juga membangun sekolah
perwira angkatan laut di Iskandariyah.
Selain Pendidikan militer ia menerapkan Pendidikan Teknik dan
kedokteran, sekolah obat-obatan pada tahun 1829 M, sekolah
pertambangan pada tahun 1834 M, sekolah pertanian tahun 1836 M, dan
sekolah penterjemahan pada tahun 1836 M.
Muhammad Ali mendatangkan guru dari Eropa untuk mengisi
tenaga pengajar dalam sekolah-sekolah yang didirikannya. Pada tahun
1822, ia juga mendirikan satu unit percetakan Bulaq yang juga salah satu
titik vital dalam perkembangan produk-produk literer dan kemajuan Mesir
pada saat itu. Adanya sekolah penterjemahan yang didirikan oleh
Muhammad Ali, sebanyak 311 pelajar dikirim ke Eropa seperti ke Austria,
Prancis, Ingris, dan Jerman yang didanai oleh pemerintah langsung. Dari
311 pelajar tersebut salah satunya adalah Rifa’ah al-Tahtawi yang belajar
di Prancis dan seteah beberapa tahun sekolah penterjemah berjalan,
Muhamad Ali menunjuk Rifa’ah untuk menjadi pimpinan sekolah ini.
Dalam masa kepemimpinan Rifa’ah, sekolah penterjemah berkembang
lebih baik dengan menggencarkan penterjemahan buku-buku Barat, seperti
buku filsafat, ilmu militer, ilmu fisika, ilmu bumi, logika, antropologi,
ilmu politik dan lain sebagainya.
2. JAMALUDIN AL AFGHANI

8
Jamaluddin Al Afghani, adalah seorang tokoh intelektual dan
politik terkenal dari dunia Muslim pada akhir abad ke-18. Ia dilahirkan
dengan nama lengkap Sayyid Jamaluddin al Afghani bin Safar. Ia
memiliki silsilah keturunan yang terhubung dengan Sayyid Ali al
Tirmidzi, yang merupakan garis keturunan yang dapat ditelusuri hingga
pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Gelar "Sayyid" menunjukkan bahwa
ia berasal dari garis keturunan Nabi Muhammad SAW.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai tempat lahir Jamaluddin
Al Afghani. Ada dua versi yang berbeda. Harun Nasution menyatakan
bahwa ia lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan wafat di Istanbul pada
tahun 1897. Namun, Nurcholish Madjid, Cyrill Glasse, dan Jamil Ahmad
menyebutkan bahwa ia lahir di Asadabi, Iran (Persia).
Pendidikan awal Jamaluddin Al Afghani diberikan oleh ayahnya
sendiri. Sejak kecil, ia diajarkan untuk mengaji Al-Qur'an, memahami
bahasa Arab, sejarah, dan agama. Ayahnya juga membawa seorang guru
yang mengajarkan ilmu Tafsir, Hadis, Fiqih, Tasawwuf, dan aspek-aspek
spiritualitas.
Dengan kecerdasan yang luar biasa, pada usia sekitar 18 tahun,
Jamaluddin Al Afghani telah menguasai berbagai cabang ilmu Islam dan
pengetahuan lainnya, termasuk filsafat, ushul fiqh, sejarah, metafisika,
tasawwuf, kedokteran, sains, mistisisme, astronomi, dan astrologi. Ia juga
fasih berbicara dalam beberapa bahasa, termasuk Arab, Persia, Turki,
Rusia, Inggris, dan Rushton.
Al Afghani banyak terlibat dalam kegiatan politik, pemikirannya
berangkat dari motivasi agama. Meskipun beberapa pandangan
menyebutkan bahwa ia lebih fokus pada politik daripada agama,
pernyataan ini disanggah dengan alasan bahwa keseriusan dan
kesungguhannya dalam politik berasal dari keyakinannya terhadap agama.
Al Afghani menganggap penjajahan Barat sebagai musuh utama,
yang ia lihat sebagai kelanjutan dari perang salib. Pemikiran ini mengarah
pada keyakinannya bahwa umat Islam perlu bersatu untuk melawan
penjajahan di mana pun dan kapan pun. Konsep utama dalam pemikiran

9
Al Afghani adalah Pan-Islamisme, yang mendorong persatuan seluruh
umat Islam di seluruh dunia. Ini bukan hanya tentang menggabungkan
kerajaan-kerajaan Islam, tetapi lebih tentang memiliki pandangan hidup
yang seragam dan solidaritas di antara semua umat Muslim.
Selain menentang penetrasi Eropa dan penjajahan, Al Afghani juga
memiliki aspek reformasi internal. Ia menyerukan agar para ulama dan
negara-negara Islam muncul sebagai ekspresi politik yang mengajarkan
ajaran Islam yang ortodoks dan memperbarui pemahaman terhadap ajaran-
ajaran Al-Qur'an.
Al Afghani mengkritik pemahaman keliru umat Islam dan
menginginkan mereka kembali ke ajaran Islam yang murni. Ia menolak
pemahaman yang menyesatkan dan yang berasal dari luar Islam. Misalnya,
ia menentang paham qada dan qadar yang diubah menjadi pemahaman
fatalistik, dan ia berpendapat bahwa ajaran Islam yang benar mengandung
konsep sebab-akibat yang alami.
Al Afghani percaya bahwa persatuan umat Islam sangat penting
untuk kemajuan mereka. Ia menekankan pentingnya kerja sama dan
solidaritas di antara kaum Muslimin, yang saat itu sudah terpecah-belah
akibat kelemahan penguasa-penguasa mereka.
Al Afghani menekankan perlunya umat Islam memiliki pendidikan
teknis dan ilmiah untuk mengimbangi kemajuan Barat. Ia juga mendorong
kembali ke teologi sunnatullah dengan pendekatan rasional dan ilmiah,
sehingga pemahaman Islam bisa lebih dinamis dan relevan dengan zaman
modern.
Al Afghani menganggap pintu ijtihad tidak pernah tertutup dan
bahwa reinterpretasi ajaran-ajaran Islam sesuai dengan zaman modern bisa
dilakukan melalui ijtihad. Ini menunjukkan pandangannya terhadap
kebaruan dan adaptasi dalam pemahaman agama.
Secara keseluruhan, bagaimana pemikiran pembaruan yang digagas
oleh Jamaluddin Al Afghani mencakup persatuan umat Islam, perlawanan
terhadap penjajahan Barat, reformasi internal, pendidikan ilmiah, dan
kembali ke ajaran Islam yang murni. Pemikiran-pemikirannya

10
mencerminkan upaya untuk menghadapi tantangan zaman dengan
merangkul nilai-nilai agama dan adaptasi yang relevan.
Pembaharuan dalam bidang pendidikan yang dilakukan al-Afghani
bukan lah langka nyata seperti membangun sekolah-sekolah atau lembaga
ilmiah lainnya. Tapi yang dimaksud di sini adalah pandangan al-Afghani
dalam melihat kedudukan ilmu pengetahuan.
Dalam pidato-pidato dan tulisannya, dia menyatakan bawah tidak
satu pun dalam prinsip Islam bertentangan dengan sains atau pun akal. Dia
juga mengajak umat Islam untuk berpikir filosofis dan ilmiah. Kemajuan
di Eropa disadari oleh al-Afghani dikarenakan berkembangnya ilmu
pengetahuan, untuk itu al-Afghani mengajak umat Islam untuk belajar dari
Barat.
Di samping itu al-Afghani juga mengkritik ulama yang
membedakan ilmu kepada dua bagian, yaitu Ilmu Islam dan Ilmu Eropa
(Barat). Dikarenakan alasan ini maka ulama-ulama ada yang melarang
mempelajari ilmu-illmu yang datang dari Eropa. Menurut al-Afghani
kedudukan ilmu tidak ada hubungannya dengan bangsa apapun.
Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pemikir yang berpengaruh
dalam pergerakan politik dan intelektual di dunia Muslim pada masanya.
Ia memainkan peran penting dalam menghadapi campur tangan asing dan
mendorong gagasan modernisasi serta reformasi di dunia Islam.

3. MUHAMMAD ABDUH
Muhammad Abduh atau 'Abduh (1849 - 11 Juli 1905) adalah
seorang teolog Muslim, Mufti Mesir, pembaharu liberal, pendiri
Modernisme Islam dan seorang tokoh penting dalam teologi dan filsafat
yang menghasilkan Islamisme modern. Nama lengkap beliau adalah
Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah, dilahirkan pada tahun 1849
M di Mahallat al-Nasr daerah kawasan Sibrakhait Provinsi al-Bukhairoh
Mesir.2 Ayahnya Hasan Khairullah berasal dari Turki. Ibunya bernama

2
Abdullah Mahmud Syatahat, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh Fi al-Tafsir al- Qur’an, Nasyr
al-Rasail, kairo, t.th, hal.3

11
Junainah berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku
bangsa yang sama dengan Umar bin Khattab.3
Syeikh Muhammad Abduh dibesarkan dalam lingkungan keluarga
petani dikampung halamannya. Ketika saudara-saudaranya ikut turut
membantu ayahnya dalam mengelola lahan pertanian maka Abduh
ditugaskan untukmenuntut ilmu pengetahuan diluar kampung
halamannya setelah belajar membaca dan menulis di rumahnya.
Ayahnya mengirimkan Abduh kesuatu tempat pendidikan pengafalan al-
Qur’an untuk menimba ilmu pengetahuan dan ia mampu menyelesaikan
hafalalannya sampai 30 juz setelah dua tahun berlalu ketika usianya baru
berumur 12 tahun.4
Muhammad Abduh dibesarkan dalam asuhan keluarga yang tidak
ada hubungannya dengan dunia pendidikan sekolah, tetapi mempunyai
jiwa keagamaan yang teguh. Proses pendidikannya dimulai dengan
belajar al-Qur’an kepada seorang guru agama di Masjid Thantha untuk
belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama dari Syekh Ahmad tahun
1862.5
Dalam pendidikannya ia mampu mengenal dan mengusai ilmu yang
diajarkan tentang al-Qur’an sampai pasih. Semua segi ilmu al-Qur’an ia
lahap, sehingga sewaktu melanjutkan pendidikannya ia mengkritik cara
pengajaraan. Disaat belajar ia merasa bahwa metode yang dipakai
kurang menarik dan ia berguru kepada guru yang lainnya. Muhammad
Abduh wafat pada tahun 190516di Ramleh Iskandariah yaitu dalam
perjalanan mengunjungi negara-negara Islam. Ia dimakamkan di Mesir
setelah di solatkan di Masjid al-Azhar.6 Tetapi Di dalam Ensiklopedi
dikatakan bahwa Muhammad Abduh Wafat bukan di tahun 1905,
melainkan ia wafat di tahu 1909 lebih tepatnya. Pas ketika itu ia sedang
melakukan perjalanan muhibbahnya untuk mengunjungi negara-negara
islam, lalu ia singgah dirumah sahabatnya Muhammad Bey Rashim. Ia
meninggal akibat kanker yang ia derita selama ini, lalu beberapa hari
3
Muhammad Abduh, Risala al-Tauhid (Risalah Tauhid), op. cit., hal. 7
4
Abdullah Mahmud Syatahat, op. cit., hal 5
5
Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 49.
6
Munawir Sjadzali, op. cit.,hal. 121.

12
kemudian setelah ia singgah barulah ia menghembuskan nafas
terakhirnya tepat pada pukul lima petang, hari Selasa, 11 Juni 1909/8
Jumadil Ula 1323. Lalu ia dikebumikan di Cairo.7
Muhammad Abduh memiliki corak pemikiran modern, politik,
kebangsaan, sosial kemasyarakatan, teologi dan filsafat. 8 Corak
pemikiran pendidikan Muhammad Abduh juga berdasar pada pemikiran
teologi rasional, filsafat dan sejarah. Pemikiran Muhamad Abduh
tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di
awal abad ke-20. Pemikiran Abduh yang disebar luaskan melalui
tulisannya dimajalah al Manar dan al Urwat al Wutsqa menjadi rujukan
para tokoh pembaharu di dunia Islam. Sehingga diberbagai negara Islam
muncul gagasan mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan
kurikulum seperti yang dirintis Abduh. Termasuk didirikannya
organisasi kemuhamadiyahan oleh KH. Ahmad Dahlan di pengaruhi
oleh pemikiran-pemikiran Abduh dalam majalah al Manar. Secara garis
besar, pemikiran Muhammad Abduh dalam pendidikan yaitu:
1. Tidak ada dikotomi dalam pendidikan;
Menurut Abduh, bahwa diantara faktor yang membawa kemunduran
dunia Islam adalah karena adanya pandangan dikotomis yang dianut
oleh umat islam, yakni dokotomi atau mempertentangkan antara
ilmu agama dan ilmu umum.9
2. Pengembangan institusi pendidikan;
Telah di uraikan sebelumnya bahwa perhatian Abduh terhadap
pendidikan sangat tinggi hal itupun menjadi perhatian seius terhadap
pengembangan pendidikan di Mesir umumnya dan di Universitas al
Azhar khusunya. Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah
pemerintah untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai bidang
yang dibutukan. Yaitu bidang administrasi, militer, kesehatan,
perindustrian, dan sebagainya. Muhammad Abduh berupaya
memasukkan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan Islam. Selai
7
Harun Nasution, dkk, Ensiklopedia Islam di Indonesia, CD. Ananda Utama, Jakarta, 1992, hal.
751.
8
Al Bahy, Djarnawi.1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
9
Nata, Abuddin. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

13
itu pula dikembankan lagi sekolah dan madrasah yang berada di
dalam naungan al Azhar.10
3. Kurikulum
Secara detail, rancangan kurikulum yang diperbaharui Muhammad
Abduh, sebagai berikut:
(1) Kurikulum tingkat Sekolah Dasar.
(2) Kurikulum tingkat Menengah Atas.
(3) Kurikulum Universitas Al Azhar.
Kurikulum perguruan tinggi al Azhar di sesuikan dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu. Dalam hal ini, Abduh memasukkan ilmu
filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al
Azhar.
4. Metodologi Pengajaran
Menurut Abduh bahwa metode pengajarn yang selama ini hanya
mengandalkan hafalan perlu dilengkapi dengan metode rasional dan
pemahaman (insight). Dengan demikian, disamping para siswa
menghafal suatu bahan pelajaran, juga dapat memahaminya dengan
kritis objektif dan komperhensif. Abduh mengusulkan
menghidupkan kembali metode munadzarah (diskusi) dan kebiasaan
ilmiah dan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ilmiah.11
4. MUHAMMAD RASYID RIDHA
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Muhammad Syam Al-Din
Al-Qalamuny. Ia adalah seorang bangsawan Arab yang mempunyai
garis keturunan langsung dari sayyidina Husain, putra Ali bin Abi
Thalib dan Fatimah putri Rasulullah saw, dan sekaligus cucu dari
Rasulullah saw. Oleh karena itu, di depan namanya memakai gelar “
Sayyid ”. Kadang-kadang ia juga sering dipanggil “ Syaikh “ walaupun
gelar demikian sangat jarang dipakai. Hal ini dikarenakan keluarga
Rasyid Ridha dikenal Oleh lingkungannya sebagai keluarga yang sangat
taat beragama serta menguasai Ilmu-ilmu agama.

10
Nata, Abuddin. Ibid, 2012.
11
Nata, Abuddin. Ibid, 2012.

14
Rasyid Ridha adalah murid Muhammad ‘Abduh yang terdekat.
Ia lahir pada tahun 1865 di al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang
letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia
berasal dari keturunan al-Husain, cucu Rasulullah. Semasa kecil, ia
belajar di sebuah sekolah tradisional di al-Qalamun untuk belajar
menulis, berhitung dan membaca al-Qur’an. Pada tahun 1882, ia
meneruskan pelajaran di al-Madrasah al-Wataniah al-
Islamiyyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Sekolah ini didirikan
oleh al-Syaikh Husain al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah
dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di Madrasah ini, selain dari bahasa
Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, dan di samping
pengetahuan-pengetahuan agama juga diajarkan pengetahuan modern. 12
Dalam catatan atau literatur kontemporer, Rasyid Ridha
digambarkan sebagai pejuang muslim yang tidak jauh beda dengan
Muhammad Abduh. 13 Muhammad Abduh menilai bahwa tidak ada jalan
yang paling ampuh bagi tercapainya pembaharuan di dunia Islam
kecuali melalui politik merupakan jalan terpendek, sedangkan
pembaharuan melalui pendidikan dan pengajaran sekalipun menempuh
jalan yang panjang tapi hasilnya mantap dan langgeng. Oleh sebab itu,
antara kedua jalur itu sebenarnya sangat berkaitan. Menurut Rasyid
Ridha pembaharuan mutlak harus dilakukan, karena tanpa itu, umat
Islam senantiasa berada dalam kejumudan dan akan menjadi umat yang
terlantar. Ia melihat bahwa kemunduran umat Islam dan kelemahan
mereka disebabkan karena mereka tidak lagi memegang dan
14
menjalankan ajaran Islam yang sebenarnya. Untuk pembahasan lebih
lanjut, tentang pemikiran pembaharuan Islam Muhammad Rasyid Ridha
dapat dibagi menjadi beberapa bidang :
1. Pembaharuan Bidang Keagamaan
Pemikiran pembaharuan Rasyid Ridha dalam bidang keagamaan bisa
dikatakan sama seperti pemikiran Muhammad Abduh. Umat Islam

12
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Pemikiran dan Gerakan, 1992, hlm. 69.
13
Abdillah F Hasan, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam (Surabaya: Jawara Surabaya), 265.
14
Nasution, Enskiklopedia, 993.

15
mengalami kemunduran karena tidak menganut ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya. Hal ini dikarenakan banyak faham-faham yang tidak sesuai
masuk ke dalam tubuh islam, seperti segala Khurafat, takhayul, bidah,
jumud dan taklid. Oleh karena itu, menurut analisis Rasyid Ridha ajaran
Islam yang murni akan membawa kemajuan umat Islam, itulah sebabnya
segala macam khurafat, takhayul, bidah, jumud, taklid, ajaran-ajaran
yang nyeleweng dari ajaran Islam harus dikikis dan disingkirkan. 15
Rasyid Ridha mengatakan Islam murni itu sederhana sekali, sesederhana
dalam ibadah dan sederhana dalam muamalahnya. Ibadah kelihatannya
berat dan ruwet karena dalam ibadah telah ditambahkan hal-hal yang
bukan wajib, tetapi sebenarnya hanya sunnat. Mengenai hal-hal yang
sunnat ini nantinya akan muncul perbedaan faham dan akan memicu
munculnya kekacauan.
2. Pembaharuan Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Peradaban Barat modern menurut Rasyid Ridha didasarkan atas
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam lapangan ini Rasyid
Ridha sangat antusias mendukung program Muhammad Abduh untuk
melakukan pemasukan ilmu-ilmu umum ke dalam lembaga pendidikan
milik umat Islam (sekolah atau madrasah Islam tradisional). Hal itu
karena ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan
Islam. Untuk kemajuan, umat Islam harus mau menerima peradaban
Barat yang ada (ilmu pengetahuan dan teknologi). Bahkan Rasyid Ridha
melihat wajib bagi umat Islam mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, asalkan dimanfaatkan dalam hal kebaikan. 16
3. Pembaharuan Bidang Politik dan Sosial Kemasyarakatan

Semua umat bersatu di bawah satu keyakinan, satu sistem moral dan
satu sistem pendidikan dan tunduk pada satu sistem hukum. Hukum dan
undang-undang tidak dapat dijalankan tanpa kekuasaan pemerintah.
Oleh karena itu, untuk kesatuan umat perlu mengambil bentuk negara.

15
Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam Prespektif Historis (Yogyakarta: Pusat
Ilmu Yogyakarta), 350.
16
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1997), 199-200.

16
Negara yang dianjurkan Rasyid Ridha ialah negara dalam bentuk
kekhalifahan. Sebab Rasyid Ridha memiliki program pelaksanaan yaitu
menghidupkan kembali sistem kekhalifahan di dalam zaman modern.,
karena bentuk pemerintahan seperti ini akan membawa kesatuan umat
islam. 17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam berbagai pembahasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
pembaharuan di Timur Tengah adalah sebuah gerakan yang terjadi di
Timur Tengah guna mengembalikan kejayaan Islam. Paham fatalis salah
satu penyebab pembaharuan yang menghambat segala perkembangan
Islam, Eropa yang berkembang dan memperluas kristenisasi dan wilayah
jajahan.
 Beberapa tokoh pembaru Islam dan pemikirannya:
 Muhammad Ali Pasha
Dalam konsep pembaruan Muhammad Ali Pasya, ia menerapkan
pendidikan militer karena ia percaya bahwa kekuasaannya dapat
bertahan dengan adanya kekuatan militer.
 Jamaluddin al-Afghani
yang lebih mengutamakan pembaruan dari persatuan Islam, hingga
mendirikan PAN Islamisme untuk merealisasikan. Persatuan tersebut.
 Muhammad Abduh
yang memulai pembaruan dengan memperbarui sistem pendidikan,
sebagaimana dilakukan di Al-Azhar.
 Rasyid Ridha
yang lebih berbasis pada menghidupkan ijtihad serta melanjutkan
metode tafsir baru dari gurunya Muhammad Abduh

17
Nasution, Pembaharuan, ha,, 74-75.

17
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini terbatas dan masih banyak
kekurangan untuk dijadikan dasar penelitian ilmiah, sehingga kepada para
pembaca untuk melihat referensi lain terkait pembahasan makalah ini
untuk relevansi penelitian ilmiah yang akurat. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. N. (2022). Pengantar Pendidikan. Bandung : Media Sains Indonesia.

Abdillah F Hasan, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam (Surabaya: Jawara Surabaya),

Al Bahy, Djarnawi.1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas

Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1998,

Abdullah Mahmud Syatahat, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh Fi al-Tafsir al-


Qur’an, Nasyr al-Rasail, kairo, t.th.

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997).

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Pemikiran dan Gerakan, 1992.

Nata, Abuddin. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT.
Rajagrafindo

Malik, R. F. (2022). Landasan Pendidikan. Bandung: Media Sains Indonesia.

Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam Prespektif Historis


(Yogyakarta: Pusat Ilmu Yogyakarta).

Muhammad, G. M. (2022). Dasar-Dasar Pendidikan. Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Siregar, R. S. (2021). Dasar-Dasar Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai