Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi. Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguhsungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pemdidikan. Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di seluruh dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal usaha dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual. Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.

B.

Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengertian pembaharuan dalam dunia Islam? 2. Bagaimanakah latar belakang pembaharuan dalam Islam? 3. Apa sajakah landasan bagi pembaharuan dalam Islam? 4. Apakah tujuan pembaharuan dalam Islam? 5. Bagaimanakah ruang lingkup pembaharuan dalam dunia Islam? 6. Siapa sajakah tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya? 7. Bagaimanakah gerakan pembaharuan Islam di Indonesia?

C.

Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui pengertian pembaharuan dalam dunia Islam. 2. Untuk mengetahui latar belakang pembaharuan dalam Islam. 3. Untuk mengetahui landasan bagi pembaharuan dalam Islam. 4. Untuk mengetahui tujuan pembaharuan dalam Islam. 5. Untuk mengetahui ruang lingkup pembaharuan dalam dunia Islam. 6. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya. 7. Untuk mengetahui gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN PEMBAHARUAN DI DUNIA ISLAM A. Pengertian Pembaharuan dalam Dunia Islam Banyak sekali peristilahan yang digunakan para pe-nulis yang dalam bahasa Indonesia berkonotasi pemba-haruan, umpamanya tajdid, ishlah, reformasi, ashriyah, modernisasi, revivalisasi, resurgensi (resurgence), reassersi (reassertion), renaisans, dan fundamentalis. Peristilahan seperti ini timbul, bukan sekedar perbedaan semantik belaka, akan tetapi dilihat dari isi pembaharuan itu sendiri. 1. Tajdid, Ishlah, dan Reformasi Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi ; karena itu, gerakannya disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan reformasi. Tajdid menurut bahasa al-iadah wa al-ihya, mengembalikan dan menghidupkan. Tajdid al-din, berarti mengembalikannya kepada apa yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim awal. Tajdid al-Din menurut istilah ialah menghidupkan dan membangkitkan ilmu dan amal yang telah diterangkan oleh al-Quran dan al-Sunnah. Ulama dan salaf memberikan membenci tarif tajdid dan sebagai berikut : Menerangkan / membersihkan Sunnah dari bidah memperbanyak ilmu memuliakannya, bidah menghilangkannya. Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam kehidupan manusia, dan menentang segala yang bidah. Tajdid tersebut di atas dapat pula diartikan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf menghidupkan kembali ajaran salaf al-shaleh, memelihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya serta meletakkan metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam mengambil makna yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.

Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong umat Islam agar kembali kepada Al-Quran dan sunnah serta mengembangkan ijtihad. Inilah makna tajdid yang dianut oleh kaum puritan yang selama ini suaranya masih bergema. Tajdid seperti ini pula yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi dalam Islam. Reformasi itu sendiri, berdasarkan sejarahnya, muncul akibat modernisasi dan puritan muncul sebagai reaksi atas re-formasi. Reformasi adalah vis a vis modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan agama dan teologi yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern (reformation as a religious and theological and the cauce of modern secularism). 2. Ashriyah dan Modernisasi Istilah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum Orientalis terhadap gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi gerakan itu sendiri. Modernisasi, dalam masyarakat Barat, mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk merubah fahamfaham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditim-bulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tatkala umat Islam kontak dengan Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan lain sebagainya. Penyesuaian ajaran seperti di atas disebut modern karena dalam sejarahnya agama Katholik dan Protestan dahulu diajak menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern. Sayangnya, modernisaai di Barat ini akhirnya membawa kepada sekularisasi. Jika seandainya demikian ternyata perkataan modern tidak sedikit dampaknya dan bahayanya dalam pemahaman agama, seandainya tidak ada filter-filter tertentu untuk menyaringnya sebagaimana terjadi di dunia Barat tadi. Itulah sebabnya barangkali Harun Nasution tidak begitu sreg menggunakan kata modern sebagai gantinya dipilih kata pembaharuan.

3. Revivalisasi, Resurgensi, Renaisans, Reasersi Ke semua peristilahan di atas mengandung arti tegak kembali atau bangkit kembali. Peristilahan revivalisasi, pada dasarnya, banyak sekali digunakan oleh para penulis. Fazlurrahman, misalnya, menggunakan istilah ini, bahkan ia membaginya kepada dua bagian yaitu revivalis pramodernis dan revivalis neo modernis. Penulis lain mengungkapkan kebangkitan kembali dengan kata resurgence. Chandra Muzaffar yang menge-mukakan istilah ini dalam tulisannya Resurgence A. Global Vew menyatakan bahwa adanya perbedaan antara istilah revivalis dengan resurgence. Resurgence, adalah tindakan bangkit kembali yang di dalamnya mengandung unsur : a.Kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam dianggap penting karena dianggap mendapatkan kembali prestisenya; b. Ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi sebelumnya; c.Bangkit kembali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari mereka yang berpengalam-an lain. Revivalisme juga berati bangkit kembali, tetapi kembali ke masa lampau, bahkan berkeinginan untuk menghidupkan kembali yang sudah usang. Renaisans, jika hanya diartikan secara umum nampaknya membangkitkan kembali ke masa-masa yang sudah ketinggalan zaman, bahkan ada konotasi menghidupkan kembali masa jahiliyah, sebagaimana renaisans di Eropa yang berarti meng-hidupkan kembali peradaban Yunani. Jika istilah ini terpaksa digunakan, maka Renaisans Islam harus berarti tajdid . Karena itu, barangkali mengapa banyak para penu-lis menggunakan Renaisans dalam menerangkan tajdid atau Pembaharuan dalam Islam. Fazlurrahman, misalnya dalam bukunya Islam :

Challenges and Opportunities, menulis tentang Renaisans Islam : Neo Modernis. Istilah ini pun digunakan pula oleh editor buku A History of Islamic Phllisophy, M.M. Sharif, tatkala rnenerangkan tokoh-tokoh pembaharuan dunia Islam, seperti Muhammad ibn Abd al-Wahab, Muhammad Abduh dan lainnya di ba-wah judul Modern Renaissans. Sementara itu reassertion berarti tegak kembali tetapi tidak mengandung tantangan terhadap masalah sosial yang ada. Demikianlah istilah tajdid, pembaharuan, yaitu dike-mukakan oleh para ahli, mereka bukan hanya sekedar berbeda pendapat dalam hal istilah yang digunakan, akan tetapi dalam makna dan isi pembaharuan itu sen-diri. Itulah sebabnya orang sering mengatakan bahwa istilah Pembahruan dalam Islam masih merupakan kontroversi yang mengandung kebenaran. Dan itu pula se-babnya mengapa Harun Nasution tidak banyak menggunakan peristilahan yang banyak itu, kecuali menggu-nakan istilah pembaharuan, modern dan tajdid sewaktuwaktu. Karena, yang penting adalah isi dan tujuan dari pembaharuan itu sendiri kembali kepada ajaran-ajaran dasar dan memelihara ijtihad. B. Latar Belakang Pembaharuan dalam Islam Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur Melalui Persia sampai India. Daerah-daerah ini kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad. Di abad ini lahir para pemikir dan ulama besar seperti ; Maliki, Syafii, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya. Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang

barat (Eropa) pada abad selanjutnya. Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan mencipta ilmu pengetahuan. Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah: Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran. Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan. Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan. Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat. C. Landasan Bagi Pembaharuan Islam Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan historis. Landasan Teologis

Menurut Achmad Jainuri dikatakan bahwa ide tajdid berakar pada warisan pengalaman sejarah kaum muslimin. Warisan tersebut adalah landasan teologis yang mendorong munculnya berbagai gerakan tajdid (pembaruan Islam). Landasan Normatif Landasan normatif yang dimaksud dalam kajian ini adalah landasan yang diperoleh dari teks-teks nash, baik Al-Quran maupun Al-Hadits. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Rad : 11) Landasan Historis Sebagai pijakan bagi kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang akan datang. D. Tujuan Pembaharuan dalam Islam Tujuan pokok dari pembaharuan Islam adalah : Pertama, purifikasi ajaran Islam, Kedua, menjawab tantangan zaman. Untuk mewujudkan kedua tujuan di atas, maka ijtihad dapat dipandang sebagai metode pokok untuk berjalannya gerakan pembaruan Islam (tajdid). E. Ruang Lingkup Pembaharuan dalam Dunia Islam Secara inplisit ruang lingkup pembaharuan, pada dasarnya sudah disinggung pada halaman-halarnan se-belumnya, namun kiranya akan lebih baik jika diterang-kan secara eksplisit. 1. Pra Modernis Kelompok pembaharu pra modernis dan yang seide dengannya lebih menekankan pada aspek pemurnian ajaran Islam dalam bidang aqidah, syariah, dan akhlaq dari subversi ajaran yang bukan Islam dan ti-dak dapat di-Islamkan. Meskipun demikian mereka tidak melupakan aspek politik dan sosial ekonomi.

2. Modernis Klasik Kelompok modernis klasik sudah lebih jauh melangkah dari apa yang diperjuangkan oleh kelompok pra-modernis. Mereka bukan hanya sekedar merekontruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan teta-pi sudah sampai pada tahap membicarakan mana yang disebut ajaran dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar atau hanya furu. Mereka melakukan reaktuali-sasi penafsiran dan pemahaman Kitab suci dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadis secara tajam. Di antara mereka ada yang bersikap hati-hati terhadap penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad Abduh misalnya, dan ada yang menolak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti Sayyid Ahmad Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang masalah eko-nomi, kenegaraan, penafsiran kontekstual dan mengambil metode modern dalam kalian-kajiannya. 3. Pasca Modernis Pasca modernis dapat pula kita katakan sebagai neo revivalisme yang menekankan pembaharuan pada bidang politik dan pendidikan. Mereka, para pembaharu ini ingin agar adanya identitas khusus yang Islami; mereka berbeda dengan kaum modern klasik dan pra modernis. Demikianlah pembaharuan dalam Islam, dengan berbagai variasinya dapat membangkitkan umat Islam dari kevacuman Intelektual dan kerusakan aqidah. Pembaharuan yang dimulai di dunia Arab menghembuskan angin segar ke dunia Islam, sehingga kaum muslimin menemukan kembali identitas dirinya dan mampu pula membe-baskan dirinya dari penjajahan dan kolonialisme Barat.

F.

Tokoh-Tokoh Pembaharu dan Ide-Ide Pembaharuannya 1. Ibnu Taimiyah (1263-1328) Nama lengkapnya Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, lahir di Harran, Turki pada 22 Januari 1263, dan meninggal pada 27 September 1328. Adapun beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut : Pertama, sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan paham tauhid. Ia menentang segala bentuk bidah, takhyul dan khurafat. Menurutnya, aqidah tauhid yang benar adalah aqidah salaf aqidah yang bersumber dari teks al-Quran dan Al-Hadits, bukan diambil dari dalil-dalil rasional dan filosofis. Kedua, ia menyampaikan seruan agar umat islam menghidupkan ruh kembali menggali ajaran-ajaran Al-Quran dan Al-Hadits. Ketiga, menentang taklid. Taklid adalah sikap yang membuat umat islam mundur, sebab taklid berarti menutup pintu ijtihad, membuat otak menjadi beku. Keempat, di dalam berijtihad tidak terikat mazhab atau imam. Kelima, dalam bidang hukum Islam Ibnu Taimiyah menawarkan suatu metode baru yaitu mempertimbangkan aspek-aspek hikmah dalam keputusan / penerapan hukum Islam. 2. Muhammad bin Abdul Wahhab (1730-1791) Muhammad bin Abdul Wahhaba lahir di Uyaynah pada 1730 M/1115 H. Inti gerakan pembaharuannya sebagai berikut : Pertama, pembaharuan Islam yang paling utama disandarkan pada persoalan tauhid. Kedua, Wahhab sangat tidak setuju dengan pendukung tawassul. Ketiga, sumber-sumber syariah islam adalah Al-Quran dan Sunnah. Keempat, pentingnya negara dalam memberlakukan secara paksa syariah dalam masyarakat.

10

3. Jamaluddin al-Afghani (1838/1839-1897) Gagasan pembaharuannya meliputi : Pertama, dari sudut pandangan islam tradisional Jamaluddin mengemukakan pentingnya kepercayaan pada akal dan hukum alam, yang tidak bertentangan dengan kepercayaan pada Tuhan. Kedua, ia berhasil mendukung kebangkitan nasionalisme di Mesir dan India. Ketiga, Jamaluddin menyatakan ide tentang persamaan antara pria dan wanita dalam beberapa hal. 4. Muhammad Abduh (1848-1905) Muhammad Abduh lahir pada 1848-1905 M di sebuah desa provinsi Gharbiyyah, Mesir. Ada tiga pranata yang menjadi sasaran pembaharuannya, yaitu pendidikan, hukum, dan wakaf. Pertama, pembaharuan di bidang pendidikan dipusatkan di Al-Azhar. Kedua, pembaharuan di bidang hukum. Usahanya adalah memperbaiki kesalahan pandangan masyarakat. Bahkan pandangan para mufti sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim. Ketiga, ia membentuk majelis administrasi wakaf dan ia duduk sebagai anggota. Ia berhasil memasukkan perbaikan masjid sebagai salah satu sasaran rutin penggunaan dana wakaf. 5. Rasyid Ridha (1865-1935) Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al Qalmuni Al-Husaini (dikenal sebagai Rasyid Ridha; 1865-1935) adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin alAfghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahankelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat

11

kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta (taqlid), minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern. Diantara ide-ide pembaharuannya adalah : Menumbuhkan sikap aktif dan dinamis dikalangan umat. Umat Islam harus meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah). Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat maupun hadits dengan tidak meninggalkan prinsip umum. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju. Kemunduran umat islam disebabkan karena banyaknya unsur bidah dan khurafat yang masuk kedalam ajaran islam. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum alam yang diciptakan Allah. Perlunya menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar yang dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip-prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman. 6. Syekh Waliyullah Imam Al-Kabir Sheikh Ahmad Abdur Rahim Ibn As-Shahid Wajihuddin Ibn Muazzam Ibn Mansur Ibn Ahmad Ibn Mahmud Dahlawi adalah nama sebenarnya tetapi beliau lebih dikenali dengan gelaran Syekh Waliyullah. Shah Waliyullah adalah tokoh ulama yang

12

mahir dalam ilmu failosof, pujangga, seorang sufi, Muhaddis dan juga Guru Tariqat. Digelar juga sebagai seorang mujaddid (reformis atau pembawa pembaharuan) oleh Syeikh Rashid Ridha. Lahirnya pada 21 Februari di sebuah kampong kecil bernama Pulth, daerah Muzaffaragh, dekat Delhi, India bersamaan, 4hb. Syawal 1114 H / 1702 Masihi 4 tahun sebelum kematian Sultan Aurangzeb. Beliau memperjuangkan pemikiran pembaharuan dalam beberapa aspek yaitu : Akidah Beliau menjelaskan betapa pentingnya akidah untuk membetulkan cara berfikir, beramal dan bertindak.Banyak kesilapan berlaku di kalangan umat Islam kerana salah faham dalam akidah. Berpegang kepada Al-Quran dan Sunah Beliau menganjurkan supaya ilmu Al-Quran dan Sunah dipelajari secara mendalam supaya umat Islam dapat memahami rahsia-rahsia dan hikmah-hikmah dalam syariat Allah Taala ,seperti yang difahami oleh umat Islam terdahulu.Orang Islam hendaklah mengutamakan Al-Quran dan Sunah sebagai panduan hidup, serta meninggalkan taklid lepada pendapat-pendapat fuqaha melainkan setelah dibahas,dihalusi dan difahami hujah-hujah mereka. Siasah dan pemerintahan Beliau mengajak umat Islam mencontohi khulafa Ar-Rasyidin dalam menegakkan syariat Allah melalui pemerintahan Negara Islam. Kitab beliau, Khilafatul tentang khafa-i-an cirri-ciri tarikhil Negara khulafa-i Islam, antaranya dan menjelaskan Bahasa Arab Kebanyakan orang Islam tidak memahami Bahasa Arab, ini menyebabkan mereka tidak memahami Al-Quran dan Sunah secara kewajiban

tanggungjawab menegakkan dan memeliharanya.

13

langsung. Setiap orang Islam sepatutnya tahu Bahasa Arab dan dapat memahami makna Al-Quran sekurang-kurangnya secara umum apabila membacanya. Masa depan Dunia Islam Dalam perjuangan gerakan Islam, Syekh Waliyullah melihat umat Islam perlu bersedia dengan kemampuan akal yang tinggi bagi menghadapi kemajuan dunia. Mereka perlu dibekalkan dengan ilmu dan kefahaman tentang hikmah-hikmah ajaran Islam dan syariat Allah. Beliau menganjurkan, sekiranya sesebuah negara itu tidak dapat dibaiki lagi kerana terlalu rusak, satu angkatan jihad bagi menumbangkan pemerintahan itu hendaklah diujudkan supaya dapat dibentuk sebuah Negara Islam baru yang dapat melaksanakan syariat Allah. 7. Ahmad Khan Sir Syed Ahmad Khan, KCSI (juga disebut Sayyid Ahmad Khan, lahir 17 Oktober 1817 dan meninggal 27 Maret 1898 pada umur 80 tahun) adalah pendidik dan politikus India, serta reformer dan modernis Islam. Sir Syed mempelopori pendidikan modern bagi komunitas Muslim di India dengan mendirikan Muhammedan Anglo-Oriental College, yang nantinya berkembang menjadi Aligarh Muslim University. Jasanya telah melahirkan generasi kaum intelektual dan politikus Muslim baru. G. Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia Gerakan pembaharuan di Indonesia mulai tumbuh pada awal abad ke-20. Organisasi pembaharuan pertama yang didirikkan adalah Jamiatul Khair pada 15 Juli 1905. Kegiatan yang menjadi perhatian organisasi ini meliputi dua bidang yaitu pendirian dan pembinaan sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan study.

14

Selanjutnya yaitu organisasi islam al-irsyad yang berjasa dalam mendirikkan banyak lembaga sekolah dari tinggkat dasar hingga sekolah guru. Ia juga menerbitkan buku-buku dan pamflet-pamflet. Organisasi sosial Islam yang terpenting dan terbesar awal abad 20 hingga sekarang adalah Muhammadiyah yang didirikkan oleh K.H. Ahmad Dahlan tanggal 18 Nopember 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam yang dari semula gigih menentang praktek-praktek keagamaan muslim yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni dan utuh, sesuai dengan Firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 105, yang artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Oleh karena itu seluruh bentuk bidah takhayul dan khurafat, baik dalam bidang aqidah maupun ibadah di berantas oleh Muhammadiyah. Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan muhammadiyah di tekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Upaya pembaharuan yang dilakukan antara lain Muhammadiyah gigih mempertahankan pendapat bahwa pintu ijtihad masih tetap terbuka, di bidang sosial muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal yang ada yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah kedalam bentuk amal usaha seperti rumah sakit, panti asuhan, dan beberapa lembaga sosial yang lain. Di bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikkan sekolahsekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak atau Aisyiyah Bustanul Athfal, SD atau Madrasah, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sistem pendidikan yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah adalah suatu bentuk pembaharuan yang memadukan antara unsur lama yaitu Islam sebagai dasar pembaharuan dengan unsur baru yaitu metodologi yang diambil dari sistem pendidikan modern. Pada intinya gerakan pembaharuan yang dilakukan

15

Muhammadiyah yakni memperbaharui cara pandang atau paham tentang Islam guna menjawab persoalan-persoalan yang bersifat kekinian. H. Pendapat Kelompok Menurut pendapat kelompok kami, pembaharuan di dunia Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan zaman yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Pembaharuan dalam dunia Islam semata-mata bertujuanuntuk purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dari dari unsur-unsur asing (bidah, takhyul dan khurafat) dan kembali kepada ajaran yang murni dan utuh, sehingga iman menjadi suci karena terus diperbaharui serta untuk melakukan pengembangan dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan lain-lain selama itu semua tidak bertentangan dengan dan di bawah panduan Al-Quran dan Hadits.

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan zaman yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Al-Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah : Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekattarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran. Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan. Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Tujuan dari pembaharuan dalam dunia Islam yaitu : mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Quran dan Hadits, dan membuang segala bidah, khurafat, tahayul dan mistik serta menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.

17

B.

Saran Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan kita semua dapat mengerti, memahami, dan mengetahui pengertian, latar belakang, landasan, tujuan, ruang lingkup, tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya, serta gerakan pembaharuan Islam di Indonesia sehingga dapat memaknainya dengan benar.

18

Anda mungkin juga menyukai