Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Makalah ini disusun untuk
mendeskripsikan tentang sejarah pendidikan islam di masa kebangkitan.
Kami berharap makalah yang sederhana ini dapat menjadi tambahan bagi
pembaca yang ingin mempelajari lebih jauh tentang sejarah pendidikan Islam
khususnya di masa Kebangkitan. Kami sadar makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi perbaikan
makalah ini.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Pembaharuan dalam Islam……..........................................................3
B. Pengertian Pembaharuan dalam Islam……….....................................................
C. Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam………………………......................
D. Tokoh-Tokoh Pembaharuan dalam Islam..........................................................
E. Faktor Kebangkitan Umat Islam........................................................................
F. Usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Kemerdekaan dari Bangsa Barat.......
G. Kemerdekaan Negara-Negara Islam dari Bangsa Barat....................................
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tulisan ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui gambaran secara menyeluruh peradaban Islam era kebangkitan.
2. Mengetahui tokoh-tokoh pembaharu Islam.
3. Mengetahui faktor kebangkitan umat Islam.
4. Mengetahui usaha yang dilakukan untuk mencapai kemerdekaan dari bangsa barat.
BAB II
PEMBAHASAN
Berawal dari kegelisahan umat Islam pada saat itu, yaitu banyaknya muncul
penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun dalam
tingkatan politik dan pendidikan. Maka diperlukan adanya proses modernisasi maupun
pembaharuan baik di bidang politik, pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah karena
dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa
diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap
dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima pendapat yang
bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya.
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari Bangsa
Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahan-kekalahan yang
diderita oleh Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara Eropa. Mereja mulai
memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan utusan-utusan untuk
mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancisdan didirikan sekolah-sekolah Militer di
Turki pada tahun 1734(Edi Yusrianto:52). Dalam membuka mata kaum muslimin akan
kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha
pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan
keterbelakangan(Harun Nasution,1982:17). Pembaharuan dalam hal apapun, termasuk dalam
konteks keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus dan selalu terjadi sebab cara
dan pola berpikir manusia serta kondisi sosial masyarakat selalu berubah seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang yang akhirnya membuahkan tekhnologi yang
semakin canggih. Lain dari pada itu kemunduran dan stagnasi berpikir umat sebagai buah dari
fanatisme serta adanya "pihak luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong
sebagian pemikir untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan dalam Islam mempunyai alur yang panjang khususnya sejak
bersentuhan dengan dunia Barat, untuk memahami makna dan hakekat pembaharuan. Dan yang
masih menjadi pertanyaan besar adalah mengapa umat Islam masih tertinggal dari dunia Barat
(setelah dahulu mengalami masa keemasan).
Penjajahan oleh bangsa Barat terhadap bangsa-bangsa Islam semakin memperjelas
ketinggalan dunia Islam akan segala hal. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan itu
adalah Turki Usmani. Disebabkan karena bangsa ini yang pertama dan yang utama menghadapi
kekuatan Barat.
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka
untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah
masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu kepada
tema yang sama yaitu adalah :
2.Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan
ditutup(Edi Yusrianto:51)
Secara etimologi, kata ‘pembaruan’ dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah tajdîd,
memiliki makna antara lain; proses, cara, perbuatan membarui. Sedangkan menurut Harun
Nasution pembaharuan merupakan arti dari at-Tajdid dalam bahasa Arab sebagai perkembangan
modernisme yang terjadi di dunia Barat akibat perkembangan baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sehingga pembaharuan dapat dilihat dari
kata modernism. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan
dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi lama dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan (2002: 109). suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern (Harun Nasution:3). Dalam kamus Oxford pembaharuan
dikenal dengan istilah resurgence diartikan sebagai kegiatan yang muncul kembali. Pengertian
ini mengandung tiga hal:
1. Suatu pandangan dari dalam ”dimana suatu cara kaum muslimin melihat bertambahnya
dampak agama diantara para penganutnya. Sehingga keberadaan Islam disini menjadi
penting kembali. Dalam artian memperoleh kembali prestasi dan kehormatan dirinya”
2. Kebangkitan kembali” menunjukan bahwa keadaan tersebut telah terjadi sebelumnya.
Jejak Nabi dan para pengikutnya dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap
pemikiran orang-orang yang menaruh pada jalan hidup umat Islam.
3. Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep” mengandung paham tentang suatu tantangan,
bahkan suatu ancaman terhadap pengikut pandangan-pandangan lain penjajahan bangsa
barat atas dunia Islam.
Kata yang lebih dikenal dan lebih populer untuk pembaharuan ialah modernisasi. Dalam
masyarakat Barat kata modernisasi mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat
disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru ditimbulkan pengetahuan modern.
Pikiran dan aliran di periode itu disebut age of reason atau englightenment ( Masa Akal atau
Masa Terang ) 1650 – 1800 M.
Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, modernisme memiliki arti-arti negatif di
samping arti-arti positif, maka Harun Nasution lebih banyak memakai istilah pembaharuan
dalam Islam. Pembaharuan ini mulai terjadi di dunia Islam pada abad 18 Masehi dan seterusnya
akibat jatuhnya Mesir ke tangan kekuasaan Napoleon dari Prancis yang mengakibatkan
keinsyafan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah
timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Maka raja-raja dan
pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam
kembali dengan cara melakukan pembaharuan dalam Islam (Harun Nasution: 6).
Pembaharuan dalam Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep
asalnya dipahami dan ditafsirkan kembali sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada
masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan hakekat atau ide
aslinya. Disini bukan selalu perubahan yang terjadi, tetapi bias juga hanya peragaman makna dan
penafsiran. Disamping itu, tajdid ini bisa berarti memperbaharui ingatan orang yang telah
melupakan ajaran agama Islam yang benar, dengan memberi penjelasan dan argumentasi-
argumentasi baru sehingga meyakinkan orang yang tadinya ragu dan meluruskan kekeliruan atau
kesalahpahaman mereka yang keliru dan salah paham.
C.Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam
sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan
dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka padagaris besarnya terjadi tiga pola
pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah :
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari
kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah
membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi
melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni
lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin
Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh (Edi Yusrianto, Opcid , h. 53)
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam,
sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan
kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Ajaran Islam
sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. Jadi, umat Islam harus kembali kepada
ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia
berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.
3. Usaha yang Berorientasi kepada Nasionalisme
Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan
kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan
bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang
mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari
berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu
sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi
dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata
mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya
warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan
timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan
pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini
terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem
pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.
D.Tokoh-tokoh Pembaharu Islam
Berikut tokoh dan pemikirannya yang ikut andil dalam memperbaharui kebangkitan Islam:
1. Pembaharuan dalam Bidang Akidah
Pemikiran Muhammad ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam di masa modern sejak abad
kesembilan belas. Walaupun ia sendiri hidup di abad sebelumnya, tetapi pemikirannya
mengilhami gerakan-gerakan pembaharuan Islam pada abad setelahnya. Bahkan sisa-sisanya
masih terasa hingga kini.
Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia Tengah pada tahun 1115 –
1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab adalah seorang hakim di kota kelahirannya. Di masa
pemerintahan Abdullah ibn Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan hadis di masjid
kota tersebut. Kakeknya Sulaiman, adalah seorang mufti di Nejd. Ia mulai belajar agama dari
Ayahnya sendiri dengan membaca dan menghafal al-Qur’an. Di samping belajar kitab-kitab
agama aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah, Madinah dan Basra.
Sebutan Wahhabiyah adalah nama yang diberikan kepada kaum muwahhidun (kelompok
pemurnian tauhid) oleh lawan-lawannya, karena pemimpinnya bernama Muhammad ibn Abdul
Wahab.
Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan menonjol difokuskan pada pemurnian
tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya.Namun, dengan berjalannya
waktu, gerakan mereka berkembang menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia tidak
meninggalkan misi asalnya yaitu pemurnian Islam.
Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan menjadi tauhid ilahiyyah, rubbubiyah, asma,
sifat dan tauhid af’al yang disebut juga tauhi ilm dan i’tiqad.
Baginya, syirik adalah orang yang menyekutukan Allah dan tidak akan diampuni oleh
Allah dosa yang disebabkan tersebut. Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik
yang nyata) dan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan terhadap
mahluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada selain Allah dan
riya’.
b. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M, ayahnya bernama Abdul Hasan
Khoirullah yang berasal dari Turki, dan ibunya seorang Arab yang silsilahnya sampai kepada
suku Umar Bin Khatab. Abduh termasuk anak yang cerdas, meskipun ia bersal dari keluarga
petani miskin di Mesir. Sejak kecil ia tekun belajar dan melanjutkan studinya di al Azhar
(Murodi,1997:177-178). Sebagai rektor al-Azhar, ia memasukkan kurikulum filsafat dalam
pendidikan di al-Azhar, upaya ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir orang-orang
al-Azhar. Akan tetapi usahanya ini mendapat tantangan keras dari para syekh al Azhar
lainnya yang masih berpikiran kolot. Oleh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukan lewat
pendidikan di al-Azhar tidak berhasil.Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa
Abduh, memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Selain
sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut professor sejarah Islam di University of
Massachuussets adalah politik dan ranah social keluarga yaitu peran wanita ( Ilyas Hasan:50-68).
Disamping tiu, Murodi dalam tulisannnya menambahkan analisisnya bahwa ide-ide pemikiran
Abduh diantaranya adalah: pembukaan pintu ijtihad / penghargaan terhadap 'akal' (Rasionalitas),
kekuasaan Negara harus dibatasi oleh konstitusi dalam pengelolaan negara, memodernisasikan
sistem pendidikan Islam di al Azhar.
c. Muhammad Rasyid Ridho
Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun, di pesisir laut Tengah, pada tanggal 23 September
1865 M. Pendidikan bermula di madrasah al Kitab al Qalamun, kemudian di madrasah ar
Rasyidiah di Tropoli.
Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan tingginya di al Azhar 1898 M dan berguru pada
Muhammad Abduh. Diantara pembaharuannya adalah: pembaharuan dalam bidang agama,
social, ekonomi, memberantas khurafat dan bid'ah. Serta paham-paham yang dibawa tarekat.
Adapun ide-ide pembaharuannya adalah: menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan
umat, mengajak untuk meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al
Qur'an dan Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta
pemerintahan yang bersistem khalifah.
2. Pembaharuan dalam Bidang Politik
a. Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ia
termasuk pembaharu yang berpengaruh di dunia Islam. Saat usia 25 tahun, ia menjadi pembantu
Pangeran Dost Muhammad Khan di Afganistan, dan pada tahun 1864 menjadi penasehat Sir Ali
Khan. Serta pernah diangkat sebagai Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan beberapa
tahun kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri, Inggris sudah ikut campur dalam urusan nergeri
Afganistan, maka Jamaluddin termasuk salah satu orang yang menentangnya. Karena kalah
melawan Inggris, maka ia lebih baik meninggalkan negerinya dan pergi menuju ke India. Sejak
itulah, ia berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki. Perpindahan itu juga
dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam, salah satu sebabnya
adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah
menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain adalah
perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan antar umat Islam dan
lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam
yang benar, mensucikan hati, memuliakan ahlak, berkorban untuk kepentingan umat,
pemerintahan otokratis harus diubah menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan
sehingga umat akan maju sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan etnik
maupun rasial, tetapi karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau
pada mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia
masih menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah merupakan ide orisianal darinya,
yangdikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan sesame umat Islam sedunia.
a. Al Tahtawi
Nama aslinya adalah Rifa'ah Badhawi Rafi' al Tahtawi, lahir pada tahun 1801 di Mesir
Selatan, wafat tahun 1873 di Kairo. Seorang pembaharu yang mempunyai pengaruh besar pada
abad ke-19 dan seorang yang sangat berpengaruh dalam usaha-uasaha gerakan pembaharuan
yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya. Al Tahtawi belajar di al Azhar Mesir, dan setelah
kembali diangkat menjadi sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemahan di sekolah
kedokteran.
Pada tahun 1836 didirikan sekolah penerjemah yang kemudian dikepalai oleh al Tahtawi.
Beliau bukan seorang penganut sekuler, usahanya adalah memperbaiki tradisi, khususnya dalam
bidang pendidikan, kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau menginginkan Mesir maju
seperti dunia Barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.
Salah satu jalan untuk kesejahteraan menurutnya adalah, berpegang pada agama dan
akhlak budi pekerti, untuk itu pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan
menurutnya adalah membentuk manusia berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon
yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotic itu akan menimbulkan rasa kebangsaan, persatuan,
tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia mengorbankan jiwa dan harta untuk
mempertahankan kemerdekaan.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Tahtawi menghendaki agar para ulama selalu mengikuti
perkembangan dunia modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini
mengandung arti bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang
dilontarkan al Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan tetapi
kehidupan social juga harus seimbang, kebiasaan dictator raja seharusnya diganti dengan
musyawarah, syari'at harus sesuai dengan perkembangan modern, para ulama harus belajar
filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari'at sesuai dengan kehidupan modern, pendidikan harus
bersifat social (termasuk tidak ada pembedaan bagi perempuan). Umat Islam harus dinamis
(Salim Azzam, ,1990:45).
Benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa,
mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari pertama kali oleh
Turki, karena kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam usaha menghadapi kekuatan Eropa.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya didorong oleh dua
faktor, yakni pertama: permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai
penyebab kemunduran Islam, seperti gerakan Wahabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin
Abd al-Wahhab di Saudi Arabia, Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyah di Afrika
Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba gagasan-
gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman para
pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu
pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa
mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam
memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah
gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya didengungkan oleh
gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh
tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang
menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan
dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk
pertahanan. Umat Islam menurutnya, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang
di bawah panji bersama. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-
negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme dalam Islam.
Semangat Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong Sultan Hamid II, untuk
mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan hangat dari
negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi al-Afghani tersebut menjadi duri bagi
kekuasaan sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah itu,
gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama sekutunya
Jerman, kalah dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh
yang justru mendukung nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan. Gagasan
nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan
umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam
yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri
mereka. Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari pemuka-
pemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú al-Islamiyaú. Akan
tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme redup.
Di Mesir, benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi dan Jamludin al-
Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini adalah Ahmad Urabi
Pasha. Gagasan tersebut menyebar dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme
tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di Mesir, Syiria, libanon, Palestina,
Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh usaha barat
untuk mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab.
Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal dengan
gerakan óilafaú juga mendapat pengikut. Syed Amir Ali adalah salah seorang pelopornya.
Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafah yang dihapuskan
Mustafa Kemal tidak memungkinkan lagi. Yang populer adalah gerakan nasionalisme, yang
diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi, gagasan nasionalisme itu segera pula
ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam, karena kaum muslim yang minoritas tertekan
oleh kelompok Hindu yang mayoritas. Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam
sulit diwujudkan. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut
nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama
komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan
saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya
sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian
mengkristal pada masa Sir Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah.
G. Kemerdekaan Negara-Negara Islam dari Penjajahan Barat
.
Asmuni, Yusron.1995. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Azzam,Salim.1990.Beberapa Pandangan Tentang Pembentukan Negara Islam.Bandung: Mizan
Boehori.1982.Islam Mengisi Kehidupan.Surabaya:Al-ikhlas
Hasan,Riaz.1985.Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme.Jakarta: Rajawali Press
Murodi.1997. Sejarah Kebudayaan Islam.Semarang: Toha Putra
Nasution, Harun.1982.Pembaharuan Dalam Islam.Jakarta: Bulan Bintang
Yusrianto, Edi. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam.Pekanbaru : Intania Grafika
Zuhairini, dkk.1995. Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara