Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 4

PEMBARUAN ISLAM

DISUSUN OLEH:
1. HAFIZ TRIANDOZA (10)
2. HILYA SHAFWA NAJLA A (11)
3. INTAN WIDYA ASTUTI (12)
4. LEDYVA AQILAH PUTRI S (14)
5. NAFIDZA PRABUNINGRUM (22)
6. RENDY AGUNG KURNIAWAN (29)
7. RESKIKA PUTRI PALIDA (30)

GURU PEMBIMBING: M. REZKI PULUNGAN, S.PD

XI MIPA 5
SMA NEGERI 5 KOTA BENGKULU 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berkat rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah berjudul Pembaruan Islam.

Adapun tujuan dari materi ini adalah untuk mengetahui beberapa hal seperti,
perkembangan islam pada masa modern, tokoh-tokoh pembaruan Islam pada masa
modern, serta pengaruh gerakan pembaruan terhadap perkembangan Islam di Indonesia.

Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Rezki Pulungan
S.Pd selaku guru Agama Islam yang telah membimbing kami. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari penulisan kata, kalimat, maupun materi
yang kami sampaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang diberikan akan sangat kami
hargai dan berusaha untuk memperbaiki makalah ini dengan lebih baik. Kami berharap
agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi orang lain.

Bengkulu, 27 Maret 2022


Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 1
BAB II ISI .......................................................................................................................................... 2
2.1 Perkembangan Islam Pada Masa Modern ............................................................................... 2
A. Waktu Perkembangan Islam Pada Masa Modern............................................................. 2
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Islam Pada Masa Modern ................. 3
C. Pusat peradaban Islam pada masa modern ....................................................................... 3
D. Hikmah Mempelajari Perkembangan Islam Pada Masa Modern ..................................... 6
2.2 Tokoh Pembaru Islam Pada Masa Modern ............................................................................. 6
1. Tokoh Pembaru dari India ................................................................................................ 6
2. Tokoh Pembaru dari Turki ............................................................................................... 7
3. Tokoh Pembaru dari Mesir ............................................................................................... 8
2.3 Pengaruh Gerakan Pembaruan terhadap Perkembangan Islam di Indonesia ......................... 10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Umat Islam tradisional hingga saat ini tampak ada perasaan masih belum menerima apa yang
dimaksud dengan pembaharuan Islam. Mereka memandang bahwa pembaruan Islam adalah
membuang ajaran Islam yang lama diganti dengan ajaran Islam baru, padahal ajaran Islam yang
lama itu berdasarkan pada hasil ijtihad para ulama besar yang dalam ilmunya, taat beribadah dan
unggul kepribadiannya, sedangkan ulama yang ada sekarang dipandang kurang mendalam ilmu
agamanya, kurang taat dalam ibadahnya dan kurang baik budi pekertinya. Oleh karena itu, umat
Islam tradisional beranggapan bahwa ulama abad lampau sudah cukup baik dan tidak perlu
diperbarui dengan ulama sekarang.
Adapula yang memahami pembaruan Islam dengan mengubah Al-Qur’an dan Al-Hadist,
memahami Al-Qur’an dan Al-Hadist menurut selera orang yang memahaminya, atau mencocokan
makna Al-Qur’an dan Al-Hadist sesuai penafsirnya. Dengan kata lain, pembaruan Islam
dipersepsikan dengan upaya mencocokan kehendak Al-Qur’an dan Al-Hadist dengan kehendak
orang yang menafsirkannya, bukan mengajak orang hidup sesuai Al-Quran dan Al-Hadist. Persepsi
demikian hingga kini tampak dipegang terus oleh sebagian umat Islam tradisional, tanpa berdialog
kembali dengan para tokoh pembaharu dalam Islam, maka muncullah kaum modernis dan kaum
tradisionalis.
Pembaruan sebenarnya bukanlah yang dipersepsikan oleh kaum tradisional. Pembaruan Islam
adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru
yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Maka pembaruan Islam
bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahkan teks Al-Qur’an maupun teks Al-Hadist.
Melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui perkembangan Islam pada masa modern.


2. Mengetahui tokoh-tokoh pembaruan Islam pada masa modern.
3. Mengetahui pengaruh gerakan pembaruan terhadap perkembangan Islam di Indonesia.

1
BAB II

ISI

2.1 Perkembangan Islam Pada Masa Modern

A. Waktu Perkembangan Islam Pada Masa Modern


Perkembangan Islam pada masa modern terjadi semenjak tahun 1800 M sampai
sekarang Perkembangan tersebut telah berjalan selama 214 tahun. Hal ini merupakan
kurun waktu yang cukup lama, karena telah dialami oleh tiga atau empat generasi.

Salah satu ciri kehidupan modern menurut Alfin Taffler adalah masyarakat
informasi. Perkembangannya telah melahirkan empat tipologi kehidupan manusia,
yaitu:
● Bertumpu kepada paham positivisme, sehingga pengembangan ilmu dan
teknologi kurang mempertimbangkan nilai-nilai etnis dan agama (value free).
● Mendorong manusia bersifat hedonisme dan konsumerisme, artinya
kesejahteraan hidup dilihat dari segi materi dan uang, sehingga menimbulkan
kegersangan rohani manusia.
● Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat, sehingga
kehidupan manusia diperbudak oleh teknologi.
● Bersifat eksploitatif, artinya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kurang
memperhatikan dampak terhadap lingkungan.

Ini menjadi kenyataan hidup di abad modern, sehingga apabila tidak ada gerakan
dan aksi nyata dari umat Islam yang cerdas dan kreatif dalam skala global, nilai-nilai
agama Islam semakin jauh dari kehidupan manusia. Akibatnya, dunia ini akan cepat
punah karena ulah tangan-tangan manusia yang semakin hingar-bingar dengan iptek,
tetapi jiwa manusia semakin kering dan gelap gulita.

Menurut Deliar Noer, dengan tidak mengesampingkan pendapat Alfin Toffler,


mengatakan, bahwa ciri-ciri kehidupan masyarakat modern yang perlu untuk
dilakukan oleh setiap manusia, terutama bagi umat Islam adalah:
● Bersifat rasional, artinya lebih mengutamakan pendapat akal ketimbang
pendapat emosi, termasuk ketika hendak melakukan sesuatu terlebih dahulu
dengan mempertimbangkan antara untung dan ruginya.
● Berorientasi kepada masa depan, artinya segala pemikiran diarahkan untuk
masa depan yang lebih matang, sehingga segala sesuatu dipertimbangkan dari
dampak sosial yang lebih mendalam.
● Bersifat terbuka, artinya selalu siap untuk menerima masukan, kritikan,
gagasan baru, dan perbaikan dari manapun sumbernya.
● Selalu menghargai waktu dengan cara memandang bahwa waktu adalah
sesuatu yang sangat berharga, sehingga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
● Mampu berfikir objektif, artinya dalam melihat segala sesuatu didasarkan
kepada fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat.

2
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Islam Pada Masa Modern
1. Lahirnya berbagai gerakan pemurnian ajaran Islam
Artinya lahir gerakan yang menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur'an
dan Hadis serta menjauhkan diri dari berbagai bentuk tahayul, bid'ah, dan khurafat.
Karena, hal tersebut dipandang dapat menyesatkan umat Islam. Gerakan pemurnian
Islam ini juga melarang umat Islam untuk belajar dengan negara barat, karena kemajuan
negara barat jauh dari nilai-nilai Islam. Di antara gerakan pemurnian Islam yang lahir
pada abad modern adalah gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia dan gerakan Sanusiyah di
Afrika Utara.

2. Lahirnya gagasan nasionalisme di dunia Islam dengan berdirinya partai- partai politik
Islam
Berdirinya partai-partai politik Islam, dipandang merupakan kekuatan baru dan
merupakan modal umat Islam dalam berjuang untuk mewujudkan negara Islam yang
merdeka yang terlepas dari cengkeraman negara barat. Usaha tersebut membawa hasil,
sehingga banyak negara Islam yang merdeka, seperti Pakistan, Mesir, Irak, Syiria,
Yordania, Lebanon, dan sebagainya.

C. Pusat peradaban Islam pada masa modern


Setelah berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir tahun 1801, umat Islam terdorong
untuk melakukan kebangkitan Islam. Umat Islam membuka mata dunia bahwa Islam mulai
bangkit. Kebangkitan tersebut dimulai oleh Turki dan Mesir yang telah menyadari atas
kemunduran dan kelemahan umat Islam akibat dominasi barat. Raja dan pemuka-pemuka
Islam mulai berfikir dan mencari jalan keluar untuk mengembalikan balance of power
(kekuatan yang berimbang) terhadap negara barat.
Cara yang ditempuh oleh kedua negara ini dalam meraih kemajuan adalah dengan
melakukan kontak dengan negara barat, karena kondisi umat Islam sedang dalam keadaan
terpuruk dan kejayaan telah berada di negara barat. Kemajuan negara barat tidak dapat
dilepaskan dari jasa besar Islam pada masa kejayaan, karena Islam pada zaman klasik benar-
benar jaya. Sedangkan barat, sedang dalam kegelapan. Menurut Turki dan Mesir, umat Islam
harus belajar dari negara barat. Dalam proses belajar ke negeri barat tersebut, berarti telah
lahir gerakan pemikiran atau pembaharuan dengan sebutan modernisasi dalam Islam. Gerakan
modernisasi Islam ini terus bergelora, sehingga mendorong beberapa negara Islam untuk
bangkit dan melakukan pembaharuan. Di antara negara-negara Islam yang bangkit dan
melakukan gerakan pembaharuan adalah:

1. Kerajaan Mughal di India (1526-1857M)


Kerajaan Mughal merupakan salah satu kerajaan Islam di dunia. Berdirinya
kerajaan ini pada tahun 1526 M, tidak dapat dihilangkan dalam lintasan sejarah
peradaban umat Islam. Pendiri kerajaan ini adalah Zahiruddin Muhammad yang lahir
pada tahun 1483 M. Ia dikenal dengan sebutan Babur yang berarti singa. Babur
mengalahkan Ibrahim Lodi, seorang sultan Delhi, pada pertempuran pertama Panipat
Agama rakyat Mughal adalah Islam. Babur hanya dapat menikmati usaha merintis
kerajaan Mughal selama lima tahun, karena pada tahun 1530 M beliau wafat dan
digantikan oleh putranya yang bernama Nasiruddin Humayun pada tahun 1530-1539
M. Di dalam menjalankan pemerintahan, Humayun tidak memiliki perbedaan gaya

3
kepemimpinan dengan ayahnya, yakni menjalankan roda pemerintahan dengan
pendekatan peperangan.

Dengan model dan gaya kepemimpinan seperti ini, satu persatu raja gugur
sehingga diadakan pergantian raja secara terus-menerus, mulai dari Sultan Akbar
hingga Aurangzeb. Pada masa Aurangzeb, kerajaan Mughal mencapai kejayaan.
Namun setelah wafatnya Aurangzeb di tahun 1707 M, beberapa raja pengganti tidak
dapat mempertahankan kejayaan kerajaan tersebut. Akibatnya, kerajaan ini tercatat
sebagai kerajaan Islam yang terus melemah. Kerajaan Mughal hanya dianggap
sebagai simbol dan lambang belaka. Hal ini karena raja digaji oleh kolonial Inggris
sebagai biaya hidup di istana. Akibatnya, kondisi umat Islam semakin terjepit. Dalam
kondisi demikian, umat Islam melakukan gerakan pembaharuan, seperti yang
dilakukan oleh Syah Waliyullah Dehalwi (abad ke-18) dan akhirnya menyebar ke
seluruh India.

Melalui partai Liga Muslim yang dibentuk oleh Nawab Vikarul Mulk dan Sir
Salimullah, pada tahun 1906, akhirnya mereka mampu mengantarkan pembentukan
negara Islam di India pada tanggal 15 Agustus 1947, dengan nama Pakistan. Presiden
pertama Pakistan adalah Muhammad Ali Jinnah.

2. Kerajaan Safawi di Persia (1501-1722 M)


Kerajaan Safawi di Persia berdiri ketika kerajaan Usmani sudah mencapai
puncak kemajuannya. Namun, dalam perkembangannya kerajaan ini berbeda dari dua
kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mughal). Kerajaan Safawi menyatakan
syi'ah sebagai mazhab negara. Kerajaan ini dianggap sebagai peletak pertama dasar
terbentuknya negara Iran. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat
Safawiyah. Nama Safawiyah diambil dari nama pendiri tarekat, yaitu, Safi Al-Din
(1252-1334 M), dan nama safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi
gerakan politik. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih
sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syiah yang keenam yaitu Musa
Al-Khazim. Gurunya bernama Syakh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M),
yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Safi Al-Din mendirikan tarekat
Safawiyah setelah menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun
1301 M. Pada mulanya, gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-
orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut sebagai ahli-ahli
bid'ah. Setelah itu, ia mengubah bentuk tarekat tersebut, yang berasal dari pengajian
tasawuf murni bersifat lokal, menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di
Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil, Safi Al-Din
menempatkan seorang wakil yang memimpin murid- muridnya. Suatu ajaran agama
yang dipegang secara fanatik, biasanya kerap menimbulkan keinginan di kalangan
penganut ajaran itu untuk berkuasa Karenanya, semakin lama murid-murid tarekat
Safawiyah, berubah menjad tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan
menentang setiap orang yang bermazhab selain Syi'ah. Kecenderungan masuk ke
dunia politik mendapat wujud kongkrit pada masa kepemimpinan Juneid abad (1447-
1460 M), sehingga berdirilah kerajaan Safawi di Persia.

4
Kerajaan Safawi di Persia, berada di puncak kajayaan pada masa kekuasaan
Abbas I. Banyak kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi pada masa ini, antara lain;
dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan
seni. Akan tetapi, setelah Abbas meninggal, kerajaan Safawi mengalami kemunduran
disebabkan karena raja yang memerintah sangat lemah, sehingga sering terjadi konflik
intern dalam perebutan kekuasaan. Ada tiga penyebab kehancuran kerajaan Safawi di
Persia; pertama, konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Turki Usmani, karena
kerajaan Safawi di Persia pengikut setia faham syi'ah', kedua, dekadensi moral
melanda para pemimpin kerajaan Safawi di Persia, seperti; mabuk-mabukan dan
perbuatan maksiat lainnya. Dan ketiga, pasukan tidak lagi memiliki semangat perang
yang tinggi, sehingga selalu kalah dalam menghadapi musuh.

3. Kerajaan Turki Usmani (1566-1757 M)


Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan
Usman di barat laut Anatolia pada tahun 129 M. Sejalan dengan penyerbuan
Konstantinopel oleh Mahmud II tahun 1453, negara Usmaniyah berubah menjadi
kesultanan. Pada abad ke-16-17, ketika kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh
Sulaiman Agung, kerajaan ini menjadi salah satu bentuk kesultanan terkuat di dunia.
Pada awal abad ke-17, kesultanan ini terdiri dari 32 provinsi dan terdapat beberapa
provinsi yang diberikan hak otonomi. Dengan menjadikan Konstatinopel sebagai ibu
kota kerajaan Turki Usmani, kota ini mampu menjadi pusat interaksi antara dunia
Timur dengan negara barat sampai lebih dari enam abad.

Kerajaan Turki Usmani mencapai kemajuan pada masa Sultan Muhammad II.
Sultan Muhammad II memimpin Turki dari tahun 1785-1839 M. Semenjak
kepemimpinan Sultan Muhammad II, ia melakukan berbagai usaha agar umat Islam
dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai usaha yang dilakukan
oleh Sultan Muhammad II adalah:
1. Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran dengan cara
memasukkan kurikulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
2. Mendirikan lembaga Pendidikan "Mektebi Ma'arif' untuk mencetak tenaga-
tenaga ahli di bidang administrasi dan lembaga "Mektebi Ulumi Edebiyet,"
untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah.
3. Mendirikan berbagai perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan
teknologi.

Pada tahun 1663, tentara Turki Usmani menderita kekalahan dalam


penyerbuan Hungaria. Dan pada tahun 1676 Turki kalah dalam pertempuran di
Mahakez, dan menandatangani perjanjian Karlowits pada tahun 1699 yang berisi
pernyataan menyerahkan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan
Kroasia kepada penguasa Venesia. Pada tahun 1774, penguasa Turki Usmani yang
bernama Abdul Hamid, menandatangani perjanjian dengan Rusia, yang berisi
pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di
laut hitam, serta memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi selat antara laut hitam
dengan laut putih. Apabila diadakan analisis, penyebab runtuhnya negara Turki
Usmani ada dua hal, yaitu:
1. Faktor Internal

5
● Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan,
menyebabkan hilangnya keadilan, korupsi merajalela, dan kriminalitas
meningkat.
● Heteroginitas penduduk dan agama
● Merosotnya perekonomian negara, sebagai akibat kekalahan perang di mana-
mana

2. Faktor Eksternal
● Munculnya gerakan nasionalisme, sehingga negara-negara bagian
memisahkan diri dari negara Turki
● Kurang canggihnya strategi politik negara Turki dibandingkan dengan negara
Eropa.
● Kurang canggihnya senjata perang tentara Turki dibandingkan dengan senjata
tentara Barat (Eropa).

D. Hikmah Mempelajari Perkembangan Islam Pada Masa Modern


1. Islam tidak membenarkan sikap terlalu membanggakan terhadap generasi
sebelumnya.
2. Mendorong semangat umat Islam untuk berjuang.
3. Mendorong umat Islam untuk meraih kemajuan yang hakiki.
4. Mendorong umat Islam untuk memiliki prinsip hidup yang kuat.
5. Mendorong umat Islam untuk memahami hakikat hidup dan kehidupan.

2.2 Tokoh Pembaru Islam Pada Masa Modern


1. Tokoh Pembaru dari India
A. Syah Waliyullah (1703-1762 M)
Syah Waliyullah lahir di Delhi pada 21 Februari 1703 M. ia memperoleh pendidikan dari
orang tuanya, Syah Abd Rahim. Ia berkarir sebagai guru madrasah. ia juga banyak membuat
karya tulis diantaranya yang terkenal berjudul Hujjatullah Al-Balighah dan Fuyun Haramain

Syah waliyullah berpendapat bahwa penyebab kemunduran dunia Islam diantaranya :


a. Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi
sistem kerajaan.
b. Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolut.
c. Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan aliran
dalam Islam.
d. Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
pemikiran lain dari Syah Waliyullah adalah perlunya penerjemah Al-Qur’an ke dalam
bahasa asing, agar masyarakat yang tidak paham bahasa Arab dapat memahami Al-Qur’an.
Penerjemahan Al-Qur’an pada saat itu masih dilarang oleh para ulama. penerjemahan itu
lambat laun dapat diterima masyarakat.

B. Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M)


Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari
Serangan Inggris 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam India.
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein,

6
cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar
istana di zaman Alamghir II (1754‒1759). ia memperoleh pendidikan tradisional dalam
pengetahuan agama.

Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a. Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara
menguasai sains dan teknologi.
b. ilmu dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia.
c. islam adalah agama yang memiliki paham alam buatan Tuhan
d. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
e. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
f. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.

C. Muhammad Iqbal (1876-1938 M)


Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di.Punjab dan lahir di
Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar
di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan
Thomas Arnold, seorang Orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal
untuk melanjutkan studi di Inggris. Pada tahun 1905, ia pergi ke negara ini dan masuk ke
Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian, ia pindah ke
Munich di Jerman, dan disinilah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doktoral
yang diajukannya berjudul: The Development of Metaphysics in Persia (Perkembangan
Metafisika di Persia).

Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :


a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap
terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong
umat Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
e. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f. Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
masalah-masalah keduniaan dan sosial kemasyarakatan

2. Tokoh Pembaru dari Turki


A. Sultan Mahmud II (1785-1839 M)
Sultan Muhammad II lahir pada tahun 1785 dan wafat pada tahun 1839. Latar belakang
pendidikannya adalah agama Islam, pemerintahan, sejarah, sastra Arab, sastra Turki, sastra
Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada usia yang masih muda, yaitu 22 tahun. Dalam
pemerintahannya, Turki semakin kuat.Adapun usaha-usaha yang dilakukan Sultan
Mahmud II, di antaranya:
1) Melakukan pembaruan di bidang pendidikan dengan memasukkan kurikulum
pengetahuan umum dalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.

7
2) Mendirikan sekolah Mektebi Ma’arif, untuk mencetak tenaga-tenaga ahli di bidang
administrasi. Selain itu, ia membangun sekolah Mektebi Ulumi Edebiyet, untuk
menyediakan tenaga- tenaga ahli penterjemah.
3) Mendirikan sekolah di bidang kedokteran, militer, dan teknik.
4) Menerapkan demokrasi dalam pemerintahannya.
5) Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.

B. Namik Kemal (1840-1888)


Namik Kemal lahir pada tahun 1840 dan wafat pada tahun 1888. Kemal dilahirkan dari
keluarga mampu sehingga orang tuanya menyediakan pendidikan di rumahnya. Ia
mempelajari bahasa Arab, Persia, dan Perancis. Dalam usia masih muda, ia sudah menjadi
pegawai di Kantor Penerjemahan, kemudian pindah menjadi pegawai di istana kesultanan.
Pemikiriran Namuk Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran seorang sastrawan
kenamaan yang pernah belajar di Perancis, yaitu Ibrahim Sinasi (1826-1871). Sastrawan
ini banyak menggunakan istilah hak rakyat, kebebasan berpendapat, kesadaran nasional,
pemerintahan konstitusional dan istilah lain yang semakna. Terhadap ide-ide Barat Namik
Kemal tidak mengambil sepenuhnya, akan tetapi selektif, ia mengambil yang sesuai
dengan ajaran Islam. Karena ide-ide dari Barat belum tentu cocok dengan kebutuhan
masyarakat Timur.

Adapun pemikiran Namik Kemal adalah sebagai berikut :


1) Islam mengajarkan maslahah al-ammah (kebaikan untuk masyarakat umum). Khalifah
(pemimpin) tidak boleh bersikap dan bertindak yang bertentangan dengan hal tersebut.
2) Kepala negara dalam memimpin tidak boleh melanggar syariat.
3) Syari’at merupakan konstitusi yang harus dipatuhi oleh kepala negara.
4) Kondisi ekonomi dan politik kekhalifahan Turki usmani (saat itu) mengalami masalah.
Menurutnya jalan keluar dari masalah tersebut adalah perubahan sistem pemerintahan
dari absolut menjadi konstitusional.
5) Pemerintahan yang demokratis tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Karena, saat
pemerintahan khulafau al-rasyidin menggunakan corak demokrasi, yaitu menggunakan
sistem baiat merupakan bentuk kedaulatan rakyat.
6) Negara harus menghormati dan melindungi hak-hak politik yang harus dihormati dan
dilindungi.

3. Tokoh Pembaru dari Mesir


A. Rifa'ah Badawi at-Tahtawi (1801)
Ia pernah sekolah di Prancis selama lima tahun dan diketahui menerjemahkan 12 buku
dan risalah. Begitu kembali ke Mesir, ia diangkat sebagai guru bahasa Prancis dan
penerjemah di sebuah sekolah kedokteran. Kiprah Rifa'ah dalam dunia pendidikan pun
terus berlanjut sampai tahun 1836, ketika ia mendirikan Sekolah Penerjemahan. Rifa'ah
juga sempat menjabat sebagai pemimpin surat kabar Al-Waqa'i al-Mishriyah, di mana ia
banyak membagikan berita-berita dan juga pengetahuan tentang kemajuan Barat.

Beberapa pemikiran dari Rifa'ah terkait pembaharuannya di Mesir, yaitu:


1) Para pemimpin harus melakukan musyawarah bersama para ulama, kaum terpelajar,
dokter, dan ekonom.
2) Syari'ah harus disesuaikan dengan perkembangan modern.

8
3) Para ulama wajib belajar falsafat dan ilmu pengetahuan modern supaya sesuai
dengan syariat dan kebutuhan zaman.
4) Pendidikan bersifat universal bagi semua golongan.
5) Umat Islam wajib bersifat dinamis dan tidak statis.

B. Muhammad Ali Pasha


Muhammad Ali Pasha merupakan salah satu tokoh yang gencar menyuarakan
pembaharuan islam di Mesir yang lahir dari keluarga sederhana. Kendati demikian, ia
mampu membangun karier sebagai pemungut pajak, kemudian masuk ke dinas kemiliteran
dan menjadi perwira. Sewaktu Napoleon Bonaparte menyerang Mesir, Muhammad Ali
Pasha dikirim untuk memimpin pasukannya melawan Prancis dan mampu menyelesaikan
misinya dengan baik. Setelah berhasil memukul mundur pasukan Prancis, rakyat Mesir
mulai menaruh simpati yang besar kepadanya. Sejak itu, Muhammad Ali Pasha disebut
sebagai orang pertama yang membangkitkan modernisasi di Mesir.

Beberapa pembaharuan dari Muhammad Ali Pasha adalah sebagai berikut:


1) Bidang militer dan pendidikan, dengan dibentuknya Kementerian Pendidikan pertama
di Mesir, sekolah militer, sekolah teknik, sekolah ketabiban, dan sekolah penerjemahan.
2) Pasha mengirimkan sekitar 300 pelajar ke Eropa, terutama Paris, untuk menempuh
pendidikan.

C. Jamaluddin al-Afghani
Jamaludin Al-Afghani adalah tokoh pembaharu dari negara Afghanistan yang juga
membagikan pemikirannya di Mesir. Sewaktu berusia 22 tahun, ia dipekerjakan sebagai
pembantu dari Pangeran Dos Muhammad Khan di Afghanistan. Setelah tidak lagi bekerja
untuk Pangeran Dos, Jamaluddin diangkat sebagai penasihat Sher Ali Khan, Amir
Afghanistan, pada 1864. Beberapa tahun setelahnya, ia diangkat menjadi Perdana Menteri,
yang segera dihadapkan dalam suatu kondisi di mana Inggris mendesak dan mencampuri
urusan politik Afghanistan.
Selama tinggal di Mesir, beberapa pembaharuan yang ia buat yaitu:
1) Menentang pemerintah Mesir yang dicampuri oleh Inggris.
2) Bergabung dengan politikus Mesir dan membentuk Hizb Al-Wathani (Partai
Kebangsaan).

D. Muhammad Abduh
Tokoh pembaharu Islam di Mesir yang bernama lengkap Muhammad Abduh Ibn Hasan
Khairullah lahir di Gharbiyyah, Mesir, pada 1625 H. Sewaktu muda, ia mengenyam
pendidikan di Al-Azhar Mesir. Pada masa inilah, mulai muncul pemikiran-pemikiran baru
darinya mengenai Islam, terutama karena kondisi sosial dan pemahaman keagamaan umat
Islam di Mesir kala itu. Kondisi yang dimaksud adalah terjadinya pemikiran yang statis
dan jumus, serta sistem pendidikan yang bersifat dualistik.

Masalah-masalah itu muncul karena kurangnya pengetahuan umat Muslim pada saat itu
mengenai ajaran Islam yang sesungguhnya. Untuk itu, Muhammad Abduh melakukan
beberapa pembaharuan, seperti:

9
1) Mendirikan majalah Ar-Urwatul Wusqa bersama rekannya Jamaluddin al-Afghani.
2) Mengajak umat Islam untuk kembali pada ajaran Islam sejati.
3) Ajaran kemasyarakatan dalam Islam disesuaikan dengan zaman.
4) Menghapus taklid dan menumbuhkan ijtihad (sumber hukum setelah Alquran dan
hadis).
5) Menghendaki akal dan waktu.

2.3 Pengaruh Gerakan Pembaruan terhadap Perkembangan Islam di


Indonesia

Gerakan Pembaruan Islam yang muncul di Mesir, India, dan Turki pada abad modern,
secara langsung atau tidak langsung, berpengaruh pada gerakan Islam di Asia Tenggara.
Pengaruh tersebut diakui oleh para tokoh Islam dan intelektual Islam di Indonesia berikutnya
dalam bentuk tulisan-tulisan. Misalnya, pada tahun 1961, Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA), mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), menulis buku berjudul Pengaruh
Muhammad Abduh di Indonesia. Pada tahun 1969, H.A. Mukti Ali, mantan Menteri Agama
Republik Indonesia menulis buku berjudul Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia.
Dari buku H.A. Mukti Ali dapat diketahui adanya lima faktor yang mendorong
munculnya gerakan pembaruan Islam di Indonesia, yaitu :
1. Adanya kenyataan ajaran Islam yang bercampur dengan kebiasaan yang bukan Islam
2. Adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang kurang efisien
3. Adanya kekuatan misi dari luar Islam yang mempengaruhi gerak dakwah Islam
4. Adanya gejala dari golongan intelegensia tertentu yang merendahkan Islam
5. Adanya kondisi politik, ekonomi, dan sosial Indonesia yang buruk akibat penjajahan

Melihat pada lima realitas tersebut, maka para ulama pembaru Islam melakukan lima gerakan
besar pembaruan, yaitu :
1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam
2. Mereformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
3. Mereformasi penafsiran-penafsiran terhadap ajaran dan kondisi pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari desakan-desakan dan pengaruh kekuatan luar Islam
5. Melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan.

Pada akhir abad ke-19 ada banyak kaum Muslim muda Indonesia yang belajar ke
Mekkah dan Mesir. Di sana mereka bersentuhan dengan ide-ide pembaruan. Mereka membaca
majalah-majalah yang diterbitkan khusus untuk misi pembaruan Islam, seperti majalah Al-
Urwat Al-Wusqa dan Al-Manar yang terbit di Mesir.
Ada banyak tokoh Islam di Indonesia yang sepaham dengan misi pembaruan tersebut, diantara
mereka adalah :
1. Syeikh Muhammad Tahir Jalaluddin asal Padang yang hijrah ke Singapura. Tokoh ini
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap gerakan pembaruan di Asia Tenggara.
2. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Kedua tokoh ini
dipandang penting sebab keduanya menjadi pelopor pembaruan Islam di Minangkabau.
3. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi atau Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18
November 1912 di Yogyakarta.
4. K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 31 Januari
1926 di Jombang Jawa Timur.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perkembangan Islam pada masa modern dimulai dari tahun 1.800 dan berlangsung sampai
sekarang yang ditandai dengan gerakan pembaruan dalam berbagai bidang. Tokoh-tokoh yang
memelopori gerakan pembaruan Islam, antara lain; Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah,
Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid
Ahmad Khan, dan Sultan Mahmud II. Saat Islam mengalami kemunduran, bangsa Eropa justru
mengalami kemajuan luar biasa dalam lapangan kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Sementara kondisi dunia Islam berada di bawah pengaruh kolonialisme dan imperialisme
Eropa.

3.2 Saran

Dengan adanya materi Pembaruan Islam diharapka kita semua bangga terhadap generasi
sebelumnya, meningkatkan semangat untuk selalu berjuang demi menegakkan keislaman, meraih
kemajuan yang hakiki dengan landasan keimanan dan ketakwaan, memegang prinsip hidup yang kuat,
serta memahami hakikat hidup dan kehidupan.

11

Anda mungkin juga menyukai