Anda di halaman 1dari 18

ISLAM INDONESIA DAN MODERNITAS

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Studi Islam Indonesia
Dosen Pengampu : Badrus Zaman M.Pd.I.

Disusun oleh :

1. Malik Fajar 23010190414


2. M. Lukman Hakim 23010220073
3. Imam Syafii 23010220113

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH


DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
dalam mata kuliah Studi Islam Indonesia ini dengan tepat waktu. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana
syafaatnya, kita harapkan di hari akhir kelak.
Makalah yang berjudul Islam Indonesia dan Modernitas ini kami susun
dengan maksud dan tujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan
kepada pembaca mengenai Materi tersebut. Kami mengharapkan kritik serta saran
yang sangat berharga dari para pembaca untuk membantu kami agar tersusunnya
makalah yang lebih baik lagi. Khususnya dari Bapak Dosen yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah Studi Islam Indonesia.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besaarnya kepada
semua orang yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini dengan
menyumbangkan pikiran, ide, serta informasi yang sangat berharga. Kami
berharap semoga makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat
serta menambah wawasan bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 7 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Islam di Indonesia.........................................................................................3

B. Pengertian Modernisasi.................................................................................3

C. Gerakan Modernisasi di Indonesia................................................................5

D. Respon Agama Menghadapi Tantangan Modernitas...................................11

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernitas adalah keadaan menerima hal baru dengan sikap yang
terbuka. Modernitas memiliki dampak terhadap Islam, karena bisa merubah
dunia Islam. Umat Islam dituntut untuk bisa mengembangkan dari segala
aspek agar tidak ketinggalan jauh pemikirannya. Sejarah perkembangan nya
tidak lepas pengaruh dari luar, mulai dari pelajar yang belajar dari Timur
Tengah dan juga pengaruh dari barat. Pengaruh dari Barat yang dimaksudkan
adalah cara mengedepankan pemikiran untuk melakukan perubahan. Para
tokoh terus mengoptimalkan saduran pemikiran tersebut untuk kemajuan
Islam. Sampai munculnya gerakan-gerakan pembaharuan Islam yang
memiliki keistimewaan tersendiri, mulai dari Sarekat Islam, Muhammadiyah,
dan Nahdlatul Ulama.
Sarekat Islam (SI) yang dulunya bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI), adalah awal penggerak organisasi Islam kontemporer. Tujuan awalnya
adalah mempersatukan pedagang-pedagang Muslim untuk menyaingi
pedagang China karena monopoli bahan-bahan batik. Seiring berjalannya
berubah menjadi Sarekat Islam sejak bergabungnya HOS Cokroaminoto.
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang patut diacungi jempol
oleh dunia internasional karena bersifat moderat. Didirikan oleh KH Ahmad
Dahlan, yang dulunya bernama Muhammad Darwisy. Berawal dari KH
Ahmad Dahlan bergabung di organisasi Budi Utomo yang bergerak di bidang
pendidikan. Beliau ingin sekali mengajar di Budi Utomo mengenai pelajaran
ekonomi, hingga akhirnya beliau diberi saran untuk membangun sekolah
sendiri.
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi Islam tradisionalis. Didirikan
oleh KH Hasyim Asy’ari melalui restu dari Syaikhona Kholil dari Bangkalan

4
Madura. Nahdlatul Ulama menjadi penyeimbang di era globalisasi, sesuai
gagasan dari KH Abdurrahman Wahid tentang paradoks globalisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana islam di Indonesia?
2. Apa pengertian pengertian dari modernitas?
3. Apa saja gerakan modernisasi islam di Indonesia?
4. Bagaimana respon agama dalam menghadapi moderenitas?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengertian dari modernisasi
3. Untuk mengetahui apa saja gerakan modernisasi islam di Indonesia
4. Untuk mengetahui bagaimana respon agama dalam menghadapi
modernitas

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam di Indonesia
Salah satu agama terbesar dari beberapa agama di dunia adalah islam.
Islam merupakan agama dengan konsep teologis monoteisme yaitu konsep
ketuhanan dengan kepercayaan bahwa tuhan itu satu. Istilah yang dipakai dan
dikenal luas oleh masyarakat muslim di dunia adalah ‘tauhid’ yang berarti
mengesakan.
Islam sebenarnya hanya satu, namun penampilannya bisa bermacam-
macam dan mencerminkan karakter tertentu. Islam Indonesia adalah Islam
yang satu, hanya dikemas secara kreatif dipadukan dengan tradisi sehingga
menunjukkan daya kreativitas, seperti peringatan Maulid Nabi, halal bihalal,
ketupat, beduk, tahlilan, yasinan, istighâtsah, manâqib, tawasul , Bacaan
Dhiba', Bacaan Janji, Bacaan Ushalli Sebelum Sholat, Bacaan Sayyidina
Dalam Sholat dan Khotbah, Bacaan Qunût Saat Sholat Subuh, Bacaan Talqin
Pada Jenazah Yang Baru Dikuburkan, Ucapan Selamat Atas Kematian
Seseorang, Haul, Memakai Sarung Dan Kopiah Saat Ibadah , dan seterusnya.
Penampakan inilah yang mengundang tudingan Wahabi bahwasanya
Islam Indonesia ialah Islam yang sinkretis, Islam yang bercampur dengan
agama lain, Islam yang najis atau Islam yang tercemar. Mereka meyakini
bahwa ibadah tidak boleh dikurangi atau ditambah (la nuqshân walâ ziyâdah
fi al-'ibâdah). ). Dalam hal ibadah, kita hanya bisa mendapatkan perintah dari
Allah melalui Nabi.. Oleh karena itu, mereka memperhitungkan banyaknya
tahayul, ajaran sesat, tahayul dan syirik di kalangan umat Islam Indonesia
Munculnya Islam Indonesia yang penuh dengan “warna-warna tradisional”,
sampai batas tertentu, merupakan hasil dari pemahaman dan penjelasan
tentang hakikat Islam ini dan penerapannya dalam konteks budaya Indonesia.
Penampilan tidak mengubah Islam, tetapi menerjemahkan Islam (Qomar,
2012:21-22).

6
B. Pengertian Modernisasi
Pengertian modern berasal dari kata “modern” dan biasanya arti kata
modern adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan modern.
Kebalikan dari modern kuno, yaitu. apapun yang berhubungan dengan masa
lalu. Jadi modernitas adalah pandangan untuk memenuhi masa kini. Selain
sifat pandangan, modernitas juga merupakan sikap hidup yang dianut dalam
kehidupan modern. Modernitas sangat dipengaruhi oleh peradaban modern.
Pengertian peradaban modern adalah peradaban yang berasal dari Eropa
Barat kemudian menyebar ke seluruh dunia. Peradaban modern muncul
sebagai akibat dari perubahan besar di Eropa Barat pada abad ke-16 yang
dikenal dengan zaman Renaisans.
Modernis Muslim sering memahami modernitas sebagai upaya untuk
mendominasi pendidikan Barat, teknologi dan industri, gagasan demokrasi
dan pemerintahan perwakilan. Oleh karena itu, sebagian besar kaum modernis
mencoba mensintesa dan mencari keselarasan antara posisi mereka dengan
posisi Eropa, sehingga tema sentral modernisme adalah mencoba
mendamaikan keyakinan agama dengan pemikiran modern.
Nurcholish Madjid memandang modernisasi sebagai rasionalisasi.
Pengertian modernisasi identik dengan rasionalisasi, yaitu. proses
pembenahan cara berpikir dan bekerja baru yang tidak rasional dan
menggantinya dengan cara berpikir dan bekerja baru yang rasional.
Keuntungannya adalah kemudahan penggunaan yang maksimal. Ia
mengatakan bahwa sesuatu disebut modern jika rasional, ilmiah, dan sesuai
dengan hukum alam. Menurutnya, modernisasi juga berarti penerapan ilmu
pengetahuan dan itu merupakan “kewajiban mutlak”. Oleh karena itu,
modernisasi merupakan perintah dan ajaran Tuhan. Islam dan modernitas
adalah sinonim.
Selain itu Nurcholish Madjid juga menjelaskan bahwa modernitas
adalah kebenaran dan modernisasi adalah usaha atau proses untuk mencapai
kebenaran tersebut. Tuhan Yang Maha Kuasa benar-benar modern. Kebenaran
adalah sesuatu yang hanya bisa dicapai melalui sebuah proses. Kebenaran

7
adalah tujuan yang bisa dikatakan tidak pernah dicapai orang sepenuhnya
karena keterbatasannya, tetapi harus dicari dan dicari jika diinginkan
pemahaman yang mendalam. Pencarian terus-menerus akan kebenaran
(Islam), inilah yang disebut sikap modern (Munajah, 2021: 84-85).

C. Gerakan Modernisasi di Indonesia


Gerakan modern Islam muncul pada tahun 1900-an. Gerakan ini di
prakarsai oleh ulama yang selesai menimba ilmu dari Timur Tengah.
Sebagaimana dengan tradisi umat Islam Indonesia ke Mekah pada awal abad
ke 19 hingga menjelang Perang Dunia II, tidak hanya menunaikan haji tetapi
juga memperdalam ilmu agama di antaranya Syaikh Ahmad khatib Amrullah,
Haji Abdullah Ahmad, Ahmad Dahlan, Hasyim Asy'ari, dan sebagainya. Para
ulama inilah yang menjadi pelopor modernisasi Islam di Indonesia, meskipun
ada yang masih berpegang pada tradisi lama. Modernisasi tersebut di
pengaruhi oleh ide-ide modernisasi Islam Mesir seperti Rasyid Ridlo,
Muhammad Abduh. Tujuan modernisasi dari mereka adalah untuk
menghilangkan ajaran tambahan yang sesat dan mengembalikan ajaran Islam
dengan di dasari pemikiran kritis dan modern. Sehingga dalam berpandangan
senantiasa terbuka, dan tetap mengacu pada sumber hukum Islam.
Modernisasi Islam lebih memperhatikan ide dengan sikap yang akomodatif
yang berisi tentang kemajuan, yang dilakukan di bidang pendidikan dengan
mencontoh pendidikan modern dari barat. Sistem pendidikan Barat diakui
memiliki keunggulan di bandingkan dengan sistem pendidikan Islam yang
masih tradisional. Sebenarnya pendidikan Barat sudah cukup lama di kenal
oleh para tokoh pembaharu atau modernisasi Islam, karena sebagian dari
mereka bersekolah di pendidikan Barat yaitu Belanda salah satunya adalah
Ahmad khatib.
Pada abad ke 20 kelompok masyarakat arab di kota besar Indonesia
mendatang guru dari Tunisia dan Syiria. Karena guru-guru tersebut sebagian
besar menerima sistem pendidikan dari Barat, ilmu pengetahuan dan
kurikulum memiliki manfaat yang besar dan cara proses nya pun tertata.

8
Kesadaran dalam bermordenisasi untuk melakukan perubahan-peru bahan,
tetapi juga kegiatan modernisasi dapat dipandang mengancam eksistensi
ulama' tradisional. Ada sisi lain yang sangat diamati yaitu pemikiran Barat
yang netral terhadap agama, para penggerak modernisasi menjauhkan dari
kehidupan agama Barat.
Ada faktor lain yang menjadi pendorong modernisasi, yaitu
meningkatnya kebutuhan pendidikan Islam yang semakin hari semakin
meningkat. Para tokoh mentransfer sistem pendidikan Barat lalu di
kembangkan, dan munculah yang namanya madrasah dan pesantren.
Pada tahun 70 an dan tahun 80 an Islam mengalami perubahan yang
tidak di dominasi gerakan 20 an 30 an, karena di tahun tersebut belum
mencapai kemerdekaan. Dimulai dari tahun 70 an, yang biasa disebut dengan
gerakan Islam kontemporer. Gerakan kontemporer merujuk pada sistem
memproses intensifikasi modernisasi.
Masyarakat Islam mulai menyadari pentingnya perubahan dalam
kemajuan Islam, dengan adanya kemunculan gerakan-gerakan lalu dan
berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan serta bersaing baik dalam
kemajuan Islam di Indonesia. Dan di dalam setiap pergerakan memiliki
sistem yang berbeda (Ananda & Fata, 2019: 27-28).
1. Gerakan SI (Serikat Islam)
Gerakan ini di pelopori H. Samanhudi. Awalnya bernama SDI
(Sarekat Dagang Islam) Yang dilatarbelakangi sekumpulan pedagang-
pedagang. Faktor pendorong munculnya SDI adalah dominasi ekonomi
dan monopoli bahan-bahan batik oleh China. Munculnya gerakan
kristenisasi yang didukung kolonial Belanda, penghinaan Islam dari
golongan kejawen di keraton Solo dan Yogyakarta. Tujuan SDI sendiri
adalah mempersatukan para pe2dagang muslim untuk menyaingi
pedagang-pedagang batik dari Tionghoa. Keberadaan SDI sebagai salah
satu pelopor kebangkitan Nasional belum bisa diterima di seluruh
kalangan karena adanya perbedaan pandangan dalam kategori nasionalis
Islam dan nasionalis sekuler.

9
Perbedaan pandangan terletak pada waktu awal kebangkitan yang
berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Nasionalis sekuler sendiri
berpandangan bahwa awal perjuangan kemerdekaan dimulai berdirinya
organisasi Budi Utama, sedangkan nasionalis Islami berpandangan awal
perjuangan dari adanya SDI. SDI berubah nama menjadi SI oleh HOS
Cokrominoto, hal ini dilatarbelakangi ajakan pengurus SDI Surakarta
untuk bergabung kepada HOS Cokroaminoto. HOS Cokroaminoto
menerima ajakan tersebut dengan mempertimbangkan langkah, mengenal
rakyat tidak mengenal nasionlisme, dan kebangsaan. Menurut HOS
Cokroaminoto, landasan SDI sesuai dengan situasi yang ada. Islam
menjadi pembeda antara pribumi dan bangsa asing. Selain itu Islam
menjadi pemersatu putra putri bangsa atas penghinaan di bumi pertiwi.
Perlawanan bumiputera ini adalah bentuk penggapaian cita-cita dari kaum
terpelajar aktif sepertinya. Masuknya HOS Cokroaminoto berdampak bagi
SDI ia menjadi pimpinan SDI. Tahun 1912 adalah pergantian nama SDI ke
SI, dengan menghilangkan kata “ dagang”. Perubahan dimaksudkan untuk
memperkokoh tujuan yang tidak sebatas ekonomi dan agama saja. HOS
Cokroaminoto mengubah konsep organisasi yang awalnya di bidang
ekonomi menjadi sosial politik yang berwawasan nasional. Pandangannya
tentang Islam adalah sebagai faktor pengikat untuk menuju kemerdekaan.
Sarekat Islam terus berlanjut sampai pada asa orde baru, tetapi
mengalami penurunan karena adanya kemunculan partai-partai baru. Pada
masa reformasi, Sarekat Islam berkiprah untuk memajukan sebagai
organisasi kemasyarakatan, walaupun pada saat pemilu 2004 gagal
melewati electoral threshold sehingga tidak bisa mengikuti pemilu 2004.
Pada tahun 2009 electoral threshold masih diberlakukan, Sarekat Islam
tidak lagi menjadi partai politik. Tetapi Sarekat Islam masih eksis sampai
sekarang tetap berusaha memberikan sumbangsinya kepada negara dan
bangsa walapun tak seterkenal dulu (Lathifah, 2020: 2-19).
2. Gerakan Muhammadiyah

10
Muhammadiyah adalah organisasi Islam tertua yang di Indonesia.
Muhammadiyah sebagai gerakan modernisme/reformisme dalam dunia
Islam seperti yang terjadi di Mesir dan India. Muhammadiyah didirikan
oleh KH. Ahmad Dahlan dengan nama kecil Muhammad Darwis lahir
pada tanggal 1285 H/1868 Kauman, Yogyakarta. Rencana mendirikan
organisasi Muhammadiyah diawali dengan memasuki Budi Utomo (BU),
yang dilakukan pada tahun 1909 dengan tujuan memberikan pengetahuan
agama bagi anggota Budi Utomo. Karena Budi Utomo adalah salah satu
organisasi di bidang pendidikan, oleh karena itu ia berharap bisa
memberikan pelajaran dalam anggotanya. Tidak hanya di sekitar tempat
perkumpulan saja tetapi di luar itu berharap juga bisa mengajarnya, seperti
di kantor pemerintah karena kebanyakan para anggota nya bekerja disana.
Alasan nya masuk di Budi Utomo adalah karena organisasinya yang tertata
dengan rapi,baik disisi manajemen ataupun administrasi. Ia beranggapan
organisasi ini modern, sebagian ada yang pernah menjadi pelajar di barat.
Muhammadiyah menjadi model untuk mendobrak pembaharuan Islam.
Ketika awalnya KH Ahmad Dahlan mengembangkan rencana untuk
membangun sekolah atas nasehat dari anggota Budi Utomo. Gerakan
Muhammadiyah merujuk pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai landasan
untuk berpikir kritis. Berpikir sesuai Tajdid (modernisasi). Secara
etimologi Tajdid berarti pembaharuan, inovasi, modernisasi penciptaan
yang baru. Tajdid adalah upaya intelektual untuk memperbarui agamanya.
Tajdid lebih menitikberatkan terhadap pemikiran diberbagai bidang, baik
bidang hukum maupun di bidang yang lain. Tajdid selalu dipersiapkan
untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan datang.
Muhammadiyah dipadukan dengan Tajdid sangat relevan bagi kehidupan
yang akan datang, selalu mengantisipasi terhadap masuknya kecaman
teknologi. Hal itu juga diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan yang
ada.
Gerakan Tajdid ini didasarkan pada tiga faktor: Pertama, penafsiran
doktrin transendental yang tak bernilai mutlak. Kedua, Islam bertujuan

11
menciptakan tata sosio-politik dari landasan etika dan moral yang
menerapkan prinsip rahmatan lilalamin. Ketiga, Tajdid juga pernah
digunakan pada masa Khalifah Umar bin Khattab tentang kebijaksanaan
persoalan tanah Iraq dan Mesir yang dikuasai setelah perang.
Saat ini organisasi Muhammadiyah bisa dikatakan organisasi
Internasional. Terlihat dari tiga ciri nya, yaitu moderat, suinstable, dan
bersifat komprehensif. Menurut Syafiq H. Mughni, organisasi
Muhammadiyah layak menjadi model gerakan Islam di dunia
Internasional. Karena dinilai cocok mampu menyeimbangkan perubahan
dan perkembangan dari dunia Barat, dengan berpegang teguh nilai-nilai
agama sebagai acuannya. Konsep Muhammadiyah selalu mengedepankan
konteks modern dari dunia timur dan barat Sekularisme dan Radikalisme,
Spritualisme dan Materialisme. Pada tahun 2003 para kaum muda
tergabung pada JIM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah). Ini
bertujuan memetakan pemikiran Islam kontemporer yang berhubungan
dengan dialog barat dan timur. Jaringan kaum muda ini berdialog
mengenai tadarus pemikiran Islam yang membedah masalah-masalah
sosial, kemiskinan, keterbelakangan, hak asasi , demokratisasi, hubungan
antar agama, krisis multidimensional, yang memunculkan kegelisahan
religius, keprihatinan sosial, dan moral muda Muhammadiyah untuk
melakukan pencerahan dan kesadaran kepada rakyat (Sutanto, 2011: 80-
89).
3. Gerakan Nahdhlatul Ulama (NU)
Sejarah pendirian Nahdlatul Ulama dimulai dari keresahan hati
yang melanda KH Hasyim Asy'ari. Keresahan yang dimaksud adalah
ketika KH Abdul Wahab datang dan meminta nasehat untuk mendirikan
jamiyyah untuk para ulama yang berbasis ahlussunah waljamaah. Tidak
mudah dalam mendirikan jamiyyah (organisasi) karena diperlukan
beberapa ulama yang ngevoting atau menyetujui hal itu. Salah satunya
adalah Syaikhona Kholil Bangkalan. Pencetusan ide membuat Jam'iyyah
ini ketika bermusyawarah di Tashwirul Afkar yang didirikan kiai Wahab

12
pada tahun 1924 di Surabaya. Permusyawarahan atau biasa disebut diskusi
ini, perwujudan kepedulian terhadap pemikiran Islam dalam berbagai
bidang, salah satunya di bidang keagamaan. Anggota diskusi tersebut
bersepakat untuk mendirikan jamiyyah. Tetapi kiai Wahab meminta
nasehat kepada Kiai Hasyim yang notabene kiai termasyhur di Jawa
Timur.
Kiai Hasyim mengalami keresahan hati setelah bertemu dengan
kiai Wahab. Hal itu dirasakan oleh Syaikhona Kholil Bangkalan karena
beliau bisa mengetahui batin seseorang. Sebagaimana seorang guru, beliau
tidak mau melihat santri nya mengalami kerisauan. Karena Kiai Hasyim
adalah salah satu santri beliau. Syaikhona Kholil memanggil santri nya
lain yang bernama As'ad (KH As'ad Syamsul Arifin Situbondo ). Ia di
perintahkan untuk memberikan tongkat kepada kiai Hasyim. Dengan
membaca surat Thaha ayat 17-23. Kiai As'ad dibekali dua keping logam
sebagai transport. Setelah berpamitan kiai As'ad bersiap untuk pergi ke
Jombang menemui kiai Hasyim. Akhirnya tiba di kediaman kiai Hasyim
dan kiai As'ad menyampaikan amanat dari gurunya. Kiai Hasyim
menerima tongkat itu dengan senang hati, tak lupa dengan mengucapkan
surat Thaha ayat 17-23. Setelah dibaca surat tersebut, kiai Hasyim merasa
Syaikhona Kholil merasa tidak keberatan kalau mendirikan jamiyyah.
Tidak cukup dengan restu dari Syaikhona Kholil. Kiai Hasyim juga
menemui kiai Nawawi dan disetujui, tetapi dengan syarat tanpa dan Sastra
dan Bahasa.
Pada suatu hari Kiai Hasyim didatangi kiai As'ad kembali dengan
tujuan menyampaikan amanat dari Syaikhona Kholil lagi. Kiai Hasyim
diberi tasbih dengan mengamalkan bacaan Ya Jabbar Ya Qahhar setiap
waktu. Tujuan Syaikhona Kholil memberikan tasbih adalah memantapkan
hati untuk mendirikan jamiyyah dan agar terhindar dari segala hal yang
menggangu didirikannya jamiyyah. Setahun kemudian, pada 16 Rajab
1344 H lahirlah organisasi bernama Nahdlatul Ulama (NU) (Ulum &
Wahid, 2019: 55-58).

13
Pada konferensi NU 1928 Anggaran Dasar dirumuskan, organisasi
ini memegang teguh empat madzhab: Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam
Hambali, dan Imam Malik. Dari hasil rumusan tersebut dapat ditarik
kesimpulan, tujuan dibentuknya adalah melindungi umat Islam Indonesia.
Karena NU sendiri mengadopsi ahlussunah waljamaah dari empat
madzhab tersebut. Islam di Nusantara sering merujuk pada Indonesia asli.
Yang pernah di gagas oleh " KH. Abdurrahman Wahid" yang merupakan
salah satu tokoh ulama Nahdlatul Ulama, dan beliau adalah mantan
presiden Indonesia. Menurut nya lagi, bangkitnya Islam menjadi paradoks
globalisasi. Semakin kita mengenal dunia luar, semakin kita terbuka pula.
Nahdlatul Ulama bergerak menjadi penyeimbang di era globalisasi seperti
sekarang ini, dengan konsep ahlussunah waljamaah (Fuad, 2020: 154-
164).

D. Respon Agama Menghadapi Tantangan Modernitas


Penting untuk berbicara tentang peran agama dalam menjawab
tantangan modernitas, karena persoalan hidup manusia semakin kompleks.
Untuk itu diperlukan kelompok yang mampu untuk bekerja keras
menghasilkan konsep dakwah yang dapat diterima oleh semua kalangan,
sehingga mampu menghadirkan Islam sebagai manhaj atau pendekatan untuk
memecahkan persoalan kehidupan modern.
Di era modern ini, umat manusia mengalami krisis nilai-nilai
kemanusiaan karena ketidakmampuan mereka untuk mengantisipasi
kemajuan teknologi yang berdampak pada masyarakat, politik, budaya, dan
terutama transformasi sosial-keagamaan, dari gaya hidup tradisional ke
modern. Pada saat yang sama, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan produk dari perjalanan pemikiran manusia.Selain itu, status akal
juga merupakan karunia Tuhan yang paling berharga dan karunia yang paling
berharga yang membedakan kita dari manusia lainnya. (Puteh, 2006: 131-
132).

14
Berdasarkan fenomena masyarakat modern saat ini, penghayatan
ajaran dan daya tarik nilai-nilai keutamaan agama semakin menurun,
hubungan kekeluargaan dan tatanan sosial masyarakat semakin longgar. Hal
ini disebabkan karena cara hidup yang individualistis, nampaknya kehidupan
masyarakat modern pada umumnya disibukkan dengan segala macam hal
duniawi, sehingga perhatian keagamaan hanya terbatas pada tradisi-tradisi
ritual turun-temurun, lisan dan periodik. Dengan mengingat situasi ini,
kebutuhan akan seorang religius modern menjadi mutlak. Dalam konteks ini,
untuk memahami, menginternalisasi, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran
agama, harus ditanamkan ke dalam jiwa manusia, yaitu melalui kampanye
dakwah yang menyeluruh dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ada
kebutuhan untuk menghidupkan kembali (memperkuat) peran agama dalam
rangka menjawab berbagai tantangan dan persoalan kemanusiaan modern.
Karena pada kenyataannya sains tidak bisa menggantikan peran agama dalam
memenuhi kekosongan spiritual manusia modern.Dalam menjalankan
aktivitas dakwah tidak lepas dari dinamika perubahan dalam kehidupan
manusia Dalam arti tertentu, kegiatan pendakwah pasti menyesuaikan diri
dengan kemajuan teknologi. Akibat dari kemajuan tersebut mendorong
manusia untuk menguasai, mengelola dan memanfaatkan alam untuk
kemaslahatan umat manusia, sehingga menjadikan ajaran Islam dapat
diterima oleh seluruh umat manusia. Dengan demikian, dakwah merupakan
tugas suci umat Islam, identik dengan tugas kerasulan, dengan tujuan
menegakkan ketertiban masyarakat Islam, sebagaimana diridhoi Allah SWT.

E.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam merupakan salah satu agama terbesar didunia. Islam sebenarnya
hanya satu, namun penampilannya bisa bermacam-macam dan mencerminkan
karakter tertentu. Islam Indonesia adalah Islam yang satu, hanya dikemas
secara kreatif dipadukan dengan tradisi sehingga menunjukkan daya
kreativitas, seperti peringatan Maulid Nabi, halal bihalal, ketupat, beduk,
tahlilan dll.
Penampakan Islam inilah yang mengundang tudingan Wahabi bahwa
Islam Indonesia adalah Islam yang sinkretis, Islam yang bercampur dengan
agama lain, Islam yang najis atau Islam yang ternoda. selain itu Modernitas
adalah pandangan yang diikuti untuk menghadapi masa kini.
Selain sifat pandangan, Modernitas juga merupakan sikap hidup yang
dianut dalam menghadapi kehidupan masa kini. Ada 3 gerakan modernisasi
islam di indonesia, yakni gerakan SI, gerakan Muhammadiyah dan gerakan
Nahdatul ulama (Nu). maka dari itu perlu dilakukan revitalisasi (penguatan)
peran agama dalam konteks menjawab berbagai tantangan dan permasalahan
manusia modern. Karena sebenarnya ilmu tidak bisa menggantikan peran
agama dalam memenuhi kekosongan spiritual manusia modern.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah wawasan
mengenai bagaimana keadaan islam di Indonesia dan modernisasi. selain itu
juga dapat mengetahui apa saja gerakan-gerakan modernisasi islam yang ada
indonesia serta bagaimana respon agama dalam menanggapi adanya
modernisasi di Indonesia ini.
selain itu Tim penyusun juga menyadari bahwasanya dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami perlu

16
mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan
pembimbing agar dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi untuk
kedepannya. Semoga sedikit pemaparan ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rifki Abror, dan Ahmad Khoirul Fata. (2019). Sejarah Pembaharuan
Islam di Indonesia. JAWI Vol. 2, No. 1, 19-40.
Fuad, Jauhar. (2020). Akar Sejarah Moderasi Islam Nahdlatul Ulama. Tribakti:
Jurnal Pemikiran KeIslaman Vol. 31, No. 1, 154-164.

Lathifah, Zuhroh. 2020. Gerakan-Gerakan Islam Kontemporer. Yogyakarta: Adab


Press.

Munajah, Neneng. (2021). Agama dan Tantangan Modernitas. Tahdzib Al Akhlak


Vol.4, No. 1, 84-85

Puteh, M. J. (2006). Dakwah di Era Globalisasi (Strategi Menghadapi Perubahan


Sosial). Yogyakarta: AK Group.
Qomar, M. (2012). Fajar Baru Islam Indonesia. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Sutanto, Himawan. (2011). Moderasi Gerakan Islam. Dialog Vol. 71, No.1, 80-89.

Ulum, Miftahul & Abd. Wahid HS. (2019). Fikih Organisasi (Reaktualisasi
Sejarah Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia). Jurnal Al Insyiroh: Jurnal
Studi Keislaman Vol, 5 No. 2, 55-58.

18

Anda mungkin juga menyukai