Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH,

GERAKAN, DAN SPIRIT ALI-IMRON 104

Diajuakan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Al-Islam Ke-

Muhammadiyahan 3

Dosen Pengampu : Supala, M.Ag.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nisrina Fitri Azzahra 220414062


Siti Sarah Nurfitriyani 220414084
Akbar Abdullah 220414086
Muhammad Thuvail 220414054
Muhammad Raihan Ferdhani 220414053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

TAHUN 2023/1444 H
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sejarah Berdirinya
Muhammadiyah, Gerakan, dan Spirit Ali-Imron 104”. ini dengan baik,
meskipun terdapat banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya.

Serta kami juga berterima kasih kepada Bapak Supala, M.Ag. selaku
Dosen mata kuliah Al-Islam Ke-Muhammadiyahan 3 yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk
para pembaca dan menambah wawasan serta pengetahuan kita semua mengenai
“Sejarah Berdirinya Muhammadiyah, Gerakan, dan Spirit Ali-Imron 104 ”.

Kemudian, kami menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Bandung, 19 oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah......................................................3


B. Perkembangan Pergerakan Muhammadiyah..........................................4
C. Tafsir Ibnu Katsir Mengenai Amr dan Nahyi Surat Ali-Imron 104......5
D. Landasan Mengenai Gerakan Spirit Muhammadiyah...........................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................9
B. Kritik dan Saran.....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah memiliki arti pengikut
Nabi Muhammad. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan
seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini
sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat
membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan
terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat
pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada
perintah-perintah Al-Qur'an, di antaranya surat Ali 'Imran ayat 104 yang
berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para
tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang
juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir
ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan
amalusaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung
makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Dengan
disusunnya Perencanaan pembelajaran juga dapat membantu agar pendidik
dapat konsisten terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dan
juga diharapkan dapat membantu pendidik dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Karena Pada kenyataannya, perencanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh pendidik nyatanya masih banyak yang
belum mampu berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
1
Jika dilihat dari konteks sejarah, kelahiran Muhammadiyah (tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H. atau tanggal 18 Nopember 1912 M.) benar-benar terjadi
pada saat yang tepat, yakni pada saat dunia Islam sedang semangat untuk
bangkit dari keterpurukan. Hampir seluruh negara-negara Islam di dunia
sedang mengalami ketertindasan dalam penjajahan, termasuk Indonesia yang
pada saat itu dijajah oleh Belanda. Ada dua faktor utama pendorong geliat
ummat Islam Indonesia, yakni keinginan untuk merdeka, dan keinginan
meningkatkan kualitas ummat Islam Indonesia sebagaimana gema
kebangkitan Islam di dunia yang sedang membahana. Tidak dapat disangkal
bahwa Islam merupakan komponen penting yang turut membentuk dan
mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu. Perjuangan
umat Islam merupakan suatu proses ke arah pembentukan pola tatanan baru
dalam dinamika kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Muhamadiyah ?
2. Bagaimana Perkembangan Pergerakan Muhammadiyah?
3. Apa Yang Di Maksud Dari Penjelasan Tafsir Surat Ali-Imron Ayat 104 ?
4. Apa Landasan Gerakan Spirit Muhammadiyah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah Gerakan Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui Perkembangan Pergerakan Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui Tafsir dari Surat Ali-Imron ayat 104.
4. Untuk mengetahui Landasan Gerakan Spirit Muhammadiyah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah


Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November
1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah
kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang
melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam
di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang
didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji
Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.
Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan
(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung
pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk
menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan
asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah
memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang
serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani
kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran
Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam
dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak
lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan
Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya.
Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua
kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan
di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru
kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh
Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas
Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah
membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah,
4
Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh,
dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama
bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru
pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri
Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru
membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai
Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan
masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R.
Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa
Kyai Dahlan di Kweekschool Jetis di mana Kyai mengajar agama pada
sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan
menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus
oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan
setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM
kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh
kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad
Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan
Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya,
pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang
tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain
untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaharuan Kyai Dahlan, menurut
Adaby Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan
memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang
didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan
lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran
Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan
pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di
beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada
tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah
Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di
5
surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat
di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja
dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga
diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8
Dzulhijjah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah
organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini
diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim
”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama,
tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda
pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu,
tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912,
tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan,
”Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November
1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”.

6
B. Perkembangan Pergerakan Muhammadiyah.
Muhammadiyah yang pada langkah awalnya merupakan suatu organisasi
yang berupaya melakukan pembaharuan kualitatif akhirnya menimbulkan
dampak kuantitatif yakni banyak menimbulkan dampak sosial. Hal ini
disebabkan Muhammadiyahdari gerakan pemurnian telah menciptakan
lembaga-lembaga dan tradisi-tradisi baru dengan dukungan organisasi modern.
Usaha-usaha yang dilakukan disamping dalam bidang pendidikan
yakni lebih banyak menekankan pada pemurnian tauhid dan ibadah dalam
Islam.Dalam konsep praktis, agar dakwah Islam diera informasi sekarang
tetap relevan,efektif, dan produktif,M.Amin Rais menawarkan lima
pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan dalam bukunya moralitas politik
Muhammadiyah, yaitu:
a. Perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-
juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu dakwah
tidak cukup mendukung proses dakwah, melainkan perlu didukung
oleh oleh berbagai penguasaan dalam teknologi informasi yang
mutakhir.
b. Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah
perlu membangun laboratorium dakwah.
c. Proses dakwah tidak lagi terbatas pada dakwah bi al-lisan, tapi
harus diperluas dengan dakwah bi al-hal, bi al-khitabah(lewat
tulisan), bi al-hikmah (dalam arti politik) bi al-
iqtishhadiyah(ekonomi), dan sebagainya.
d. Media massa cetak dan terutama media elektronik harus
dipikirkan sekarang sebagai media dakwah
e. Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah jangka panjang.
Lima dokrtrin yang senantiasa dipegang teguh oleh warga
Muhammadiyah ini mengantarkan Muhammadiyah dalam
melaksanakan pergerakannya telah banyak menuai keberhasilan
meski belum mencapai hasil yang ideal mengingat kondisi
masyarakat yang dihadapi sekarang berbeda dengan kondisi
masyarakat ketika Muhammadiyah didirikan. Untuk itu lima
langkah yang digagas oleh Dr.Amin Rais tersebut adalah merupakan
7
suatu solusi dalam menghadapi kondisi umat dewasa ini.

C. Tafsir Ibnu Katsir Mengenai ‘Amr, dan Nahyi Pada Surat ‘Ali- Imran
Ayat 104:
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫َو ْلَتُكن ِّم نْمُك ُأَّم ٌة َيْد ُعوَن ىَل ْلَخِرْي َو َيْأُم ُر وَن ِب ْلَم ْع ُر وِف َو َيَهْنْو َن َع ِن ْلُم نَكِر ۚ َو ُأ۟و َٰٓلِئَك ُمُه ْلُم ْفِلُح وَن‬
‫ِإ‬
Artinya: “bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang
yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-
orang untuk berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar; mereka
adalah golongan orang-orang yang beruntung”. Prinsip perbedaan individu.
Ibnu katsir menjelaskan maksud dari ayat tersebut dengan beberapa hadis
dan riwayat dari para sahabat atau tabiin yang menunjukkan bahwa orang yang
bertugas untuk mengajak kepada perintah Allah ialah orang-orang tiap-tiap
muslim, walaupun terdapat pendapat dari al-adahak yang mengatakan bahwa
yang mengajak kepada kebaikan ialah orang-orang tertentu (Al-Basri, 1999, p.
91), sebagaimana al-dahak mengatakan :

Artinya “mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang
terpilih, dan para ulama.
Ibnu katsir, perpendapat bahwa tiap muslim mempunyai kewajiab untuk
mengajak kepada kebaikan dan menolak kepada keburukan, hal tersebut
berdasarkan maksud dari riwayat nabi Muhammad Saw :
‫ "اْلَخُرْي اِّتَباِع‬: ‫ َو ْلَتُكْن ِم ْنْمُك ُأَّم ٌة َيْد ُعوَن ِإ ىَل اْلَخِرْي َّمُث َقاَل‬: ‫ َقَر َأ َر ُس وُل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل‬: ‫َقاَل َأُبو َجْع َفٍر اْلَباِق ُر‬
‫"الُقرآِن َو ُس َّنيِت‬
Artinya: “Abu Ja'far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw.
membacakan firman- Nya: Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan. (Ali Imran: 104) Kemudian beliau
bersabda: Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur'an dan
sunnahku”. Mengikuti al-Qur’an dan Sunnah ini menunjukkan adanya
kawajiban tiap muslim untuk mengajak kepada kebaikan.

8
Adapun Quraish Shihab menjelaskan surat Ali-Imran ayat 104 dalam
tafsirnya tafsirnya, dalam perdakwah terdapat perbedaan pendapat yakni
berdakwah itu merupakan sebagian umat dan berpendapat seluruh umat. Hal
tersebut nampak terlihat dari penjelasan Quraish Shihab dengan menjelaskan
istilah kata minkum, terdapat ulama yang memahaminya dengan artian
“...sebagian” sehingga berimplikasi (‫ )منكم‬sebagai perintah berdakwah yang
tertuju tidak semua orang dapat berdakwah. Sebagian lagi berpendapat bahwa
istilah kata (‫ ) منكم‬minkum, mempunyai dua makna perintah yang pertama
kepada seluruh umat untuk membentuk kelompok yang didalamnya bertugas
mengajak kepada kepada perbuatan ma’ruf dan melarang perbuatan munkar,
makna kedua ialah dalam umat terdapat satu kelompok yang mengajak kepada
perbuatan ma’ruf dan menolak perbuatan munkar.

Menurutnya, ada juga ulama yang memfungsikan (‫ )منكم‬minkum dalam arti


penjelasan, sehingga ayat ini dipahami sebagai perintah kepada setiap muslim
untuk melaksanakan tugas dakwah, masing- masing sesuai kemampuannya.
Namun, karena kebutuhan masyarakat sekarang ini mengenai informasi yang
benar ditengah arus informasi, bahkan perang informasi sangat pesat dengan
sajian nilai-nilai baru yang terkadang membingungkan, semua itu menuntut
adanya sebuah kelompok khusus yang menangani dakwah dan membendung
informasi yang menyesatkan. Oleh karena itu, lebih tepat memahami kata
minkum pada ayat ini dalam arti “...sebagian kamu” yang merupakan suatu
kewajiban kepada sebagian tanpa menutup kewajiban setiap muslim saling
mengingatkan. (Shihab, n.d., p. 174) Prinsip minat dan kebutuhan anak.
Quraish Shihab menjelaskan, mengenai pada ayat tersebut terdapat dua kata
yang berbeda sebagai perintah dakwah. Pertama, istilah kata ( ‫ )يدعون‬yad’una,
bermakna mengajak. Sedangkan kedua, dengan istilah kata (‫ٔامرون‬UUU‫) ي‬
ya’muruna, bermakna memerintahkan. Quraish Shihab menegaskan, bahwa
perlu dicatat bahwa isitlah kata ( ‫ )يدعون‬yad’una yang bermakna mengajak
dikatikan dengan ( ‫ )الخير‬al-khair, jika berkaitan dengan perintah yakni istilah
kata (‫ )ئامرون‬ya’muruna berkaitan dengan al-ma’ruf dan perintah untuk tidak
melakukan dikaitkan dengan istilah al-munkar. (Shihab, n.d., p. 174)

9
Perbedaan tersebut menurut Quraish Shihab merupakan isyarat bahwa nilai
kebaikan yang terkandung mempunyai perbdaan, seperti nilai kebaikan pada
istilah kata( ‫ )الخير‬al-khair dan (‫ )المعروف‬al-ma’ruf. Isitlah kata( ‫ )الخير‬Al-khair
bermakna keuniversalan nilai kebaikan yang diajarkan oleh Alquran dan
Sunnah. Berbeda dengan isitalah (‫ )المعروف‬al-ma’ruf bermakna nilai kebaikan
yang tekandung hanya dalam pandangan umum suatu masyarakat yang sejalan
dengan al-khair. Adapun al-munkar merupakan suatu nilai keburukan yang
dilakukan masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Sehingga ayat
ini mempunyai penekanan perlunya mengajak kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah terhadap kemunkaran. (Shihab,
n.d., secs. 174–175)

1
0
D. Landasan Mengenai Gerakan Spirit Muhammadiyah

Gerakan Muhammadiyah adalah gerakan sosial dan keagamaan Islam


yang didirikan di Indonesia pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan.
Beberapa landasan gerakan Spirit Muhammadiyah meliputi:

1. Tauhid: Keyakinan akan keesaan Tuhan merupakan landasan utama


gerakan Muhammadiyah. Mereka menekankan pentingnya keimanan yang
tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Ijtihad: Gerakan Muhammadiyah mendorong umat Islam untuk


menggunakan ijtihad (penalaran) dalam memahami ajaran agama. Mereka
mempromosikan pemahaman agama yang sejalan dengan perkembangan
zaman.

3. Amal Shalih: Muhammadiyah menganjurkan praktik kebajikan dan


kebaikan sebagai wujud dari iman yang sejati. Mereka mendorong anggotanya
untuk terlibat dalam amal sosial dan kemanusiaan.

4. Pendidikan: Pendidikan dianggap sebagai landasan penting bagi


gerakan Muhammadiyah. Mereka menekankan pentingnya pendidikan modern
yang seimbang antara ilmu pengetahuan umum dan agama.

5. Kemandirian: Gerakan Muhammadiyah menggalakkan kemandirian


dan kemandirian umat Muslim. Mereka mempromosikan pengembangan
ekonomi, sosial, dan budaya umat Islam.

6. Toleransi: Muhammadiyah menganut prinsip toleransi antaragama dan


mendorong dialog antarumat beragama guna menciptakan harmoni dan
perdamaian sosial.

Gerakan Muhammadiyah bertujuan untuk mengembangkan umat Islam


yang berpendidikan, mandiri, dan berakhlak mulia, serta berkontribusi aktif
dalam pembangunan masyarakat dan negara.

1
1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi di atas adalah bahwa Gerakan Spirit
Muhammadiyah didirikan dengan landasan yang kuat dalam Islam, seperti
tauhid, ijtihad, amal shalih, pendidikan, kemandirian, dan toleransi.
Muhammadiyah berusaha menciptakan umat Islam yang berpendidikan,
mandiri, dan berakhlak mulia, serta berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat dan negara. Gerakan ini juga menekankan pentingnya keselarasan
antara nilai-nilai agama dan perkembangan zaman.

B. Kritik dan Saran


Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada teman-teman mahasiswa
agar dapat meningkatkan pemahaman tentang pengertian perencanaan
pembelajaran,tujuan perencanaan pembelajaran,manfaat perencanaan
pembelajaran dan kriteria perencanaan pembelajaran. Dengan keterbatasan
pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam pembutan makalah
ini maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

1
2
DAFTAR PUSTAKA

Chodijah, S., Rostandi, U. D., & Solihin, S. (2020). Penafsiran'Amr dan Nahyi
dalam surat Ali Imran ayat 104. Digital Library UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam ; Interpretasi Untuk Aksi, Bandung; Mizan, 1998
Muhammad Said, Nurhidayat, Dakwah & Efek Globalisasi Informasi,
Makassar: Aluddin University Press, 2011
Muhammadiyah. (n.d.). Sejarah Singkat Muhammadiyah. Muhammadiyah.
Retrieved October 19, 2023, from https://muhammadiyah.or.id/sejarah-
singkat-muhammadiyah/
Pasha, Mustafa Kamal Pasha dan Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Pustaka SM, 2009
Nashir, Haedar, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta; Suara
Muhammadiyah, 2010

1
3
1
4

Anda mungkin juga menyukai