Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

KEOMPOK 11
DISUSUN OLEH :

Fachratunnisah Retnowulan Agustini


Rizky Febriasyah Ari Rahmawati
Akbar Farpenta Rahman Nina Lisnawati
Yayuk Apriyanti Rodi Kurniawan
Fajar Prakoso Sulastri
Muhammad Wandi Zuriah Opiani
Lilis Setiawan Fauziah
Rizkiya

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusun makalah dengan judul
“KEMUHAMADIYAHAN”
Dalam penyusunan makalah ini,masih banyak kekurangan. Untuk itu
penyusun mengharapkan tegur,sapa,atau kritik demi perbaikan yang akan datang.

Akhirnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu penyusunan makalah ini.

Kubu Raya, 4 Juli 2014

Kelompok 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam merupakan usaha para pemikir
dan para ulama untuk memahami ajaran Islam yang sesungguhnya menurut Al-
Qur’an dan Al-Hadist dengan mempergunakan segenap kemampuan yang
dianugerahkan Allah SWT. Usaha tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai
perkembangan sosial dan budaya yang kini mulai berkembang.Hasil pemikiran
tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan
pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam Di
Indonesia. Mulai lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalalah
Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya
yang bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.
Organisasi ini lahir sebagai bentuk keprihatinan karena melihat kenyataan
umat Islam di Indonesia yang menjalankan perintah-perintah Allah yang tidak
bersumber dari Al-Quran dan tuntunan Rasulullah SAW.Dalam hal itu KH.Ahmad
Dahlan menghendaki ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup
menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.Jika dilihat dari amal usaha dan gerakan
Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan
dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan
yang terbesar di Indonesia. Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-
nilai ajaran Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab
dengan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan
organisasi terbesar di Indonesia maka kita ingin mendalami tentang arti dari
muhammadiyah itu sendiri, dan faktor yang melatarbelakangi berdirinya
Muhammadiyahsehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai organisasi
sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia

3
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian tengah
semester yang diberikan oleh dosen pembina mata kuliah kemuhammadiyahan.Selain
itu penulis juga ingin mendalami dan mengerti tentangarti dari muhammadiyah itu
sendiri, dan faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyahsehingga sampai
saat ini masih bisa tetap terjaga sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang
terbesar di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi munkar (Menurut Wikipedia, da’wah amar ma’ruf nahi munkar adalah
Sebuah frasa dalam bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak
atau menganjurkan hal-hal yang baik dengan mencegah hal-hal yank buruk bagi
masyarakat) dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.Muhammadiyah
berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi
aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan
yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Adapun pengertian muhammadiyah menurut estimologis (bahasa),
terminologis(istilah),dan menurut H. Djarnawi Hadikusuma.

 Arti estimologis (bahasa)


Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama nabi
atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah "yang artinya
menjeniskan.Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut
Muhammad.Yaitu semua orang yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan
pesuruh Allah yang terakhir.Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka
dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan
Organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis, dan sebagainya.

 Arti Terminologis (istilah)

5
Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf
Nahi Munkar, berdasarkan asas Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As
Sunah yang didirikan oleh Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal
18 November 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta.
 Penisbahan nama muhammadiyah tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma
mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk
menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan
asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah
memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang
serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani
kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam
yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan
bangsa Indonesia pada umumnya.”

B. Latar belakang berdirinya muhammadiyah


Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November
1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah
kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan
pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah
gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru,
yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman
Yogyakarta. “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat sekaligus
sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib
Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi
penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah
melalui shalat istikharah.
(Darban, 2000: 34).

6
Setelah Kyai Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan
bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyebarkan
pembaharuan islamdi Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan
setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti
Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas
Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang, juga setelah
membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti IbnTaimiyah,
Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim
di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu
telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan.Jadi
sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan
pembaruan.

Ketika berbicara muhammadiyah dengan berlandaskan pada tafsir QS. Al-


Imrann ayat 104 “ dan hendaklah ada golongan diantara kamu menyeruh kepada
yang ma’ruff dan mencegah dariyang mungkar...” bahwa golongan umat yang
dikatakan beruntung adalah yang mau untuk menyeruh kepada kebaikan dan
mencegah kepada kemungkaran. Yang memang pada masa itu, keadaan kaum
yogyakarta yang mayoritas masih di dominasi oleh kaum abangan sehinggga
kegiatan pribadatan masih tercampur oleh budaya-budaya hindu-budha yang
menjadikan agama islam tidak murni lagi. Pada masa itu kaum muslim khususnya
di yogyakarta walaupun beragama islam tapi masih tercampur dengan animisme
dan dinamisme. Hal ini terlihat dengan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam
muhammadiyah dikenal dengan istilah penyakit TBC ( tahayul, bid’ah, khurofat).
Dari semangat berjuang inilah kemudian muncul rumusan untuk mendirikan
organisasi kemasyarakkatan. Pada awal berdirinya masih mencakup ruang
lingkup yang kecil yaitu sekitar kerisidenan yogyakarta, tetapi kemudian meluas
dan berkembang hingga seluruh indonesia bahkan sampai keluar negri. Dengan
tujuan menciptakan masyarakat islam yang sebenar benarnya, artinya adalah

7
masyarakat islam yang sesuai dengan sunnah dan Al’Qur’an tidak lebih dan tidak
kurang. Yang harapanya akan terwujud masyarakat islam yang adil, makmur dan
sejahtera.

Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, yang


pertama faktor subjektif dan yang kedua faktor objektif. Faktor objektif dapat di
lihat secara internal dan ekternal, penjelasannya sebagai berikut :
1. Faktor subjektif yaitu hasil pemikiranIslam Ahmad Dahlan.
Bersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan
faktor sentral, sedangkan faktor yang lain hanya menjadi penunjang
saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan
Muhammadiyahmaka harus dimulai dari orangnya sendiri.Kalau tidak,
maka Muhammadiyah bisa dibawa kemana saja.
Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan Kiyai
Haji ahmad Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya. Ia dilahirka
tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman
Karangkajen Yogyakarta, berarti meninggal dalam usia relative muda.
Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan
agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam
masyarakat lingkungannya.Ini menunjukkan rasa keagaman KH
Ahamad Dahlan, tidak hanya berdasarkan naluri, melainkan juga
melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.

Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas


dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik.Pendidikan
agama yang diterimanya dipilih secara selektif.Tidak hanya itu, tetapi
sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.Disinilah yang menentukan
Ahamd Dahlan sebagai subjek yang nantinya mendorong berdirinya
Muhammadiyah.

8
Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan
wujud dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah
hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukuim beberapa tahun
di tanah suci.Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan
membaca ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alim ulama
yang mempunyai aliran hendak kembali kepada al-Quran dan As-
Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas.Faham dan
keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan
pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran
Muhammadiyah.

2. Faktor objektif
Faktor objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat
ketidak murnian amalan islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan
Sunnah sebagai rujukan.
 Realitas sosio agama di Indonesia.
Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan
kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan kepercayaan dan praktik
ibadah yang menyimpang dari Islam.Kepercayaan dan praktik ibadah
tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat.Khurafat adalah
kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-
Hadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang
mereka.Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa
dasar pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau
nenek moyang saja.
Melihat realitas sosio-agama ini mendorong Ahmad Dahlan
untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya
dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat baru
dilakukan pada tahun 1916.Dalam konteks sosio-agama ini,
Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan

9
pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang
terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bid’ah, Khurafat).

 Realitas sosio pendidikan di Indonesia


Ahmad dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia
terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya
mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang
sekuler.Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang
mendapat pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan
pendidikan sekuler.Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk
berbusana, berbicara, hidup dan berpikir.Ahmad Dahlan mengkaji
secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad
Dahlan, oleh karena itu cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah
melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki
pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan
masyarakatnya.Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga
pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak dan
Iptek.
Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik
kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di
kalangan bangsa Indonesia.
1) Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
 Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam
tidak memberontak.
 Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang
sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk
Indonesia.
 Dalam pelarangan pengalaman ajaran islam, Belanda membatasi
masalah ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini

10
justru kontraproduktif bagi Belanda karena menjadi sumber
pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah karena
menghalangi kesempurnaan islam seseorang.

2) Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat


Belanda untuk urusan pribumi di Indonesia)
 Dalam hal ini,tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi
bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas
pengalaman Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar
sebagai seorang muslim bernama Abdul Ghaffar.
 Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama,yaitu: Pertama
rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah
ritual keagamaan seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya
mempertahankan dan menghormati keberadaan lembaga-lembaga
sosial atau aspek mu’amalah dalam islam, Ketiga pemerintah tidak
menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum muslimin yang
dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau
menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang
pemerintah kolonial Belanda.

Adapun faktor-faktor lain yang menjadi pendorong lahirnya


Muhammadiyah ialah antara lain:
1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah
Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan
khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan
golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama
Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi.
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari
tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi
yang kuat.

11
3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam
dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat
memenuhi tuntutan zaman.
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit,
bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam
konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan
dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi
dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan
pengaruhnya di kalangan rakyat.

Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan


al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa
istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat,
bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini.

Misi Muhammadiyah adalah:


1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
swt yang dibawaoleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh
hingga Nabi Muhammad saw.
2. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan
jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-
persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.

12
3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai
kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39
Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto

BAB III

A. KESIMPULAN
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut
ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau
membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As
Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi
Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November
1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar
sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu faktor
intern (dalam pribadi Ahmad Dahlan sendiri ) dan ekstern (aspek
sosial,keagamaan,pendidikan,dan politik bangsa).

13
B. SARAN
1. Dari kesimpulan di atas,dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
2. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus mempertahankan dan
meneruskan perjuangan Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang dapat
menghancurkan agama Islam.
3. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak
seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul, bid’ah,
khurofat .Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa yang
diajarkan dalam al quran dan al hadist.
4. Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalam segala
bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpa membedakan, dengan
syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai dengan ajaran Islam.
5. Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita sebagai
umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.

14

Anda mungkin juga menyukai