Anda di halaman 1dari 22

Latar Belakang Berdirinya

Muhammadiyah
Mata Kuliah Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu :
Dr. Rudianto, M.Ag.
Disusun Oleh :
Hasanah Ahlaqul Karimah
NIM. 21322025
Pendidikan Matematika
Kelas A
Pengertian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH. Ahmad Dahlan
memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah
untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Pengertian Muhammadiyah Dari Segi Etimologis (Bahasa)

Dari segi etimologis (bahasa) menurut H. Djarmawi Hadikusumo,


Muhammadiyah berasal dari bahasa arab “Muhammad” yaitu nama Nabi atau Rosul
yang terakhir. Kemudian mendapakan “ya nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi
Muhammadiyah artinya adalah umatnya atau pengikut Nabi Muhammad SAW yaitu
yang meyakini bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Allah SWT yang
terakhir. Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka ia adalah orang
Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan
bangsa, geografis, etnis dan sebagainya.
Pengertian Muhammadiyah Dari Segi Terminologis (Istilah)

Sedangkan dari segi Terminologis (istilah), Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam,
dakwah amar ma’ruf nahi munkar berdasarkan asas Islam yang bersumber pada Al Qur’am dan Hadist
yang didirikan oleh Muhammad Darwis atau yang dikenal sebagai KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M di Kampung Kauman, Yogyakarta.

Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi
aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus
dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin
dalam kehidupan di muka bumi ini.
Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Berdirinya Muhammadiyah pada dunia Islam di timur tengah mengalami kekuasaan ilmperium
Turki Usmani yang memudar, wahabi mulai berkuasa di semenanjung Arab dan di Indonesia mengalami
kolonialisme bangsa Hindia-Belanda yang telah menguasai bangsa Indonesia yang akibatnya umat
Islam mengalami penurunan dan kelemahan, seperti pendidikan, ekonomi, dan kondisi kesehatan. Pada
saat kondisi seperti itu muncul priyai jawa dan pedagang kauman yang menyadari posisi sosial pemeluk
Islam sebagai bagian dari Ibadah dan amal shaleh. Di tengah-tengah kondisi yang tidak menentu seperti
yang digambarkan di atas, KH. Ahmad Dahlan muncul sebagai seorang yang peduli terhadap kondisi
yang dihadapi masyarakat pribumi secara umum atau masyarakat muslim secara khusus. KH.Ahmad
Dahlan lahir dari kampung kauman, Yogyakarta tahun 1968 dengan nama kecilnya Muhammad Darwis.
Ayahnya, KH. Abu Bakar adalah Imam dan Khatib Masjid besar kauman, Yogyakarta. Sementara
ibunya, Aminah adalah anak KH. Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta.

Pola pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang cemerlang ini


menghantarkannya untuk membentuk sebuah organisasi yang bermula dari
pendirian sekolah yang memerlukan sebuah organisasi untuk mengelola
sekolah tersebut. Di samping kondisi mikro saat itu yang telah menimbulkan
kesadaran arti pentingnya sebuah organisasi modern agar sekolah yang
didirikan bisa terus berlangsung pesat.
KH. Ahmad Dahlan
Setelah mengalami pertemuan dan pembicaraan yang sangat panjang maka dirumuskan anggaran
dasar organisasi dalam bahasa Belanda dan bahasa Melayu yang dalam penyusunannya dibantu oleh R.
Sosrosugono seorang guru bahasa Melayu di Kweekschool Jetis. Organisasi yang dibentuk diberi nama
Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 18 November 1912, namanya berkaitan dengan nabi terakhir
yakni Muhammad SAW. Atas dasar ini, diharapkan anggota Muhammadiyah dalam kehidupan beragama
dan bermasyarakat sesuai dengan pribadi Nabi Muhammad SAW dan Muhammadiyah menjadi organisasi
akhir zaman.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha K.H Ahmad Dahlan untuk
memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Ketidakmurnian
ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas
antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme.
Sehingga dalam prakteknya umat islam di Indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip ajaran islam, terutama yang berhubuaan dengan prinsip akidah islam yang menolak segala
bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga, pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi
umat islam Indonesia.
Umat islam Indonesia juga harus mencari solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan.
Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam
peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam
yang berpikir modern. Kesejahteraan umat islam akan tetap berada di bawah garis kemiskinan jika
kebodohan masih melingkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang
mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi
bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil
revolusi industri yang melanda eropa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk
menyampaikan ’ajaran yesus’ untuk menyapa umat manusia di seluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran
yesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda eropa. Modernisasi yang
terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang
melahirkan modernisasi eropa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika
penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang rasional tetapi liberal dan
sekuler.

Berdasarkan beberapa kondisi tersebut, menjadi latar belakang diperlukannya gerakan pemurnian
yaitu berdirinya gerakan muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tadjid artinya
muhammadiyah sebagai organisasi dan sekaligus gerakan pembaharuan. Tujuan tajdid menurut
Muhammadiyah adalah untuk memfungsikan Islam sebagai hudan, furqân, dan rahmatan li al-’âlamîn
sehingga perkembangan kehidupan masyarakat dapat terbimbing dengan baik. Dalam pandangan
Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu watak dari ajaran Islam. Untuk dapat memfungsikan tajdid
dalam berbagai bidang kehidupan di tengah masyarakat yang berubah, ijtihad merupakan sebuah
keniscayaan untuk dilakukan. Dalam ijtihad ini, menurut Muhammadiyah, maksimalisasi peran akal yang
bersih adalah suatu prasyarat tajdid.
Muhammadiyah sebagai gerakan pemurnian dan pembaharuan oleh KH. Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah, dijadikan sebagai alat untuk memajukan umat dan bangsa. Muhammadiyah
memberikan makna pembaharuan ke dalam dua gerakan, yaitu :

Purifikasi merupakan gerakan pembaharuan untuk memurnikan ajaran


1 Gerakan purifikasi
Islam dari takhayyul, bid’ah, khurafat dan syirik dalam segala bentuk
atas masalah akidah
serta manifestasinya dengan kembali kepada ajaran Alquran dan
dan ibadah.
Sunnah dan mendorong untuk berijtihad.
Gerakan modernisasi
Modernisasi adalah gerakan pembaruan pemikiran Muhammadiyah
atau reformasi untuk
2 untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan merujuk pada Al
bidang-bidang
Qur'an dan As-Sunnah sebagai yang sekaligus memberi pengarahan,
muamalah dalam
ke arah pemikiran itu harus dikembangkan, serta mengembangkan
berbagai bidang
organisasi, kepemimpinan, dan etos kerja dalam persyarikatan
kehidupan.
Muhammadiyah untuk kemanfaatan di berbagai bidang kehidupan.

Keinginan dari KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah yang dapat dijadikan
sebagai alat perjuangnan dan da’wah untuk menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada
Al-Qur’an, surah Ali-’Imron:104 dan surah Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk
mewujudkan gerakan tauhid.
Surah Ali-’Imron:104
ٰۤ ُ
‫ولىِٕ َك ُه ُم ْال ُم ْفلِح ُْون‬ ‫ اُم ٌَّة ي َّْدع ُْو َن ِا َلى ْال َخي ِْر َو َيْأ ُمر ُْو َن ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬i‫ ْل َت ُكنْ ِّم ْن ُك ْم‬i‫َو‬
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S Ali-’Imron:104)
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat
dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung
penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang
mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai dampak positif
dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh
Indonesia.

Surah Al-Ma’un
Q.S Al-Ma’un memiliki Kandungan terkait orang-orang yang mendustakan agama itu adalah orang
yang menghardik anak yatim, enggan memberi bantuan, dan tidak mendorong memberi makan orang
miskin. Orang sholat pun bisa dianggap sebagai pendusta agama dan mereka akan celaka. Hal tersebut
karena mereka lalai dengan sholatnya, berbuat ria’ dan enggan memberikan bantuan. Berdasarkan
kandungan Q.S Al-Ma’un tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk
bergerak mendirikan berbagai amal usaha supaya dapat memberikan bantuan dan dapat bermanfaat bagi
orang lain.
Visi Muhammadiyah Misi Muhammadiyah
Visi Muhammadiyah adalah 1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan
sebagai gerakan Islam yang ajaran Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah yang
berlandaskan al-Qur’an dan as- disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad saw.
Sunnah dengan watak tajdid yang 2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran
dimilikinya senantiasa istiqamah dan sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan
aktif dalam melaksanakan dakwah menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang
Islam amar ma’ruf nahi mungkar di bersifat duniawi.
segala bidang, sehingga menjadi 3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-
rahmatan li al-‘alamin bagi umat, Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat
bangsa dan dunia kemanusiaan manusia sebagai penjelasannya.
menuju terciptanya masyarakat Islam 4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi,
yang sebenar-benarnya yang diridhai keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan
Allah swt dalam kehidupan di dunia Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera
ini. Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto.

Tujuan Muhammadiyah
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah, melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar untuk menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam, membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yaitu masyarakat yang memahami
prinsip Islam yang sebenarnya serta menjalankannya dengan baik tanpa adanya pengaruh tradisi atau
budaya lain yang bertentangan.
Gagasan Berdirinya Muhammadiyah

Gagasan mendirikan organisasi Muhammadiyah, selain mewujudkan gagasan reformasi Kyai


Dahlan, menurut Adam By Durban adalah mewadahi madrasah ibtidaiyah secara praktis dan sistematis
yang dibangun pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut didirikan sebagai bentuk tindakan lanjutan dari
kegiatan yang dilakukan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam yang dikembangkannya secara
informal dan pengajaran pengetahuan umum di beranda rumahnya.

Berdasarkan tulisan Djarnawi Hadikusuma, tempat yang dibangun tahun 1911 di Kampung Kauman
Yogyakarta tersebut adalah ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak
diselenggarakan di surau-surau seperti biasanya yang dilakukan umat Islam saat itu. Namun, sekolah
tersebut bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan dengan menggunakan meja dan
papan tulis yang mengajarkan agama dengan cara baru. Selain itu, di sana juga diajarkan ilmu-ilmu
umum.

Itulah sebabnya di tanggal 18 November 1912 Miladiyah atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah didirikanlah
sebuah organisasi yang bernama ”Muhammadiyah” di Yogyakarta. Organisasi islam yang baru ini
mengajukan pengesahannya tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah”
atau bentuk Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama di tahun 1912. Kemudian organisasi ini baru
disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Statuten Muhammadiyah yang pertama
bertanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912.
Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Berdirinya Muhammadiyah

Faktor-faktor pendorong yang melatarbelakangi berdirinya persyarikatan Muhammadiyah dan


menghantarkannya menjadi organisasi modern, antara lain:

1 Faktor Subyektif
Faktor subyektif bisa dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya
Muhammadiyah adalah hasil dari pendalaman KH. Ahmad Dahlan akan Alquran dengan tekun, gemar
membaca, menelaah, membahas, dan mengkaji isi kandungan Alquran. Ia menelaah ayat Alquran dengan
sangat teliti dan melihat sebab turunnya ayat (asbāb al-Nuzūl). Sikap KH. Ahmad Dahlan tersebut
dikarenakan melaksanakan firman Allah SWT dalam surat al-Nisā ayat 82 dan Muhammad ayat 24 yang
di dalamnya berisi tentang taddabur terhadap Alquran. Kemudian KH. Ahmad Dahlan memperaktekannya
dengan melakukan penelaahan terhadap surat Ali Imran ayat 104 yang di dalamnya berisi tentang
himbauan untuk mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada hal-hal yang ma’rūf dan mencegah
dari perbuatan munkar atau maksiat kepada Allah. Setelah pengkajian, penelaahan, dan pendalaman
terhadap ayat tersebut, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membuat perkumpulan, organisasi
atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmat melaksanakan misi dakwah Islam,
amar ma’rūf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat luas sehingga berdirilah organisasi
Muhammadiyah.
2 Faktor Obyektif

Faktor-faktor obyektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah dikateorikan menjadi 2 faktor,


yaitu :

Faktor Internal, yaitu faktor-faktor Faktor Eksternal, yaitu faktor


penyebab yang muncul di tengah- penyebab yang ada di luar tubuh
tengah masyarakat Islam masyarakat Indonesia.
Indonesia.

1) Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak 1) Semakin meningkatnya gerakan kristenisasi di


dijadikannya Alquran dan al-Sunnah sebagai tengah-tengah masyarakat Indonesia.
satu-satunya rujukan oleh sebagian besar 2) Penetrasi Bangsa-bangsa Eropa, terutama
umat Islam Indonesia. bangsa Hindia-Belanda ke Indonesia.
2) Lembaga pendidikan yang dimiliki umat 3) Pengaruh dari gerakan pembaharuan di dunia
Islam belum mampu menyiapkan generasi Islam (Timur Tengah).
yang siap mengemban misi selaku “Khalifah
Allah di atas bumi”.
Selain dua faktor di atas, terdapat empat teori yang dikemukakan oleh Alwi Shihab yang menjadi
latar belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah yang menguatkan dua faktor tersebut, yaitu:

1 Teori faktor gagasan pembaharuan Islam di Timur Tengah

Menurut teori ini, selama paruh akhir abad ke-19, gagasan pembaharuan Islam yang tengah
berkembang di beberapa timur tengah mulai diperkenankan di Indonesia baik secara langsung oleh
jamaah haji yang menyampaikan kepada mereka secara lisan maupun secara tidak langsung melalui
berbagai penerbitan buku dan jurnal yang tersebar di kalangan kaum Muslim santri di Indonesia. Pada
abad berikutnya gagasan pembaharuan dikembangkan oleh Jamal al-Din al-Afghani (w. 1897), Syaikh
Muhammad Abduh (w. 1905), dan penerusnya, Muhammad Rasyid Rida (w. 1935) mulai mendapat
tempat di Indonesia.

2 Teori faktor pembaharuan Muhammad Abduh dan Jamal al-Din al-Afghani

Teori ini, tumbuh di Timur Tengah pada akhir abad ke-19 yang merupakan kelanjutan logis gerakan
pembaharuan Wahabiyah. Dua tokoh pembaharuan itu sebagian kalangan meyakini bahwa gagasan
pembaharuan Muhammad Abduh lebih besar pengaruhnya dan bertahan lama terhadap lahir dan
berkembangnya Muhammadiyah. Keduanya menyebarkan dan menggalakan sebuah gagasan dibukanya
pintu ijtihad dan mengecam sebuah taqlid. Ditambah lagi keduanya sama-sama menjadikan pandangan
Ibnu Taimiyah sebagai sumber utama yang menjadi rujukan mereka.
Teori faktor pertentangan yang bersifat internal di masyarakat
3
jawa

Dalam teori ini, dikemukakan tentang kelahiran Muhammadiyah akibat ada proses pertentangan
yang panjang dan berlangsung perlahan antara dua kelompok besar dalam masyarakat Jawa, yakni kaum
priayi di satu pihak dan kaum santri di pihak yang lain. Kaum priayi adalah kelompok kalangan muslim
yang dangkal tingkat pemahaman keislamannya, sedangkan kaum santri adalah suatu kelompok muslim
yang sangat taat dan tinggi komitmen keislamannya.

4 Faktor penetrasi gerakan Kristenisasi

Teori ini menyebutkan bahwa perkembangan kegiatan misi Kristen di Jawa merupakan suatu faktor
yang menyebabkan lahirnya Muhammadiyah, Muhammadiyah menawarkan diri sebagai organisasi yang
mempertahankan diri dari pengaruh Kristenisasi.
Selain faktor tersebut, Solichin Salam adalah seorang penulis tentang
Muhammadiyah, menyebutkan bahwa ada dua faktor yang mendorong lahirnya
Muhammadiyah, yaitu:
1) Faktor Intern, di antaranya: kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak sesuai
dengan Alquran dan hadis, karena merajalelanya perbuatan syirik, bid’ah dan khurafat
yang menyebabkan Islam menjadi beku, keadaan bangsa Indonesia dan umat Islam
hidup dalam kemiskinan, kebodohan, kekolotan dan kemunduran, tidak terwujudnya
semangat ukhuwah Islamiyah, tidak ada organisasi Islam yang kuat, lembaga
pendidikan Islam tidak bisa memenuhi fungsinya dengan baik, dan sistem pesantren
yang sudah kuno.
2) Faktor ekstern, diantaranya: adanya kolonialime belanda di Indonesia, kegiatan serta
kemajuan yang dicapai oleh golongan Kristen dan Katolik di Indonesia, sikap sebagian
kaum intelektual Indonesia yang memandang Islam sebagai agama yang telah
ketinggalan zaman, serta adanya rencana politik Kristenisasi dari pemerintah Belanda
demi kepentingan politik kolonial.
Komentar atau Analisis Data Terkait Latar Belakang Berdirinya
Muhammadiyah

Telah kita ketahui bahwa ada berbagai kondisi yang dialami oleh umat Islam di Indonesia dan
terdapat faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah. Salah satunya, pada saat itu umat
Islam yang mengalami penurunan dan keterbelakangan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan,
ekonomi, dan kondisi kesehatan. Ketidakmurnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam
Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal
bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di Indonesia
memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam, maraknya takhayyul,
bid’ah, dan khurafat, serta banyak budaya atau tradisi masyarakat yang terlihat seperti ajaran yang baik
namun tergolong syirik.
Indonesia merupakan bangsa yang besar dan sebagai bangsa yang majemuk, terdiri atas berbagai
suku, agama, bahasa, serta budaya daerah yang berbeda-beda. Begitu juga dengan masyarakat Islam di
Indonesia, meskipun sekarang zaman sudah modern tetapi budaya dan tradisi turun-temurun dari nenek
moyang masih dipercayai dan dilakukan sampai sekarang. Berdirinya muhammadiyah memiliki Tujuan
utama untuk mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini
sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan
adaptasi. Gerakan Muhammadiyah sangat diperlukan untuk menegakkan dan memurnikan ajaran Islam
sebenar-benarnya. Gerakan Muhammadiyah tidak hanya diperlukan pada saat itu saja, namun pada
zaman sekarang Gerakan Muhammadiyah juga diperlukan dan harus terus berlanjut hingga akhir zaman.
Pemaknaan K.H Ahmad Dahlan pada QS. Ali ‘Imran ayat 104 dititikberatkan tentang pentingnya
sebuah perkumpulan atau gerakan yang terorganisir dan mampu menjangkau banyak aspek dalam rangka
amar ma’ruf nahi mungkar. Sedangkan pada ayat 110, sebagai perwujudan umat terbaik maka tugas umat
islam melakukan proses Transendensi (seruan kepada Allah), Liberasi (pembebasan manusia dari bentuk
penjajahan terhadap materi), dan Humanisasi (menjadikan manusia untuk peka terhadap manusia), ketiga
proses tersebut dalam pemikiran Kuntowijoyo disebut sebagai kesadaran Profetik. Sedang pada makna
surah Al Ma’un dan Ashr, K.H Ahmad Dahlan, dalam kisah yang masyhur, menjelaskan pentingnya peduli
pada kemanusiaan dan memanfaatkan waktu untuk senantiasa memberikan nasehat dan beramal shaleh.
Dari konsep 3 surah tersebut kemudian K.H Ahmad Dahlan mengajarkan kepada para santrinya untuk
menjadi muslim yang tidak hanya cakap pada ranah Keimanan atau spritualitas, tapi juga cakap pada
ranah Pikir atau Intelektualitas dan semuanya dibuktikan pada ranah gerakan Kemanusiaan.
Proses berpikir K.H Ahmad Dahlan tentang 3 ranah di atas bermuara pada tujuan Muhammadiyah
yaitu “Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” hal ini diatur pada Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab
3 Pasal 6. Apa hubungan Tujuan Muhammadiyah dan Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan?. Farid Ma’ruf pada
Muktamar Muhammadiyah ke-33 di Palembang menjelaskan “masyarakat islam adalah golongan manusia
yang mencerminkan untuk berbakti kepada Allah”. Proses berpikir K.H Ahmad Dahlan tentang
“perkumpulan yang menyeru kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar” dan “masyarakat islam”
bagaikan anak tangga. QS. Ali ‘Imran ayat 104 adalah dasarnya dan QS. Ali ‘Imran ayat 110 adalah
pijakan terakhir menuju tujuan Muhammadiyah yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Tujuan Muhammadiyah, kemudian diImplementasikan dalam bentuk proses perkaderan dalam
lingkup persyarikatan. Hasil dari perkaderan disebut sebagai kader. Kader inilah yang kemudian menjadi
anak panah Muhammadiyah dalam mengemban misi dakwah. Pada saat ini, peran Muhammadiyah
sebagai social movement dianggap terlalu melangit atau elitis sehingga terkadang kehadiran kader
Muhammadiyah sebagai agen perubahan kalah pamor ketimbang para salafis yang lebih menyentuh
kalangan bawah. Sehingga terkadang peran kemasyarakatan Muhammadiyah seolah tak tampak dan tak
menyentuh lapisan bawah. Padahal pada sisi kesejarahan Muhammadiyah adalah gerakan sosial
kemasyarakatan, yang kemudian berkembang dan berubah menjadi gerakat “elit” atau tak kelihatan lagi
sosial kemasyarakatannya. Sebagai gerakan islam modern, Muhammadiyah dituding sebagai gerakan anti
kebudayaan, dengan mematikan atau membid’ahkan seluruh aktifitas kebudayaan masyarakat dengan
dalih purifikasi dan pemberantasan Tahayul, Bid’ah, dan Khurafat. Kuntowijoyo, menuliskan dalam ” Islam
tanpa Mitos” dan “Muslim tanpa Mesjid” bahwa Muhammadiyah bukan gerakan anti kebudayaan tapi
gerakan yang menawarkan kebudayaan baru. Muhammadiyah dewasa ini telah berkembang hampir di
seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah memiliki beberapa perwakilan Cabang Istimewa di luar negeri,
seperti di Malaysia, Mesir, Inggris, Australia, Jerman dan sebagainya.

Pengaruh Berdirinya Muhammadiyah di Indonesia


K.H Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan arah Tajid yang terbuka. Kemajuan dikaitkan dengan pemikiran
dan langkah ini memberikan karakter tersendiri bagi lahir dan berkembangnya Muhammadiyah di masa
depan. Kyai Dahlan, memiliki karakter unik yang membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan
termasuk dalam aspek tauhid (`aqidah), ibadah, mu`amalah, dan pemahaman tentang tajdid (`aqidah).
Muhammadiyah pada awalnya memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa
pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu, peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar
dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya berganti
nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan Madrasah Muallimin
Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan S Parman No. 68 Patangpuluhan,
kecamatan Wirobrajan dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta khusus perempuan, di
Suronatan Yogyakarta yang keduanya sekarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat
di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaharuan) ajaran Islam dan
umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shaki, dengan
membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: Dalam ranah tauhid, KH. Ahmad Dahlan ingin mensucikan
Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang ibadah, tata cara ibadah dari bid’ah, bidang Mumara,
bidang akidah tahayul dan bidang pemahaman ajaran dari Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk
memberinya kebebasan dalam Ijtihad.
Amal Usaha Muhammadiyah

Muhammadiyah dalam menjalankan gerakan pemurnian diimplementasikan dalam aksi nyata berupa
amal yang konkret, artinya Muhammadiyah dalam mewujudkan Islam sebagai ajaran dalam kehidupan
haruslah nyata, sehingga Muhammadiyah memiliki beberapa jenis amal usaha, antara lain:
1) Pemberantasan TBC (Takhayul, Bid'ah dan Khurafat).
2) Muhammadiyah telah Melakukan perubahan terhadap arah Kiblat orang yang melakukan shalat agar
arah orang yang ada di pulau Jawa (Yogyakarta) menghadap ke arah kiblat yang tepat, karena
menurutnya selama ini arah kiblat masyarakat setempat adalah keliru dengan dasar ilmu falak.
3) Memberlakukan Praktik sholat ied berjamaah di lapangan terbuka, serta penggunaan Metode Hisab
dalam penentuan awal bulan Qamariyah.
4) Muhammadiyah merintis gerakan perempuan Aisyiyah tahun 1917.
5) Muhammadiyah telah memiliki sekolah (TK ABA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA, Ponpes),
Perguruan Tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Akademi), Panti Asuhan, dan Rumah Sakit. Nama-
nama seperti Bustanul Athfal TK Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA
Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai
daerah.
6) Muhammadiyah telah melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Umum (PKU), panti sosial
Muhammadiyah, BPKM (Bala Pendidikan dan Keterampilan Muhammadiyah), Forum Panti Sosial
Muhammadiyah-Aisyiyah (Forpama), serta panti sosial Muhammadiyah Aisyiyah.
7) Muhammadiyah mengoptimalkan Lazismu, MDMC dan Majelis pelayanan sosial sebagai ujung tombak
Muhammadiyah dalam mewujudkan gerakan kemasyarakatan.
Kesimpulan
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Secara bahasa
Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad dan iyah. "Muhammad" diambil dari nama Nabi terakhir,
Muhammad SAW sedangkan “iyah” berarti pengikut. Jadi secara bahasa, muhammadiyah berarti pengikut
Nabi Muhammad SAW. Dari Segi Istilah Muhammadiyah adalah Sebuah Organisasi Islam, gerakan dakwah
Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 M atau 8
Dzulhijah 1330. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau
18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan. Dilansir
dari situs resmi Muhammadiyah, setelah KH. Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada
tahun 1890 dan 1902-1904, beliau mulai menyampaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Ada berbagai kondisi yang dialami oleh umat Islam di Indonesia dan terdapat faktor-faktor yaitu ada
faktor subyektif dan obyektif (faktor internal dan eksternal), 4 teori dari Alwi Shihab, serta faktor intern dan
ekstern dari Solichin Salam yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah. Tujuan utama
Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu
dengan alasan adaptasi. Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah, selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Haji Ahmad Dahlan, juga untuk mewadahi sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Muhammadiyah memiliki
berbagai amal usaha yang bersinergi bersama pimpinan organisasi untuk mengembangkan berbagai
kegiatan dakwah yang kreatif, inovatif, dan berkemajuan dengan semangat amar ma’rūf nahī mungkar dan
tajdīd (pembaharuan).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai