Anda di halaman 1dari 23

PERAN DAN KONTRIBUSI

MUHAMMADIYAH DALAM
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
OLEH KELOMPOK 3 :
ALDYNOV BRINANDA P. (02)
AZIZ ABDURRAHIM (06)
DODDY ADITYA W. (08)
KEVIN BAIQ K. (15)
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
MAKNA
• Muhammadiyah di Indonesia berasal dari kata bahasa estimologis Arab
"Muhammad" yaitu nama Nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan
"ya nisbiyah" yang artinya menjeniskan.
• Jadi, asal-usul sejarah nama Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau
pengikut Nabi Muhammad Saw. Yaitu semua orang yang menyakini bahwa
Muhammad adalah hamba dan pembawa pesan Allah yang terakhir untuk
menyebarkan ajaran Islam dan tauhid.
• Dengan demikian, siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang
Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan
bangsa, geografis dan etnis. Ini adalah arti dan makna muhammadiyah dilihat
dari perspektif bahasa. Kemudian, arti istilah atau terminologis Muhammadiyah
dalam kacamata organisasi yang muncul dibawakan oleh KH Ahmad Dahlan
adalah gerakan Islam yang bersiafat dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, berasas
Islam dan bersumber Al Qur'an
SEJARAH
• Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 18
November 1912 M di kota Yogyakarta. Ia pergi ke Mekah pada tahun
1890 dan belajar dengan seorang guru Syekh Ahmad Khathib dari
Minang Kabau, salah seorang ulama yang kharismatik dan besar di
Masjid al-Harom.
• Setelah sepulang dari Mekah, KH Ahmad Dahlan mendalami Al Qur'an
dengan menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isi Al
Quran. Sikap KH Ahmad Dahlan sesunguhnya dalam rangka
melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam
surat An-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24 yang pada
dasarnya adalah melakukan taddabur atau memperhatikan dan
mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam
ayat Al Quran.
• Sikap seperti inilah yang dilakukan KH Ahmad Dahlan
ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
"Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung."
• Memahami seruan diatas, KH Ahmad Dahlan tergerak
hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan,
organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi di
mana tugasnya melaksanakan misi dakwah Islam amar
Makruf Nahi Munkar di tengah masyarakat Indonesia.
• Mula-mula ajaran awal yang menjadi embrio sejarah berdirinya
organisasi Islam Muhammadiyah ini ditolak, namun berkat ketekunan
dan kesabaran KH Ahmad Dahlan, akhirnya mendapat sambutan dari
keluarga dan teman dekatnya meskipun dengan perjuangan yang berat .
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau yang
mengingatkan kita kepada sosok Nabi Muhammad Saw.
• Dalam waktu singkat, ajaran ideologi Muhammadiyah yang dibawa KH
Ahmad Dahlan menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke
luar daerah dan luar Pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan
tersebut, maka didirikan persyarikatan Muhammadiyah. Berawal dari
pembentukan perkumpulan organisasi Muhammadiyah sebagai bentuk
manifestasi ideologi yang dibawa KH Ahmad Dahlan, kini
Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air dan menjadi
organisasi Islam berpengaruh di Indonesia.
Latar Belakang
Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah
adalah hasil pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al Qur’an
dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan
isinya. Dalam surat Ali Imran ayat 104 dikatakan bahwa: “ Dan
hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. Memahami seruan diatas, K.H. Ahmad Dahlan
tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan,
organisasi atau perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya
berkhidmad pada pelaksanaan misi dakwah Islam amar ma’ruf
nahi munkar di tengah masyarakat.
Faktor Internal
• Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan sistem pendidikan
Islam yang khas Indonesia. Transformasi nilai-nilai keIslaman ke dalam pemahaman
dan kesadaran umat secara institusional sangat berhutang budi pada lembaga ini.
Namun terdapat kelemahan dalam sistem pendidikan Pesantren yang menjadi kendala
untuk mempersiapkan kader-kader umat Islam yang dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak pada materi pelajaran yang
hanya mengajarkan pelajaran agama, seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam,
Tasawwuf dan ilmu falak. Pesanteren tidak mengajarkan materi-materi pendidikan
umum seperti ilmu hitung, biologi, kimia, fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang
justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk memahami perkembangan zaman dan
dalam rangka menunaikan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini. Ketiadaan lembaga
pendidikan yang mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar
belakang dan sebab kenapa KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yakni
untuk melayani kebutuhan umat terhadap ilmu pengetahuan yang seimbang antara
ilmu agama dan ilmu duniawi.
• Kelemahan dan praktek ajaran Islam.
a. Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai
dengan pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam
masa lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan
pembaharuan-pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan
praktek agama seperti ini mempersulit agenda ummat untuk dapat
beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang dari
luar (barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu
termanifestasikan dalam bentuk-bentuk sikap penolakan terhadap
perubahan dan kemudian berapologi terhadap kebenaran
tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup selama ini. 
b. Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping telah
memperkaya khasanah budaya Islam, pada sisi lainnya telah
melahirkan format-format sinkretik, percampuradukkan antara sistem
kepercayaan asli masyarakat-budaya setempat. Sebagai proses
budaya, percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun
kadang-kadang menimbulkan persoalan ketika percampuradukkan itu
menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam tinjauan
aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku
sebagai muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli mereka
yang animistis tidak berubah. Kepercayaan terhadap roh-roh halus,
pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan
sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu, Budha
dan animisme hadir secara bersama-sama dalam sistem kepercayaan
mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
Faktor Eksternal

• Kristenisasi
Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak
mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi, yakni
kegiatan-kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk mengubah
agama penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi
kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan didukung
sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi Kristen, baik
Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum yang
kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan kristenisasi
ini didukung dan dibantu oleh dana-dana negara Belanda. Efektifitas
penyebaran agama Kristen inilah yang terutama mengguggah KH.
Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat Islam dari pemurtadan.
• Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat
buruk bagi perkembangan Islam di wilayah nusantara ini, baik
secara sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah
dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang
secara sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan
Islam, semakin menyadarkan umat Islam untuk melakukan
perlawanan. Menyikapi hal ini, KH. Ahmad Dahlan dengan
mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan
terhadap kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural,
terutama upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
• Gerakan Pembaharuan Timur Tengah
Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya
merupakan salah satu mata rantai dari sejarah panjang gerakan
pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim,
Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al-Afgani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha dan lain sebagainya. Persentuhan itu
terutama diperolah melalui tulisan-tulisan Jamaluddin al-Afgani
yang dimuat dalam majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh
KH. Ahmad Dahlan. Tulisan-tulisan yang membawa angin segar
pembaharuan itu, ternyata sangat mempengaruhi KH. Ahmad
Dahlan, dan merealisasikan gagasan-gagasan pembaharuan ke
dalam tindakan amal yang riil secara terlembaga.
• Dengan melihat seluruh latar belakang kelahiran
Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan
telah melakukan lompatan besar dalam beritijtihad. Prinsip-
prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat
pada al-Quran dan Sunnah, namun implementasi dalam
operasionalisasinya yang memeiliki karakter dinamis dan terus
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman
Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai pengalaman
sejarah secara terbuka (misalnya sistem kerja organisasi yang
banyak diilhami dari yayasan-yayasan Katolik dan Protestan
yang banyak muncul di Yogyakarta waktu itu.
Tujuan Berdirinya
Tujuan utama berdirinya Muhammadiyah adalah
mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan
ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi. Selain itu tujuan
organisasi ini adalah mewujudkan umat Islam yang cerdas
dan berwawasan kebangsaan.
Prinsip
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Menggerakkan Muhammadiyah sesuai dengan tujuan yang akan di capai
dengan kekuatan lahir dan batin sesuai dengan ajaran Islam.
2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
Menyampaikan ajaran agama Islam kepada masyarakat dengan cara amar
makruf nahi munkar.
3. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid
Memperbaharui cara berfikir sesuai dengan perkembangan dan
pembaharuan zaman. Bukan pembaharuan ajaran Islam akan tetapi cara
berpikir umat Islam.  
4. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial
Bahwa setiap aktivis Muhammadiyah dilakukan dalam rangka
kehidupan bersama-sama sehingga selalu memperhatikan masalah yang
muncul dalam kehidupan masyarakat. 
5. Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu.
Sebagai gerakan ilmu, setiap aktivitas Muhammadiyah harus merupakan
pengembangan ilmu pengetahuan oleh karena itu setiap aktivis
Muhammadiyah harus memperhatikan berbagai teori pengetahuan
mutakhir dan berusaha menguasai mendalam dan mengembangkannya.
Perkembangan Muhammadiyah secara
Vertikal
Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh penjuru
tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan
organisasi NU, Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini
terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan jamaah
Muhammadiyah.
Faktor utamanya adalah usaha Muhammadiyah dalam
mengikis adat-istiadat yang sudah mendarah daging di
kalangan masyarakat, sehingga banyak menemui
tantangan dari masyarakat.
Perkembangan Muhammadiyah secara
Horizontal
Amal usaha Muhamadiyah telah banyak berkembang yang
meliputi berbagai bidang kehidupan. Perkembangan
Muhamadiyah dalam bidang keagamaan terlihat dalam
upaya-upayanya, seperti terbentukanya Majlis Tarjih (1927),
yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama dalam
Muhammadiyah yang secara tetap mengadakan
permusyawaratan dan memberi fatwa-fatwa dalam bidang
keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum.
Muhammadiyah juga melakukan usaha-usaha demi
memajukan kualitas masyarakat Indonesia.
Peran dan Kontribusi
• Dalam bidang Pendidikan :
1. Melahirkan para cendekiawan.
2. Membantu pemerintah dalam rangka mencapai masyarakat
yang berpendidikan yang bebas dari kemiskinan.
3. Mengembangkan dan membentuk inovasi-inovasi dalam
bidang pendidikan.
4. Mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke
dalamnya ilmu-ilmu keagamaan
5. Mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan
pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum.
• Dalam bidang agama:
1. Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan
contoh yang telah diberikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya
dengan jalan perhitungan “hisab” atau “astronomi” sesuai dengan jalan
perkembangan ilmu pengetahuan modern.
3. Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian,
perikanan, peternakan, dan hasil perkebunan, serta amengatur
pengumpulan dan pembagian zakat fitrah.
4. Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan
keluarga berencana.
5. Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia juga termasuk
peran dari kepeloporan pemimpin Muhammadiyah.
• Dalam bidang Sosial :
1. Membina anak-anak yatim, orang-orang jompo, dan juga rumah
sakit yang sudah berdiri ratusan tahun.
2. Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan, dan toko buku
yang banyak mempublikasikan majalah-majalah, brosur dan buku-
buku yang sangat membantu penyebarluasan paham-paham
keagamaan, ilmu, dan kebudayaan Islam.
3. Mendirikan rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan segala
peralatan, membangun balai-balai pengobatan, rumah bersalin,
apotek, dan sebagainya.
4. Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra maupun putri
untuk menyantuni mereka.
• Dalam bidang Ekonomi :
1. Memberdayakan masyarakat dengan cara
membentuk Koperasi dan membina para pedagang.
2. Membina para petani yang masih belum memiliki
pengetahuan tentang bertani dengan baik.
• Dalam bidang Politik :
1. Mempelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada
tahun 1945 termasuk menjadi pendukung utama
berdirinya partai Islam Masyumi.
2. Menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air
Indonesia di kalangan umat Islam Indonesia dengan
menggunakan bahasa Indonesia dalam tabligh-
tablighnya, dalam khotbah ataupun tulisan-tulisannya.

Anda mungkin juga menyukai