Anda di halaman 1dari 10

A.

SEJARAH MUHAMMADIYAH 
Kauman, sebuah daerah di kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota
Yogyakarta, sekitar 500 meter ke arah selatan dari ujung kawasan Malioboro. Di tempat
inilah Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330, bertepatan dengan tanggal 18 November
1912. Maksud dan tujuannya ialah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam,
sehingga dapat mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Faktor-faktor lain
yang mendorong K.H Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah antara lain:
 Ajaran Islam dilaksanakan tidak secara murni bersumberkan Al Qur’an dan Hadist, tetapi
tercampur dengan perbuatan syirik dan khurafat.
 Lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak lagi dapat memenuhi tuntunan zaman, akibat
dari terlampau mengisolir diri dari pengaruh luar.
 Keadaan umat yang sangat menyedihkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, kultural,
akibat adanya penjajahan.
Semangat yang ditunjukkan Muhammadiyah yang lahir untuk mementingkan
pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan Islam, baik pendidikan di sekolah/madrasah
ataupun pendidikan dalam masyarakat. Maka tidak heran sejak berdirinya Muhammadiyah
membangun sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, bahkan
juga menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang berdasarkan islam. Di antara
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan jasanya ialah:
Kweekschool Muhammadiyah Yogya.
Mu’allimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta.
Zu’ama/Za’imat Yogyakarta.
Kuliyah Mubaligin/mubalighat, Padang Panjang.
Tablighschool Yogyakarta.
H.I.K Muhammadiyah Yogya.
Dan masih banyak lagi sekolah/madrasah yang didirikan oleh Muhammadiyah ini,
semua sekolah/madrasah ini didirikan pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan
Jepang, yang tersebar pada tiap-tiap Cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia.
Pada masa Indonesia merdeka Muhammadiyah mendirikan sekolah/madrasah berlipat-lipat
ganda banyaknya dari masa penjajahan Belanda dahulu. Jika di jumlahkan ada 682 buah
Madrasah dan 877 buah Sekolah Umum dan totalnya 1559 buah madrasah dan sekolah
umum. Mula-mula K.H Ahmad Dahlan memberi pelajaran agama islam di Kweekschool
Jetis, sekolah guru pada zaman penjajahan Belanda meskipun pelajaran itu hanya diberikan
diluar pelajaran-pelajaran yang formal. Sistem yang beliau gunakan sudah sangat pedagogis.
Di samping memberikan pelajaran islam di Kweekschool. K.H Ahmad Dahlan mendirikan
sekolah-sekolah yang sebagian mengikuti teknik sekolah-sekolah kursi, meja, kapur dan lain-
lain tetapi diberi juga pelajaran agama. Di samping itu didirikan juga madrasah-madrasah
yang merupakan modernisasi dari pesantren-pesantren yang telah ada kitab-kitab, metode
mengajarnya, latihan dan ujian diambil dari sekolah model barat. Dengan demikian
Muhammadiyah berhasil mendekatkan dua golongan  rakyat, yakni kaum intelek Indonesia
yang memperoleh didikan model Barat dengan rakyat dengan rakyat selebihnya yang melulu
mendapatkan pelajaran agama, dua golongan yang sudah mulai terpisah dan tercerai.
Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan
modernisasi dalam sistem pendidikan, menukar sistem pondok pesantren dengan sistem
pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman. Mengajarkan
agama dengan cara yang mudah di faham, didaktis, dan pedagogis, selalu menjadi pemikiran
dalam Muhammadiyah.          
Selain jasa di bidang pendidikan, ada pula usaha dan jasa-jasanya yang besar lainnya
yaitu : mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya.
Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di Yogyakarta menghadap ke jurusan timur
dan orang-orang sembahyang di dalamnya menghadap ke arah barat lurus. Padahal kiblat
yang sebenarnya menuju Ka’bah dari tanah Jawa haruslah miring ke arah utara ± 24 derajat
dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falak itu orang tidak boleh
menghadap kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara ± 24 derajat. Oleh
sebab itu K.H Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supaya menuju arah
kiblat yang betul. K.H Ahmad Dahlan juga mengajarkan agama islam secara populer, bukan
saja di pesantren, melainkan ia pergi ke tempat-tempat lain seperti mendatangi berbagai
golongan bahkan dapat dikatakan bahwa K.H Ahmad Dahlan adalah bapak mubaliq islam di
Jawa Tengah. K.H Ahmad Dahlan memberantas bit’ah-bit’ah dan khurafat serta adat istiadat
yang bertentangan dengan ajaran agama islam.

B. Faktor-Faktor Pendorong Lahirnya Muhammadiyah


Gerakan Muhammadiyah dengan semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama
yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk
melakukan perbuatan yang ekstrem. Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak
merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk
bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak,
yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan
perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi
sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah
banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
1. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam
tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam
tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-
kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman.
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta
berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme;dan,
5. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam,
serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin
menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat Junus Salam, 1968: 33).

C. Muhammadiyah Pada Masa Reformasi


Gerakan reformasi di Indonesia yang dipelopori oleh prof. Dr. HM. Amien Rais
(Ketua PP Muhammadiyah waktu Itu), mahasiswa dan segenap kekuatan rakyat telah
mengakhiri kekuatan rezim Orde Baru dengan berhentinya Soeharto dari jabatan prseiden
pada tanggal 21 Mei 1998. Muhammadiyah dalam sidang tanwirnya di Semarang tahun 1998
mengambil satu kebijakan dengan merelakan kembali putra terbaiknya Prof. Dr HM. Amien
Rais melepaskan jabatannya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar lebih
konsentrasi dalam memimpin gerakan reformasi. Untuk menjaga agar kondisi politik nasional
tidak menghambat gerak langkah perjuangan Muhammadiyah, maka pada kesempatan Sidang
tanwir Muhammadiyah di Bali pada bulan Februari  2002, Muhammadiyah merumuskan
Khittag berbangsa dan bernegara yang isinya :
Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi
kritik sesuai dengan prinsip amar ma’ruf demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang
demokratis dan berkeadaban. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani
masimg-masing. Pengunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai
warga negara yang dilaksanakan secara rasional dam kritis, sejalan dengan misi dan
kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk
benar-benar melaksanakan tugas dan kegiaatan politik secara sungguh-sungguh dengan
mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia(akhlak karimah), keteladanan
(uswah hasanah) dan perdamaian (ishlah).

Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi; karena itu, gerakannya disebut
gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan reformasi. Tajdid menurut bahasa al-i’adah wa
al-ihya’ , mengembalikan dan menghidupkan. Tajdid al-din, berarti mengembalikannya
kepada apa yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim awal. Tajdid al-Din menurut
istilah ialah menghidupkan dan membangkitkan ilmu dan amal yang telah diterangkan oleh
al-Quran dan al-Sunnah . Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid sebagai berikut :
Menerangkan/membersih-kan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu dan memu-liakannya,
membenci bid’ah dan menghilangkannya” . Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran
ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam
kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah. Tajdid tersebut di atas dapat pula
diartikan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf menghidupkan kembali ajaran salaf al-
shaleh, meme-lihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya serta
meletakkan metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam mengambil mak-na
yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.
Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong umat Islam agar
kembali kepada al-Quran dan sunnah serta mengembangkan ijtihad. Inilah makna tajdid yang
dianut oleh kaum puritan yang selama ini suaranya masih bergema. Tajdid seperti ini pula
yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi dalam Islam. Refor-masi itu sendiri,
berdasarkan sejarahnya, muncul akibat modernisasi muncul sebagai reaksi atas reformasi.
Reformasi adalah vis a vis modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan
agama dan teologi yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern.

D. Gerakan modernisasi pembaharuan dunia pendidikan islam oleh Muhammadiyah

Istilah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum Orientalis terhadap
gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi gerakan itu sendiri. Modernisasi, dalam
masyarakat Barat, mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk merubah
faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagai-nya untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditim-bulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Tatkala umat Islam kontak dengan Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-
ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demok-rasi, dan lain sebagainya.
Penyesuaian ajaran seperti di atas disebut modern karena dalam sejarahnya agama
Katholik dan Protestan dahulu diajak menyesuaikan diri dengan ilmu pengeta-huan dan
falsafat modern. Sayangnya, modernisaai di Barat ini akhirnya membawa kepada
sekularisasi. Jika seandainya demikian ternyata perkataan modern tidak sedikit dampaknya
dan bahayanya dalam pemahaman agama, seandainya tidak ada filter-filter tertentu untuk
menyaringnya sebagaimana terjadi di dunia Barat tadi. Itulah sebabnya barangkali Harun
Nasution tidak begitu sreg menggunakan kata modern sebagai gantinya dipilih kata
pembaharuan.
Diawali dengan terjadinya  gerakan pembaharuan  dunia pendidikan  islam  pertama
di Indonesia  oleh tokoh muhamadiyah yaitu KH Ahmad dahlan. Cita-cita pendidikan yang
digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai
“ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman
dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Di masa  tahun 1908-1909 Ahmad Dahlan
mendirikan sekolah, yakni Madrasah Ibtidaiyah (SD) dan Madrasah Diniyyah di rumahnya.
Sekolah ini dikelola secara modern dengan menggunakan metode dan kurikulum baru; antara
lain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang sedang berlangsung di abad 20, juga
penggunaan kursi, bangku serta kelas yang pada waktu itu masih dianggap asing. Ia sangat
terkesan pada model pendidikan dari kolonial Belanda. Akhirnya ia merancang pendidikan
Islam model sekolah kolonial, di mana ada penjenjangan kelas, kurikulum yang jelas dan
adanya seragam sekolah. Sebagai guru di sekolah Islam, Ahmad Dahlan menjadikan model
“sekolah dasar Belanda dengan Bibel” dijadikan “sekolah dasar Belanda dengan Al-Quran”
hal ini dilakukan Ahmad Dahlan sebagai suatu ijtihad dalam melihat suatu realitas
sosial. Salah satu usahanya dalam memajukan pendidikan Islam adalah usahanya
memperbaharui sistem pendidikan yang dualistis, yaitu antara ilmu agama dan ilmu
pengetahuan umum. Ia harus menyatukan sistem pendidikan Barat yang lebih mengutamakan
dan mengembangkan aspek intelektual, dan sistem pendidikan Islam yang kurang
mengembangkan aspek intelektual.
            Muhammadiyah didirikan oleh K.H Achmad Dahlan pada Tanggal 8 dzulhijjah 1330
H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah. Faktor Faktor yang mendorong
K.H. Achmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah antara lain:
1. Ajaran Islam diajarkan secara tidak murni bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, tetapi
tercampur dari perbuatan Syirik, bid’ah dan Kurafat
2. Lembaga-lembaga pendidikan islam tidak dapat memenuhi tuntutan zaman, akibat dari
terlampau mengisolir diri dari pengaruh luar.
3. Keadaan umat yang sangat menyedihkan dalam bidang social, ekonomi, politik, cultural
akibat adanya penjajahan. (Amien Rais dkk, 1985:13)
            Selanjutnya dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab II pasal 3 dikemukakan
maksud dan tujuan Muhammadiyah yaitu “ Menegakkan dan menjunjung tinggi Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”(Tujuan tersebut telah dirubah
dalam muktamar ke- 41 di Surakarta) (Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1974 :8) dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Mengembalikan amal dan perjuangan Umat pada sumber Qur’an dan Hadits bersih dari
bid’ah dan kurafat.
2. Menafsirkan ajaran-ajaran Islam secara modern.
3. Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan kehendak dan
kemajuan zaman.
4. Membebaskan umat dan ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatisme, taqlidisme dan
formalisme yang membelenggu kehidupan umat (Amien Rais dkk, 1985: 13).
            Muhammadiyah sebagai gerakan dalam mengikuti perkembangan dan perubahan itu
senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan Amal Ma’ruf nahi Mungkar serta
menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya,
ialah masyarakat, sebagai Usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tersebut diatas.
Salah satu amal usaha yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dalam bergerak
meraih tujuannya ialah memajukan dan memperbaharuhi pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntunan islam. Muhammadiyah
mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan modernisasi dalam sistem
pendidikan ,menukar sistem pondok dan pesantren dengan sistem pendidikan  yang modern
yang sesuai dengan tuntutan kehendak jaman .Muhammadiyah mendirikan sekolah sekolah
yang khas agama dan bersifat umum dari taman kanak kanak hingga perguruan
tinggi .mengajarkan agama dengan cara mudah difahami,didaktis dan pedagois selalu
menjadi pemikiran dalam Muhammadiyah.
            Ciri Khas pendidikan Muhammadiyah yaitu beridentitas Islam. Dasar pendidikan
Muhammadiyah ialah Islam yang besumber dari Al-Qur’an dan sunah Rasul serta tujuan
pendidikan Muhammadiyah adalah terwujudnya manusia muslim. Yang diharapkan
Muhammadiyah adalah bahwa sekolah muhammadiyah mencerminkan pendidikan islam
sebagai yang dicita-citakan yaitu melaksanakan semua komponen pendidikan islam yang
mantap dan terpadu. Guru dan anak didik menghayati dan mengamalkan cara hidup, cara
bergaul, cara belajar dan sebagainya sesuai dengan Islam , baik di sekolah maupun diluar
sekolah. Yang membedakan sekolah Muhammadiyah dengan sekolah yang bukan
Muhammadiyah ialah bahwa sekolah Muhammadiyah melaksanakan pendidikan Agama
Islam yang luas dan mendalam meliputi Tauhid, Ibadah, Akhlak, dan ilmu pembantu dalam
pendidikan islam serta Kemuhammadiyahan.
E. Pembaharuan (tajdid) dan Pemurnian (purifikasi) Ajaran Agama
1. Gagasan Pembaharuan (tajdid) Islam
Satu ciri yang cukup menonjol dalam gerakan Muhammadiyah adalah gerakan
purifikasi (pemurnian) dan modernisasi ( pembaharuan) atau dalam bahasa arab “tajdid”
keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya, Muhammadiyah dikenal
dengan gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan ajaran Islam yang murni dan
membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid'ah dan Khurafat. Cita-cita dan gerakan
pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri sebenarnya menghadapi konteks
kehidupan keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan tradisional. Sebagai sebuah
gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dengan yang lain, tetapi
ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka, melainkan berpijak pada proses yang
sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat. Meskipun Muhammadiyah melakukan
purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah dalam waktu yang bersamaan sangat
menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial-budaya di tempat Muhammadiyah berada.
Muhammadiyah tercermin dari 2 hal yaitu : 1) bentuk keteladanan seorang pemimpin yang
simpatik, 2) pemikiran pembaharuan Islam yang disebarluaskan oleh Muhammadiyah dalam
bentuk amal nyata dengan tindakan yang moderat. Dalam Muhammadiyah, purifikasi adalah
gerakan pembaharuan untuk memurnikan agama dari syirk yang pada dasarnya merupakan
rasionalisasi yang berhubungan dengan ide mengenai transformasi sosial dari masyarakat
agraris ke masyarakat industrial, atau masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Dilihat
dari segi ini sangat jelas bahwa Muhammadiyah telah memberikan suatu ideologi baru
dengan suatu pembenaran teologi industrial, dan modern. Tampaknya Muhammadiyah
memang mengidentifikasi diri untuk cita-cita semacam itu. Upaya Muhammadiyah untuk
melakukan persiapan ke arah transformasi itu misalnya adalah dengan melepaskan beban-
beban kultural yang sampai sejauh itu dianggap dapat menghambat kemajuan. Usaha
pemurnian agama untuk membersihkan Islam dari praktek-praktek syirk, takhayul, bid'ah dan
khurafat, merupakan bukti yang menjelaskan itu.Muhammadiyah berusaha mendongkel
budaya Islam sinkritik dan Islam tradisional sekaligus, dengan menawarkan sikap
keagamaan. Gerakan "pemurnian" (purifikasi) berarti rasionalisasi yang menghapus sumber-
sumber budaya lama untuk digantikan budaya baru, atau menggantikan tradisi lama dengan
etos yang baru. Muhammadiyah tampak sekali dengan sadar melakukan berbagai upaya
pembaharuan demi mencapai cita-cita transformasi sosialnya. Perlu digaris bawahi terlebih
dahulu di sini bahwa program purifikasi  adalah ciri yang cukup menonjol dari Persyarikatan
Muhammadiyah generasi awal, dan hingga sampai saat sekarang ini. Namun harus disadari
pula bahwa program purifikasi memang lebih terfokus pada aspek aqidah. Pemberantasan
TBC (Takhayul, Bid'ah dan Churafat) merupakan respon konkrit Muhammadiyah terhadap
Budaya setempat yang dianggap menyimpang dari aturan aqidah islamiyah. Bahwa sesuatu
yang berbau mistik harus dijauhkan dari sikap umat Islam keseharian dengan cara mengubah
sesuatu yang berasal dari sufisme menjadi akhlak. Gerakan purifikasi Muhammadiyah
sampai saat ini masih melakukan penguatan dan penyadaran terhadap pola kehidupan
manusia. Gerakan yang tidak kalah pentingnya adalah penajaman tauhid. Karena formulasi
tauhid adalah terletak pada realitas sosial. Apapun bentuknya, tauhid menjadi titik sentral
dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam
realitas historis-empiris. Ajaran agama harus diberi tafsir baru yang lebih konstektual dan
elaboratif sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Tauhid harusnya dapat menjawab semua
problematika kehidupan modernitas, dan merupakan senjata pamungkas yang mampu
memberikan alternatif baru yang lebih anggun dan segar. Jadi, tujuannya adalah memberikan
perubahan terhadap masyarakatnya. Perubahan itu didasarkan pada cita-cita profetik yang
diderivasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam surat Ali Imran ayat 110, Engkau
adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan,
mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.Gerakan di atas jelas nyata-nyata menjadi
bidang garap Muhammadiyah, lebih-lebih dalam mengahadapi tantangan era global. Arus
budaya yang dihadapi Muhammadiyah tempo dulu dengan sekarang jauh lebih berbeda.
Sehingga tantangan yang harus dihadapi sekarang adalah memperkuat basis keagamaan yang
didukung oleh nilai-nilai sosial-religius.
Salah satu tantangan global adalah tingginya tingkat kompetitif (persaingan) disemua
sisi kehidupan. Untuk itu Muhammadiyah perlu memperkokoh basis iptek dan imtaknya.
Sebagaimana sejak awal Muhammadiyah sangat getol dengan dunia pendidikan. Letak
semangat purifikasinya adalah meluruskan iptek yang sesuai dengan cita-cita dan misi
Muhammadiyah khususnya, dan umat manusia pada umumnya. Kerja keras dan etos
keilmuan warga persyarikatan yang menyatu dalam etos keagamaan umat sangat diperlukan.
Pencapaian kemampuan iptek yang membutuhkan sikap mental dan pandangan hidup yang
menggaris bawahi kenyataan bahwa aktivitas keilmuan bukannya berada di luar kesadaran
keagamaan.
2. Gagasan Pemurnian (purifikasi) Islam
Gagasan dasar berdirinya Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari tumbuhnya
pemahaman untuk melaksanakan ajaran Islam menurut ajaran nabi Muhammad pada diri
Dahlan. Karena itu maka Dahlan dengan Muhammadiyah berusaha mengembalikan
pelaksanaan agama Islam sesuai dengan contoh nabi dengan cara ittiba’. Dengan gagasan
demikian, maka Muhammadiyah melakukan usaha purifikasi keagamaan. Menurut keyakinan
Muhammadiyah, Islam yang murni adalah keyakinan dan amal keagamaan yang hanya
berdasarkan Al-quran dan sunah nabi. Selain kedua sumber itu, maka tidak lagi ada sumber
lain yang diterima, karena penerimaan atau pengakuan akan amal beragama dengan sumber
tambahan akan menjerumuskan umat kedalam kegiatan bid’ah, khurafat atau mungkin
terperosok kedalam perbuatan syirik.
            Usaha Muhammadiyah bagi pemurniaan Islam itu menggunakan alat organisasi dan
kepemimpinan yang mementingkan keutamaan, keikhlasan, dan pertanggung jawaban dunia
akhirat. Pentingnya organisasi dan kepemimpinan itu karena tidak ada lagi nabi penyiar
agama sesudah kenabian Muhammad. Jadi dengan demikian karena nabi Muhammad
diyakini sebagai nabi penghabisan, maka untuk mencapai terwujudnya masyarakat yang
dicita-citakan oleh diturunkannya agama Islam yang murni hanya akan diwujudkan dengan
adanya beberapa persyaratan antara lain adanya “ pimpinan dengan pengorganisasian yang
rapi ”. dengan adanya 2 hal tersebut purifikasi dan kepimpinan organisasi, maka dalam
pembaharuan gagasan-gagasannya tentang keagamaan Muhammadiyah mempunyai
spesifikasi karena dalam tema idenya mempunyai dua elemen: pertama, persepsi bahwa
kebanyakan umat Islam masih belum menyadari kebenaran arti dan nilai ajaran Islam, apalagi
menjalankan kewajibannya; kedua, didorong oleh persepsi tersebut, maka muncul keyakinan
bahwa menegakkan Islam merupakan suatu panggilan, dan Muhammadiyah menjawab
panggilan tersebut secara kolektif. 

DAFTAR PUSTAKA

http://kertugas.blogspot.com/2018/01/makalah-pembahasan-muhammadiyah.html,
diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.10

http://ekosusantose-mm.blogspot.com/2016/10/makalah-reformasi-pendidikan.html.
diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.14

http://ianbachruddin.blogspot.com/2011/11/muhammadiyah-dan-modernisasi-
dunia.html. diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.17

http://memancar.blogspot.com/2010/05/muhammadiyah-modernisasi-gerakan-
dan.html. diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.32

http://fikrayelhabib.blogspot.com/2015/04/makalah-gerakan-pembaharuan-islam.html.
diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.40

http://arifpemimpi.blogspot.com/2013/03/makalah-gerakan-pembaharuan-dan.html.
diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.43

http://banimukhsin.blogspot.com/2016/04/makalah-pembaharuan-islam-di-
indonesia.html. diakses pada 28 Januari 2019 pukul 20.52

Anda mungkin juga menyukai