Nim. : 19-731
Tugas : AIK II
1. Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah Islam yang ada di Indonesia. Organisasi ini lahir di
Yogyakarta pada tanggal8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 2014. Pendiri
Organisasi ini adalah seorang ulama sekaligus khatibamīn kesultanan Ngayogyakarta, yaitu K.H. Ahmad
Dahlan. Muhammadiyah lahir berdasarkan pemahaman mendalam K.H Ahmad Dahlan terhadap kitab
suci Al-Qur’an dan keprihatinannya terhadap kondisi sosio historis umat Islam saat itu. Muhammadiyah
merupakan alat yang digunakan untuk mewujudkan gerakan praksis agar membebaskan umat Islam dan
bangsa Indonesia dari keterbelakangan dan ketertindasan.
ِ َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ َي ْد ُعونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر
ِ ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك
َر
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali
Imran/4: 104)
Kemudian faktor obyektif , yaitu faktor yang terkait kondisi umat Islam yang mengalami
penyimpangan dalam pengalaman ajaran Islam dan rendahnyakualitas lembaga pendidikan umat Islam
saat itu. Selain faktor tersebut, Muhammadiyah juga lahir dipengaruhi oleh kegiatan kristenisasi di
Indensia yang semakin gencar melalu gerakan tiga “G” (glory, gold, gospel), penetrasi Bangsa Eropa,
terutama Belanda, dan adanya pengaruh gerakan pembaharuan Islam di Timur Tengah yang dibawah
para pembaharu Islam seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridla. Berdasarkan
beberap faktor tersebut, Prof. Mukti Ali, Menyebutkan bahwa kelahiran Muhammadiyah setidaknya
disebabkan beberapa faktor menonjol berikut (1) ketidakbersihan dan tercampur aduknya pengamalan
ajaran Islam oleh Masyarakat; (2) tidak efesiensinya lembaga pendidikan Islam; (3) Adanya aktivitas misi
Katholik dan Protestan; dan (4) Adanya sikap meremehkan Islam dari kelompok masyarakat cendikian
pribumi saat itu.
Gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah, menurut Adaby Darban (2000: 13) secara praktis-
organisatoris adalah untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyyah Diniyah Islamiyah,
yang didirikan pada 1 desember 1991. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” yang
dikembangkan Kyai Dahan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama
Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Menurut Djarwani Hadikusuma, sekolah yang
didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan “sekolah
Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada
umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan,
dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan
ilmu-ilmu umum.
Muhammadiyah dewasa ini telah berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah
memiliki beberapa perwakilan Cabang Istimewa di luar negri, seperti di Malaysia, Mesir, Inggris,
Australia, Jerman dan sebagainya. Muhammadiyah juga memiliki beberapa jenis amal usaha, seperti
sekolah (TK ABA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA, Ponpes), Perguruan Tinggi (Universitas, Sekolah
Tinggi, Akademi), Panti Asuhan, dan Rumah Sakit. Keseluruhan amal usaha ini merupakan bagian dari
gerakan dakwah Muhammadiyah, selain melalui tempat ibadah seperti Mesjid dan Mushola. Sebagai
bagian dari kegiatan dakwah, maka seluruh amal usaha ini bersinergi bersama pimpinan organisasi
untuk mengembangkan berbagai kegiatan dakwah yang kreatif, inovatif, dan berkemajuan dengan
semangat amar ma’rūf nahī mungkar dan tajdīd (pembaharuan).
Sebagai gerkan islam, Muhammadiyah meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang benar dan
mampu mengantarkan hidup dan kehidupan manusia yang sejahtera, baik di dunia dan akherat. Ajaran
agama Islam yang benar menurut Muhammafiyah adalah yang bersumber langsung dengan Al-Qur’an
dan as-Sunnah al-Maqbulah yang berasal dari Rasulullah saw. Unruk memahami ajaran Islam,
Muhammadiyah mengembangkan daya fikir akal yang terwujud dalam kegiatan ijtihad, yaitu sebuah
proses untuk mengerahkan segala kemampuan akal dalam menggali sumber ajaran Islam untuk
mendapatkan kepastian Hukumnya berdasarkan wahyu dengan metode dan pendekatan tertentu.
Tajdid berasal dari bahasa arab yang berarti pembaharuan. Tajdid mempunyai dua arti, dalam bidang
akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian (purifikasi) dalam arti mengembalikan akidah dan
ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan sunnah Nabi SAW; dan dalam bidang muamalat duniawiah,
tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif sesuai tuntunan zaman
berdasar ajaran Islam.
Muhammadiyah memandang bahwa berorganisasi untuk menjalan kegiatan dakwah hukumnya wajib.
Hal ini didasarkan pemahaman bahwa manusia dengan kehidupannya merupakan obyek pokok dalam
hidup pengeabdinya kepada Allah. Manusia adalah makhluk berpribadi. Namun pribadi manusia tidak
akan mempunyai arti nilai dan nilai hidupnya kehidupanya sendiri-sendiri.
Muhammadiyah berpendapat bahwa hidup bermasayarakat adalah sunnatullah dan berfungsi untuk
memberi nilai yang sebenar-benarnya bagi kehidupan manusia. Ketertiban pribadi dan hidup bersama
adalah unsur pokok dalam membentuk kehidupan masayarakat yang baik, bahagia, sejahtera.
Membicarakan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari pribadi pendirinya, yaitu K.H. Ahmad Dahlan.
Murid beliau, K.H. R. Hadjid, menggambarkan bahwa K.H. Ahmad Dahlan merupakan sosok kyia cerdas,
memahami kitab-kitab yang sukar, dan memiliki keistimewaan berupa rasa khauf (takut) terhadap hari
akhir. K.H. Ahmad Dahlan juga merupakan ulama yang mengajarkan Islam tidak hanya sebatas transfer
ilmu pangetahuan tetapi ia mendidik murid untuk mepraktekkan/mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an
yang dipelajari. Menurut K.H. Ahmad Dahlan mengamalkan ajaran Islam tidak perlu menunggu
mengetahui semuanya, tetapi apa yang telah diketahui terus dipraktekkan, dimulai dari yang sidikit dan
kecil. Untuk itulah beliau sering dikatakan kyai yang memiliki prinsip berilmu amaliyah dan beramal
ilmiah.