Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KONSEP PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA

(MUHAMMADIYAH: KH AHMAD DAHLAN)

A. Sejarah dan Ideologi Muhammadiyah


Reformasi Islam di Jawa diketahui seperti Muhammadiyah. Ada tiga atau empat
hal misi penting yang dibawa oleh Muhammadiyah yakni dalam hal keagamaan,
pendidikan, dan perubahan atau pembaruan sosial di Indonesia baik seperti
menyongsong kekuatan untuk melakukan suatu pembaruan Islam di Asia
Tenggara.1 Telaah mengenai latar belakang berdirinya Muhammadiyah
berhubungan dengan empat masalah yang saling terkait, yaitu aspirasi Islam
Ahmad Dahlan, realitas sosioagama di Indonesia, realitas sosiopendidikan di
Indonesia, dan realitas politik Islam HindiaBelanda.2
Muhammadiyah lahir sebagai perwujudan gagasan kritis dan keberanian untuk
mempelopori gerakan pemurnian pengamalan ajaran agama Islam. Ia lahir sebagai
hasil evaluasi keadaan umat Islam di zamannya. Oleh almarhum KH. Djarnawi
Hadikusumo dijelaskan bahwa sewaktu Muhammadiyah dilahirkan, kaum muslim
Indonesia dalam keadaan kemunduran total disegala bidang kehidupannya,
terutama kemunduran dalam pemahaman serta plaksanaan ajaran Islam. Oleh
sebab itu KH. A. Dahlan bercitacita untuk mengangkat martabat mereka, serta
meluruskan pemahaman serta pelaksanaan ajaran agama Islam sehinnga sesuai
yang diajarkan oleh Allah SWT dan RasulNya. Situasi itulah yang menggerakkan
beliau untuk berusaha memurnikan aqidah, menghilangkan berbagai bentuk
bid’ah, khurafat dan takhayul.3 Adapun maksud awal persyarikatan dari
didirikannya organisasi ini adalah menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi

1
John L. Esposito, The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World (Amerika: Oxford
University Press, 1995), hlm. 168.
2
Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1997), hlm. 27.
3
M.A. Fattah Santosa, Maryadi, Muhammadiyah: Pemberdaya Umat? (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2001), hlm. 9.

1
Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dan memajukan hal agama Islam
kepada anggotaanggotanya.4
Adapun pokokpokok pikiran yang dimiliki Muhammadiyah, antara lain;
1. Ajaran tauhid adalah inti atau esensi ajaran Islam yang tetap, tidak
berubahubah, sejak agama Islam yang pertama sampai yang terakhir. 5
2. Hidup manusia itu bermasyarakat.6
3. Hanya hukum Allah yang sebenarbenarnyalah satusatunya yang dapat
dijadikan sendi untuk membentuk pribadi yang utama dan mengatur ketertiban
hidup bersama (masyrakat) dalam menuju hidup bahagia dan sejahtera yang
haqiqi, di dunia dan di akhirat.7
4. Berjuang dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenarbenarnya, adalah wajib, sebagai ibadaha kepada
Allah SWT, berbuat ihsan dan islah kepada manusia atau masyarakat.8
5. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya.9
6. Perjuangan mewujudkan pokokpokok pikiran tersebut dapat berhasil,
apabila dilakukan dengan cara berorganisasi. Organisasi adalah sautsatunya alat
atau cara perjuangan yang sebaikbaiknya.10

Muhammadiyah selama ini dikenal sebagai organisasi keagamaan dan sosial.


Kegiatannya lebih banyak di bidang sosial, pendidikan dan kegiatan keagamaan
lainnya.11 Hal tersebutterbukti dengan adanya bentuk pengabdian pada masyarakat
Adapun bentuk pengabdian kepada masyarakat tersebut diantaranya seperti;12
1. Pendidikan pada masyarakat

4
Arifin, Gagasan Pembaruan Muhammadiyah (Yogyakarta: ttp), hlm. 117.
5
Ideologi dan Strategi Muhammadiya, ep., cit, hlm. 11
6
Ibid., hlm. 16.
7
Ibid., hlm. 17.
8
Ibid., hlm. 22.
9
Ibid., hlm. 27.
10
Ibid., hlm. 29.
11
Kuntowijoyo, dkk, Intelektualisme Muhammadiyah (Mizan Anggota IKAPI, 1995), hlm. 72.
12
H. A. Rasyad Shaleh, Pengembangan Dakwah Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, tt), hlm. 46.

2
2. Pelayanan pada masyarakat
3. Pengembangan hasil penelitian
4. Pengembangan wilayah secara terpadu
5. Kuliah kerja nyata
6. Transfer teknologi.
Meskipun kegiatankegiatan ini semuanya nonpolitik, namun dampaknya dalam
jangka panjang dapat membawa implikasi politik. Oleh karenanya dalam
prakteknya Muhammadiyah juga mempunyai relasi hubungan atau atau andil
dalam hal politik, karena organisasi ini telah malangmelintang dengan kekuasaan,
pemilu, sirkulasi kekuasaan, dan di internalnya Muhammadiyah dalam proses
sirkulasi elitnya menerapkan prinsipprinsip demokrasi, tetapi demokrasi yang
dipakai yakni prinsip demokrasi khas Muhammadiyah berdasarkan interpretasi
teks elitelitnya.13 Adapun tatanan politik yang diinginkan oleh muhammadiyah
sebenarnya tetap menjunjung tinggi Allah SWT sebagai pemegang kedaulatan
tertinngi, karena Allah SWT diatas segalagalanya.14 Namun Muhammadiyah
bukan termasuk organisasi sosialpolitik, hanya saja ia sebagai organisasi yang
bergerak di kawasan moral dan etika politik.15 Adapun ciri menonjol etika
Muhammadiyah adalah Seruannya kepada muslim untuk mengbdi kepada Tuhan
dan sesama manusia.16Walaupun demikian Muhammadiyah harus dapat
mengambil peran politik yang berdimensi etis dan moral. Hal ini sebagai
tanggung jawab terhadap moral dan bangsa.
Muhammadiyah berpandangan bahwasanya Islam tidak hanya mencangkup
seperangkat kewajiban seperti salat, puasa, zakat dan haji, tapi juga
bersinggungan dengan aspek kehidupan, menyebabkan gerakan ini menolak
pendekatan terpisahpisah (tidak menyeluruh) terhadap agama, dan menghindari
pembatasan Islam dalam kategori atau wilayah yang sempit. Sebaliknya para
teoritisi Muhammadiyah menyokong pendekatan yang lebih holistik terhadap

13
Fajlurrahman Jurdi, Aib Politik Muhamadiyah (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), hlm. 12.
14
Ibid., hlm. 13.
15
Kuntowijoyo, dkk, Intelektualisme Muhammadiyah (Mizan Anggota IKAPI, 1995), hlm. 71.
16
Jainuri Achmad, Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Keagamaan Muhammadiyah
Periode Awal (Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM, 2002), hlm. 97.

3
agama yang melibatkan Islam dalam kehidupan seseorang.17 Mereka percaya
bahwa Islam memberikan petunjuknya hanya pada prinsipprinsip tingkah laku,
dan menyerahkan kepada umat Islam untuk menjelaskan yang detail,18 di sisi lain
ulama Muhammadiyah juga berpandangan bahwasanya Islam mengandung
petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan material dan spiritual bagi kehidupan
manusia di dunia dan di akhirat nanti. 19 Sikap identitas Muhammadiyah adalah
cenderung pada budaya Jawanya, hal ini terbukti dari mode danbentuk di mana
Muhammadiyah memanifestasikan dirinya dalam politik busana, kenggotaan
sebagai simbol, bahasa sebagai identitas, seperangkat perilaku dan nama sebagai
identitas.20 Bahkan pemimpin atau keanggotaannya pun cenderung berasal dari
golongan atau keluarga kekratonan. Itulah mengapa alasannya Muhammadiyah
identik atau cenderung dengan bidaya Jawanya.

B. Sejarah Biografi Tokoh KH Ahmad Dahlan


Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad
Darwis, lahir pada tahun 1868 dari pernikahn Kyai Haji Abu Bakar dengan Siti
Aminah. KH Abu Bakar adalah seorang khatib di Masjid Agung Kesultanan
Yogyakarta, sedangkan ayah dari ibunya yaitu Siti Aminah adalah penghulu besar
di Yogyakarta.21
Dalam silsilah keturunannya terdapat nama Maulana Ibrahim, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwsanya dalam garis keturunannya Muhammad Darwis (KH
Ahmad Dahlan) lahir dalam lingkungan keislaman yang kokoh, mengingat
peranan Maulana Malik Ibrahimsebagai salah satu dari Wali Songo sangat besar

17
M. Junus Anies, Kenalilah Pemimpin Anda (Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majlis Pustaka,
t.t.), hlm. 7.
17
M. Junus Anies, Kenalilah Pemimpin Anda (Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majlis Pustaka,
t.t.), hlm. 7.
18
Ibid., Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan M. Junus Anies, Kenalilah Pemimpin Anda
(Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majlis Pustaka, t.t.), hlm. 7.Keagamaan Muhammadiyah
Periode Awal, hlm. 87.
19
Hoofdbestuur Moehammadijah, Muhammadiyah dalam Bidang: Tajdid Ideologi dan Garis
Pimpinan (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1973), hlm. 1.
20
Ahmad Najib Burhani, Muhammadiyah Jawa (Jakarta Selatan: AlWasat Publishing House,
2010), hlm. 11.
21
M. Yusron Asrofi, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran dan Kepemimpinannya (Yogyakarta:
Yogyakarta Offset, 1983), hlm. 21.

4
dalam upaya islamisasi di Pulau Jawa.
KH Ahmad Dahlan lahir dan dibesarkan dalam suatu daerah di Yogyakarta, yang
dikenal dengan nama Kampung Kauman. Nama ini berasal dari kata qaum yang
mengandunga makna pejabat keagamaan. Kampung kauman merupakan sebuah
kampung yang seperti terdapat dalam lukisan di kota Sultan Yogyakarta. Selain
itu berkembangangnya kampung ini bersamaan fungsinya dengan Masjid Agung
Kesultanan Yogyakarta.22Sejarah mengatakan bahwasanya Yogyakarta menduduki
Kerajaan Mataram, yang mana kerajaan ini merupakan kerajaan terbesar pada
zamannya, hal ini terjadi akibat atau setelah kerajaan tersebut berada di bawah
kontrol kekuasaan atau mengalami keruntuhan.23
Dalam kesehariannya beliau mempunyai suatu kebiasaan yang tidak hanya belajar
saja, tapi disisi lain beliau juga mempunya kebiasaan kegiatan berupa olahraga,
seperti bermain sepak bola, latihan pencak silat, adapun dalam hal ekonomi beliau
disibukkan dengan berdagang kain batik.24
Suasana kampung ini juga sangat anti dengan penjajah, hal ini tidak
memunginkan KH Ahmad Dahlan dimasa kecilnya untuk memasuki sekolah
yang dikelola oleh pemerintah jajahan. Oleh karenanya, untuk masalah
pendidikan,khususnya pendidikan agama, beliau mendapatkannya secara langsung
dari ayahnya. Setelah beranjak dewasa dan dirasa cukup memiliki pemahaman
tentang keislaman, ayahnya mengirimkannya kepada guruguru untuk
memperdalam dan menuntut ilmu pada abad ke19.25
Pada tahun 1889 KH Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah, yang
kemudian hari terkenal dengan sebutan Nyai Dahlan. Dari pernikahannya ini
beliau dikaruniai 4 orang putri dan 2 orang putra.Walaupun KH Ahmad Dahlan
pernah menikah dengan 4 orang wanita lainnya yaitu Nyai Abdullah, Nyai Rum,
Nyai Aisyah, Nyai Solihan, namun pernikahannya dengan Siti Walidah inilah

22
Weinata Sairin, Gerakan pembaruan Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995),
hlm. 38.
23
Alfian, Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under
Dutch Kolonialism (Yogyakarta: Gajah Mada Univerity Press, 1989), hlm. 136.
24
M. Yunan Yusuf, dkk. Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005),
hlm. 74.
25
Ibid., hlm. 39.

5
pernikahan yang paling lama, bahkan Siti Walidah menjadi pendamping KH
Ahmad Dahlan hingga wafatnya.26
Pada tahun 1890 Muhammad Darwis menunaikan ibadah haji ke Mekah serta
memperdalam pengetahuan agama Islam. Dalam kesempatan itu seorang gurunya
yang bernama Sayyid Bakri Syatha memberikan nama yang baru bagi Muhammad
Darwis, yaitu Ahmad Dahlan, sebagai tradisi bagi seorang yang telah berhasil
menyelesaikan ibadah haji.27 Sesudah menunaikan ibadah hajidan kembali ke
Kauman Yogyakarta. Ia membantu pekerjaan ayahnya mengajar pada pengajian
anakanak, terkadang mewakili ayahnya memberi pelajaran kepada orangorang
dewasa yang usianya lebih tua darinya. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat
semakin yakin akan kesalehan Ahmad Dahlan, sebab itu masyarakat kemudian
menyebut Ahmad Dahlan dengan sebutan Kyai.
Sesudah ayahnya wafat, tahun 1890, maka Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai
pengganti kedudukan dari ayahnya, yaitu sebagai Khotib di Masjid Agung
Kauman Yogyakarta. Penetapan ini bukan sematamata karena alasan
konvensional, tapi karena memang Ahmad Dahlan memiliki wawasan keagamaan
yang kuas yang dibutuhkan sebagai seorang Khotib. Pelaksanaan sebagai khotib
ini dimanfaatkan oleh beliau untuk menyebarluaskan pemikirannya kepada
masyarakat.
Dalam perjalanan hidupnya Ahmad Dahlan pernah juga menjadi guru agama di
sekolahsekolah Kweekschool Yogyakarta dan berbagai sekolah lainnya, sebelum
ia aktif dalam gerakan Muhammadiyah. Pada tahun 1909 ia memasuki Budi
Utomo dengan maksud untuk memberikan pelajaran agama kepada anggotanya,
sehingga para anggota Budi Utomo meyarankan untuk agar dibuka sekolah sendiri
yang diatur dengan rapi dan didukung oleh oleh organisasi yang permanen untuk
menghindarkan nasib kebanyakan pesantren tradisional yang tetrpaksa ditutup
karena apabila kyai yang bersangkutan wafat.
Pada tahun 1903 KH Ahmad Dahlan pergi ke Mekah untuk yang kedua kalinya

26
Junus Salam, Riwayat Hidup KH Ahmad Dahlan (Jakarta: Depot Pengajaran Muhammadiyah,
1982), hlm. 9.
27
M.T. Arifin, op.cit., hlm. 79.

6
dalam rangka keikutsertaannya dalam berbagai organisasi. Disana beliau bejumpa
dengan berbagai tokoh yang memberikannya pengaruh yang sangat kuat dalam
merealisasikan citacita pembaruannya.
Pada tahun 1911 KH Ahmad Dahlan memasuki organisasi Sarekat Islam,
disamping itu beliau juga pernah menjadi anggota Panitia Tentara Pembela
Kanjeng Nabi Muhammad, sebuah organisasi yang didirikan di Sala untuk
menghadapi golongan yang menghina Rasulullah SAW. Penting sekali untuk
dicatat bahwasanya dalam kepergiannya yang kedua kali ke Mekah ini, Ahmad
Dahlan sempat berjumpa dengan Rasyid Rida, Tokoh pembaruan Islam dari
Mesir. Perjumapaan dan dialognya dengan Rasyid Rida ini memberikan pengaruh
yang kuat terhadap oemikiran Ahmad Dahlan.
Selain pertemuannya yang sangat bermanfaat dengan tokoh Rasyid Rida, selama
bermukim KH Ahmad Dahlan menelaahberbagai buku dan memperdalam
pemikiran Muhammad Abduh serta Ibnu Taimiyah yang dipublikasikan oleh
majalah Al‘Urwatul Wustqa (Tali yang kuat) dan AlMannar (Mercu Suar).
Selama satu setengah tahun ia bermukim di Mekah, kemudian kembali lagi ke
Yogyakarta untuk menunaikan tugasnya sebagai Khotib dan meneruskan
pengkajiannya terhadap ilmu keagamaan dengan membaca berbagai huku.
Sehingga pada akhirnya pada tanggal 18 November 1912 beliau mendirikan
organisasi yang bernama Muhammadiyah, Organisasi ini merupakan suatu
organisasi pembaruan Islam yang terbesar dan terkenal di Indonesia pada
zamannya. Bukan hanya itu, jumlah anggota organisasi inipun justru diluar
dugaan, yakni hingga menembus mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, dan
lainlain. Gerakan ini oleh sebagian penulis juga disebut sebagai Gerakan Modern
atau Gerakan Reformasi,28 adalah suatu gerakan yang dilakukan untuk
menyesuiakan pahampaham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan
upaya itu para pemimpin Islam berharap agar umat Islam dapat terbebas dari
ketertinggalannya, bahkan dapat mencapai kemajuan setaraf dengan bangsa

28
Weinata Sairin, Gerakan pembaruan Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995),
hlm. 18.

7
bangsa lain. Disisi lain KH> Ahmad Dahlan juga mendapat julukan sebagai man
of action karena tidak memiliki warisan pemikiran atau keilmuan tertulis,29
namun dengan amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah saat ini, tidak sedikit
pesan yang dapat diamalkan kembali oleh Muhammadiyah.
KH Ahmad Dahlan wafat pada tanggal 23 Februari 1923,30 di Kauman
Yogyakarta, sesudah menderita sakit beberapa waktu lamanya.31 Hingga akhir
hayatnya, semangat serta dinamikanyadalam membangun umat sangatlah kuat dan
tak pernah padam sekalipun, seampaisampai ia melupakan kondisi kesehatannya
sendiri. Pada tanggal 27 Desember 1961 beliau resmi diakui sebagai Pahlawan
Nasional oleh pemerintah pada masa Presiden Ir. Soekarno berdasarkan Surat
Keputusan No. 675 tahun 1961, karna jasanya yang sangat besar diberbagai
bidang dan upayanya untuk perkembangan Indonesia.

C. Modernisme Pendidikan KH Ahmad Dahlan


Pemikiran modernisme pendidikan KH Ahmad Dahlan ini memiliki pandangan
yang hampir sama dengan Ahmad Khan (tokoh pembaru Islam di India),terutama
mengenai pemikirannya dalam hal pendidikan, yakni mengenai pentingnya
pembentukan kepribadian. Ahmad Khan berpandangan bahwa pendidikan sangat
penting dalam upaya pembenukan kepribadian. Sayyid Ahmad Khan tidak
menganjurkan adanya masyarakat yang sekuler atau pluralis, meskipun ia
mencoba untuk mendorong Muslim untuk berhubungan dengan orangorang
Barat, untuk makan bersama, menghormati agama mereka, mempelajari ilmu
ilmu mereka, dan lainlain.32
Ahmad Dahlan berangapan bahwa pembentukan kepribadian sebagai target
penting dari tujuantujuan pendidikan.33 Usaha Ahmad Dahlan dalam bidang
pendidikan terlihat pada peranannya mengintegrasikan ilmu agama dan umum,

29
Deni al Asy’ari, dkk., Pemberontakan kaum Muda Muhammadiyah (Magelang: Resist Book,
2005), hlm. 184.
30
Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 1, op. Cit., hlm. 218.
31
Weinata Sairin, op. Cit., hlm. 44.
32
Abuddin Nata, TokohTokoh Pembaruan Islam di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), hlm. 101.
33
H. Suja’i, Muhammadiyah dan pendirinya (Yogyakarta: Majelis Pustaka, 1989), hlm. 17.

8
dengan cara mengajarkan kedua ilmu tersebut di madrasah. Dialah tokoh di Jawa
yang pertama kali memasukkan pelajaran umum kedalam Madrasah. Sedangkan
Usaha Ahmad Dahlan dibidang Dakwah terlihat pada upayanya melakukan
dakwah bilhal, yaitu dakwah yang menekankan pada perbuatan atau penciptaan
programprogram yang menyentuh langsung perbaikan kehidupan keagamaan
dalam arti seluasluasnya, yaitu peribadatan, kesehatan, ekonomi, dan lain
sebagainya.34
Adapun usahausaha yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan dalam upaya
modernisme pendidikan melalui pemikirannya diantaranya yaitu;
1. Membangun sekolahsekolah Muhammadiyah yang dipimpin oleh Ahmad
Dahlan.
2. Mengembangkan program pendidikan agama untuk masyarakat umum.
3. Mendirikan cabangcabang pendidikan atau keilmuan, dan lainlain.

Sebagai tokoh pembaru dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial keagamaan,
Ahmad Dahlan menghadapi tantangan dan hambatan yang amat keras dari kaum
tradisionalis. Namun berkat kesabaran, keteguhan, keuletan, dan kepiawaiannya
dalam menyampaikan ajaranajaran agama, citacita dan obsesi Ahmad Dahlan
dapat terlaksana. Hal inii terlihat dari meluasnya gerakan dan propaganda
kerjanya ke seluruh Indonesia melalui organisasi Muhammadiyah yang
didirikannya.35

Pendidikan pada masa Ahmad Dahlan tercatat bahwasanya, dalam salah satu
perjalanannya Ahmad Dahlan terkesan menyaksikan anakanak dari organisasi
Pramuka Jawa (Javaansche Padvinders Organisatie) berseragam pramuka dan
berbaris lurus dengan penuh disiplin. Diilhami oleh peristiwa itu, tidak lama
kemudian dia membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah. Sejalan anakanak
Muslim digabung ke dalam divisi pramuka dan pemuda Muhammadiyah yang
diberi nama HizbulWathan. Divisi ini, yang pada awalnya dikelola di bawah
Departemen Pendidikan dan Pengajaran, segera menarik banyak perhatian dan

34
Ibid., hlm. 109.
35
Ibid., hlm. 109.

9
menjadi departemen tersendiri.36

D. Pemikiran KH Ahmad Dahlan


Muhammadiyah sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk
mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki
Islam. Usahausaha dilakukan berdasarkan pola dasar yang telah dicontohkan
Rasulullah SAW. Dengan pengertian bahwa organisasi Muhammadiyah sebagai
pola dan ata kehidupan bersama Muslim pengikut Muhammad SAW.,
Muhammadiyah juga berusaha mencari metodologi pemahaman dan pengamalan
Islam dalam kehidupan sehingga diperoleh suatu pemahaman yang benar.37
Perkembangan Muhammadiyah dan amalusaha masa awal, tidak dapat
dilepaskan dari kepribadian KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri dan pemikir pada
zamannya. Disamping itu beliau memiliki pengetahuan yang luas dan
mencangkup berbagai disiplin ilmu. Salah satu hal inilah yang menjadikan KH
Ahmad Dahlan tumbuh sebagai seorang yang arif dan tajam pemikirannya serta
memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Adapun pokokpokok pikiran dan pandangan KH Ahmad Dahlan sebagai berikut:38
1. Dalam bidang aqidah, pandangan KH Ahmad Dahlan sejalan dengan
pandangan dan pemikiran ulama salaf
2. Menurut KH. Ahmad Dahlan, beragama itu adalah beramal; artinya
berkarya dan berbuat sesuatu, melakukan tindakan sesuai dengan isi pedoman al
Quran dna Sunnah. Orang yang beragama adalah orang yang menghadapkan
jiwanya dan hidupnya hanya kepada Allah SWT.
3. Dasar pokok hukum Islam adalah alQuran dan Sunnah. Karena keduanya

36
Alwi Shihab, The Muhammadiyah Movement and Its Controversy with Christian Missin in
Indonesia (Amerika Serikat: ttp. 1995) , terj. Ilhan Ali Fauzi “Membendung Arus Respon
Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia” (Bandung: Mizan,
1998), hlm. 117.
36
Alwi Shihab, The Muhammadiyah Movement and Its Controversy with Christian Missin in
Indonesia (Amerika Serikat: ttp. 1995) , terj. Ilhan Ali Fauzi “Membendung Arus Respon
Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia” (Bandung: Mizan,
1998), hlm. 117.
37
Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 5.
38
Ibid., hlm. 11.

10
merupakan sumber otentik sebagai tuntunan dalam pengamalan nilainilai
kegamaan, yakni kitab suci alQuran dan Sunnah.39 Jika dari keduannya tidak
ditemukan hukum yang eksplisit, maka ditentukan berdasarkan kepada penalaran
dengan mempergunakan kemampuan berpikir logis (akal pikiran) serta ijma’ dan
qiyas.
4. KH Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata adalah wujud
kongkrit dari penterjemahan alQuran dan organisasi adalah wadah dari tindakan
nyata tersebut.
5. Sebagai landasan agar seseorang suka dan bergembira, maka orang
tersebut harus yakin bahwa mati adalah bahaya, akan tetapi lupa kepada kematian
adalah bahaya yang lebih besar dari pada kematian itu sendiri.
6. Kunci persoalan peningkatan kualitas hidup dan kemajuan Ummat Islam
ialah pemahaman terhadap berbagai ilmu pengetahuan yang sedang berkembang
dalam tatanan kehidupan masyarakat.
7. Pembinaan generasi muda dilakukan KH Ahmad Dahlan dengan jalan
interaksi langsung.
8. Startegi mengahadapi perubahan sosial akibat medernisasi adalah merujuk
kembali pada alQuran, menghilangkan sikap fatalisme, sikaptalkid. Strategi
tersebut dilakukan dengan menghidupkan jiwa semngat ijtihat melalui
peningkatan kemampuan berpikir logisrasioal dan mengkaji realitas sosial.
9. Objek gerakan dakwah Muhammadiyah meliputi rakyat kecil, kaum fakir
miskin, para hartawan, dan para intelektual.

Dalam rumusan diatas, masalah akal atau pemikiran KH Ahmad Dahlan hanya
ditunjukkan secara garis besar saja. Itulah pemikiran KH Ahmad dahlan dalam
upayanya untuk merealisasikan citacitanya dalam membangun negara indonesia
atau bisa disebut dengan usaha modernisasi Islam di Indonesia. Disamping itu
KH. A, Dahlan juga menegaskan bahwasanya semuanya (perkara) harus
dikembalikan kepada AlQuranndan hadis, hal ini terbukti bahwa KH. A. Dahlan

39
Muhammad Azhar, Posmodernisme Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2005), hlm. 43.

11
juga menemukan dan kemudian melahap kitab yang belum ada di Indonesia, yaitu
kitabkitab yang disusun oleh pemimpin Islam yang menganjurkan untuk kembali
kepada AlQuran dan hadis.40

KH. Ahmad Dahlan dalam pemikirannya juga memiliki tujuan tersendiri untuk
membentuk kriteria masyarakat yang lebih baik kedepannya. Sesuai denagan
pendirian dan sikap KH Ahmad Dahlan yang lebih suka untuk mewujudkan
gagasan dan pokok pikirannya melalui tindakan nyata dari pada melalui
pembicaraan dan tulisan, maka di awal perjalanannya, Muhammadiyah sangat
miskin dengan rumusan formal mengenai apa yang menjadi gagasan dan pokok
pokok pikiran yang diperjuangkan dan diwujudkan. Rumusan formal yang ada
barangkali hanya dijumpai dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah. 41
Namun
untuk membentuk metode pemahaman Islam Ahmad Dahlan perlu meneliti
anggaran dasar dan rumusanrumusan yang berkenaan dengan maksud dan tujuan
Muhammadiyah yang dihasilkan oleh muktamar demi muktamar. Muktamar
pertama yang diadakan setelah Indonesia merdeka yakni pada tanggal 2126
Desember 1950,42 menghasilkan rumusan Mukadimah Anggaran Dasar yang
berisi pokokpokok pikiran yang dijadikan landasan amal usaha dan perjuangan
Muhammadiyah. Didalamnya ditentukan bahwa hidup manusia itu harus
bertauhid dan juga dinyatakan bahwa hanya ajaran Islamlah yang bisa dijadikan
konsep untuk menegakkan dan mewujudkan pembangunan yang bernilai ibadah
kepada Allah SWT.43

KH. A. Dahlan dalam pidato terakhir bulan Desember 1922, sebelummeninggal


dunia, menyatakan bahwa problem utama mengapa umat Islam lemah dan sulit
bekerjasama ialah karena setiap orang, pemimpin dan kelompok, merasa peling
benar sendiri, dan menganggap segala yang datang dari orang lain, apalagi yang

40
Yunus Salam, KH. Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangan (Jakarta: Depot Pengajaran
Muhammadiyah, 1968), hlm. 8.
41
Haedar Nashir, Ideologi dan Strategi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2006), hlm. 1.
42
Yanto Bashri dan Retno Suffanti, Sejarah Tokoh Bangsa (Yogyakarta: Puataka Tokoh Bangsa,
2005), hlm. 337.
43
Ibid., hlm. 338.

12
memusuhi, selalu salah, buruk dan jahat. Pesan Pidato KH. A. Dahlan tersebut
diabadikan oleh Charles Kurzman (2002) di bawah judul “The Unity of Human
Life”.44 Hal terebut sudah menunjukkan betapa besar dedikasi KH. A. Dahlan
dalam organisasi Muhammadiyah ini.

44
Fajar Riza Ulhaq, Membangun KeragamanMeneguhkan Pemihakan Visi Politik Baru
Muhammadiyah (Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat, 2004), hlm. 111.

13

Anda mungkin juga menyukai