Anda di halaman 1dari 7

Nama : Surya Akmal Faiz

Prodi/Kelas : Manajemen Dakwah 4C


NIM : 1204030106
Mata Kuliah : Man. Strategic

Soal UAS
1. Buat ringkasan hasil studi lapangan sebanyak 4 hlm. ( Cantumkan data obyek
studi lapangan dg jelas)
2. Beri komentar thd hasil studi lapangan dan analisis berdasarkan teori Manstra
sebanyak 2 hlm.
3. Apa yg anda pikirkan dan apa yg mau anda kembangkan lanjut dari studi
lapangan tsb ( jawaban sebanyak 1 hlm).

1.RINGKASAN HASIL STUDI


OBSERVASI PC MUHAMADDIYAH KOTA BANDUNG
Melakukan observasi pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2022
A. SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH KOTA BANDUNG
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912
M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran
sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan
atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk
terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim,
cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad
Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.
Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan
(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung
pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan
bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah
ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan
melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia
sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan
benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia
pada umumnya.”
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas
dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai
Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada
tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-
ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari
Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan
Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran
para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal
kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan
atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-
ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai
Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi
konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan
dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama
yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan
itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl
Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler,
yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan
yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu
organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan
Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama
”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat
Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom
Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu
Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui
shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan
Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi
kyai atau dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby
Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi
sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1
Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah”
(kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan
Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung
ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan
Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman
Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah
sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya
kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik
ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan
agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8
Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi
yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan
pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten
Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912),
yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus
1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang
diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan
tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan buat
29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan
tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a.
menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi
Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b.
memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.”Terdapat hal menarik,
bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata
”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan
kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada
periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun
1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941).
Sebutlah Statuten tahun 1914
B. STRUKTUR KEPENGURUSAN

Adapun struktur pimpinan daerah Muhammadiyah kota Bandung terdiri dari


tiga belas anggota pleno salah satunya menjadi ketua berikut susunan nama dan
jabatannya

1. H. Hasan Arief menjabat sebagai ketua


2. Purkon, S.Ag menjabat sebagai wakil ketua bidang Tarjih dan Tajdid

3. Saud Effendie, H. Drs menjabat sebagai wakil ketua bidang Tabligh,


Wakaf dan Kehartabendaan

4. Rifqi Alimubarok, S.Ag.,M.si menjabat sebagai wakil ketua bidang


Dikdasmen,Pengembangan Cabang dan Ranting

5. Wahyu Srigutomo, H.Ph.D.,M.Si. menjabat sebagai wakil ketua bidang


Pendidikan Kader,Pustaka dan Informasi

6. Eddi Mulyatno, H.Ir.,SE.,MM menjabat sebagai wakil ketua bidang


Pelayanan Sosial,Pemberdayaan Masyarakat

7. Arief Nurahman, SE menjabat sebagai wakil ketua bidang Ekonomi dan


Kewirausahaan,Zakat Infaq Shadaqoh

8. Rahmat Kurnia, SE menjabat sebagai wakil ketua bidang Pembina


Kesehatan Umum,Pembina dan Pengawas Keuangan,Penanggulangan
Bencana

9. Aming Fahrudin, H.Drs., M.Ap menjabat sebagai wakil ketua bidang


Hukum dan Hak Asasi Manusia,Hikmah dan Kebijakan Publik.

10. Muda Muhammad, Drs.,M.E.Sy menjabat sebagai wakil ketua bidang


Lingkungan Hidup,Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga

11. Zainal Ihsan, S.Ag menjabat sebagai Sekretaris

12. Yusef Furqon,SE menjabat sebagai Wakil Sekretaris

13. Abdul Adhiem, H.Drs.,M.Si menjabat sebagai Bendahara

C. STRATEGI YANG DI LAKUKAN OLEH MUHAMMADIYAH


KOTA BANDUNG

Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah selama satu abad lebih sungguh


telah melakukan berbagai upaya untuk menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran
Islam dengan menggunakan berbagai pendekatan sesuai sasaran dakwah.
Dakwah Muhammadiyah terhadap orang atau kelompok yang telah beriman
bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan keislaman, sedangkan terhadap
mereka yang belum beriman bertujuan untuk mengajak menjadi Muslim.
Pendekatan dakwah yang dilakukan menggunakan cara secara hikmah
(bilhikmah), edukasi (wa al-mauidhat al-hasanah), dan dialog (wa jadil-hum
billaty hiya ahsan) sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an (Qs Al-Nahl: 125).

D. PERUBAHAN STRATEGI

Perkembangan lain menunjukkan, baik di kalangan bawah maupun menengah


ke atas, terdapat kecenderungan baru yaitu mekarnya berbagai kelompok sosial
yang dikenal sebagai komunitas khusus yang menggambarkan dinamika sosial
baru dalam kehidupan masyarakat. Kawasan sosial baru di lingkungan
perumahan-perumahan tumbuh pesat di Tanah Air, yang semakin menambah
segmentasi sosial dalam masyarakat. Demikian pertumbuhan daerah desa-kota
yang memperluas kawasan sosial menjadi pedesaan (rural), perkotaan (urban),
dan peralihan atau semi desa-kota (rurban) dengan ciri-ciri sosial yang berbeda
satu sama lain. Perkembangan mutakhir ialah lahirnya komunitas dalam dunia
sosial media yang sangat masif atau meluas jaringan dan strukturnya, sehingga
melahirkan kelompok komunitas baru dalam kehidupan masyarakat yang bersifat
kategorisasinya maya (cyber, virtual) tetapi nyata. Komunitas sosial media
(sosmed) bahkan memiliki pengaruh yang luas dan kuat dalam relasi sosial baru,
yang daya jelajahnya masuk ke ranah nasional dan global. Maka menjadi penting
perubahan strategi dakwah Muhammadiyah lima tahun ke depan.

Perubahan dan perkembangan masyarakat memerlukan perubahan dan


perkembangan model dakwah sesuai dengan prinsip dakwah ‘ala uqulihim, yakni
berdakwah dengan memahami dan menyesuaikan pada keadaan masyarakat yang
didakwahi.

Model strategi, metode, media, isi, dan sasaran dakwah konvensional yang
selama ini dilakukan oleh Muhammadiyah tentu harus tetap berjalan karena
dalam situasi tertentu dan bagi masyarakat tertentu masih dipandang tetap
relevan. Namun pada saat yang sama model dakwah yang nonkonvensional atau
bersifat baru juga sangat diperlukan agar Muhammadiyah mampu memasuki
kawasan-kawasan komunitas baru sebagai ajang dakwah pencerahan yang
strategis. Karena itu, diperlukan penguatan dan penajaman strategi dakwah yang
relevan untuk setiap segmen sosial baik pada kalangan umat ijabah maupun umat
dakwah, yakni melalui dakwah komunitas.

Dalam pengembangan dakwah komunitas atau jamaah (community based)


penting untuk dikembangkan pendekatan baru. Pendekatan dakwah kultural hasil
Tanwir Denpasar (2002) dan Makassar (2003) perlu menjadi rujukan para
penggerak Muhammadiyah dari tingkat Pusat hingga Ranting. Pendekatan
dakwah kuktural itu bukan membenarkan TBC seperti yang disalahartikan oleh
sebagian kalangan, tetapi untuk memperkaya cara dan proses dalam berdakwah
yang berusaha memahami alam pikiran masyarakat setempat (‘ala ‘uqulihim).
Pemikiran dan pendekatan dakwah kultural sejalan dengan prinsip “bilhikmah”,
“wa al-mauidhat al-hasanah”, “wa jadil-hum bi-laty hiya ahsan” (Qs An-Nahl:
125). Dalam buku Dakwah Kultural (2004) yang ditanfidzkan PP
Muhammadiyah disebutkan bahwa, Dakwah Kultural ialah “upaya menanamkan
nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan
potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas, dalam
rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

2. KOMENTAR MENGENAI HASIL OBSERVASI


Dalam manajemen strategic saya mengambil konsep teori manstra dari
Wheelen dan Hunger, yaitu;
1. Environmental scanning atau proses memonitor, mengevaluasi, dan
menyebarkan informasi dari lingkungan baik internal maupun eksternal
kepada orang-orang penting dalam organisasi. Kasus yang terjadi pada PC
MUHAMADDIYAH KOTA BANDUNG ialah monitoring, evaluasi, dan
persebaran informasi yang digunakan oleh mereka bisa dikatakan baik,
karna melihat fakta dilapangan dimana mereka bisa memanage sistem
keorganisasian di dalamnya, mereka ter-struktur dari atasan hingga kepada
anggotanya. Semua sistem berjalan dengan baik. Karna baik ada masalah
internal belum pernah terdapat masalah yang begitu berarti dan besar
2. Strategy formulation atau pengembangan rencana jangka panjang untuk
membuat sebuah tata kelola manajemen yang efektiv dari peluang dan
ancaman dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan organisasi.
Dalam keorganisasian mereka menurut saya mereka kurang siap dalam
menghadapi ini. Terutama di zaman sekarang yang serba cepat dalam segi
mobilitas, mereka yang saya lihat terlalu statis hingga tidak ada
perkembangan. Contohnya dalam kasus pengkaaderan dan perluasan
wilayah politik organisasi mereka. Mereka hanya mengandalkan berbagai
divisi saja,padahal banyak divisi yang bisa dikembangkan.
3. Strategy implementation atau sebuah proses dimana strategi dan kebijakan
diletakkan dalam serangkaian aksi melalui pengembangan program,
anggaran dan prosedur. Jika dalam kasus ini saya melihat karna kurangnya
persiapan teori nomor kedua, jadi ketika aksi yang dilakukan kurang
maksimal dan terarah. Masi stuck pada aksi aksi terdahulu
4. Evaluation and control atau sebuah proses dimana aktivitas dan
pencapaian hasil organisasi dimonitor sehingga hasil yang dicapai dapat
dibandingkan dengan hasil yang diharapkan. Pemonitoran yang dilakukan
oleh ketua disana dikira sudah cukup untuk dikategorikan baik. Karena
setelah semua hasil kerja ketika ditanyakan selalu ada prospek ingin lebih
dan melanjutkan hasil hasilnya. Dari situ dikira saya sudah cukup untuk
dikatakan ketika hasil selalu ada keinginan lebih karena telah tercapai
maupun kurang.
3. YANG DIPIKIRKAN DAN YANG INGIN DIKEMBANGKAN
Melihat dari kekurangan yang mereka miliki. Menjadikan salah satu tujuan saya
untuk menjadikan kekurangan tersebut menjadi potensi kedepannya. Saya ingin
potensi perluasan dan pengkaeran tidak hanya sebatas dibidang dakwah dan
pendidikan, tapi dibidang yang lainnya, seperti keplosok plosok kampung dan
memberikan pemahaman disiitu hingga membuat sebuah keorganisasian
kembali, dan dalam bidang lainnya seperti olahraga tetapi yang dibawahi atau
dinaungi oleh organisasi ini

Anda mungkin juga menyukai