Anda di halaman 1dari 12

Pokok Permasalahan:

1. Apa sajakah aliran dan organisasi islam yang berdiri di Indonesia?


2. Siapa sajakah pendiri dan tokoh aliran dan organisasi islam di Indonesia?
3. Mengapa aliran dan organisasi islam di Indonesia didirikan?
4. Kapan sajakah aliran dan organisasi islam di Indonesia didirikan?
5. Di daerah mana sajakah aliran dan organisasi islam di Indonesia didirikan?
6. Bagaimana peran aliran dan organisasi islam di Indonesia?
7. Bagaimana perkembangan nilai-nilai islam di Indonesia?
ALIRAN DAN ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA SERTA NILAI ISLAM DI
INDONESIA

Tujuan permasalahan:
1. Untuk mengetahui apa sajakah aliran dan organisasi islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui siapa sajakah pendiri dan tokoh aliran dan organisasi islam di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui mengapa aliran dan organisasi islam di Indonesia didirikan.
4. Untuk mengetahui kapan sajakah aliuran organisasi islam di indonesia didirikan.
5. Untuk mengetahui di daerah mana sajakah aliran dan organisasi islam di Indonesia
didirikan.
6. Untuk mengetahui peran aliran dan organisasi islam di Indonesia.
7. Untuk mengetahui perkembangan nilai-nilai islam di Indonesia.

PEMBAHASAN:

A. Organisasi Islam di Indonesia


1. Muhammadiyah
a. Biografi
Pendiri : K.H. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis)
Pemipin sekarang : Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si.
Didirikan pada : 18 November 1912 M.
b. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi Islam modern yang
berdiri di Yogyakarta pada 18 November 1912 M. Organisasi ini terbentuk karena
masyarakat Islam yang berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah
organisasi yang menampung aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan
umat Islam. Keberadaan tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut
terbentuk karena pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh
dunia melalui ibadah haji. Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan
yang kemudian mendirikan organisasi ini.1
Muhammadiyah didirikan atas dasar agama dan bertujuan untuk
melepaskan agama Islam dari adat kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan
Al-Qur’an dan sunnah Rasul.2
c. Nilai-nilai Islam Muhammadiyah di Indonesia
1) ‘Aqidah; menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala
kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi
menurut ajaran Islam.3
2) Akhlaq; menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada
ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia.4
3) Ibadah; menegakkan ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W tanpa
tambahan dan perubahan dari manusia.
4) Mu’amalah dunyawiyat; untuk terlaksananya mu’amalah dunyawiyat
(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah
kepada Allah SWT.
d. Peran Muhammadiyah aspek pendidikan di Indonesia
Pendidikan yang diselenggarakan pada hakekatnya sebuah
“pendobrakan” dari kultur pendidikan yang mentradisi, diganti dengan pendidikan
yang berwarna rasional, “modern” dan berorientasi pada birokrasi. Oleh karena itu

1
Choirunniswah, Organisasi Islam Dan Perannya Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia, Jurnal
Ta’dib UIN Raden Fatah Palembang 18 (1) November 2013, hlm. 60.
2
Choirunniswah, Organisasi..., hlm. 61.
3
Fitrayani, Organisasi Islam Dan Pengembangan Hukum Islam Di Indonesia, Jurnal al-‘Ulum IAIN
Ambon 10 (1) Juni 2010, hlm. 82.
4
Fitrayani, Organisasi..., hlm. 82.
cita-cita pendidikan yang dilontakan oleh Kyai H. Ahmad Dahlan 5 meliputi tiga
aspek yaitu;
1) Baik budi, alim dan agama;
2) Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia
3) Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
Pelaksanaan pendidikan yang meniru Barat dan kemudian diIslamkan
yaitu dengan memberi materi pelajaran agama pada sistem pengajarannya itu,
berarti Muhammadiyah ingin mempertahankan iman pada satu sisi, namun pada
sisi yang lain ingin agar peserta didiknya mampu berbuat dalam periode modern
yang dicirikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu
kurikulum yang dicetuskan Muhammadiyah yang mengambil kurikulum
pendidikan yang dibuat pemerintah kemudian menambah kewajiban seperti6:
1) Pendidikan agama Islam: llmu dan penghayatan agama Islam
2) Pendidikan keMuhammadiyahan: pengertian, penghayatan dan pengamalan
ajaran Islam yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah
3) Pancasila/UUD 1945
Lembaga pendidikan islam yang didirikan Muhammadiyah di Indonesia
diantaranya:
1) Raudlatul Athfal Aisyiyah
2) Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Muhammadiyah
3) SMP dan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah
4) SMA Muhammadiyah
Sebagai contoh peran Muhammadiyah didaerah tempat saya tinggal
yaitu di Ambarawa, Muhammadiyah telah mendirikan sekolah formal jenjang
pendidikan dini atau raudhlatul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah, dan sekolah
menengah pertama (SMP) yang seiring tahun semakin berkembang, yang menurut
saya sebagai penyebar dakwah dan tempat pembinaan formal keagamaan islam di
Ambarawa karena diketahui di Ambarawa juga terdapat lembaga sekolah katolik
dan kristen seperti Pangudi Luhur dan Mater Alma yang telah berdiri lama di
Ambarawa. maka dari itu peran Muhammadiyah di Ambarawa begitu penting
dalam menangkal berbagai usaha dakwah kristenisasi. Dan contoh lainnya adalah

5
Choirunniswah, Organisasi..., hlm. 61.
6
Choirunniswah, Organisasi..., hlm. 62.
adanya perkumpulan pengajian ibu-ibu yaitu Aisyiyah yang mengajak para wanita
di daerah sekitar untuk menjalin silaturahmi dan mengaji tiap pekan.

2. Nahdlatul Ulama’
a. Biografi
1) Pendiri : K. H. Hasyim Asy’ariy 1957 M
2) Didirikan pada : 31 Januari 1926
3) Pemimpin sekarang : K. H. Sa’id Aqil Siroj.
b. Latar belakang berdirinya Nadhatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan
Islam), disingkat NU, merupakan sebuah organisasi Islam besar di Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada 26 Januari 1926 oleh K.H Hasyim Asy’ariy dan K.H
Wahab Hasbullah di Surabaya Jawa Timur dan bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi. Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah
(organisasi), ia terlebih dahulu mewujud dalam bentuk jama’ah yang terikat kuat
oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakter tersendiri.7
Dalam Anggaran Dasar hasil Muktamarnya yang ketiga pada tahun 1928
M, secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan membentengi
artikulasi fiqh empat madzhab di tanah air.
Nahdlatul Ulama’ memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat
(yaitu) madzhabnya Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin
Anas, Imam Abu Hanifah an-Nu’man, dan Imam Ahmad bin Hanbal), serta
bertekad menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.
c. Nilai-nilai islam Nahdlatul Ulama’ di Indonesia
Dalam merespon persoalan, baik yang berkenaan dengan persoalan
keagamaan maupun kemasyarakatan, Nahdlatul Ulama memiliki manhaj Ahlis
Sunnah Wal-Jama’ah sebagai berikut:8
1) Dalam bidang Aqidah/teologi, Nahdlatul Ulama mengikuti Manhaj dan
pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.

7
Asep Abdurrohman, Eksistensi Islam Moderat Dalam Perspektif Islam, Junral Rausyan Fikr IAIN
Palu 14 (1) 2018, hlm. 32.
8
Asep Abdurrohman, Eksistensi..., hlm. 32.
2) Dalam bidang Fiqih/Hukum Islam, Nahdlatul Ulama bermadzhab secara qauli
dan manhaji kepada salah satu al-Madzahib al-‘Arba’ah (Hanafi, Maliki,
Syafi’i, Hanbali).
3) Dalam Bidang Tasawuf, Nahdlatul Ulama mengikuti Imam al-Junaid al-
Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
d. Peran Nahdlatul Ulama’ aspek pendidikan di Indonesia

Sesuai dengan Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama tahun 1926, Nahdlatul


Ulama menetapkan tujuannya adalah untuk mengembangkan Islam berlandaskan
ajaran keempat mazhab di atas. Tujuan itu diusahakan dengan:

1) Memperkuat persatuan di antara sesama ulama penganut ajaran-ajaran empat


mazhab.
2) Meneliti kitab-kitab yang akan dipergunakan untuk mengajar sesuai dengan
ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.
3) Menyebarkan ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran empat mazhab
4) Memperbanyak jumlah lembaga pendidikan Islam.
5) Membantu pembangunan masjid, surau dan pondok pesantren serta membantu
kehidupan anak yatim dan orang miskin.

Pada Muktamar Nahdlatul Ulama yang keempat di Semarang pada tahun


1929 terbentuklah apa yang dinamakan “Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul
Ulama”. Ma’arif adalah nama sebuah organisasi Islam aliran Ahlu Sunnah wal
Jama’ah dalam lingkungan Jam’iyah Nahdlatul Ulama.9

Ma’arif adalah merupakan lembaga pendidikan yang khusus diberi tugas


mengurusi soal-soal pendidikan dengan nama: Pimpinan Pusat Bagian Ma’arif
dengan presiden pertamanya Abdullah Ubaid. Dengan berdirinya Lembaga
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama ini maka semua madrasah-madrasah dan
sekolah-sekolah yang dikelola oleh para ulama Nahdlatul Ulama dikoordinir oleh
Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama ini.10

Susunan jenjang madrasah yang didirikan Nahdlatul Ulama’ di Indonesia


diantaranya:

1) Raudlatul Athfal Ma’arif


9
Asep Abdurrohman, Eksistensi..., hlm. 33.
10
Asep Abdurrohman, Eksistensi..., hlm. 33-34.
2) Madrasah Ibridaiyah Ma’arif
3) Madrasah Tsanawiyah Ma’arif
4) Madrasah Aliyah Ma’arif

Sebagai contoh di daerah saya NU walaupun belum mendirikan lembaga


pendidikan islam formal tetapi terdapat lembaga pendidikan islam non formal
seperti pondok pesantren salafiyah putra putri seperti pondok pesantren al-
Mujahidin Ambarawa yang sudah lama berdiri, selain itu juga terdapat pembinaan
pemuda-pemudi NU (IPPNU) yang merangkul para pemuda-pemudi sekitar untuk
saling membantu dalam dakwah islam dan sosial kemasyarakatan sekitar, selain
itu juga terdapat perkumpulan pengajian wanita ibu-ibu yaitu al-Hidayah yang
mengumpulkan para wanita sekitar untuk menjalin silaturahmi dan mengadakan
pengajian rutin tiap pekannya dirumah-rumah anggota.

3. Persatuan Islam (PERSIS)


a. Latar belakang berdirinya PERSIS
Persatuan Islam (Persis) didirikan oleh dua usahawan asal Palembang
Sumatera Selatan, Muhammad Zamzam dan Muhammad Yunus pada tanggal 12
September 1923 di Bandung. Muhamad Zamzam dikenal berpengetahuan luas. Ia
pernah belajar agama di lembaga Darul Ulum Mekkah selama tiga tahun.
Sekembali dari Mekkah, ia mengajar di Darul Muta’allimin Bandung. Ia juga
mempunyai hubungan dengan Syaikh Ahmad Soorkati dari al-Irsyasd di Jakarta.
Sedang Mahmud Yunus memperoleh pendidikan secara tradisional. Ia mengusai
bahasa Arab, tapi tidak pernah mengajar. Minatnya memperdalam agama tidak
pernah padam, meski ia menekuni dunia perdagangan. Ia banyak membelanjakan
kekayaannya untuk kitab-kitab, baik yang ia perlukan maupun yang diperlukan
oleh anggota-anggota Persatuan Islam (Persis) setelah organisasi ini didirikan.11
b. Peran PERSIS aspek pendidikan islam di Indonesia dan nilai-nilai Islamnya
Model sekolah mulai dikembangkan oleh Persis tahun 1930 atas inisiatif
M. Natsir. Inisiatif tersebut sesungguhnya merupakan jawaban M. Natsir terhadap
desakan berbagai pihak terhadapnya, terutama desakan yang berasal dari orang-
orang yang mengambil privat dalam pelajaran bahasa Inggris dan berbagai
pelajaran lain kepadanya. Sekolah yang didirikan Persis pada waktu itu adalah
11
Choirunniswah, Organisasi..., hlm. 73.
Taman Kanak-kanak, HIS (sama dengan SD sekarang) tahun 1930, Sekolah
MULO (setara dengan SMP sekarang) tahun 1931 dan sebuah sekolah guru tahun
1932. Di sekolah-sekolah tersebut, di samping diberikan pelajaran umum
sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah yang sama yang didirikan oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda, juga diberikan pelajaran keIslaman. Adanya mata
pelajaran agama dapat dimengerti karena didirikannya sekolah-sekolah tersebut
mempunyai kaitan dengan adanya keprihatinan. M. Natsir terhadap sekolah-
sekolah yang ada di Bandung yang tidak diberikan pelajaran agama.12
Nilai-nilai islam yang ditumbuhkan oleh PERSIS di Indonesia adalah13:
1) Menjunjung tinggi agama Allah; tunduk dalam hati dan perkataan, dalam amal
dan dalam akhlak kepada perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya.
2) Senantiasa memperdalam pengetahuan umumnya dan dalam ilmu ke-Islaman
khususnya, yang diwajibkan Islam atas setiap muslimin.
3) Senantiasa berusaha dengan tiada putusputusnya memperbaiki dan mendidik
diri sampai menjadi mu’min dalam arti kata penuh.
4) Wajib sembahyang.
5) Tidak akan meninggalkan puasa wajib.
6) Bersedekah pada jalan Allah, berupa harta, pikiran dan berupa tenaga
sekuatnya
7) Wajib menurut contoh-contoh yang telah disunnatkan Rasul dan sahabat-
sahabatnya.
8) Wajib menganggap saudara tua sebagai bapak (ibu) atau kakak dan saudara
yang muda sebagai anak atau adik dan yang sama sebagai saudara kandung
menurut sebagaimana yang telah ditentukan oleh Islam.

4. Al-Irsyad
a. Latar belakang berdirinya Al-Irsyad
Al-Irsyad merupakan madrasah yang tertua dan termasyhur di Jakarta yang
didirikan pada tahun 1913 oleh Perhimpunan AlIrsyad Jakarta dengan tokoh
pendirinya Ahmad Surkati al-Anshari. Tujuan perkumpulan al-Irsyad ini adalah
memajukan pelajaran agama Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di
Indonesia. AlIrsyad disamping bergerak di bidang pendidikan, juga bergerak di

12
Choirunniswah, Organisasi..., hlm. 74-75.
13
Choirunniswah, Organisasi..., hlm. 75.
bidang sosial dan dakwah Islam berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasul secara
murni dan konsekuen.14
b. Peran Al-Irsyad aspek pendidikan dan nilai-nilai islamnya di Indonesia
Salah satu peran yang dilakukan al-Irsyad adalah pembaharuan di bidang
pendidikan. Pada tahun 1913 didirikan sebuah perguruan modern di Jakarta,
dengan sistem kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum, di
samping pelajaran agama. Sekolah-sekolah al-Irsyad berkembang dan meluas
sampai ke kota-kota dinama Al-Irsyad mempunyai cabang dan secara umum
semuanya berada di tingkat rendah.15
Dalam bidang pendidikan Al-Irsyad mendirikan madrasah:
1) Awaliyah, lama pelajaran 3 tahun
2) Ibtidaiyah, lama belajar 6 tahun
3) Mutawasithah, lama belajar 3 tahun
4) Mu’allimin, lama belajar 3 tahun
5) Takhassus, lama belajar 1 tahun
Salah satu langkah yang cukup baik dilakukan al-Irsyad pada tahun 1930-
an adalah disediakannya beasiswa untuk beberapa lulusannya untuk belajar di luar
negeri, terutama Mesir. Meskipun alumni yang mereka kirim tidak banyak
memberikan kontribusi, setelah mereka pulang, dibandingkan dengan mereka
pergi ke luar negeri dengan biaya sendiri tetapi yang jelas upaya penyediaan
beasiswa merupakan langkah maju pada saat itu.16
Sebagai contoh saya pernah mondok di pesantren islam Al-Irsyad
Tengaran jenjang Mutawasithah setara MTs selama 3 tahun, menurut saya Al-
Irsyad melalui lembaga pendidikan pondok pesantrennya memiliki peran penting
dalam mencetak generasi muda yang mendalami pengetahuan agama untuk
mampu berdakwah di masyarakat dan mampu melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi, selama saya mondok di Al-Irsyad banyak pengetahuan yang baru saya
ketahui mulai dari penguasaan bahasa arab, nahwu, shorof, aqidah dan lain
sebagainya yang bertujuan sebagai bekal untuk melanjutkan kejenjang selanjutnya
dan bekal dakwah di masyarakat kelak karena outputnya adalah menjadi da’i di
masyarakat. Maka dari itu dapat diketahui bahwa peran pondok pesantren sangat
14
Muhamad Rizal Aziz, Sejarah Berdirinya Organisasi - Organisasi Islam Di Indonesia, Makalah
Sejarah Peradaban Islam, (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2015), hlm. 12.
15
Muhamad Rizal Aziz, Sejarah..., hlm. 12.
16
Muhamad Rizal Aziz, Sejarah..., hlm. 13-14.
penting dalam mencetak generasi yang mampu meneruskan dakwah islamiyah di
masyarakat demi mengkokohkan aqidah islamiyah.
B. Aliran-Aliran Islam di Indonesia
1. Syi’ah
Sy'iah menurut bahasa berarti pengikut dan penolong, Syi'ah adalah
kelompok yang mengikuti Khalifah 'Ali dan menyatakan kepemimpinannya baik
secara nash ataupun wasiat yang adakalanya secara jelas ataupun samar, dan mereka
berkeyakinan bahwa kepemimpinan (Imamah) tidak keluar dari anak-anaknya, dan
jika keluar darinya maka itu terjadi secara zalim atau sebab taqiyah darinya.17
Pendapat-pendapat mereka :
a. Mengkafirkan sahabat Nabi yang tidak mendukung Ali (kecuali Syiah Zaidiyah
sekarang)
b. Kepemimpinan (Imamah) merupakan satu dari beberapa pokok keimanan.
c. Memandang Imam Itu ma'shum (orang suci)
d. Wajib adanya Imam yang tersembunyi (Al-Imam Al-Mastur)
e. Al-Quran yang sekarang mengalami perubahan dan pengurangan, sedangkan yang
asli berada di tangan Al-Imam Al-Mastur (Syi'ah Imamiyah)
f. Tidak mengamalkan hadits kecuali dari jalur keluarga Nabi Muhammad (Ahli
Bait), (kecuali madzhab Zaidiyyah)
g. Memperbolehkan taqiyah
h. Tidak menerima ijma’ dan qiyas (kecuali madzhab Zaidiyyah)

2. Ahlussunnah wal Jama’ah


Kelompok ini disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena pandapat mereka
berpijak pada pendapat-pendapat para sahabat yang mereka terima dari Rasulullah.
Kelompok ini disebut juga kelompok ahli hadits dan ahli fiqih karena merekalah
pendukung-pendukung dari aliran ini. Istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah mulai dikenal
pada saat pemerintahan bani Abbasy dimana kelompok Mu'tazilah berkembang pesat,
sehingga nama Ahlus Sunnah dirasa harus dipakai untuk setiap manusia yang
berpegang pada Al-Quran dan Sunnah. Dan nama Mu'tazilah dipakai untuk siapa
yang berpegang pada ilmu kalam, logika dan rasio.18

17
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Historinya, Jurnal Bangun
Rekaprima Polines Semarang 5 (2) Oktober 2019, hlm. 79.
18
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan..., hlm. 79-80.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah orang-orang yang mengikuti rumusan yang digagas
oleh Imam Asy'ariy dan Imam Maturidi.19 Pendapat-pendapat mereka:
a. Hukum Islam di dasarkan atas Al-Quran dan al-Hadits
b. Mengakui Ijma’ dan Qiyas sebagai salah satu sumber hukum Islam
c. Menetapkan adanya sifat-sifat Allah
d. Al-Quran adalah Qodim bukan hadits
e. Orang Islam yang berdosa besar tidaklah kafir
Di Indonesia sendiri, Ahlus Sunah Wal Jama’ah menjadi aliran terbesar yang
di anut umat islam, adapun organisasi besar yang menganutnya adalah Nahdlatul
Ulama yang berkarakter Tradisional, dan Muhammadiyah yang berpikiran Moderat.

3. Ahmadiyah
Pendirinya adalah Mirza Ghulam Ahmad. (1936-1908 M) Ia lahir di
Pakistan ditengah-tengah kelompok Syiah Ismailiyyah. Pada tahun 1884 ia mengaku
mendapat ilham dari Allah, kemudian pada 1901 mengaku dirinya menjadi nabi dan
rasul, yang diingkari oleh kelompok Ahlus Sunnah dan kelompok Syi'ah seluruh
dunia. Ahmadiyah terbagi menjadi dua kelompok
a. Ahmadiyah Qadiyan : Menganggap Mirza sebagai nabi
b. Ahmadiyah Lahore : Menganggap Mirza sebagai mujaddid Pendapat-
Pendapat mereka :
a. Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi
b. Orang Islam yang tidak sepaham adalah orang kafir
c. Mengharamkan jihad

4. Jama’ah Tabligh
Pendirinya: Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi.
(1303-1363) Kelompok ini aktif sejak 1920-an di Mewat, India. Markas internasional
pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Jama’ah tabligh di Indonesia berkembang
sejak 1952, dibawa oleh rombongan dari negara india yang dipimpin oleh Miaji Isa.
Tapi gerakan ini mulai akif pada awal 1970-an. Mereka menjadikan masjid sebagai
salah satu pusat untuk beraktifitas. Pendapat mereka20:
a. Mengembalikan Islam pada ajarannya yang kaffah (menyeluruh)

19
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan..., hlm 80.
20
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan..., hlm 81.
b. Mengharuskan pengikutnya khuruj (keluar untuk berdakwah) 4 bulan untuk
seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau dua kali
berkeliling pada tiap minggu.
c. Menjauhi pembicaraan tentang fiqih, masalah-masalah politik, aliran-aliran lain
dan perdebatan
d. Keyakinan tentang keluarnya tangan Rasulullah dari kubur beliau untuk berjabat
tangan dengan asy-Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i
e. Hidayah dan keselamatan hanya bisa diraih dengan mengikuti tarekat Rasyid
Ahmad al-Kanhuhi
f. Sikap fanatis yang berlebihan terhadap orang-orang shaleh dan berkeyakinan
bahwa mereka mengetahui ilmu gaib
g. Keharusan untuk bertaqlid

C. Manfaat Mempelajari Aliran Dan Organisasi Islam Di Indonesia Serta Nilai-Nilai


Islam
Manfaat yang dapat diambil dari pembahasan aliran dan organisasi serta nilai-
nilai islam di Indonesia diantaranya:
1. Sebagai pengetahuan sejarah berdirinya aliran dan organisasi islam di Indonesia.
2. Sebagai rujukan kedepannya mengenai nilai-nilai islam yang ditumbuhkan oleh
berbagai organisasi islam di Indonesia.
3. Sebagai bukti dan motivasi bahwa islam di Indonesia semakin berkembang seiring
zaman mulai dari pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, masa reformasi, sampai
zaman sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Asep. 2018. Eksistensi Islam Moderat Dalam Perspektif Islam. Junral
Rausyan Fikr IAIN Palu 14 (1).
Aziz, Rizal Muhammad. 2015. Sejarah Berdirinya Organisasi-Organisasi Islam Di
Indonesia, Makalah Sejarah Peradaban Islam. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Choirunniswah. 2013. Organisasi Islam Dan Perannya Terhadap Pendidikan Islam Di
Indonesia. Jurnal Ta’dib UIN Raden Fatah Palembang 18 (1) November.
Fitrayani. 2010. Organisasi Islam Dan Pengembangan Hukum Islam Di Indonesia. Jurnal
al-‘Ulum IAIN Ambon 10 (1) Juni.
Mahmudi, Wildana Latif. 2019. Pertumbuhan Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Historinya.
Jurnal Bangun Rekaprima Polines Semarang 5 (2) Oktober.

Anda mungkin juga menyukai