Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

“Aliran dan Organisasi Islam Indonesia”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Islam di Indonesia

Dosen Pengampu : Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Gifar Rifaai (23010190036)

Anis Satul Mar’atus Solihah (23010190354)

Ayu Nur Adilianingsih (23010190383)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin atas segala puji Allah yang telah diberikan


sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat
serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad
Sholaallahualaihiwassallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


Pendidikan Islam di Indonesia yakni Ibu Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I.
yang telah membimbing dalam proses pembelajaran ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman atas dukungan dan kerjasamanya
dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Harapannya pembaca mampu memahami makalah ini yang membahas


tentang Aliran dan Organisasi Islam Indonesia. Makalah ini jauh dari kata
sempurna maka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi
wasilah untuk mendapatkan ridho Allah swt.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh

Suruh, 2 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II

PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Aliran Islam di Indonesia .................................................................. 3


B. Organisasi Islam di Indonesia............................................................ 6

BAB III

PENUTUP ................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi Islam di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik
untuk dipelajari, mengingat bahwa organisasi Islam merupakan representasi dari
umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi
Islam menjadi sebuah kekuatan sosial maupun politik yang diperhitungkan dalam
pentas politik di Indonesia. Dari aspek kesejarahan, dapat ditangkap bahwa
kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak dalam bidang politik
maupun organisasi sosial membawa sebuah pembaruan bagi bangsa, seperti
kelahiran Serikat Islam sebagai cikal bakal terbentuknya organisasi politik,
Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Serikat Dagang Islam, dan lain-lainnya
pada prakemerdekaan membangkitkan sebuah semangat pembaruan yang begitu
mendasar di tengah masyarakat.
Organisasi keagamaan Islam merupakan kelompok organisasi yang terbesar
jumlahnya, baik yang memiliki skala nasional maupun yang bersifat lokal saja.
Tidak kurang dari 40 buah organisasi keagamaan Islam yang berskala nasional
memiliki cabang-cabang organisasinya di ibukota propinsi maupun ibukota
kabupaten/kotamadya, seperti: Nahdlatul Ulama (NU), Sarikat Islam (SI),
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI), Majelis Da‟wah
Islamiyah (MDI), Dewan Mesjid Indonesia (DMI), Ikatan Cendekiawan Muslim
se Indonesia (ICMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), Aisyiah, Muslimat NU, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Aliran Islam di Indonesia ?
2. Apa saja Organisasi Islam di Indonesia ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Aliran Islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Organisasi Islam di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran-aliran Islam di Indonesia

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad


SAW, berupa keyakinan perintah dan larangan yang menjamin kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Lantaran disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada
manusia dalam masa mereka sebagai khalifah yang diserahkan kepadanya
untuk mengurus isi dunia dan keselamatan. 1

Al-Qur’an sebagai dasar utama Islam yang menunjukkan bahwa Islam


tidak dapat menemukan jalannya ke dalam lubuk hati dan pikiran tanpa
penerimaan dua lubuk utama, yaitu iman dan syari’ah. Dan yang pertama-tama
diwajibkan oleh Islam adalah kepercayaan yang mendalam kepada Allah tanpa
keraguan maupun kesangsian.2
Islam merupakan agama sepanjang zaman dan berlaku untuk seluruh
bangsa, dan berpangkal pokok pada al-Qur’an dan al-Hadits. Agama lahir ke
dunia disampaikan oleh seorang Rasul. Penjagaan akan kemurnian dan
keaslian ajarannya dapat dipertahankan selama Rasul tersebut masih hidup.
Akan tetapi, ketika agama berkembang dengan pesat setelah melewati proses
waktu yang cukup lama, penyimpangan akan ajarannya merupakan kenyataan
yang tidak terhindarkan lagi. Dalam agama Islam pun ada kecenderungan yang
ditandai dengan lahirnya berbagai aliran atau golongan pada masa-masa setelah
Nabi wafat. Aliran-aliran yang timbul dalam Islam ialah aliran Khawarij,
Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Aliran-aliran Khawarij,
Murji’ah, Mu’tazilah sudah tidak ada wujud lagi, kecuali dalam sejarah,
sedangkan Asy’ariyah dan Maturidiyah masih ada hingga saat ini. Keduanya
disebut ahl Sunnah wa al- Jamaah.3

1
A. Malik Ahmad, Aqidah, al-Hidayah, Jakarta, th. 1998
2
Kenneth W. Morgan, Islam Jalan Lurus, terj. Abu Salamah dan Chaidir Anwar, Pustaka Jaya,
Jakarta, 1963, h. 100
3
Harun Nasution, Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), Universitas
Indonesia, Jakarta, 2010, cet II, h. 11

3
Banyaknya aliran-aliran hingga saat ini yang mengaku-ngaku bahwa
dirinyalah yang tergolong ahli Sunnah wa alJamaah, misalnya
Muhammadiyah, NU (Nahdlotul Ulama), (Lembaga Dakwah Islam Indonesia)
LDII, Majlis Tafsir al-Qur’an (MTA), Ahmadiyah, dll. Hingga saat ini,
berbagai aliran yang ada di Indonesia tumbuh dan mengikuti pengikut di
daerahnya masing-masing.
4
Berikut contoh-contoh aliran Islam di Indonesia:

1. Jam’iyatul Chair

Jam’iyatul Choir adalah salah satu nama aliran islam moderen di


Indonesia yang berdiri di tahun 1901 M. Aliran ini adalah hasil dari
perluasan pemikiran Muhammad Abduh melalui salah satu media
majalah islam yang masuk di Jakarta dari Mesir.

Aliran ini memiliki anggota yang berasal dari keturunan bangsa


Arab yang berdomisili di Indonesia. Dalam hal ini, Jam’iyatul Chair
melakukan proses dakwah yang menekankan pada pembelajaran Bahasa
Arab, Pemahaman Islam, Pendidikan Agama, dan juga persatuan dan
ukhuwah islam.

2. Al Irsyad

Al irsyad adalah salah satu organisasi yang sudah berdiri di


Inonesia sejak tahun 1914. Al-Irsyad adalah pecahan organisasi
Jam’iyatul Choir yang akhirnya berdiri sendiri berbentuk organisasi baru.

Secara umum, garis perkembangan islam di Indonesia berasal dari


perkembangan organisasi yang sama. Namun, karena adanya perbedaan
pandangan, pemikiran, atau bahkan fiqih maka pecahlah mereka dengan
didirikannya berbagai organisasi yang baru.

4
Parsudi Suparlan, Respon Pemerintah, Ormas, dan Masyarakat Terhadap Aliran Keagamaan di
Indoneia, Karya Haidlor, Jakarta, 2007, h. 1-2

4
3. Sarikat Islam

Sarikat islam adalah bentukan dari HOS Tjokroaminoto. Pada


awalnya Sarikat islam berbentuk Sarikat Dagang Islam yang menitik
beratkan pada program ekonomi para pedagang muslim. Lama kelamaan
HOS Tjokoroaminoto mengembangkan Sarekat Dagang Islam yang
menjadi Sarikat Islam karena sudah masuk kepada ranah politik dan
islam.

Pada perkembangannya, sarikat islam menjadi terpecah juga


menjadi SI Merah dan SI Putih. SI Merah memiliki kecondongan pada
nilai-nilai islam komunis atau sosialis. SI Putih memegang teguh pada
islam yang lebih puritan.

4. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi atau aliran islam besar yang ada


di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan yang
berada di Jogyakarta. Muhammadiyah menitik beratkan program dan
visinya pada masalah pendidikan dan regenerasi muslim yang lebih
cerdas dan mampu mengembangkan islam secara lebih intelektual.

Karya besar Muhammadiyah dapat dilihat bahwa Muhammadiyah


memiliki banyak sekali Sekolah, Kampus, Majelis Taklim dan media
pendidikan lainnya yang bisa diikuti oleh umat islam. Untuk itu, hingga
kini Muhammadiyah masih menjadi gerakan islam terbesar di Indonesia.

5. Nahdatul Ulama

Nahdatul Ulama adalah organisasi yang lama dan juga cukup besar
yang ada di Indonesia. Nahdatul ulama adalah sebagai gerakan dari
kebangkitan para ulama dan pemikir islam yang kemudian bangkit untuk
melawan penjajahan.

5
Nahdatul ulama meniitik beratkan dakwahnya kepada masalah
keislaman yang benar-benar bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. NU
juga mendirikan berbagai lembaga pendidikan khususnya pesantren
untuk melakukan kaderisasi ulama di dalamnya. Di bidang-bidang
lainnya NU juga berperan cukup banyak seperti di bidang ekonomi
mendirikan BMT, dakwah islamiah di seluruh kalangan, dan lain
sebagainya.

B. Organisasi Islam di Indonesia

Muhammadiyah

Berdiri pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 (18 Nopember 1912) di


Yogyakarta5, dan pendiri awalnya yakni KH. Ahmad Dahlan, guna untuk
memperbaharui praktek Islam dan memperbaiki kehidupan komunitas Muslim.
Dari pemikiran dan usaha beliaulah lahirnya embrio organisasi yang kemudian
setelah mengalami perputaran waktu berubah menjadi seperti dan sebesar
sekarang ini.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh kalangan Muhammadiyah
yang menjadi faktor didirikannya organisasi ini oleh KH. Ahmad Dahlan antara
lain :6
1. Ia melihat bahwa umat Islam tidak memegang teguh al-Qur’an dan
Sunnah dalam beramal sehingga takhayul dan syirik merajalela, ahlak
masyarakat runtuh. Akibatnya, amalan3amalan mereka merupakan
campuran antara yang benar dan salah. Sebagaimana diketahui, orang
Indonesia sudah beragama Hindu sebelum datangnya Islam. Menurut
catatan sejarah, agama Hindu dibawah pertama kali masuk Indonesia
oleh pedagang India sehingga pengaruhnya tidak terlepas dari umat
Islam.
2. Lembaga pendidikan agama yang ada pada waktu itu tidak efisien.
Pesantren, yang menjadi lembaga pendidikan kalangan bawah, pada

5
Ensiklopedi Islam, Jilid III, (Cet. III; Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 275.
6
Ensiklopedi Islam, Jilid III.

6
masa itu dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat. Pada waktu itu pendidikan di Indonesia telah terpecah dua,
yaitu pendidikan secular yang dikembangkan oleh Belanda dan
pedidikan pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan agama. Akibatnya terjadi jurang pemisah yang
sangat dalam antara golongan yang mendapat pendidikan secular dan
golongan yang mendapatkan pendidikan di pesantren. Ini juga
mengakibatkan terpecah rasa persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) di
kalangan umat Islam dan semakin melemahnya kekuatan umat Islam.
3. Kemiskinan menimpa rakyat Indonesia, terutama umat Islam, yang
sebagian besar adalah petani dana buruh. Orang kaya hanya
mementingkan dirinya sendiri, dan bahkan banyak ulama lupa
mengingatkan umatnya bahwa Islam mewajibkan zakat bagi si kaya,
sehingga hak orang miskin terabaikan.
4. Aktivitas misi Katolik dan Protestan sudah giat beroperasi sejak awal
abad ke-19 dan bahkan sekolah3sekolah misi mendapat subsidi dari
pemerintah Hindia Belanda.
5. Kebanyakan umat Islam hidup dalam alam fanatisme yang sempit,
bertaklid buta, serta berpikir secara dogmatis. Kehidupan umat Islam
masih diwarnai konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.

Organisasi Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan pada 9 khittah
perjuangan diantaranya adalah: Muhammadiyah meminta segenap anggotanya
yang aktif dalam politik untuk melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
bersungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggungjawab(al-Amanah),
akhlak mulia(akhlakul karimah), keteladanan, dan perdamaian(al-Islah). Dan
segala aktifitasnya harus sejalan dengan upaya amar ma’ruf nahi mungkar. 7

7
Hajriyanto Y Thohari, Muhammadiyah dan Pergulatan Politik Islam Modernis, (Cet. I; Jakarta:
PSAP Muhammadiyah, 2005), h. xvii.

7
Persatuan Islam (Persis)

Berdiri di Jawa Barat pada tahun 1923 oleh kelompok pedagang yang
diketuai oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus, yang mencurahkan
pada pengkajian agama, menyebarkan praktek ritual Islam yang benar, dan
kepatuhan dalam menjalankan hukum Islam. 8 Lembaga hukum pada awal
pembentukannya diberi nama Majelis Ulama. Lembaga ini bertugas menyusun
pedoman ibadah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw., serta melahirkan
pemikiran-pemikiran teologis yang dapat menghindarkan jama’ahnya dari
bid’ah serta penyimpangan lainnya. Nama “Majelis Ulama” ini terus
berlangsung sampai periode kepemimpinan KH. Isa Anshari (1948-1960), dan
kemudian diganti dengan nama “Dewan Hisbah” sejak kepemimpinan KH E.
Abdurrahman (1961-1983).

Penggantian nama tersebut dimaksud agar fungsi ulama dikembangkan,


tidak semata-mata melakukan kajian hukum tetapi juga melakukan kontrol,
baik terhadap para fungsionaris, maupun anggota jama’ah secara keseluruhan.
Dewan Hisbah benar-benar baru berfungsi pada dekade 1980-an setelah Latif
Mukhtar menggantikan KH. Abdurrahman pada tahun 1983.9

Terbentuknya sejumlah pergerakan Muslim yang menekankan pembaruan


keagamaan, modernisme pendidikan, dan aksi politik, memancing sebuah
gerakan tandingan dikalangan ulama tradisional.

Nahdatul Ulama

Berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) 10 di Surabaya.


Pendirinya adalah alim ulama dari tiap-tiap daerah di Jawa Timur salah satunya
adalah KH. Hasyim Asy’ari.

8
Ira. M. Lapidus, Op.Cit., h. 329-330.
9
Abdul Azis Dahlan, Jilid I, Op.Cit., h. 264-265.
10
Prof. Dr. Faisal Ismail, M.A., Dilema NU ditengah Badai Pragmatisme Politik, (Cet. I; Jakarta:
Proyek Peningkatan Kehidupan Beragama Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag
RI, 2004), h. 10-11.

8
Didirikan organisasi tersebut di latarbelakangi oleh dua tujuan :

1. Untuk mengimbangi Komite Khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh ke


tangan golongan pembaharuan.

2. Untuk berseru kepada penguasa baru di tanah Arab agar kebiasaan beragama
secara tradisi dapat diteruskan.11

Dilihat dari sejak berdirinya sampai sekarang cukup memberikan suatu


pemahaman kepada kita bahwa NU sebagai organisasi keagamaan ini benar-
benar sangat menginginkan adanya satu gerakan kebersamaan dalam
komunitas masyarakat Muslim dengan berada pada satu gerak komando untuk
mewujudkan tujuan bersama. Dan pada masa itu juga NU merupakan sebuah
organisasi yang diatur oleh sejumlah ulama dan aktivis yang mempunyai
kharisma, kekuatannya tampak lebih tertumpu pada pengaruhnya terhadap
ummat dan ulama di tingkat yang lebih rendah ketimbang pada
pengorganisasian yang rapi.

Sekalipun NU mempertahankan ortodoksi scholastic abad pertengahan


namun dalam konteks membangkitkan semangat umat Islam, gerakan ini
berhasil melalui lembaga-lembaga pondok pesantren, NU berhasil
menanamkan semangat dan watak anti kolonialisme dengan berpegang teguh
pada ajaran Islam dan memelihara semangat ahlus sunah wal jamaah, NU
berhasil menggalang persatuan dan kekuatan umat Islam. 12

11
M. Din Syamsudin, Muhammadiyah Kini dan Esok, (Jakarta: pustaka Panjimas, 1990), h. 42.
12
H. Alamsyah Ratu Perwiranegara, Islam dan Pembangunan Politik di Indonesia, (Jakarta; cv.
Haji Mas Agung, 1987), h. 186-187.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi Islam di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik
untuk dipelajari, mengingat bahwa organisasi Islam merupakan representasi dari
umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi
Islam menjadi sebuah kekuatan sosial maupun politik yang diperhitungkan
dalam pentas politik di Indonesia. Dari aspek kesejarahan, dapat ditangkap
bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak dalam
bidang politik maupun organisasi sosial membawa sebuah pembaruan bagi
bangsa, seperti kelahiran Serikat Islam sebagai cikal bakal terbentuknya
organisasi politik, Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Serikat Dagang
Islam, dan lain-lainnya pada prakemerdekaan membangkitkan sebuah semangat
pembaruan yang begitu mendasar di tengah masyarakat

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik
dan saran dari para pembaca agar lebih baik dari sebelumnya. Semoga makalah
ini bermanfaat untuk semua kalangan yang membacanya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. Malik.1998. Aqidah, al-Hidayah. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, III, dan IV
Cet. I. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Ensiklopedi Islam. 1994, Jilid III Cet. III. 1994. Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve.

H. Alamsyah Ratu Perwiranegara. 1987. Islam dan Pembangunan Politik


di Indonesia. Jakarta: cv. Haji Mas Agung.

Ismail, Faisal. 2004. Dilema NU ditengah Badai Pragmatisme Politik, Cet.


I. Jakarta: Proyek Peningkatan Kehidupan Beragama Badan Litbang Agama dan
Diklat Keagamaan Depag RI.

Lapidus, Ira. M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam, Bagian ketiga, Cet. I.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, Harun. 2010. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa


Perbandingan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Suparlan,Parsudi. 2007. Respon Pemerintah, Ormas, dan Masyarakat


Terhadap Aliran Keagamaan di Indoneia. Jakarta: PT.Pustaka Sentosa.

Syamsudin, M. Din. 1990. Muhammadiyah Kini dan Esok. Jakarta:


Pustaka Panjimas.

W. Morgan, Kenneth. 1963. Islam Jalan Lurus, terj. Abu Salamah dan
Chaidir Anwar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Y Thohari, Hajriyanto. 2005. Muhammadiyah dan Pergulatan Politik


Islam Modernis Cet. I. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.

11

Anda mungkin juga menyukai