Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis merupakan usaha para
pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap
kemampuan kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut
kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang
dalam usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan
kemasyarakatan yang sedang dihadapi.
Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh tersebut,
kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan
pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir
beberapa organisasi atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari
30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan
pendidikan.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang
terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam
bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan


masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama
yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-


perintah Al Quran, diantaranya dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”

Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk


bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah arti Muhammadiyah itu?
2. Bagaimanakah sejarah berdirinya Muhammadiyah?
3. Apa sajakah faktor-faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah?
4. Apa sajakah visi dan misi Muhammadiyah?
5. Apa sajakah pokok-pokok pemikiran KH. Ahmad Dahlan?
6. Apakah bentuk dan lambang dari Muhammadiyah?
7. Apa maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah?
8. Bagaimana perkembangan Muhammadiyah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui definisi dari Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah.
4. Untuk mengetahui visi dan misi Muhammadiyah.
5. Untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran KH. Ahmad Dahlan.
6. Untuk mengetahui bentuk dan lambang dari Muhammadiyah.
7. Untuk mengetahui maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah.
8. Untuk mengetahui perkembangan Muhammadiyah di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Muhammadiyah


Dalam catatan sejarah, nama Muhammadiyah yang diberikan oleh KH. Ahmad
Dahlan terhadap organisasi yang didirikannya adalah atas usul dari seorang kerabat sekaligus
teman seperjuangannya yang bernama Muhammad Sangidu, Ketib Anom Kraton Yogyakarta
dan tokoh pembaharuan yang kemudian menjadi penguhulu Kraton Yogyakarta. Setelah
melalui salat istikharah, KH. Ahmad Dahlan kemudian memberikan nama Muhammmadiyah
bagi organisasi yang akan dipimpinnya itu (Haedar Nashir,2006:1).
Secara etimologis, Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar
“Muhammad”, yaitu nama seorang Nabi atau Rasul terakhir yang diutus oleh Allah ke muka
bumi ini. Kemudian kata tersebut mendapatkan tambahan akhir “ya nisbah” yang artinya
menjeniskan atau mengelompokkan. Dengan demikian, Muhammadiyah berarti kelompok,
umat dan pengikut Muhammad. Dengan demikian siapapun yang beragama islam, yang
mengucapkan dua syahadat, maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau
dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis, dan sebagainya.
Sedangkan secara terminologis, Muhammadiyah adalah organisasi dan gerakan islam,
dakwah amar makruf nahi munkar, berasas islam dan bersumber dari al-Qur’an dan as-
Sunnah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan
tanggal 18 November 1912 M di kota Yogyakarta.

2.2 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenali sebagai K.H. Ahmad
Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku
dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk
mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadis. Oleh kerana itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah
kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang.
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan
merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad
3
Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke
Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai
menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan
setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh
Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari
Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran
para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta
interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru
pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi
sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan,
bukan malah menjadi konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan
kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai
Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari
salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada
sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan
agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh
suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby
Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya
diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad
Sangidu, seorang Kotib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian
menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah
melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan
Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau
dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000:
13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran
Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang
mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan
4
Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta
tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak
diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi
bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan
papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu
umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah
1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama
“MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20
Desember 1912 dengan mengirim “Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur
Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama
itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak
mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, “Perhimpunan itu ditentukan
buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya “Muhammadiyah” dan
tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah:
a. menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam
kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan
b. memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.”
Terdapat hal menarik, bahwa kata “memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah
dengan kata “menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan
kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam “Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai
Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun
1921, Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud
Persyarikatan ini yaitu:
 Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland,
 Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama
Islam kepada lid-lidnya.
Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana tersebut
mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang dalam
kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya,
maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta

5
menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para
ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan.
Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai
diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni
dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan “Asas Islam” dalam pasal 2
Bab II., dengan kalimat, “Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun
2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar
Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950
(dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah
dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun
1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun
1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi
“Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu
wata’ala”. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke “masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya” dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap,
pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham
Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang
membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran
dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para
pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan
umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui
tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan
pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan
kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan
membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah
di Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya
sebagai berikut: “Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam
dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah,
dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang
pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan
kebebasan dalam ber-ijtihad.”
6
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya.”.(QS. An-Nisa, ayat 116)
Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman
K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al Qur’an dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji
kandungan isinya. Dalam surat Ali Imran ayat 104 dikatakan bahwa: “ Dan hendaklah ada
diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Memahami seruan diatas, K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah
perkumpulan, organisasi atau perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad
pada pelaksanaan misi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat.

2.3 Faktor-Faktor Pendorong Lahirnya Muhammadiyah


Terdapat cukup banyak penjelasan tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya
Muhammadiyah, kalau penjelasan-penjelasan ini diasumsikan sebagai teori, maka Djindar
Tamimi berpendapat bahwa faktor-faktor subjektif dan objektif adalah mendorong berdirinya
Muhammdiyah. Faktor subjektif berkenaan dengan pribadi Ahmad KH. Ahmad Dahlan
sendiri. Sedangkan faktor objektif dibedakan atas dua macam, yaitu intern dan ekstern. Teori
lain yang hanya mempertimbangkan aspek realitas sosial yang mendorong lahirnya
Muhammadiyah yaitu hanya ada dua faktor, internal dan eksternal. Faktor Internal berkenaan
dengan kondisi keberagamaan umat Islam di Jawa, sedangkan faktor eksternalnya adalah
adanya pengaruh gerakan pembaruan Islam di Timur Tengah dan politik Islam-Belanda
tarhadap kaum muslimin di Indonesia.Selain itu, terdapat teori lain yang mengatakan bahwa
telaah mengenai latar belakang berdirinya Muhammadiyah berhubungan dengan masalah
yang saling terkait, yaitu aspirasi Islam KH. Ahmad Dahlan, realitas sosio-agama di
Indonesia, realitas sosio-pendidikan di Indonesia dan relitas politik Islam Hindia-Belanda.

Dan selanjutnya adalah teori yang mengatakan ada tiga faktor yang mendorong berdirinya
Muhammadiyah, yaitu gagasan pembaruan Islam di Timur Tengah, Pertentangan internal
dalam masyarakat jawa dan yang paling penting adalah penetrasi misi Kristen di Indonesia.
Faktor yang terakhir dianggap yang paling menentukan dilihat dari berbagai kebijakan politik
pemerintah kolonial terhadap Islam dan proteksinya terhadap Nasrani, misalnya adalah

7
ordonansi guru, pelanggaran-pelanggarannya terhadap kebudayaan lokal dan pembentukan
freemasonry.

Ordonansi guru adalah Suatu kebijakan pemerintah kolonial yang oleh umat Islam
dirasakan sangat menekan. Ordonansi pertama yang dikeluarkan pada tahun 1905
mewajibkan setiap guru agama Islam untuk meminta dan memperoleh izin terlebih dahulu,
sebelum melaksanakan tugasnya sebagai guru agama, sedangkan ordonansi kedua yang
dikeluarkan pada tahun 1925, hanya mewajibkan guru agama untuk melaporkan diri. Kedua
ordonansi ini dimaksudkan sebagi media pengontrol bagi pemerintah kolonial untuk
mengawasi sepak terjang para pengajar dan penganjur agama Islam di negeri ini.

Pada tahun yang sama pula yakni tahun 1925 Pemerintah kolonial mengeluarkan
peraturan yang lebih ketat lagi terhadap pendidikan agama Islam yaitu bahwa tidak semua
orang (kiyai) boleh memberikan pelajaran mengaji.

Freemason adalah organisasi underground orang Yahudi. Mereka melakukan gerakan


secara tersembunyi untuk men-support semua maslahah para pembesar Yahudi dan merintis
berdirinya negara Yahudi yang disebut sebagai the Great Israel. Organisasi ini melakukan
beberapa manuver politik diantaranya :

1. Membangun sebuah masyarakat internasional yang tanpa menunjukkan tendensi


agama, namun di bawah kepemimpinan kaum Yahudi agar mudah menguasai
mereka ketika berdirinya negara the Great Israel.
2. Memerangi kaum Muslimin dan juga kaum Nasrani serta menyokong negara-
negara atheis. Adapun agama-agama yang lain, mereka tidak berminat
mengusiknya.
3. Tujuan utama mereka adalah mendirikan negara the Great Israel serta menobatkan
para raja Yahudi di Yerusalem sebagai keturunan Nabi Daud, menurut klaim
mereka. Lalu para raja itu di-set untuk menguasai dunia internasional dan mereka
sangat dielu-elukan. Contohnya, orang Yahudi menyebut para raja itu dengan
sebutan sya’abullah al mukhtar (hamba-hamba Allah yang terpilih).

Organisasi ini memiliki peranan penting terhadap banyak peristiwa-peristiwa tragis di


dunia secara keseluruhan dan juga dunia Islam secara khusus. Mereka menggunakan berbagai
macam cara untuk mewujudkan misi-misi mereka. Diantaranya adalah dengan merusak kaum

8
muda dan menebarkan moral yang bobrok diantara mereka. Dan menjadikan ambisi-ambisi
para pemuda berupa syahwat dan kesenangan-kesenangan, sehingga kontrol terhadap kaum
muda ada di tangan orang Yahudi, dan akhirnya mereka bisa mengarahkan kaum muda sesuai
keinginan mereka.

Dan mereka senantiasa mengendalikan media agar dapat diarahkan untuk melayani
tujuan-tujuan mereka sebagaimana mereka juga berusaha mengendalikan ekonomi
internasional. Oleh karena itu anda dapati bahwa orang-orang terkaya di dunia dan para
pemilik perusahaan-perusahaan raksasa itu berasal dari kaum Yahudi. Mereka telah
menghancurkan perekonomian banyak negara dan menyebabkan ditutupnya banyak
perusahaan dengan cara mereka yang licik dan culas, sebagaimana yang terjadi di Indonesia
dan negara lainnya.

Faktor Obyektif

Faktor objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat ketidak murnian amalan
Islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan.

 Realitas sosio agama di Indonesia

Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu dan Budha,
memunculkan kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari Islam. Kepercayaan
dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat. Khurafat adalah
kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits, hanya ikut-ikutan
orang tua atau nenek moyang mereka. Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang
dilakukan tanpa dasar pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek
moyang saja.

Melihat realitas sosio-agama ini mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan
Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya dalam arti pemurnian ajaran Islam dari
bid’ah dan khurafat baru dilakukan pada tahun 1916. Dalam konteks sosio-agama ini,
Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari
semua sinkretisme dan praktik ibadah yang terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul,
Bid’ah, Khurafat).

9
 Realitas sosio pendidikan di Indonesia

KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua
yaitu pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan
barat yang sekuler. Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat
pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler. Kesenjangan ini
termanifestasi dalam bentuk berbusana, berbicara, hidup dan berpikir. Ahmad KH. Ahmad
Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.

Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad KH. Ahmad Dahlan, oleh
karena itu cita-cita pendidikan Ahmad KH. Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang
berpandangan luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk
kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan
dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak (Iman dan Takwa) dan Iptek.

Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik kolonialisme dan
imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.

1. Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)


 Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak
memberontak.
 Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya
membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk Indonesia.
 Dalam pelarangan pengalaman ajaran Islam, Belanda membatasi masalah
ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru
kontraproduktif bagi Belanda karena menjadi sumber pemicu perlawanan
terhadap Belanda sebagai penjajah karena menghalangi kesempurnaan
Islam seseorang.
2. Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat Belanda
untuk urusan pribumi di Indonesia)
 Dalam hal ini, tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi bahkan
dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas pengalaman
Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar sebagai seorang muslim
bernama Abdul Ghaffar.

10
 Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama, yaitu : Pertama rakyat
indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah ritual keagamaan
seperti ibadah; Kedua pemerintah berupaya mempertahankan dan
menghormati keberadaan lembaga-lembaga sosial atau aspek mu’amalah
dalam Islam; Ketiga pemerintah tidak menoleransi kegiatan apapun yang
dilakukan kaum muslimin yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-
Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang
pemerintah kolonial Belanda.

Faktor Subyektif

Bersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral, sedangkan
faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau
mendirikan Muhammadiyah maka harus dimulai dari orangnya sendiri . Kalau tidak, maka
Muhammadiyah bisa dibawah
Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan KH. Ahmad Dahlan, tokoh
kontroversial pada zamannya. Ia dilahirkan tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan
di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta hayat yang dikecap selama 55 tahun, berarti
meninggal dalam usia relative muda. Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan
pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat
lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH. Ahmad Dahlan tidak hanya
berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.

Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan bebas serta memiliki
akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif.
Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di sinilah yang menentukan KH. Ahmad Dahlan
sebagai subjek yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah.

Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yang
mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukim
beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca
ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alaim ulama yang mempunyai aliran hendak
kembali kepada al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas.

11
Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman
agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.

2.4 Visi dan Misi Muhammadiyah


1. Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah
dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan
dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam
sebagai rahmatan lil’alamin menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Hadist yang menerangkan:

‫لى هللاِ قَا َل أَد َْو ُم َها َوإِ ْن قَ َّل َوقَا َل ا ْكلَفُ ْوا ِمنَ األ َ ْع َما ِل َما‬
َ ِ‫ي األ َ ْع َما ِل أ َ َحبُّ إ‬
ُّ َ ‫ي صلم أ‬
ُّ ِ‫سئِ َل النَّب‬ ْ َ‫ي هللاُ َع ْن َها قَال‬
ُ :‫ت‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
‫ (رواه البخارى‬. َ‫)ت ُ ِط ْيقُ ْون‬
Artinya :” Dari Aisyah r.a. berkata : Nabi pernah ditanya :”Manakah amal yang paling
dicintai Allah? Beliau bersabda :”Yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit”.
Beliau bersabda lagi :”Dan lakukanlah amal-amal itu, sekadar kalian sanggup
melakukannya.” (HR. Bukhari)

2. Misi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki
misi sebagai berikut:
a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa
oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.
c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah
terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

2.5 Pokok-pokok pemikiran KH. Ahmad Dahlan


Pokok-pokok pemikiran yang tertuang dalam buku ini dirujuk dan dikutip langsung
dari tulisan M. Yusron asrafi (2005:47-126), kecuali bagian-bagian yang diberikan referensi

12
lain. Dalam bukunya tersebut, yusron asrafi memotret pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam
Tiga aspek, yaitu aspek keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.

1. Pemikiran dalam bidang keagamaan


a) Sumber Hukum
Disamping dua sumber pokok, Al-qur’an dan Al-hadist sebagai sumber hukum, dia
juga menggunakan kitab-kitab dari ahlus sunnah wal jamaah dalam bidang aqidah dan dari
imam syafi’i dalam ilmu fiqih. Meskipun demikian, dalam peraktiknya jika muncul suatu
masalah, maka ia akan mencari sumbernya dari Al-qur’an dan Al-hadist ditambah dengan
hasil kajian dari kitab-kitab yang telah di baca. Dengan metode pengambilan hukum atau
pemberian tafsir seperti itu, ada tuduhan bahwa dia dan Muhammadiah mengajarkan ajaran
yang keluar dari mazhab.
b) Bidang Teologi
Dalam bidang teologi KH. Ahmad Dahlan tidak mendapat perhatian yang besar.
Menurut KH. Mas Mansur, dalam masalah ini dia kembali pada pendapatan ulama salaf dan
dia tidak suka berfikir yang mendalam tentang hal itu. Menurutnya, masalah ketuhanan
menimbulkan perbedaan pendapat dan tidak berakibat praktis untuk beramal. Itulah dia
mengartikan orang beragama sebagai orang yang melahirkan amal. Orang beragama harus
menyerahkan harta dan dirinya kepada Allah sebagai bukti keimanannya. Jadi iman harus
disertai dengan amal dan semuanya hanya tertuju kepada Allah
c) Persatuan ulama
Dalam masalah persatuan ulama untuk mencari kebenaran dan kebaikan islam, dia
mengadakan musyawarah tentang kiblat. Pimpinan-pimpinan Gerakan Islam dan
Muhammadiyah bekerjasama mengadakan kongres islam di Garut dan kemudian di Cirebon.
Atas dasar itulah ia mengadakan perkumpulan ulama Muhammadiyah yang bernama
“Musyawaratul Ulama”. Pada mulanya perkumpulan itu hanya menjadi tempat peertemuan
ulama Muhammadiyah untuk membicarakan hukum-hukum islam. Tetapi setelah lama di
seluruh jiwa untuk membicarakan bagaimana usaha-usaha agar islam di indonesia menjadi
kuat.
d) Pemurnian Agama
Beberapa bid’ah dan khurafat yang di berantas oleh KH. Ahmad dahlan, yaitu:
1) Upacara selamatan pada waktu ibu mengandung tujuh bulan upacara selamatan pada
waktu kelahiran (puputan).
13
2) Upacara selamatan kematian, baik selamatan hari ke-3, ke-7, ke-100, satu tahun dan hari
ke 1000.
3) Permintaan keselamatan dan kesuksesan pada kuburan-kuburan para wali atau orang yang
dianggap suci .
4) Ziarah kubur yang ditentukan setiap bulan sya’ban atau di sebut bulan ruwah yang berarti
roh.
5) Bacaan-bacaan tahlil untuk di kirim kepada orang yang meninggal.
Solawatan ( membaca sholawat dengan memakai terbang).
6) Takhayul lailatul qadar yang di jalankan dengan mengelilingi benteng karaton dan pohon
beringin Yogyakarta.
7) Kepercayaan kepada jimat-jimat.

2. Bidang kemasyarakatan
Dorongan mati sebagai amal KH.Dahlan menyatakan:” kita manusia hidup di dunia
hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapatkan kebahagiaankah atau
kesangsaraankah (KRH.Hadjid, 2008:7).
KH.Ahmad dahlan menyatakan bahwa mati adalah bahaya yang besar, tetapi lupa
kepada mati adalah bahaya yang lebih besar lagi.Oleh karena itu manusia harus bersiap-siap
menghadapi kemtian dengan menyelesaikan urusan-urusannya dengan allah dan dengan
sesama manusia. Pemikiran tentang dorongan mati nampaknya mendapatkan tempat yang
istimewa.Dia memberi penafsiran yang positif terhadap dorongan mati, dalam arti: agar
selamat dari siksa neraka, manusia harus berbuat sesuatu yaitu harus beramal. Dorongan mati
yang ada padanya menjadi dorongan bagi terciptanya karya amal.
Adapun bekal perjuangan yang diberikan oleh KH.Ahmad Dahlan adalah:
a) Dengan keiklasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam sesuai dengan bakat dan
kecakapannya, tidak enghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela
b) Penuh keinsyafan bahwa beramal iu harus berilmu.
c) Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap syah oleh tuhan hanya untuk menghinari
sesuatu tugas yang di serahkan kepadanya.
d) Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama islam.
e) Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.

3. Pemikiran dalam bidang kenegaraan.

14
Dua dekade pertama abad kedua puluh adalah suatu babak baru dalam sejarah bangsa
indonesia. Zaman itu terkenal sebagai zaman kebangkitan nasional. Setiap gerakan
kebangkitan adalah menuju kepada kemajuan. Arah kemajuan mengarah ke segala bidang,
baik bidang politik, sosial maupun ekonomi. Ada yang berlandasan jasmaniah dan adapula
yang berlandasan rohaniah, agama. Sekalipun bidangnya berbeda-beda, namun sebagai
gerakan kemajuan, ia memiliki suatu sifat yang sama, yaitu ingin membebaskan atau minimal
meringankan bangsa dan tanah air dari belenggu-belenggu jasmaniah dan rohaniah, yang di
dalam zaman sebelum nya meningkat seluruh kehidupan bangsa indonesia.
Zaman itu meliputi Budi utomo berdiri. Organisasi itu didirikan oleh kalangan
pemuda- pemuda intelek yang bangsawan. Kemudian sarekat dagangan islam juga berdiri,
yang kemudian berganti nama menjadi sarekat islam. Sesuai dengan namanya yang pertama
maka sarekat islam banyak terdiri dari kaum pedagang. Di samping itu juga berdiri juga
organisasi muahammadiahyang bergerak dalam lapangan pendidikan sosial. Pendirinya
adalah KH. Ahmad Dahlan.
KH. Ahmad Dahlan bukanlah tokoh politik. Dia lebih bergerak dalam lapangan
dakwah, pendidikan dan gerakan amal sosial. Meskipun begitu dia juga memasuki
perkumpulan bahkan menjadi pengurus budi utomo yang diakui sebagai gerakan kebangkitan
nasional yang pertama di indonesia. Dalam sarekat islam, dia duduk sebagai penasehat.
Sarekat islam adalah pergerakan nasional dan inti impearialis pertama yang kuat dan banyak
berpengaruh di indonesia.

2.6 Bentuk Dan Lambang Muhammadiyah


Bentuk dan lambang muhammadiyah diciptakan oleh KH. Siraad Dahlan, putera
pertama KH. Ahmad Dahlan yang mewarisi intelektulitas dalam bidang ilmu, falak,
keulamaan dan darah seninya ( M. Sukrianto AR, 2015). Lambang muhammadiyah terdiri
dari 12 sinar matahari yang putih bersih yang memancarkan sinar ke arah segala penjuru
bumi. Di tengah-tengah matahari terdapat lukisan dengan hurup arab yang berbunyi
“Muhammadiyah” pada dua lingkaran yang mengelilingi Tulisan huruf arab
“Muhammadiyah” tersebut, terhadap tulisan yang di ambil dari dari dua kalimat syahadat
yaitu syahadat tauhid pada lingkaran atas dengan tulisan arab asyhadu alla ilaha illallallah
(saya bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan kecuali allah) dan syahadat rasul pada lingkaran
bagian bawah dengan tulisan: wa asyhadu anna muhammad rasulullah (dan aku bersaksi
bahwa muhammad adalah utusan allah). Seluruh gambar matahari dengan atribut bewarna

15
putih dan terletak di atas warna dasar hijau daun. Untuk lebih jelasnya berikut gambar
muhammadiyah:

Adapun maksud lambang muhammadiyah tersebut adalah: gambar matahari dan 12


sinar yang putih. Secara teoritis, matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan
merupakn sumber kekuatan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Matahari juga merupakan
titik sentral semua planet, matahari mengeluarkan sinar panas yang sangat berguna bagi
kehidupan biologis semua mahluk hidup di muka bumi. Tanpa sinar matahari semua mahluk
hidup akan mati.
Dengan menggambarkan dirinya seperti matahari, muhammadiyah berkeinginan
menjadi wadah, organisasi yang dalam setiap langkah dan gerakannya dalam kehidupan di
harapkan seperti halnya matahari yang dapat menjadi sumber pencerahan bagi kekuatan
seperitual dan rohani bagi yang mau menerima pancaran sinarnya berupa ajaran agama islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
Tulisan muhammadiyah di tengah menunjukkan bahwa organisasi ini ingin mengikuti
nabi muhammad SAW. Adapun tulisan dua kalimah syahadat melambangkan ingin
menegakkan kalimah-kalimah allah yang bersendikan tauhid.
Sedangkan dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru bumi
diibarakan sebagai tekad dan semangat warga muhammadiyah dalam memperjauangkan
islam di tengah masyarakat bangsa indonesia. Semangat pantang mundur dan pantang
menyerah seperti yang tercermin dalam tekad kuat kaum hawari (sahabat nabi isa) yang
berjumlah 12 orang, seperti yang di jelaskan oleh allah dalam surah as-sha:14 yang artinya
wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) allah, seperti

16
ucapan isa putra maryam kepada kaum hawary: “siapa yang bersedia menolongku
(menegakkan agama allah), lalu segolongan bani israil beriman dan segolongan (yang lain)
kafir, maka kami beri kekutan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh
mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang”.
Adapun warna putih pada seluruh gambar matahari adalah warna yang di sukai oleh
rasulullah, melambangkan kesucian, keikhlasan dan tanpa pamrih. Dengan warna putih
tersebut muhammadiyah diharapkan hanya keridaan allah SWT.
Sedangkan warna hijau yang menjadi warna dasar adalah warna yang selalu di
tawarkan oleh allah kepada orang beriman dan beramal salih, seperti dalam QS :55, 76, 76,
21 dan 18:31. Warna hijau melambangkan kedamaian kesejukan, kesegaran, ketentraman dan
kesejahteraan. Dengan warna hijau tersebut, muhammadiyah di harapkan berjuang di tengah-
tengah masyarakat dalam rangka mewujudkan ajaran agama islam yang penuh kedamaian,
keselamatan dan kesejahteraan bagi umat manusia.

2.7 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah


Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah
mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah.
Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula. Pada
waktu pertama berdirinya Muhammadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Rumusan pertama Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. Dan Memajukan hal
agama Islam kepada anggota-anggotanya.
2. Rumusan kedua terjadi setelah muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar
Yogyakarta. Memperhatikan jumlah cabang yang ada di luar Yogyakarta maka maksud
dan tujuan muhammadiyah harus direvisi sesuaii dengan keadaan riil yang dialaminya.
Adapun isinya adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama
Islam di Hindia Belanda, serta memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang
kemauan Agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
3. Rumusan ketiga rumusan ketiga ini terjadi ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Pemerintahan fasis ini mengharuskan terjadinya perubahan redaksional yang sesuai
dengan yang dikehendakinya. Maka rumusannya adalah sesuai dengan kepercayaan untuk
mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur Raya dibawah pimpinan Dai
Nippon, dan memang diperintahkan oleh Allah maka perkumpulan ini:

17
a. Hendaknya menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan
tuntunannya.
b. Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.
c. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
anggota-anggotanya.
4. Rumusan keempat terjadi setelah Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta.
Adapaun rumusannya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Rumusan kelima ini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta.
Perubahan ini hanya pada redaksionalnya saja dari kata dapat mewujudkan menjadi
terwujudnya. Sehingga rumusan resminya adalah, Menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
6. Rumusan keenam terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada tahun
itu Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan kehadiran
Undang-undang nomor 8 tahun 1985 tentang kewajiban setiap ormas, baik agama
maupun non agama untuk mencantumkan asas pancasila. Adapun maksud dan tujuan
hasil Muktamar ke 41 itu adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah SWT.
7. Rumusan ketujuh Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar ma’ruf Nahi
Munkar, berasaskan Islam yang bersumber pada al Qur’an dan As-Sunnah.

2.8 Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia


1. Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan
Pada masa ini, perintisan yang dilakukan K.H.A.Dahlan mengarah pada ajakan untuk
melaksanakan islam secara benar sesuai dengan tuntunan AL-Qur’an dan As-sunah shahihah,
wujud rintisan K.H.A.Dahlan antara lain:
a. Pada tahun 1898, beliau meluruskan arah kiblat secara benar dengan serong kearah
barat laut 24,5 derajat.
b. Bermula dari sekolah yang dirintis di teras rumah K.H.Ahmad Dahlan dan akhirnya
beliau membangun gedung standard school med de Qur’an hingga akhirnya pendidikan
Muhammadiyah terus berkembang.
c. K.H.A Dahlan yang dibantu K.H.Suja’ merintis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
pada 15 Februari1923.

18
d. Pada tahun 1922, didirikan mushala khusus wanita.
Pada 23 Februari 1923, K.H.A Dahlan wafat. Namun perjuangan Muhammadiyah tetap
dilanjutkan oleh murid-murid beliau dan terus mengalami perkembangan seperti :
a. H. Karim Amrullah yang bergelar H. Rasul pemimpin perkumpulan Sandi Aman di
Padang bergabung dengan Muhammadiyah.
b. Dipercayakannya Consul-Consul di luar pulau Jawa kepada:
1) AR Sutan Mansyur consul untuk pulau Sumatera.
2) M.Hasan Tjorong consul untuk pulau Kalimantan.
3) D.Muntu consul untuk pulau Sulawesi.
4) Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan
Rasa kecintaan Muhammadiyah terhadap tanah air dibuktikan dengan di bentuknya
perkumpulan Hisbul Wathan yang berarti pembela tanah air. Beberapa aktivisnya yaitu bapak
Sarbini dan Jend. Sudirman.
Setelah Indonesia merdeka, putera terbaik Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma
menjadi anggota BPUPKI untuk merumuskan Pancasila.Pada 17 Agustus 1945,
Muhammadiyah membidani lahirnya partai Masyumi yang diresmikan pada 7 November
1945.
2. Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama
Kemenangan Partai Masyumi pada 1955, membuat PKI dan antek-anteknya menaruh
dendam hingga menuduh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera. PKI
membujuk penguasa pada saat itu untuk membubarkan Masyumi yang tentu akan
mengancam eksistensi Muhammadiyah. Tetapi, keputusan tertingi tetap di tangan presiden
Soekarno.
Dampak dari permasalahan tersebut, banyak tokoh Masyumi yang notabene
aktivis Muhammadiyah dijebloskan ke penjara yakni:
a. Buya HAMKA
b. Mr.Kasman Singidimejo
c. dr.Yusuf Wibisono
Pada 1959, dikeluarkan dekrit presiden yang memberi waktu pada Masyumi untuk
membubarkan diri. Lalu dalam rangka menyelamatkan Muhammadiyah dari hasutan PKI
terhadap presiden, diberikanlah predikat “Anggota Setia Muhammadiyah” kepada
Ir.Soekarno.

19
3. Muhammadiyah Pada Masa Orde Baru
Pada masa ini, Muhammadiyah menata kembali organisasinya dan turut membantu
pemerintah dalam menumpas PKI. Namun setelah cukup lama berkuasa, mulai terjadi
penyelewengan-penyelewengan. Semua organisasi Massa dan politik tidak ada yang boleh
menentang kata-kata pemerintah. Pada 1977, munculnya krisis moneter yang menyerang
bangsa Indonesia. Hal ini mendorong para aktivis untuk ikut bersama gelombang masyarakat
untuk melengserkan rezim orde baru. Akhirnya pada 22 Mei 1998, rezim orde baru tumbang,
dan digantikan dengan Masa Reformasi yang satu diantara penggeraknya ialah Prof.
DR.H.Amien Rais.

4. Muhammadiyah Pada Masa Reformasi


Dalam sidang Tanwir di Semarang pada 1998, Muhammadiyah merelakan
Prof.DR.H. Amien Rais untuk melepaskan jabatannya sebagai Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah guna menjaga agar kondisi perpolitikan tidak menghambat gerak juang
Muhammadiyah.
Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah bulan Februari 2002 di Bali, Muhammadiyah
merumuskan khittah berbangsa dan bernegara yang isi nya mempertegas statement Ujung
Pandang dan Khittah Surabaya. Muhammadiyah menghimbau kadernya yang berpolitik riil
agar memperhatikan:
1. Mengedepankan kejujuran
2. Menjadi Uswatun Khasanah
3. Melakukan Islah

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di
kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah
wadah perubahan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As -unnah Rasullullah sesuai dengan
arti Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya
Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang
bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebar luas hampir seluruh Indonesia sehingga
menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad
Dahlan.
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan
Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah
satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan
Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”,
kami dari kelompok 2 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan.Maka kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari dosen pengampu dan teman-teman khususnya kelas C semester
V program studi Ekonomi Manajemen.

21
DAFTAR PUSTAKA

Haedar Nashir, KH. Ittah Muhammadiyah, menengok kembali kelahiran Muhammadiyah,


kontributor dalam Muhammadiyah online,Selasa, 12 Desember 2006.
http://www.muhammadiyah.or.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah
http://dahlanbersabar.blogspot.com/2011/02/27makalah-latar-belakang-berdirinya.html
http://ervan1420.wordpress.com/2012/12/29/makalah-kemuhammadiyahan/
http://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-di
indonesia/

22

Anda mungkin juga menyukai