Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AIK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)
Dosen Pengampu: Abdul Basith, Lc., M.Pd.

Disusun Oleh:
REVANSYAH AZHAR ALLAAM (202101050)

PROGRAM BAHASA ARAB & STUDI ISLAM


UNIVERSITAS MA’HAD UMAR BIN AL-KHATTAB
SURABAYA
2022
Pertanyaan
1. Jelaskan sejarah berdirinya Muhammadiyah
2. Jelaskan matan dan keyakinan Muhammadiyah (MKCH)
3. Jelaskan kepribadian Muhammadiyah
4. Jelaskan apa yang dimaksud gerakan Muhammadiyah yang berwatak
tajdid!

Jawaban
1. Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 di Desa Kauman,
Yogyakarta. Organisasi ini didirikan tepat setelah KH. Ahmad Dahlan
tiba dari Tanah Suci, Mekkah.

Di Mekkah, pria bernama asli Muhammad Darwis ini mewarisi ilmu yang
didapatnya dari belajar agama dan tinggal bersama ulama setempat.
Bagi KH. Ahmad Dahlan, niat mendirikan Muhammadiyah mulanya
tidak lain untuk memerangi praktik mistik sekaligus mengentaskan
kemiskinan masyarakat pribumi akibat penjajahan Belanda.

Menurut Ridho Al-Hamdi dalam buku Paradigma Politik Muhammadiyah


(2020) mengutip VOI, ajaran yang dianut KH. Ahmad Dahlan di
Muhammadiyah sepenuhnya mengembuskan renungan kritis terhadap
ayat-ayat Alquran yang diselaraskan dengan konteks dan permasalahan
zaman.

Memadukan antara nash (dalil) dan waqi' (konteks zaman) berhasil


menghadirkan wajah peradaban Islam yang positif dan progresif.

KH. Ahmad Dahlan menggunakan Alquran sebagai inspirasi untuk


membentuk Muhammadiyah yang tumbuh menjadi gerakan reformis-
modernis.

Gerakan ini kemudian mampu mencerahkan dan memajukan ilmu


pengetahuan serta teknologi dalam memerangi kemiskinan dan
kebodohan khususnya di Yogyakarta.

1
Langkah yang membawanya dalam keberhasilan ini kemudian membuat
nama Muhammadiyah menggema di Yogyakarta hingga merambah di
dalam dan luar Jawa.

Apalagi seluruh program yang dihadirkan Muhammadiyah saat itu


diarahkan untuk membebaskan dan memberdayakan masyarakat miskin
dan terpinggirkan.

Sejak Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad Dahlan pun sering mengajak


murid-muridnya untuk mengasuh anak yatim piatu yang kurang mampu.
Semangat keberpihakan kepada rakyat yang tidak memiliki keberdayaan
menjadi semangat dan napas gerakan Muhammadiyah.

2. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH)


merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah yang menggambarkan
tentang hakekat Muhammadiyah, faham agama menurut Muhammadiyah
dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Rumusan ini disusun tahun 1968 pada Muktamar Muhammadiyah ke-27


di Yogyakarta yang bertemakan “Tajdid Muhammadiyah”. MKCH berisi
lima pokok pikiran yang terbagi dalam tiga kelompok; kelompok
persoalan ideologis, kelompok faham agama, dan kelompok persoalan
mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam Negara Republik
Indonesia.

3. Kepribadian Muhammadiyah itu beramal dan berjuang untuk perdamaian


dan kesejahteraan. Memberbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah
islamiyyah. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran
Islam. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.

4. Ciri yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai


Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula
menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat
menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum
dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan
umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa
khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah.

2
Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang
diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada
kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan
ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu
merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.

Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya


tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari
berbagai kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga
termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan cara-
cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan
terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan
zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id
dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian


pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam
pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan
dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka
Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan
Gerakan Reformasi.

Anda mungkin juga menyukai