Anda di halaman 1dari 4

ESAI

ISU ISU KONTEMPORER


“Sejarah Muhammadiyah di Indonesia”

Disusun oleh ;
Muhammad Jehad Faaza Saifa
Asal Lembaga :
Darunnajah Pusat Ulujami
PROGRAM PEMBEKALAN GURU BARU
PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH PUSAT DAN CABANG
10 Mei – 29 Mei 2018 / 24 Sya’ban – 13 Ramadhan 1439 H
PENDAHULUAN

Muhammadiyah sebagai oraganisasi besar di negeri ini , tentu banyak faktor yang
mempengharui tentang keberadaanya. Selanjutnya Muhammadiyah sebagai Organisasi
pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan maksud dan tujuan
tersebut Muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan sebagai contoh amal usaha
muhammadiyah.
Maksud dan tujuan yang dimaksud adalah yang termaktub dalam anggaran dasar atau
anggaran rumah tangga muhammadiyah. Pada dasarnya maksud dan tujuan muhammadiyah
adalah sebagai organisasi yang bergerak dalam berbagai bidang amal usaha untuk perbaikan
kualitas hidup masyarakat bangsa dan negara.

ISI
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyyah
Organisasi Muhammadiyyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan di kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H). Kegiatan ini pada
awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian
Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian
sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge Scholl (sekarang dikenal
dengan Madrasah Mu’allimin_ khusus laki-laki yang bertempat di Patangpuluhan
kecamatan Wirobrajan dan Mu’alimmat Muhammadiyah_khusu Perempuan, di Suronatan
Yogyakarta).
Pada masa Kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah
terbatas di karesidenan-karesidenan seperti; Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan
Pekajangan, daerah Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang, Selain
Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922.
Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat
dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam Tempo yang relatif singkat,
arus gelombang Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan
Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
B. Visi dan Misi Muhammadiyah
1. Visi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah
dengan watak tajdid yang dimiliki senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan
Islam sebagai rahmatan lil’alamin menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya
2. Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki misi
sebagai berikut.
a. Menegakan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. Hingga Nabi Muhammad SAW
b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan
c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran sebagai kitab Allah
terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.

C. Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia


Dari segi perkembambangannya, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh
penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU,
Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak
dengan jamaah Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha
Muhammadiyah dalam mengikis adat-istiadat yang mendarah daging dikalangan
masyarakat, sehingga banyak menemui tantangan dari masyarakat.
D. Tokoh Muhammadiyah
Para tokoh yang turut menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah pada masa berdirinya
itu adalah:
1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (Ketua)
2. Abbdullah Siradj (Sekretaris)
3. Haji Achmad
4. Haji Sarkawi
5. Haji Muhammad
6. Raden Haji Djaelani
7. Haji Anies
8. Haji Muhammad Pakih
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran,
dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang
ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu
ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru
Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam
dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid
(pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan
pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan
kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan
membuka ijtihad.

Anda mungkin juga menyukai