Disusun oleh :
Muhammad aji firdaus
Asal Lembaga:
Darunnajah 8
Essai ini dibuat untuk memenuhi tugas Materi Pembekalan Guru Baru
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan
petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal
kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya,
dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan
keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Pembahasan yang telah disusun ini berhasil menguraikan tantang “Memahami aliran syiah”
hal ini bertujuan agar kita dapat memahami tentang aliran syiah
Terselesaikannya pembahasan ini tentu berkat para bimbingan dari para asatidz
Sekiranya pembahasan yang kami susun ini dapat membawa manfaat dan menunjang bagi
proses pembelajaran khususnya pada pembahasan kali ini.terlepas dari keyakinan kami akan
ketepatan pembahasan kali ini,kami tetap menanti segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari rekan-rekan dan juga ustadz.
Jakarta ,19/05/2018
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seiring berjalannya waktu aliran syi’ah yang sering kali muncul di berbagai tempat dan
kerap kali muncul di berbagai media.berbagai pendapat tentang aliran syi’ah menyatakan
bahwa syi’ah bukanlah agama islam.syi’ah merupakan aliran sesat karna akidahnya yang
telah menyimpang dan memiliki visi untuk menghancurkan kaum muslimin.hal ini tentu
bukan karena tanpa bukti,segala akidah dan juga ajaran yang telah di bawa oleh aliran
syi’ah merupakan ajaran yang telah melenceng jauh dari kaidah agama islam.maka tak
heran jika aliran syi’ah telah menuai banyak kecaman.
Di indonesia sendiri,berbagai protes mengenai aliran syi’ah terus bekembang,banyak
pihak yang terus membicarakan tantang faham dan aliran agama tersebut.
Terlepas dari hubungan yang tidak harmonis tersebut,syi’ah merupakan aliran yang
teologinya cukup menarik untuk di bahas.oleh karena itu,diperlukan pembahasan lengkap
mengenai syi’ah agar kita memiliki wawasan yang luas dalam hal agama sehingga kita
terhindar dari agama yang sesat.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat di rumuskan ialah sebagai
berikut :
1.apa itu syi’ah?
2.kapan sejarah munculnya aliran syi’ah?
3.bagaimana bentuk-bentuk penyimpangan aqidah syi’ah?
4.kenapa syi’ah mengagungkan ali?
5.siapakah imam kaum syi’ah?
6.dimana pokok-pokok kesesatan syiah?
BAB 2
Pembahasan
2.1 Syi’ah
Syi’ah ialah salah satu aliran atau madzhab dalam islam.secara pandangan,syi’ah menolak
kepemimpinan dari tiga khalifah sunni pertama yaitu abu bakar,umar bin khattab,dan utsman bin
affan.syi’ah adalah bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah “syiya’an” yang
menunjuk pada pengikut ahlul bait dan imam ali. “syi’ah” asdalah bentuk pendek dari “syi`ah ali”
yang berarti “pengikut ali”
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah
sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah
Nabi Muhammad SAW, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan
menantu Nabi Muhammad SAW dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus
kekhalifahan setelah Nabi Muhammad SAW, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang
diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah
langsung oleh Nabi Muhammad SAW, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan
yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai
Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat
pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak
dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritasImam
Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun
sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah
penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin
Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib
yang berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut
sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal
kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang
pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu
mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan
pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa
besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.
Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke
Madinah di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai
pengantinya dihadapan massa yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya
menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna
Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara
lain.
Berlawanan dengan harpan mereka, ketika nabi wafata dan jasadnya belum dikuburkan, ada
kelompok lain yang pergi ke masjid untuk menentukan pemimpin yang baru karena
hilangnya pemimpin yang secara tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan beberapa
sahabat masih sibuk dengan persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang
kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih
pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan masalah mereka
saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan ahlul bait, kerabat, atau pun
sahabat yang pada saat itu masih mengurusi pemakaman. Mereka tidak memberi tahu
sedikitpun. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihdapkan pada suatu hal yang sudah tak
bias berubah lagi (faith accomply).
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan kaum muslimin yang menentanga
kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka
tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali.
Mereka yakin bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan
mengajak masyarakat mengikutinya. Kaum inilah yang disebut dengan kaum Syi’ah. Namun
lebih dari pada itu, seperti yang dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada
kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu islam sendiri, sehingga mesti
diwujudkan.
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang
wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang
mulai mencolok pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya
yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin.
Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait,
berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan
jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa
kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka
bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah
kepada masyarakat.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyah. Hal ini
menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terdapat
ahl al-Bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan pengusaha bani Umayyah.
Yazid bin Muawiyah, umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh
Ibn Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala. Diceritakan bahwa setelah
dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tonkatnya Yazid memukul
kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti
ini menyebabkan kebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syi’ah, atau paling
tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl al-bait.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al bait dihadapan dinasti
Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri.
Berkitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan
kepada kenabian), Nubuwwah (Percaya kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya
hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al
bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan
antara sunni dansyi’ah terletak pada doktrin imamah.
Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, syi’ah tidak dapat mempertahankan
kesatuannya. Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa
sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte
syi’ah itu adalah Itsna Asy’ariyah, Sab’iyah. Zaidiyah, dan Ghullat.
2.3 Bentuk-bentuk penyimpangan aqidah syi’ah
Secara garis besar ada empat hal yang menyebabkan kaum Syiah disebut aliran sesat, yaitu:
Tashbih (menyerupakan Imam dengan Tuhan), Ba’da, Raj’ah (kembalinya sang imam setelah
wafatnya yang bukan sebenarnya) dan Tanusukh (reinkarnasi).
Menurut terminologi, kata Syiah tertuju kepada satu sekte (firqah) yang mengaku sebagai pengikut
dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sehingga menjadi nama yang khusus bagi
mereka. Syiah adalah kaum muslimin yang menganggap pengganti Nabi Saw merupakan hak
istimewa keluarga Nabi, dalam hal ini Ali ra dan keturunannya.
Syiah lahir karena simpati golongan kaum muslimin terhadap Ali dan keturunannya. Bahkan diantara
segolongan kaum muslimin yang simpati terhadap Ali menganggap Ali sebagai sahabat Nabi Saw
yang paling utama. Namun demikian, akidah Syiah berpijak di atas pencacian, pencelaan dan
pengkafiran terhadap para sahabat Rasulullah.
Satu diantara sekian banyak racun yang telah ditebar di tubuh umat, yaitu membangkitkan fanatisme
buta terhadap keimamahan Ali bin Abi Thalib. Lalu bergulir menjadi sebuah akidah (keyakinan) di
kalangan Saba’iyah (para pengikut Abdullah bin Saba’), bahwa keimamahan yang pertama dipegang
oleh Ali bin Thalib dan berakhir pada Muhammad bin Al-Husain Al-Mahdi. Inilah keyakinan di
kalangan Syiah yang merupakan keyakinan sesat. Kalangan Syiah meyakini hal itu sebagai
bentuk aqidah ar-raj’ah.
Propagandis Syiah sering melakukan kampanye pendekatan atau penyatuan Sunni-Syiah, dengan
tema Ukhuwah Islamiyah. Ini sebenanrnya siasat kaum Syiah agar bisa diterima oleh kaum Sunni
(Ahlussunnah wal Jamaah). Padahal di Negara Iran sendiri, kaum Sunni tertindas dari berbagai segi,
termasuk tidak diperbolehkan memiliki masjid sendiri.
berikut ini adalah ajaran-ajaran Syiah yang menyimpang, sesat dan menyesatkan :
Aqidah Syirik, menisbatkan sifat Ilahiyah kepada imam mereka seperti pemilik dunia akhirat, rob bumi.
Aqidah Bada’, yaitu keyakinan bahwa Allah mengetahui sesuatu setelah sebelumnya tidak mengetahui.
Aqidah Raj’ah, yaitu kembali hidup sesudah mati sebelum hari kiamat.
Arroj’ah adalah salah satu diantara sekian banyak ajara Syi’ah Imamiyyah Itsna Asyariyyah
(Ja’fariyah), yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran Roj’ah ini
menurut ulama-ulama Islam, telah membuat Syiah Imamiyah Itsna Asyariyyah (Ja’fariyah) masuk
golongan Ghulaah. Ajaran tersebut sangat menyimpang dari ajaran Rasulullah Saw.
Arroj’ah adalah suatu keyakinan , orang-orang Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyyah (Ja’fariyah), bahwa
suatu saat nanti, Imam mereka yang bernama Muhammad bin Husain al-Askari – yang dikenal
sebagai Imam Syiah yang ke-12 dan sekarang menurut mereka masih sembunyi di dalam gua Sarro
Man Roa, akan muncul kembali. Kemudian imam itu akan membangkitka Rasulullah, Imam Ali, Siti
Fatimah, Imam Hasan, Imam Husein dan imam-imam lain, serta orang-orang yang dekat kepada
mereka.
Selanjutnya, semua orang-orang tersebut akan membaiatnya, yang diawali oleh Rasulullah dan
disusul yang lain. Bersamaan dengan itu, menurut mereka, Abu Bakar, Umar dan Aisyah serta orang-
orang yang dianggap zhalim oleh mereka, dibangkitkan dalam keadaan hidup untuk menerima
siksaan-siksaan.
Sunni atau Ahlusunnah wal jamaah tidak membenarkan adanya ajaran Roj’ah dalam Islam. Bagi
orang-orang yang berakal sehat, ajaran Syiah tersebut tidak dapat diterima.
Kesesatan akidah Syiah lainnya adalah adanya Aqidah Taqiyyah, yakni suatu perkataan dan perbuatan
yang dilakukan tidak sesuai dengan keyakinan, untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta dan
kehormatan.
Aqidah Kema’suman Para Imam, yakni para imam mereka ma’sum (terjaga dari kesalahan dan dosa)
serta mengetahui yang ghaib. Menurutnya, para imam lebih utama dari para nabi dan rasul, dan imam itu
memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat dan para rasul.
Aqidah Syiah tentang Al Qur’an (Al-Kafi I/239): “Mushaf Fatimah itu ada dan tebalnya tiga kali lipat Al
Qur’an yang ada, dan di dalamnya tidak ada satu huruf pun yang sama dengan Al Qur’an.
Aqidah Kota Najaf dan Tanah Karbala: Orang Syiah meyakini bahwa Najaf, Karbala dan Qum sebagai
tanah haram, karena terdapat kuburan para imam mereka. Tanah Karbala, menurut orang Syiah, lebih
utama daripada Ka’bah.
Peringatan Hari Aasyuroo, atau hari yang bersejarah Imam Husein, selalu diperingati kaum Syiah
dengan jalan menangis, memukul-mukul badannya, bahkan ada yang melukai dirinya sendiri sampai
berlumuran darah, ada yang memukuli badannya sendiri dengan rantai, bahkan ada yang melukai dirinya
dengan belati atau pedang.
Ulama-ulama Sunni menilai acara kaum Syiah tersebut, merupakan suatu perbuatan bid’ah
(dholalah), karena sangat menyimpang dari ajaran Rasulullah Saw. Bukankah Rasulullah
bersabda: “Bukan dari golonganku, orang-orang yang suka memukuli wajahnya dan merobek
kantongnya (pakaiannya) serta menyerukan kepada perbuatan jahiliyah.”
Perlu diketahui, bahwa orang-orang Syiah dalam memperingati hari Aasyuuro, mereka hanya
mengambil satu peristiwa saja, yakni dimana pada hari itu, Sayyidina Husein menjadi syahid di
Karbala (Irak). Atas kematian Husein kaum syiah menangis dan memukul-mukul badannya sebagai
bentuk usaha menebus dosa orang-orang Syiah terdahulu.
Dalam kitab Attasyasyyu Baina Mafumil Aimmah wa mafhumil Farisi, disebutkan: Bahwa orang-orang
Syiah juga berpuasa pada hari Aasyuuro, tetapi hanya sampai waktu Ashar saja. Berpuasa semacam
ini jelas merupakan suatu perbuatan bid’ah karena tidak pernah dilakukan dan diajarkan oleh
Rasulullah Saw.
Seorang ahli sejarah (tokoh Syiah) yang dikenal dengan sebutan Al-Ya’quubi, menerangkan dalam
kitabnya sebagai berikut: Ketika Imam Ali Zainal Abidin memasuki kota Kufah, beliau melihat orang-
orang Syiah (Syiah pengikut ayahnya, Ali bin Abi Thalib) menangis,kemudian Imam Ali Zainal Abidin
berkata kepada mereka: “Kalianlah yang membunuhnya, tetapi kalian pula yang menangisinya..”.
Anehnya, orang Syiah selalu membawa cerita-cerita Karbala dengan mengkambinghitamkan orang
lain, padahal mereka lah penyebab terbunuhnya Imam Husein di Karbala.
Riwayat & Hadits Palsu
Sejak dahulu, orang-orang Syiah sudah terkenal dalam membuat hadits-hadits palsu, bahkan mereka
mempunyai keahlian dalam membuat riwayat-riwayat palu. Mereka tidak segan-segan mencatut
nama-nama Ahlul Bait, demi kepentingan golongannya. Mereka juga terbiasa menghalalkan segala
cara demi kepentingannya.
Begitu juga dalam memperingati hari Aasyuuro. Ulama Syiah dalam usahanya menguatkan cara
memperingati hari tersebut, mereka telah membuat riwayat-riwayat palsu, dengan mengatasnamakan
Ahlul Bait. Diantaranya sebagai berikut:
(1)Barangsiapa menangis atau menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husein, maka Allah akan
mengampuni segala dosanya, baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan. (2)
Barangsiapa menangis atau menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husein, wajiblah (pastilah)
dirinya memperoleh surga. Demikian jaminan dari ulama Syiah, cukup menangis atas kematian
Sayyidina Husein ra sudah bisa masuk surga. Bukan itu ajaran Rasulullah Saw!!
Disamping itu, masih banyak lagi riwayat-riwayat palsu yang mereka buat, tidak kurang dari 458
riwayat, mengenai ziarah ke makam Imam-imam Syiah, bahkan dari jumlah tersebut, 338 khusus
mengenai kebesaran dan keutamaan serta pahala besar bagi peziarah ke makan Imam Husein ra
atau ziarah ke Karbala. Sebagai contoh:
1)Barangsiapa haji sebanyak 20 kali, maka ganjarannya sama dengan ziarah ke kuburan Husein
sekali.
2) Barangsiapa ziarah ke makam Imam Husein di Karbala pada hari Arofah, maka ganjarannya sama
dengan haji 1.000 kali bersama Imam Mahdi, disamping mendapatkan ganjarannya memerdekakan
1.000 budak dan ganjarannya bershadaqah 1.000 ekor kuda.
3) Barangsiapa ziarah ke makam Imam Husein pada Nifsu Sya’ban, maka sama dengan ziarah Allah
di Arasy-Nya.
4) Barangsiapa ziarah ke makam Husein di Karbala pada hari Aasyuuro, maka ia akan mendapatkan
ganjaran dari Allah, seperti orang haji 2.000 kali dan seperti orang yang berperang bersama
Rasulullah 2.000 kali.
5) Andaikan saya katakan mengenai ganjaran ziarah ke makam Imam Husein, niscaya kalian
tinggalkan haji dan tidak ada seorang pun yang perhi haji.
Itulah diantara hadits-hadits palsu yang bersumber dari kitab Syiah: Wasaailussyiah oleh Al-Khuurul
Amily(Ulama Syiah). Seperti itulah kedustaan orang Syiah.
Mengenai Nikah Mut’ah, kaum Syiah menjadikan dasar ajaran Syiah, siapa mengingkarinya kafir.
Mereka menganggap, menika mut’ah sekali akan menjadi ahli surga. Orang yang meninggal dan belum
pernah menikah mut’ah , akan datang di hari kiamat dalam kondisi bunting. Derajat orang yang menikah
mut’ah sekali seperti Husain, dua kali seperti Hasan, tiga kali seperti Ali, dan tiga kali seperti Rasulullah
Saw.
Penilaian Syiah terhadap selain kelompoknya (khususnya Sunni): Orang bukan Syiah adalah buta mata
dan hati, terlaknat, sesat dan menyesatkan, murtad, kafir. Syiah memandang halal harta dan darah Sunni
(Ahlu Sunnah), lebih kafir daripada Yahudi dan Nasrani. Wanita Syiah tidak boleh dinikahkan dengan laki-
laki Sunni, karena ia kafir.
#1Menurut Ibn Kathir, tidak dinafikan setiap Muslim berduka dan sedih ke atas pembunuhan
Husin bin Ali di Karbala oleh kerana tipu daya dan muslihat orang munafiq.
Tetapi kedukaan kita tidak sampai kepada mencedarakan diri sendiri, bahka secara beramai-
ramai pula sepertimana yang dilakukan oleh Syiah.
Apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah sandiwara dan berpura-pura ke atas kematian
Husin RA.
Ibn Kathir mengatakan, sekalipun hendak berduka cita sedemikan rupa, Ali RA lah yang
lebih layak untuk mereka tangisi kerana secara pasti darjat Ali lebih mulia dan tinggi
daripada Husin.
Tetapi ternyata mereka tidak melakukan demikian. Jadi terbuktilah mereka hanya berpura-
pura sedih.
#2Allah dan Rasul saja tidak pernah memerintahkan untuk menjadikan hari musibah para
nabi atau hari kematian mereka sebagai hari berduka.
Apalagi terhadap hari kematian orang-orang yang kedudukannya di bawah mereka. Seperti
para sahabat ataupun tabien.
Jadi dari sudut syariat Islam sendiri, ternyata Syiah yang menjadikan Hari Asyura sebagai
hari berduka; yang mana mereka anggap sebagai salah satu bentuk ibadah adalah sesat dan
tidak mempunyai dalil sekalipun.
#3Nabi Muhammad secara jelas telah menghalang seseorang Muslimm itu, daripada
berdukacita yang melampau sehingga merosakkan diri sendiri.
Rasulullah telah menerangkan hukum menyeksa diri atas peristiwa musibah yang menimpa
seseorang dalam hadis berikut ini:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan
berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah”
[HR. al-Bukhari dan Muslim]
#4Perbuatan mencela, menghina dan memfitnah para sahabat merupakan antara perkara yang
tidak selayaknya dilakukan oleh seorang Muslim.
Ini kerana, Nabi sendiri telah melarang dengan tegas umatnya mencela para Sahabat
Radhiyallahu ‘anhum:
“Jangan kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang kalian mengimfaqkan
emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sampai (nilainya) segegam (pahalanya) salah
seorang mereka dan tidak pula separuhnya” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
BAB
Penutup
3.1 Kesimpulan
Syi’ah merupakan suatu aliran atau madzhab dalam islam yang di dalam aqidahnya di anggap
telah menyimpang dari aqidah islam sesungguhnya .syi’ah menganggap ali bin abi thalib
merupakan seorang imam yang terjaga dari dosa.dalam sebagian golongansyi’ah lainnya
menganggap atau menempatkan ali bin abi thalib pada derajat tuhan.
Dalam daya tarik ajarannya,aliran syi’ah memperbolehkan bagi kaumnya untuk melakukan nikah
mut’ah,yaitu pernikahan dalam batas waktu tertentu dan berakhir sesuai dengan perjanjian antara
kedua belah pihak.pernikahn semacam ini jelas-jelas telah di haramkan oleh allah SWT.inlah
yang pada akhirnya memunculakan berbagai kecaman abnyak madzhab atas syi’ah
3.2 Saran
Berbagai aqidah yang diajarkan oleh kaum syi’ah sudah semestinya kita dapat membedakan
antara ajaran islam yang sesungguah nya dengan firman allah dalam al-qur’an dan sesuai dengan
sunnah nabi muhammad saw. Berbagai pembahasan hendaknya menjadi tambahan wawasan bagi
kita untuk terhindar dari agama sesat