SYIAH
KELAS A
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
B. Doktrin –Doktrin Ajaran Pokok Syiah
C. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah
D. Tokoh –Tokoh Syiah
E. Golongan – Golongan Syiah
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Muhammad Kamil al-Hasyimi, Hakikat Akidah Syi’ah, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989),Hlm 14
Menurut ajaran Syiah ada beberapa catatan yang mendorong
timbulnya golongan ini, yaitu kejadian-kejadian pada masa awal
munculnya pertumbuhan Islam. Selanjutnya, selama dua puluh tiga
masa kenabian, telah menimbulkan berbagai keadaan yang
meniscayakan munculnya kelompok semacam kaum Syiah di antara
para sahabat Nabi.
Pada hari-hari pertama kenabiannya, sesuai dengan ayat al-
Quran, ketika dia diperintahkan untuk mengajak kerabat terdekatnya
untuk memeluk agamanya, Nabi Muhammad saw menjelaskan
kepada mereka bahwa siapa pun yang pertama-tama memenuhi
ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Ali adalah yang
pertama tampil ke depan dan memeluk Islam. Nabi menerima
penyerahan diri Ali dan kemudian memenuhi janjinya.
Bagi kaum Syiah, bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus
Nabi adalah peristiwa tentang Ghadir Khumm. Kaum Syiah
berkeyakinan bahwa sebenarnya Nabi telah menunjuk calon
penggantinya, dan calon tersebut adalah Ali. Menurut mereka
penunjukan tersebut dilakukan Nabi dalam perjalanannya kembali
dari haji wada’, pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun
kesebelas Hijriah (623 M.) di suatu tempat yang benama Ghadir
Khumm (Kolam Khum), dimana Nabi telah membuat pernyataan
bersejarah yang telah diriwayatkan dalam berbagai versi.2
Menurut Abdurrahman Navis dkk, mengutip Abdul Mun‟im al-
Hafni, Kelompok Syiah muncul sebagai pengaruh dari agama Yahudi.
Sebagian orang, bahkan mengatakan bahwa kelompok Syiah adalah
Yahudinya kaum Muslimin. Hal ini disebabkan karena mereka sangat
membenci Islam sebagaimana orang-orang Yahudi sangat membenci
Nasrani. Mereka masuk Islam bukan karena ingin mencari ridha
Allah SWT, melainkan karena ingin menyebarkan kerusakan, fitnah
dan perpecahan di tubuh kaum Muslimin, serta menanamkan
keraguan atas keimanan di hati kaum Muslimin. Mereka berkata
seperti pekataan orang-orang Yahudi, “tidak ada kekuasaan kecuali
pada keluarga nabi”, sebagaimana kaum Yahudi berkata, “tidak ada
kekuasaan kecuali pada keluarga Dawud”. Syiah sebagai salah satu
2
Fadil Su‟ud Ja‟fari, ISLAM SYI’AH: Telaah Pemikiran Habib Husein al-Habsyi, (Malang: UIN-Maliki
Press, 2010), hlm 27
sekte, pada dasarnya lahir dari kekacauan yang terjadi di tubuh umat
Islam periode awal, yang direkayasa oleh Yahudi.
Lahirnya kelompok Syiah karena pengaruh agama Nasrani.
Pendapat tersebut didasarkam pada perkataan kelompok Syiah
Sabaiyyah, “Ali bin Abi Thalib tidak mati terbunuh, akan tetapi Allah
menyerupakan seseorang dengan rupanya, dan
Ali turun untuk menegakkan keadilan dan menyebarkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Syiah ?
2. Apa saja doktrin – doktrin ajaran pokok Syiah ?
3. Bagaimana sejarah kemunculan dan perkembangan syiah ?
4. Siapa saja Tokoh –Tokoh dalam Syiah ?
5. Apa saja golongan – golongan Syiah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Syiah
2. Untuk mengetahui apa saja doktrin – doktrin ajaran pokok syiah
3. Untuk mengetahui sejarah kemunculan dan perkembangan Syiah
4. Untuk mengetahuu siapa saja tokoh – tokoh dalam Syiah
5. Untuk mengetahui golongan – golongan Syiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
Kata Syi‟ah menurut bahasa adalah pendukung atau
pembela. Syiah„ Ali adalah pendukung atau pembela Ali. Syiah
Mu‟awiyah adalah pendukung Mu‟awiyah. Pada zaman Abu
Bakar, Umar dan Utsman kata Syiah dalam arti nama kelompok
orang Islam belum dikenal.3 Kalau pada waktu pemilihan khalifah
ketiga ada yang mendukung Ali, tetapi setelah ummat Islam
memutuskan memilih Utsman bin Affan, maka orang-orang yang
tadinya mendukung „Ali, berbaiat kepada Utsman termasuk Ali.
Jadi belum terbentuk secara faktual kelompok ummat Islam Syiah.
Maka ketika terjadi pertikaian dan peperangan antara Ali dan
Mu‟awiyah, barulah kata “Syiah” muncul sebagai nama kelompok
ummat Islam. Tetapi bukan hanya pendukung Ali yang yang
disebut Syiah, namun pendukung Muawiyah juga disebut Syiah
Mu‟awiyah.
Kata Syi‟ah menurut Istilah atau terminologis bahwa Syiah
spesifik dengan Amirul Mukminin (Ali bin Abi Tholib), yang
membelanya serta sumpah setia kepadanya, begitu pula percaya
serta beri‟itiqat terhadap keimamahannya sesudah Rosululloh,
tanpa suatu pembatas (artinya langsung setelah Rosulullah) dan
menolak kepemimpinan (keimamahan) siapa saja yang menjadi
kholifah sebelumnya (yaitu Abu bakar, Umar dan Utsman).
Kepemimpinan umat Islam dan siapa yang menjadi pengganti
Rasulullah SAW menjadi awal permasalahan dan menjadi polemik
pertarungan antar umat Islam saat itu, karena adanya firqah-firqah
yang saling memperebutkan bangku-bangku kekhalifahan,
diantaranya kaum Muhajirin dan kaum Syiah yaitu kelompok Ali
Bin Abi Tholib, yang membawa calon masing untuk menjadikan
khalifah Al-Rasul.
Syiah adalah mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam.
Seperti telah disinggung, mazhab mereka tampil pada akhir masa
3
K.H. Moh. Dawan Anwar dkk, Mengapa Kita Menolak Syi’ah: Kumpulan Makalah seminar Nasional
tentang Syi’ah, (Jakata: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 1998), hlm 4.
pemerintahan„Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada
masa Ali. Setiap kali Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka
semakin mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya.
Karena itu, para propagandis Syiah mengeksplorasi kekaguman
mereka terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran
mereka tentang dirinya. 4
5
Abi al-Fath Muhammad Abdu al-Karim Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, (Beirut, Darul Fikri),
hal: 126
6
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar Shadir), hal.12/26.
1. Ali bin Abi Thalib (Abu al Hasan) Bergelar “al Murtadla”. )10
SH- 40 H). Khalifah
Muslim keempat, sepupu dan anak mantu Rasulullah.
2. Hasan bin Ali (Abu Muhammad) Bergelar “az Zaki”. (3 – 50 H).
Putera Ali dan Fatimah.
3. Husein bin Ali (Abu Abdillah) Bergelar “Penghulu para Syahid”.
(4 – 61 H). Karakter
yang paling disukai Syi’ah Iran, putera termuda Ali dan Fatimah.
4. Ali bin Husein (Abu Muhammad), (38 – 95 H). Putera dari Imam
Husein, memiliki dua nama julukan: Sajjad (Ahli Sujud), dan
Zein al-Abedin.
5. Muhammad bin Ali al Baqir (Abu Ja’far) , (57 – 114 H)..
6. Ja’far bin Muhammad ash Shadiq (Abu Abdillah), (83 – 148 H).
7. Musa bin Ja’far al Kadzim (Abu Ibrahim), (128 – 183 Hijriyah).
8. Ali bin Musa ar Ridla (Abu al Hasan), (148 – 202/203 H).
9. Muhammad bin Ali al Jawad (Abu Ja’far), (195 – 220 H)
10. Ali Bin Muhammad al Hadi (Abu al Hasan), (212 – 254 H)
11. Hasan bin Ali al Askari (Abu Muhammad), (232 – 260 H)
12. Muhammad bin Hasanal Mahdi (Abu al Qasim) Inilah yang disebut
“Imam yang ghaib” dan “dinantikan kedatangannya”)
b. Doktrin Mahdisme
Selain konsep imamah, aliran syiah juga memiliki doktrin
Mahdisme, mereka meyakini bahwa imam mereka yang kedua belas
Muhammad bin Hasan al-Mahdi masih hidup dan akan kembali
untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Dikatakan bahwa “al-
Mahdi” lahir pada tahun 256 Hijriyah mengalami “masa ghaib kecil
(Ghaibah Shugra)” pada tahun 260 Hijriyah, dan “masa ghaib besar
(Ghaibah Kubro)” pada tahun 329 Hijriyah. Ia hidup sampai hari
kiamat sehingga bumi tidak sunyi dari Imam. Menurut aqidah syiah,
keimanan terhadap Imamah tidak sempurna kecuali dengan meyakini
adanya Imam Mahdi. Ia merupakan orang yang dipercayai tidak
dapat meninggal dan orang yang dijanjikan juru selamat agama
Ibrahim. Ia dikenal dengan julukan wali al-Ashr atau sahibal–
Zaman (penguasa zaman). 7
7
Syahatah Muhammad Saqr, Asy-Syiah Humul Aduw Fahzharu>hum), 48, Lihat juga: KBRI Iran, Iran The
Cradle of Civilization, hal:33.
8
Lihat: Abdullah al-Mausuli, Haqi>qatu al-Shi>ah Hatta Laa Nankhadi’ (Alexandria: Dar al-Iman, tt), 171,
lihat juga: Zulkarnain, Konsep Imamah Dalam Perspektif Syiah, Jurnal TAPIs Vol.7 No.13 (Juli-Desember
2011), 50.
9
Nasir Makarim Syirazi, “Inilah Aqidah Syi’ah”, (Terj) (Al-Dasma-Kuwait: Era of Appearance
Foundation(Mu’assasah ‘Ashr al-Zhuhūr), cet. II, 1430 H/2009 M), hal. 79
Syiah rafidhah Imāmiyyah, karena sekte yang lain tidak berkeyakinan
demikian – baik al-Zaidiyyah maupun seluruh aliran Islam lainnya –
kecuali yang lebih jahat dari mereka, seperti sekte Syi’ah
Ismā‘īliyyah yang meyakini kemaksuman keturunan Bani ‘Ubaid,
yang dinisbatkan kepada Muhammad ibn Ismā‘īl ibn Ja‘far. Yaitu
sekte yang menyatakan bahwa kepemimpinan (al-imāmah) setelah
Ja‘far jatuh ke tangan Muhammad ibn Ismā‘īl, bukan jatuh ke tangan
Mūsā ibn Ja‘far. Mereka ini kaum kafir-ateis dan munafiq
(malāhidah munāfiqūn).”
e. Taqiyyah
Secara etimologi, kata taqiyyah berasal dari bahasa Arab, dari
akar kata waqa-yaqi yang berarti melindungi atau menjaga diri10.
Dari terjemahan tersebut, maka praktek taqiyyah diartikan dengan
seseorang yang menyembunyikan agamanya atau beberapa praktek
tertentu dari agamanya dalam keadaan yang mungkin atau pasti akan
menimbulkan bahaya sebagai akibat tindakan- tindakan dari orang-
orang yang menentang agamanya atau praktek-praktek keagamaan
tertentu.
“Taqiyyah adalah menyimpan kebenaran dan
menyembunyikan keyakinan, serta merahasiakannya terhadap orang-
orang yang tidak seakidah, dan tidak minta bantuan mereka dalam hal-
hal yang dapat mengakibatkan bahaya, baik dalam urusan agama
maupun keduniaan.”
10
Ibn Manzhu>r al-Ans}a>ry, Lisa>n al-Arab (Beirut: Dar S}a>dir, 1414 H), Cet. 3, vol. 15, hal. 404.
C. Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Syiah
Syiah mendapat pengikut yang besar terutama pada masa
Dinasti Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat
perlakuan kasar dan kejam Dinasti ini terhadap Ahlul Bait sebagai
contoh Yazid Ibn Mu‟awiyah memerintahkan pasukannya yang
dipimpin oleh Ibn Ziyad, untuk memenggal kepala Ali di Karbala.
Dalam sejarah disebutkan bahwa setelah kepala Ali dipenggal lalu
dibawa ke hadapan Yazid Ibn Mu‟awiyah memukul-mukulkan
tongkatnya pada kepala cucu Rasulullah saw, yang pada waktu kecil
sering diciumi oleh Rasulullah.
Kekejaman seperti yang digambarkan di atas, menyebabkan
sebagian kaum Muslimin menaruh simpati terhadap tragedi Ahlul
Bait atau keluarga Rasul dan tertarik untuk mengikuti mazhab Syiah,
atau menaruh simpati yang mendalam terhadap tragedi yang
menimpa Ahlu Al-Bait.
11
Attamimy, SYI”AH: Sejarah, Doktrin, dan Perkembangan di Indonesia, (yogyakarta: Grha Guru
Printika, 2009), hlm 112.
yang dilakukan. Bukan seperti kebanyakan para ulama yang
membicara nikmat surga dan siksa neraka. Ia lebih banyak
membicarakan tentang kesadaran umat dalam beragama, disiplin diri
dan sebab-sebab kemunduran dalam Islam.
Sebagai sebuah gerakan atau kelompok paham Syiah di
Indonesia dapat disebutkan memulai perkembangannya pasca
revolusi Iran pada tahun 1979. Memanfaatkan momentum kelahiran
Iran sebagai “negara Syiah” yang menggunakan Islam sebagai dasar
perjuangannya, Syiah di dunia Islam tidak terkecuali Indonesia mulai
berani menunjukkan jati dirinya.
13
Fadil Su‟ud Ja‟fari, ISLAM SYI’AH: Telaah Pemikiran Habib Husein al-Habsyi, (Malang:
UIN-Maliki Press, 2010), hlm 2.
14
Ibid,. hlm 83
Perkembangan Syiah di Indonesia juga dapat dilihat dari
banyaknya lembaga atau yayasan yang ada atau tersebar khususnya di
Jawa Timur. Salah seorang ulama Jawa Timur yang berdomisili di
kota Bangil Ustad Husein al- Habsyi adalah termasuk tokoh yang
menjelaskan keingintahuan masyarakat tersebut melalui ceramah-
ceramahnya yang secara rutin diadakan di masjid pada awal tahun
1980 ketika revolusi tersebut baru mencapai usia yang sangat muda. 20
Pada tahun ini juga tampaknya mazhab Syiah mulai mulai
diperkenalkan secara terbuka kepada masyarakat Jawa Timur,
khususnya masyarakat Bangil.
4. Syiah Hashimiyyah
Adalah pengikut Abu Hasyim ibn Muhammad ibn
Hanafiyyah. Menurut kelompok ini, kepimpinan berpindah dari
Muhammad ibn Hanafiyyah kepada puteranya yang bernama Abu
Hasyim.
Menurut mereka, Abu Hasyim telah menerima pelimpahan
ilmu rahasia; dia mengetahui bukan saja kepada zahir, tetapi juga
yang batin. Dia mengetahui tafsir dan takwil ayat-ayat Alquran,
sehingga maknanya dapat disesuaikan antara yang lahir dan batin.
Mereka berpendapat, setiap yang lahir ada batinnya, setiap orang
yang mempunyai roh, setiap ayat ada takwilnya, setiap apa yang ada
di alam semesta ini ada hakikatnya pada alam lain. Hukum tersebar
di seluruh penjuru, rahasia semuanya ada pada diri seseorang, yaitu
ilmu yang dimiliki oleh imam Ali dan keturunannya, Muhammad
Hanafiyyah.
5. Syiah Bayaniyyah
Adalah pengikut Bayan bin Sam’an Al- Tamimi. Menurut
mereka kepimpinan (Imamah) berpindah dari Abu Hasyim kepada
Bayan bin Sam’an. Kelompok Al-Bayaniyyah termasuk kelompok
Syiah yang ekstrim yang mengakui Ali adalah Tuhan. Menurut
mereka Tuhan telah masuk ke dalam tubuh Ali dan bersatu dengan
Ali, karenanya Ali mengatahui hal-hal yang ghaib karena
diberitahukan dari sumber berita terpecaya, Ali memerangi orang-
orang kafir dan dalam peperangan selalu memperoleh kemenangan.
Karena itu Ali berhasil membuka pintu benteng khaibar.
Menurut mereka Ali pernah berkata: “Demi Allah tidak kubuka
pintu benteng Khaibar dengan kekuatan jasmani, bukan dengan
kekuatan tubuh yang bersumber dari makanan, tetapi kubuka pintu
benteng Khaibar dengan kekuatan Tuhan, dengan Nur Tuhan yang
bersinar”
6. Syiah Rizamiyah
Adalah para pengikut Rizam bin Rizam. Menurut mereka
imamah berpindah dari Ali kepada putranya Muhammad bin al-
Hanafiah, kemudian kepada putra Muhammad yaitu Abu Hasyim.
Kemudian dari Abu Hasyim berpindah lagi kepada Ali bin
Abdullah bin Abbas melalui wasiat. Kemudian Imamah berpindah
kepada Muhammad bin Ali dan diwasiatkan lagi kepada putranya
yang bernama Ibrahim yang juga teman akrab Abu Muslim
sekaligus menjadi propogandisnya yang mengatakan bahwa
Ibrahim menjadi Imam.
Kelompok ini pertama kali muncul di Khurasan di masa Abu
Muslim, sehingga ada yang mengatakan Abu Muslim sendiri
menjadi salah seorang pengikutnya. Karena mereka berpendapat
kepimpinan (imamah) berpindah kepada Abu Muslim, Abu muslim
dianggap sebagai imam dan roh ketuhanan telah masuk ke dalam
tubuhya. Abu muslim menyokong gerakan yang menyokong
kekuasaan Bani Umayyah sampai mati terbunuh. Para pengikut
kelompok ini mengakui pemahaman tanasukh (Reinkarnasi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fairuz Abadi menjelaskan bahwa Syi’ah secara bahasa
adalah seseorang pengikut dan pendukungnya. Sementara, maksud
dari Syi’ah yang terkenal adalah para pengikut Ali sehingga mereka
berkeyakinan bahwa Ali adalah khalifah
pilihan Nabi Muhammad dan ia adalah orang yang paling
utama (afd}al) di antara para sahabat Nabi lainnya.
Kaum Syi’ah, sejak menjadi pengikut Ali sesudah peristiwa
perang Jamal dan Shiffin, pasukan Ali terpecah menjadi empat
golongan: a) Syi’ah yang mengikuti Sayyidina Ali, mereka tidak
mengecam para sahabat. Dalam diri mereka terdapat rasa cinta dan
memuliakan para sahabat Nabi Saw. mereka sadar betul bahwa
yang mereka perangi adalah saudara sendiri. b) Mereka yang
mempercayai bahwa Sayyidina Ali memiliki derajat yang lebih tinggi
daripada para sahabat lainnya. Kelompok ini disebut tafd}i>liyah.
Ali memperingatkan mereka dengan keyakinan ini dan akan
menghukumi dera bagi para sahabat yang masih berkeyakinan
tersebut. Kelompok Syi’ah sekarang, mereprentasikan kelompok ini.
c) kelompok yang berpendapat bahwa semua sahabat Nabi adalah
kafir dan berdosa besar. Mereka disebut Saba’iyah, mereka adalah
para pengikut Abdullah bin Saba’. d) Kelompok gula>t, yaitu
mereka yang paling sesat, paling bid’ah di antara empat kelompok di
atas. Mereka berpendapat bahwa Allah telah masuk pada diri Nabi
Isa.
B. Saran
Kaum syiah masih memiliki kepercayaan kepada wahyu sebagai
salah satu dasar untuk mencapai kebenaran mengenai mengetahui
Tuhan, dan sebagai penyempurna wahyu adalah hadits – hadits yang
berasal dari ahl al- bayt. Dan diharapkan dari hasil makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan pandangan baru bagi seluruh mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Fadil Su‟ud Ja‟fari, ISLAM SYI’AH: Telaah Pemikiran Habib Husein al-Habsyi, (Malang:
UIN-Maliki Press, 2010), hlm 27
K.H. Moh. Dawan Anwar dkk, Mengapa Kita Menolak Syi’ah: Kumpulan Makalah
seminar Nasional tentang Syi’ah, (Jakata: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam,
1998), hlm 4.
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam, (Jakarta:
Logos, 1996), hlm 34.
Syahatah Muhammad Saqr, Asy-Syiah Humul Aduw Fahzharu>hum), 48, Lihat juga:
KBRI Iran, Iran The Cradle of Civilization, hal:33.
Abdullah al-Mausuli, Haqi>qatu al-Shi>ah Hatta Laa Nankhadi’ (Alexandria: Dar al-Iman,
tt), 171, lihat juga: Zulkarnain, Konsep Imamah Dalam Perspektif Syiah, Jurnal TAPIs
Vol.7 No.13 (Juli-Desember 2011), 50.
Nasir Makarim Syirazi, “Inilah Aqidah Syi’ah”, (Terj) (Al-Dasma-Kuwait: Era of
Appearance Foundation(Mu’assasah ‘Ashr al-Zhuhūr), cet. II, 1430 H/2009 M), hal. 79
Attamimy, SYI”AH: Sejarah, Doktrin, dan Perkembangan di Indonesia, (yogyakarta:
Grha Guru Printika, 2009), hlm 112.
K.H. Moh. Dawan Anwar dkk, Mengapa Kita Menolak Syi’ah: Kumpulan Makalah seminar Nasional tentang
Syi’ah, (Jakata: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 1998), hlm 58.
Fadil Su‟ud Ja‟fari, ISLAM SYI’AH: Telaah Pemikiran Habib Husein al-Habsyi, (Malang: UIN-Maliki
Press, 2010), hlm 2.