Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH, POKOK PIKIRAN DAN DOKTRIN KHAWARIJ

DAN SYI’AH

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah :
Dosen :

Disusun oleh :

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN


FAKULTAS PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Kalam yang
berjudul “SEJARAH, POKOK PIKIRAN DAN DOKTRIN KHAWARIJ DAN
SYI’AH ”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini,kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini terutama semua anggota kelompok yang telah mencurahkan segala
tenaga,materi,waktu dan pikirannya dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa dalm proses pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan,baik dari segi pembahasan maupun cara penulisannya.
Namun demikian,kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki,sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu,kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pasuruan, 10 Oktober 2022


Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah dan Khawarij
B. Latar belakang munculnya Syi’ah dan Khawarij
C. Tokoh-tokoh Syi’ah dan Khawarij
D. Pemikiran dalam Syi’ah dan Khawarij
Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang yang ingin mengetahui seluk beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agamanya.
Mempelajari teologi akan memberikan kepada seseorang keyakinan yang
didasarkan pada landasan yang kuat, yang tidak mudah diombang-
ambingkan oleh perubahan zaman. Teologi Islam disebut juga “Ilmu
Kalam”. Dinamakan demikian, karena masalah “kalam” atau firman
Tuhan, yaitu Al- Quran, pernah menjadi polemic yang menimbulkan
pertentangan-pertentangan keras dikalangan umat Islam, terutama dalam
abad 9 sampai 10 Masehi yang membawa kepada penganiayaan-
penganiayaan bahkan pembunuhan- pembunuhan terhadap sesama muslim
pada waktu itu.
Dalam Islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi. Ada
aliran yang bersifat liberal, ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang
bersifat tengah-tengah antara liberal dan tradisional. Hal ini mungkin ada
hikmahnya. Orang yang bersifat tradisional dalam pemikirannya, mungkin
lebih sesuai dan dapat menerima paham-paham dari ajaran teologi
tradisional. Sedangkan orang yang bersifat liberal dalam pemikirannya,
mungkin lebih sesuai dan dapat menerima paham-paham dari ajaran
teologi liberal. Adapun beberapa aliran teologi dalam Islam, yaitu aliran
Khawarij, aliran Syiah. Oleh karena itu dalam makalahini kami mencoba
menjelakan sedikit tentang pemikiran ilmu kalam (aliran Khawarij dan
aliran Syiah).
Makalah ini akan mencoba untuk memberikan sebuah gambaran-
gambaran tentang seluk beluk aliran khawarij dan syiah, baik dari latar
belakang munculnya golongan ini, serta doktrin-doktrin yang digunakan
oleh mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syi’ah dan Khawarij?
2. Bagaimana latar belakang munculnya Syi’ah dan Khawarij?
3. Siapa saja tokoh-tokoh Syi’ah dan Khawarij?
4. Bagaimana pemikiran dalam Syi’ah dan Khawarij?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Syi’ah dan Khawarij
2. Mengetahui Latar belakang munculnya Syi’ah dan Khawarij
3. Mengetahui Tokoh-tokoh Syi’ah dan Khawarij
4. Mengetahui Pemikiran dalam Syi’ah dan Khawarij
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah dan Khawarij
1. Syi’ah
Syi’ah menurut bahasa berarti “sahabat” atau “pengikut”.
pendukung partai atau kelompok. Sedangkan secara istilah adalah
sebagian kaum muslim yang dalam bidang sepiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW
atau orang yang disebut sebagai ahlul bait.
Syi’ah dilihat dari segi bahasa adalah pengikut, Dari pengertian
diatas dapat diambil suatu pengertian mengenai syi’ah, yakni
golongan umat Islam yang terlampau mengagungkan keturunan Nabi.
Mereka mendahulukan keturunan Nabi, untuk menjadi khalifah.
Dalam hal ini golongan syi’ah menetapkan bahwa Imam Ali-lah yang
paling berhak memegang jabatan kholifah setelah Nabi. Tapi Ali
membantah dengan adanya pendapat seperti itu, karena jabatan
kholifah tidak hany dipegang oleh orang-orang yang menjadi
keturunan Nabi, melainkan orang-orang yang berhak, mampu dalam
memimpin serta telah disepakati oleh ummat
Pendapat yang paling popular tentang lahirnya golongan Syiah
adalah setelah gagalnya perundingan antara Ali bin Abi Talib dan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin. Akibat kegagalan itu, sejumlah
pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari
pasukan Ali. Mereka itu disebut golongan Khawarij atau orang-orang
yang keluar, sedangkan sebagian besar pasukan yang tetap setia
kepada Ali disebut Syiah atau pengikut Ali. Meski latar belakang awal
mula berdirinya lebih merupakan masalah politik, namun pada
perkembangan berikutnya kelompok syiah berkembang menjadi
sebuah paham aqidah tersendiri.
2. Khawarij
Adalah orang yang menganggap kafir pelaku maksiat dan keluar
dari pemimpin dan jama’ah kaum muslimin. Al-aql(2014:29)
Khawarij merupakan sebuah aliran kalam yang diambil dari kata
kharaja dan merupakan bentuk jamak dari khaarij, yang berarti “keluar
dan memisahkan dari barisan Ali”. Pemisahan dari barisan Ali ini,
dipandang oleh Asy-Syahrastani sebagai “pemberontakan terhadap
imam yang sah diakui oleh rakyat (umat).” Oleh karena itu, istilah
Khawarij dapat dikenakan kepada semua orang yang menentang para
imam, baik pada masa sahabat maupun pada masa-masa berikutnya.
Namun demikian, dalam tulisan ini nama Khawarij khusus diberikan
kepada sekelompok orang yang telah memisahkan diri dari barisan Ali.

B. Latar belakang munculnya paham Syi’ah dan Khawarij


Diantara hal yang tidak tersembunyi, bahwa awal mulanya fitnah
Syi’ah adalah hasil upaya Abdullah bin Saba’al-yahudi, musuh islam dan
kaum muslimin serta para pengikutnya. At-Tunisawi (2014:13)
Menurut Abu Zahra syi’ah mulai muncul pada akhir pemerintahan
Usman bin Affan, kemudian muncul dan berkembang pada masa Ali bin
Abi Thalib. Adapun menurut Watt, syi’ah benar-banar muncul ketika
berangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah, yang dikenal engan
perang Shifin, dalam perang ini merupakan sebagai respon atas
penerimaan. Ali terhadap tahkim atau arbitase yang ditawarkan Muawiyah.
Pasukan Ali diceritakan pecah menjadi 2 golingan, yaitu Golongan yang
mendukung Ali yang kelak disebut syi’ah.Golongan yang menolak sikap
Ali yang kelak disebut khawarij.
Dari kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwah, kemunculan syi’ah
berkaitan dengan masalah siapa yang berhak menggantikan Nabi dalam
memimpin umat. Akan tetapi golongan syi’ahlah yang menentukan bahwa
Imam Ali-lah yang berhak memegang jabatan khalifah, sesudah Nabi Al-
Abbas sendiri pun merasa bahwa Ali-lah yang lebih wajar dari pada
dirinya sendiri. Setelah Ali menjadi khalifah dan rakyat mengakuinya,
nyatalah pada mereka bahwa Ali adalah orang yang besar, berilmu dan
mempunyai agama yang kuat. Berdasarkan realitas itulah, muncul
dikalangan sebagian kaum mukmin yang menentang dan menolak
kekhalifahan dari kaum tertentu. Mereka tetap berpandapat bahwa Nabi
dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan
bahwa semua perasaan kerohanian dan agama harus merujuk hepadanya
serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Perbedaan pedapat
dikalangan para ahli ilmu kalam mengenai Syi’ah.
Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah, perpecahan memang
mulai mencolok pada msa pemerintahan Usman bin Affan dan
memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib tepatnya setelah peranga Shifin. Adapun kaum Syi’ah,
berdasarkan Hadist-hadist yang mereka terima dari ahli bait, berpendapat
bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW wafat dan
kekhalifahan jatuh ketangan Abu Bakar. Segara setelah itu terbentuklah
syi’ah. Bagi mereka pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin
sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak dibawah
permukaan untuk mengarjakan dan menyebarkan doktrin-doktrin Syiah
pada masyarakat. Tampaknya Syi’ah sebagai salah satu faksi Islam yang
bergerak seecara terang-terangan, memang baru muncul pada masa
kekholifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syi’ah sebagai doktrin yang
diajarkan secara diam-diam oleh ahli bait.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti
Amawiyah. Hal ini menurut abu Zahra merupkan akibat dari perlakuan
kejam dan kasar dinasti ini terhadap ahli baitdiantara bentuk kekerasan itu
adalah yang dilakukan pengusa bani Ummaiyah.misalnya Yazid bin
Muawiyah yang memerintahkan pasukannya pimpinan Ibnu Ziyad
untukmemenggal kepala Husen bin Ali di Karbal. Diceritakan bahwa
setelah dipenggal, kepala husain dibawa ke hadapan Yazid, kemudian
oleh Yazid kepala tersebut dipukul-pukul dengan tongkatnya, padahal
kepala yang ia pukul pada waktu kecilnya sering diciumi oleh Rasulalloh.
Kekejaman semacam ini menyebabkan sebagian kaum Muslimin tertarik
dan mengikuti madzhab Syiah.
Sedangkan kemunculan aliran khawarij dilatarbelakangi oleh adanya
pertikaian politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi
Sufyan yang pada waktu itu menjabat gubernur Syam (Suriah/Syria).
Muawiyah menolak untuk membaiat Ali yang terpilih sebagai khalifah,
sehingga Ali mengerahkan bala tentara untuk memerangi Muawiyah.
Sebaliknya Muawiyah juga mengumpulkan pasukannya untuk menghadapi
Ali.
Pertempuaran terjadi antara kedua belah pihak di Shiffin. Pasukan Ali
bin Abi Thalib memperlihatkan tanda akan menang dan berhasil mendesak
pasukan Muawiyah. Amr bin Ash yang ikut berperang dari pihak
Muawiyah bisa membaca situasi dan mengusulkan kepada Muawiyah agar
memerintahkan pasukannya untuk mengangkat mushaf al-Qur’an dengan
ujung tombak sebagai isyarat genjatan senjata minta untuk damai dengan
mengadakan arbitrase (tahkim atau penjurian).
Pada mulanya Ali bin Abi Thalib tidak mau menerima tawaran
genjatan senjata tersebut, karena beliau tahu permintaan damai tersebut
hanya sebagai strategi tipu muslihat dan akal busuk lawan yang terdesak
dan hampir kalah dalam perang, akan tetapi karena didesak sebagian
pengikutnya terutama para qurra dan huffaz, akhirnya diputuskanlah untuk
mengadakan arbitrase.
Sebagai mediator atas usul sebagian pengikut Ali diangkat Abu Musa
Al-Asy’ary, walaupun sebenarnya Ali sendiri tidak setuju untuk
mengangkat Abu Musa Al-Asy’ary sebagai mediator karena beliau bukan
diplomatik yang mengerti politik dan strategi. Dari pihak Muawiyah
diwakili oleh Amr bin Ash seorang diplomatik ulung sekaligus politikus
dan ahli strategi. Akhirnya perundingan damai tersebut dimenangkan oleh
kubu Muawiyah bin Abi Sufyan dan membawa petaka serta kerugian
pihak Ali bin Abi Thalib.
Keputusan Ali bin Abi Thalib menerima arbitrase ternyata tidak
didukung semua pengikutnya. Mereka yang tidak setuju dengan sikap Ali
keluar dari barisan Ali dan mengangkat Abdullah bin Wahab al-Risbi
sebagai pemimpin mereka yang baru. Kelompok ini kemudian
memisahkan diri ke Harurah suatu desa dekat Kufah. Mereka inilah
kemudian dikenal dengan kaum khawarij.

C. Tokoh-tokoh Syi’ah dan Khawarij


1. Aliran Syi’ah
Menurut Ath-Thabathaba’i (1903-1981 M), istilah “syi’ah”
pertama kalinya ditujukan pada pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin
pertama Ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut
Ali yang disebut Syi’ah, diantaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari,
Miqdad bin al-aswad, dan Ammr bin Yasir. Anwar, Rozak (2014:112).
Dan berikut kami paparkan mengenai latar belakang tokoh-tokoh
tersebut :
a. Abu Dzar al Ghiffari, Miqad bin Al aswad
Abu Dzar adalah salah seorang tokoh terkemuka Syi’ah yang
mempunyai karakteristik tersendiri. Pengalaman disiksa oleh
pembesar quraish benar-benar membekas dalam jiwa Abu Dzar.
Kejadian itu pula yang telah membentuk tabiat ke-islamannya yang
khas, yang mendorongnya untuk melakukan perlawanannya
terhadap kebiasaan menumpuk harta kekayaan.
Para ulama Syi’ah, di antaranya Muhammad Husein Kasyif al-
Ghitha’, menyebut kurang lebih tiga ratus sahabat Nabi yang
tergabung dalam Syi’ah Ali. Nama-nama tersebut beliau kumpulkan
dari berbagai buku sejarah, seperti Al-Istî‘âb, al-Ishâbah, dan Usud
al-Ghâbah.
b. Ammar bin Yasir
Dialah yang pertama kali membangun mesjid di rumahnya
untuk beribadah. Dia pula yang pertama kali disiksa di jalan Allah
demi mempertahankan kalimat Tauhid.
Pada masa kekuasaan Khalifah Utsman, siksaan kembali
menimpa Amar karena sikap oposisinya terhadap kebijakan Utsman
dalam memanjakan Bani Umayah, salah satu musuh bebuyutan
Islam. Keluarganya pun mengalami hal yang sama. Ia dan
keluargannya mengalami penindasan mereka. Dengan perlindungan
Islam, Amar akhirnya terbebas dari perbudakan golongan borjuis
Umayah di masa jahiliyah.
Hidup Amar berakhir di medan Siffin dipenuhi dengan
keikhlasan dan keyakinan terhadap nilai-nilai luhur Islam yang
menjelma pada pribadi Amirul Mu’minin, Imam Ali bin Abi Thalib.
Nubuwat Rasulullah Saw bahwa ia akan terbunuh di tangan kaum
pemberontak selalu melekat dalam dirinya. Amar bertekad
mengorbankan dirinya dalam membela Imam Ali, pemimpin dan
panutannya, agar umat Islam menyadari kebenaran Imam Ali dan
kebatilan orang-orang yang memusuhinya.
c. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
Adalah anak dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, dan
cucu pertama dari Muhammad. Menurut hampir seluruh sekte Syi'ah,
Ia merupakan Imam kedua, sedangkan sekte lainnya menyebut
bahwa Imam kedua adalah saudaranya Husain bin Ali. Walaupun
begitu, ia merupakan salah seorang figur utama baik dalam Sunni
dan Syi'ah karena ia merupakan Ahlul Bait dari Nabi Muhammad
SAW. Ia juga sangat dihormati kaum Sufi karena menjadi Waliy
Mursyid yang ke-2 setelah ayahnya terutama bagi tarekat
Syadziliyyah.
d. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
Cucu dari Nabi Muhammad yang merupakan putra dari Fatimah
az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Husain merupakan Imam ketiga
bagi kebanyakan Mazhab Ahlul Bait (Syi'ah), dan Imam kedua bagi
yang lain. Ia dihormati oleh Sunni karena ia merupakan Ahlul Bait.
Ia juga sangat dihormati kaum Sufi karena menjadi Waliy Mursyid
yang ke 2 setelah ayah dia terutama bagi tarekat Qadiriyyah di
seluruh dunia dan tarekat Alawiyyah di Hadramaut.
e. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
Imam ke-4 dalam tradisi Syi'ah. Ia anak dari Husain bin Ali dan
cicit dari Muhammad. Ia dikenal oleh Syi'ah dengan julukan Zainal
Abidin karena kemuliaan pribadi dan ketakwaannya dan as-Sajjad
sebagai tanda "orang yang terus melakukan sujud dalam ". Dia juga
dipanggil dengan nama Abu Muhammad, bahkan kadang ditambah
dengan Abu al-Hasan.
f. Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-
Syahid,
Adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-
Baqir.
putra dari Imam Syi'ah ke-4, Ali Zainal Abidin, dan cucu dari
Husain bin Ali.
Zaid memimpin pemberontakan melawan Bani Umayyah pada
pertengahan abad ke-8, menambah kekerasan yang selalu terjadi
antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim. Zaid meninggal pada
pertempuran tahun 740, dan dimakamkan di Karak, Yordania.
Setelah meninggalnya, sebagian pihak merasa bahwa ia
merupakan pengganti yang berhak atas keimaman dari ayahnya,
ketimbang saudara tirinya, Muhammad al-Baqir. Mereka yang
percaya akan keimamannya kemudian mendirikan sekte tersediri dari
Syi'ah yaitu Zaidiyah.
2. Tokoh-tokoh Khawarij generasi pertama
a. Dari kalangan sastrawan dan para pujangga yang tersohor
Al-Asy’ari berkata, “Diantara para pakar yang termasuk
Khawarij adalah Abu Ubaidah Ma’mar bin al-Mutsana yang
berpaham ash-Shafariyyah. Dari kalangan penyair adalah Imran bin
Haththan. Dia juga berpaham ash-Shafariyyah
b. Para penulis dan orator mereka
Diantara penulis dan orator dari kalangan mereka
adalah’Abdullah bin Yazid, Muhammad bin Harb, dan Yahya bin
Kamil. Mereka adalah orang-orang ‘Ibadhiyyah. Kemudian Yaman
bin Rabbab, yang pada awalnya adalah seorang Tsa’labi kemudian
menjadi Baihasi. Lalu Sa’id bin Harun yang juga berpaham
Ibadhiyyah.
c. Sebagian kaum Salaf yang disandarkan kepada mereka
Ada sebagian kaum Salaf yang disebut-sebut termasuk dari
kalangan Khawarij, seperti Abu Sya’tsa Jabar bin Zaid, ‘Ikrimah,
Isma’il bin Sami’, Abu Harun al-Abdi, dan Hubairah bin Maryam.
Disebutkan bahwa sebagian dari mereka memiliki pernyataan yang
mirip dengan Khawarij, bukan karena mereka Khawarij tulen,
Wallahu a’lam. Al Aql (2014:72-73)

D. Pemikiran dalam Syi’ah dan Khawarij


1. Aqidah Syiah
Berikut adalah beberapa aqidah Syi’ah yang rusak :
a. Tentang Al Bada’
Secara bahasa al bada’ artinya tampak, atau sesuatu yang
muncul dari yang sebelumnya masih tersembunyi. Jadi dapat
dipahami bahwa Al Bada’ adalah sifat yang sebelumnya tidak
mengetahu kemudian mengetahui. Abdullah bin Muhammad (min
aqooidi as syiiah) menjelaskan al bada’ sebagai berikut
‫تلزم‬Q‫ه يس‬Q‫البداء هو بمعنى الظهور بعد الخفاء او بمعنى نشأة رأي جديد والبداء بمعنيي‬
‫سبق الجهل و حدوث العلم وكالهما محال على هللا لكن الرافضة تنسب البداء الى هللا‬
Artinya al bada’ itu bermakna jelas setelah samar atau bermakna
tumbuhnya pendapat yang baru. Dan al bada’ dengan memakai
kedua makna tadi secara otomatis metetapkan yang sebelumnya tahu
menjadi tahu, dan kesemuanya itu muhal disandarkan kepada Allah,
akan tetapi ar rofidloh (syiah) menisbatkan sifat al bada’ kepada
Allah.
Abdullah bin Muhammad dalam buku nya Min Aqooidi As
Syiah menuturkan:
‫ر ان‬QQ‫ريم الخم‬QQ‫ا اال بتح‬QQ‫ول م بعث هللا نبي‬QQ‫عن الريان بن الصلت قال سمعت الرضا يق‬
‫يقر هلل البداء‬
Artinya ar Royyan bin As Shalt berkata saya pernah mendengar
Ar Ridha berkata Allah tidak mengutus Nabi kecuali diperintahkan
untukmengharamkan khamr dan diperintahkan untuk menetapkan
sifat Al Bada’ bagi Allah.
b. Tentang Al Quran
Kaum Syiah menyakini bahwa Al Quran yang ada saat ini
sesungguhnya telah dirubah , ditambah, dan banyak dikurangi.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdulallah bin Muhammad
dalam bukunya :
‫ا‬QQ‫ه كم‬QQ‫عن جابر قال سمعت ابا جعفر يقول ما ادعى احد من الناس انه جمع القران كل‬
‫انزل هللا اال كذاب وما جمعه وحفظه كما انزله هللا اال علي بن ابي طالب واألئمة من بعده‬
Artinya dari Jabir berkata aku mendengar Abu Ja’far berkata
tidaklah seorang dari manusia menbahwa telah terkumpul Al Quran
sepenuhnya sebagaimana Allah telah menurunkannya kecuali
seorang pendusta, tidaklah seorang pun yang telah mengumpulkan
Al Quran dan menjaganya seperti yang telah diturunkan Allah
kecuali Ali bin Abi Tholib dan para imam setelah Ali.
Kaum Syiah mempercayai bahwa Al Quran yang asli masih
disimpan oleh imam mereka yang masih ghoib, dan akan
membawanya nanti apabila dia keluar dari gua persembunyiannya
bila tiba waktunya, kemudian menyingkirkan Al Quran yang ada di
tangan kaum muslimin.
c. Tentang Para Sahabat
Kaum Syiah berkeyakinan bahwa para sahabat Nabi (selain
beberapa orang saja yang mereka sebut dalam buku buku rujukan
agama mereka) telah berkhianat kepada Allah dan RasulNya, dan
menghukumi para sahabat dan orang orang yang mengikutinya
sebagai orang orang yang kafir.
Abdullah bin Muhammad dalam bukunya yang beliau mengutip
dari Al Kulaini (salah seorang yang menjadi rujukan bagi kaum
Syiah) menyebutkan:
‫ة فقلت من‬QQ‫لم اال ثالث‬QQ‫ه وس‬QQ‫لى هللا علي‬QQ‫بي ص‬QQ‫د الن‬QQ‫ل ردة بع‬QQ‫اس اه‬QQ‫ان الن‬QQ‫عن جعفر ك‬
‫بن االسود و ابو ذر الغفار و سلمان الفارسي‬ ‫الثالثة فقال المقداد‬
Artinya: dari ja’far para manusia adalah ahli riddah (murtad)
setelah wafatnya Nabi kecuali tiga orang, kemudian aku bertanya
siapa ketiga orang tersebut, maka Ja’far menjawab Al Miqdad Al
Aswad, Abu Dzarin Al Ghifari, dan Salman Al farisi.
Mereka para pengikut paham Syiah sangat membenci para
sabahat, lebih lebih sahabat Abu Bakrin, Umar, Usman. Mereka
tidak segan segan untuk mencaci dan mencela para sahabat, dan
bahkan mereka menyematkan dalam doa doa mereka untuk mela’nat
para sahabat.
d. Tentang Imamah
Syiah menyakini bahawa imamah adalah salah satu rukun iman
mereka. Dan mereka menyakini bahwa imam imam mereka itu
ma’shum (tidak dapat lupa, tidak dapat khilaf, tidak dapat berbuat
salah, dan sempurna semenjak lahir sampai mati), imam imam
mereka lebih utama dan lebih mulia dari semua Nabi selain Nabi
Muhammad dan lain sebagainya. Seperti halnya telah diutarakan
oleh Abdullah bin Muhammad:
‫ان األئمة االثني عشر معصومون يعلمون الغيب و يعلمون جميع العلوم التي خرجت‬
‫يء‬QQ‫ون اليخفى عليهم ش‬QQ‫ا يك‬QQ‫ان وم‬QQ‫ا ك‬QQ‫ون علم م‬QQ‫الى المالئكة واالنبياء والرسل وانهم يعلم‬
‫وانهم يعرفون جميع لغات العالم وان االرض كلها لهم‬
Artinya sesungguhnya para imam yang duabelas itu adalah
orang orang yang ma’shum, mengetahui perkara yang ghoib,
mengetahui semua ilmu yang telah diberikan pada para malaikat, al
anbia’, ar rusul, dan sesungguhnya para imam mengetahui sesuatu
yang terjadi dan akan terjadi, tidak samar bagi mereka sesuatu pun,
dan mereka mengetahui semua bahasa alam semesta, dan semua
bumi ini adalah milik mereka.
e. Tentang Taqiyyah
Kaum Syiah percaya kepada aqidah Taqiyyah, dan berkata
Taqiyyah adalah agamanya dan agama leluhurnya, dan mereka
berkata tidaklah beriman barang siapa tidak pandai pandai
bertaqiyyah dan bermain watak.
Abdullah bin Muhammad medefinisikan Taqiyyah sebagai
berikut:
‫ظ‬QQ‫ك او لتحتف‬QQ‫ك او مال‬QQ‫رر عن نفس‬QQ‫دفع الض‬QQ‫د لت‬QQ‫ا تعتق‬QQ‫ير م‬QQ‫ل غ‬QQ‫ول او تفع‬QQ‫ة ان تق‬QQ‫التقي‬
‫بكرامتك‬
Artinya At Taqiyyah adalah engkau berkata atau melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinanmu supaya engkau bisa
menolak bahaya dari dirimu atau hartamu atau menjaga
kehormatanmu.
Seorang yang berfaham Syiah menganggap Taqiyyah atau
berdusta adalah sebuah agama dan ibadah sehingga orang yang tidak
bertaqiyyah dianggap orang yang tidak beriman.

2. Pemikiran Khawarij
Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah orang Islam
yang melakukan dosa besar adalah kafir, orang-orang yang terlibat
pada perang Jamal (perang antara Aisyah, Thalhah dan Zubair dengan
Ali bin Abi Thalib) dan para pelaku tahkim (termasuk yang menerima
dan membenarkannya) dihukumkan kafir dan khalifah harus dipilih
langsung oleh rakyat.
Begitu pula dengan doktrin-doktrin pokok yang ditanamkan antara
lain:
a. Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh ummat
Islam.
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, setiap orang
muslim berhak menjadi khalifah bila memenuhi syarat.
c. seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
d. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga
harus dibunuh.
e. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan
mereka bila tidak maka ia wajib di bunuh.
f. Adanya wa’ad dan wa’id.
g. Amar makruf nahi munkar.
h. Memalingkan ayat-ayat Al-qur’an yang mutasyabihat.
i. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
Dari doktrin di atas dapat kita simpulkan bahwa doktrin kaum, Khawarij
dapat dikategorikan dalam tiga kategori yaitu :
a. Doktrin politik, dimana membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan kenegaraan khususnya tentang kepala negara atau khalifah.
b. Doktrin teologi, dimana membicarakan tentang dosa besar. Doktrin
teologi Khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas dari
doktrin sentralnya yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat
dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal usul
mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara
padang pasir yang tandus.
c. Doktrin sosial, dimana doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli
kelompok Khawarij.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan diatas, serta segala penjelasan-penjelasan,
kami dapat mengambil kesimpulan. Syi’ah adalah golongan umat Islam
yang terlampau mengagungkan keturunan Nabi. Mereka mendahulukan
keturunan Nabi, untuk menjadi khalifah. Dalam hal ini golongan syi’ah
menetapkan bahwa Imam Ali-lah yang paling berhak memegang jabatan
kholifah setelah Nabi.
Khawarij merupakan suatu kaum yang berhijrah meninggalkan rumah
dan kampong halam mereka untuk mengabdikan diri kepada Allah dan
Rasul-Nya dan untuk memperolah pahala dari Allah SWT. Kaum
Khawarij memisahkan diri dari barisan ‘Ali bin Abi Thalib, karena mereka
tidak setuju dengan sikapnya yang menerima tahkim (arbitrase) dalam
menyelesaikan persengketaannya dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

B. Saran
Menjadi seorang warga masyarakat serta umat Muslim sudah
seharusnya kita dapat membedakan antara ajaran Islam yang
sesungguhnya sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an dan sesuai
sunnah Nabi Muhammad SAW. Kita harus memiliki benteng iman yang
kuat agar tidak gampang terpengaruh oleh paham-paham yang
melenceng dari ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K. 2002. History of The Arabs. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
Rozak, Abdul, dan Rosihon Anwar. 2004. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia.
Al-‘Aql, Nashir bin Abdul Karim. 2014. Khawarij Inspirator Faham Radikal.
Jakarta : Pustaka Al-Inabah.
At-Tunisawi, Muhammad ‘Abdussattaar. 2014. Ada apa dengan Syi’ah?. Jakarta
Timur : Griya Ilmu.
Didanel. 2010. Khawarij dan Syi’ah, Desember 2010. Diambil dari
https://didanel.wordpress.com/2010/12/29/khawarij-dan-syiah/. (29 Desember
2010)

Anda mungkin juga menyukai