DISUSUN OLEH:
QHANDISYA CHINTYA AURORA
21410071
DOSEN PENGAMPU:
SYARIF NURHIDAYAT,SH.,MH.
JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2023
A. Latar Belakang
Islam, sebagai agama yang mencakup aspek spiritual, etika, hukum, dan
sosial, selalu mengalami berbagai interpretasi dan perkembangan pemikiran
sepanjang sejarahnya. Dalam konteks pemikiran Islam, salah satu aspek yang
menarik untuk diselidiki adalah perkembangan pemikiran dalam kelompok-
kelompok seperti Khowarij, Syiah, dan Murjiah. Ketiga kelompok ini memiliki
pandangan-pandangan yang berbeda terkait agama, teologi, politik, dan etika, yang
telah memberikan dampak signifikan pada sejarah dan perkembangan pemikiran
dalam dunia Islam.3
1
Rahmawati. 2016. “Perkembangan Pemikiran Dan Peradaban Islam.” Jurnal Rihlah V (2): hlm
108.
2
Pihar, Ahmad, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan. 2021. “Pemikiran Teologi Klasik
Khawarij Dan Syi’ah.” MUDABBIR Journal Reserch and Education Studies 1 (2): hlm 132.
3
Rubini. 2018. “Khawarij Dan Murji’ah Persfektif Ilmu Kalam.” Jurnal Komunikasi Dan
Pendidikan Islam 7 (1): hlm 97.
1
memahami keragaman pemikiran dalam Islam dan dampaknya pada sejarah serta
perkembangan masa kini. Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi perkembangan
pemikiran dalam kelompok Khowarij, Syiah, dan Murjiah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Pembahasan
a. Khowarij
Secara etimologis, kata "Al Khawarij" berasal dari kata tunggal "Khārij"
yang dalam bahasa Arab berarti "diluar" atau "bagian luar." Oleh karena itu, para
ahli bahasa merujuk pada kelompok ini dengan kata "kharaja" karena mereka
telah keluar dari prinsip-prinsip agama dan tidak lagi tunduk kepada Imam Ali.
Terminologi yang digunakan oleh para ulama dalam mendefinisikan Al
Khawarij beragam. Beberapa ulama memberikan definisi yang mencakup
2
pengertian politik secara umum, yaitu setiap kelompok yang keluar dari
kepemimpinan yang diakui secara syari, baik itu keluar dari kepemimpinan
Khulafā' Ar Rasyidīn, kepemimpinan tabī'in, atau kepemimpinan di zaman mana
pun. Sebagian ulama, seperti Al Syaristānī, menggambarkan Al Khawarij
sebagai setiap orang yang memisahkan diri dari pemimpin yang telah disetujui
kepemimpinannya.4
Selain itu, ada juga definisi yang diajukan oleh ulama Ibāḍīah, yang
menyatakan bahwa Khawarij adalah kelompok yang muncul pada masa tabi'in
(pengikut generasi setelah sahabat Nabi) dan tabi' al-tabi'in (pengikut generasi
setelah tabi'in). Kelompok Ibāḍīah ini memberikan kerangka waktu khusus
untuk munculnya Khawarij. Dengan demikian, pengertian dan definisi Al
Khawarij dalam terminologi para ulama memiliki variasi yang mencakup konsep
pemisahan dari kepemimpinan yang diakui syariah, dengan beberapa ulama
menekankan keluarnya dari kepemimpinan Imam Ali, sementara yang lain
menentukan kerangka waktu khusus untuk munculnya kelompok Khawarij.
b. Syiah
4
Syandri. 2017. “Al Khawarij Dan Al Murjiah Sejarah Dan Pokok Ajarannya.” Nukhbatul ’Ulum 3
(1): hlm 286.
5
Chaerudji. 2007. Ilmu Kalam. Jakarta: Diadit Media, hlm 52.
3
c. Murjiah
a. Khowarij
Munculnya kelompok Khawarij dapat dijelaskan melalui tiga faktor
utama. Pertama, fanatisme kesukuan menjadi pemicu penting dalam
perkembangan Khawarij. Meskipun fanatisme ini telah berkurang pada masa
Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, namun kembali muncul pada masa
pemerintahan Utsman dan setelahnya. Persaingan dalam memperebutkan
jabatan kunci dalam kekhilafahan, di mana Utsman dianggap melakukan
nepotisme dengan mengangkat banyak anggota keluarganya untuk jabatan
strategis, memberikan peluang bagi fanatisme ini untuk berkembang dan
menjadi alasan bagi kelompok Khawarij untuk memberontak.7
Kedua, faktor ekonomi memainkan peran penting. Hal ini terlihat dalam
aksi mereka merampas harta Baitul Mal serta dendam mereka terhadap Ali
dalam perang Jamal. Ali melarang mereka mengambil wanita dan anak-anak
sebagai budak hasil perang, yang menjadi pemicu untuk permusuhan mereka
terhadap Ali. Ketiga, semangat keagamaan juga menjadi pendorong mereka
untuk memberontak terhadap penguasa yang dianggap sah. Pada suatu waktu,
Ali menerima tawaran perdamaian dari kelompok Mu'awiyah, tetapi desakan
dari beberapa pengikutnya, terutama para ahli qurra', membuat Ali terpaksa
6
Rubini. 2018. “Khawarij Dan Murji’ah Persfektif Ilmu Kalam.” Jurnal Komunikasi Dan
Pendidikan Islam 7 (1): hlm 109.
7
Yusuf, Muhammad, Faridah Faridah, and Laessach M Pakatuwo. 2021. “Al-Khawarij Dan
Murjiah, Sejarah Muncul Dan Pokok Ajarannya.” Tekno Aulama: Jurnal Teologi Pendidikan Islam
01 (02): hlm 170,
4
menghentikan peperangan. Ketika tawaran damai datang, Ali berencana
mengirim Abdullah bin Abbas sebagai juru damai, tetapi Khawarij menolaknya
karena menganggap bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali.
Mereka mengusulkan Abu Musa Al-Asy'ari sebagai juru damai, tetapi hasil dari
tahkim, yaitu Ali diberhentikan sebagai khalifah oleh utusannya, sementara
Mu'awiyah diakui sebagai khalifah oleh delegasinya, mengecewakan Khawarij.
Ini memicu pernyataan mereka bahwa hukum hanya berasal dari Allah, dan
mereka mulai memisahkan diri dari pasukan Ali. Akhirnya, mereka keluar dari
pasukan Ali dan bergerak menuju Harura, di mana mereka mengangkat
pemimpin definitif mereka, Abdullah bin Sahab Ar-Rasyibi. Mereka kemudian
dikenal sebagai kelompok Hururiyah atau Khawarij.8
b. Syiah
Sejak zaman Rasulullah dan khalifah Abu Bakar serta Umar bin Khatab,
tidak pernah ada kelompok politik atau agama yang memiliki banyak pengikut,
karakteristik, identitas khusus, dan tujuan yang jelas. Kelompok semacam itu
baru muncul pada masa Khalifah Utsman. Mereka adalah pendukung setia Ali,
yang meyakini bahwa Ali berhak atas kepemimpinan berdasarkan dalil Al-Quran
dan wasiat Rasulullah, baik yang terungkap dengan jelas maupun yang kabur.
Bagi mereka, kepemimpinan seharusnya tetap berada di tangan Ali dan
keturunannya. Tentang asal-usul dan perkembangan Syi'ah, pandangan para
ulama berbeda. Ada yang berpendapat bahwa keyakinan Syi'ah sangat
dipengaruhi oleh ajaran Yahudi, terutama melalui figur Abdullah bin Saba' yang
berasal dari komunitas Yahudi. Namun, ada juga pandangan yang cenderung
menyatakan bahwa Syi'ah lebih dipengaruhi oleh budaya Persia, karena mereka
menganggap bahwa Islam didirikan oleh orang Persia.9
8
Ibid
9
Beti Mulu. 2018. “Aliran-Aliran Dalam Pemikiran Kalam.” Jurnal Ad-Dirasah 1: hlm 10..
5
Prof. Ahmad Amin menyatakan bahwa Syi'ah telah ada sebelum
masuknya orang-orang Persia ke dalam Islam, meskipun pada awalnya tidak
ekstrem seperti sekarang. Awalnya, mereka hanya menganggap Ali lebih utama
dari sahabat lainnya, namun pemahaman Syi'ah berkembang seiring berjalannya
waktu dan munculnya kasus-kasus pembunuhan yang mengatasnamakan
Syi'ah. 10 Sejumlah tokoh dalam aliran Syi'ah termasuk Jalaludin Rakhmat,
Haidar Bagir, Haddad Alwi, Nashr bin Muzahim, dan Ahmad bin Muhammad
bin Isa Al-Asy'ari.
c. Murjiah
10
Chaerudji. 2007. Ilmu Kalam. Jakarta: Diadit Media, hlm 60.
11
Syandri. 2017. “Al Khawarij Dan Al Murjiah Sejarah Dan Pokok Ajarannya.” Nukhbatul ’Ulum
3 (1): hlm 286.
12
Rubini. 2018. “Khawarij Dan Murji’ah Persfektif Ilmu Kalam.” Jurnal Komunikasi Dan
Pendidikan Islam 7 (1): hlm 106.
6
Teori ketiga menggambarkan perseteruan antara Ali dan Muawiyah,
yang berujung pada tahkim atau arbitrase atas usulan Amr bin Ash, seorang
pendukung Muawiyah. Akibatnya, kelompok pendukung Ali terpecah menjadi
dua, salah satunya adalah Khawarij. Khawarij berpendapat bahwa tindakan
tahkim merupakan dosa besar dan membuat pelakunya dapat dianggap kafir,
serupa dengan dosa besar seperti zina, riba, atau pembunuhan tanpa alasan.
Namun, kelompok Murji'ah menolak pandangan ini dan berpendapat bahwa
orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin dan tidak dianggap kafir,
sementara dosanya akan menjadi urusan Allah.13
a. Khawarij
Pemikiran Khawarij mencakup sejumlah prinsip inti yang dapat dibagi
ke dalam tiga kategori: politik, teologi, dan sosial. Dalam konteks politik,
Khawarij menganggap bahwa pemimpin atau khalifah harus dipilih oleh seluruh
umat Islam secara bebas, tanpa memandang latar belakang etnis atau keturunan
Arab. Mereka mempercayai bahwa setiap muslim yang memenuhi syarat berhak
menjadi khalifah, dan pemilihan khalifah harus permanen selama yang
bersangkutan menjalankan syariat Islam dan bersikap adil. Khalifah yang
melakukan kezaliman dianggap harus dijatuhkan atau bahkan dibunuh.14
13
Ibid
14
Saleh. 2018. “Khawarij; Sejarah Dan Perkembangannya.” EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadis 7 (2): hlm 30.
7
dianggap menyeleweng dan menjadi kafir. Pasukan yang berperang melawan Ali
dalam perang Jamal juga dianggap kafir.15
b.Syiah
Pemikiran Syiah adalah salah satu aliran besar dalam Islam yang memiliki
pandangan dan keyakinan agama yang berbeda dibandingkan dengan aliran utama
dalam Islam, yaitu Sunni. Pemikiran Syiah menekankan peran penting dan otoritas
15
Yusuf, Muhammad, Faridah Faridah, and Laessach M Pakatuwo. 2021. “Al-Khawarij Dan
Murjiah, Sejarah Muncul Dan Pokok Ajarannya.” Tekno Aulama: Jurnal Teologi Pendidikan Islam
01 (02): hlm 171-172.
16
Ibid
8
Ahlul Bait, yaitu keluarga Nabi Muhammad, dan terutama Imam Ali, dalam
menjalankan kepemimpinan umat Islam. Pemikiran Syiah juga mengakui dua belas
Imam yang dianggap sebagai pemimpin spiritual dan otoritas dalam hal-hal agama
dan dunia.
Pihar, Ahmad, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan. 2021. “Pemikiran Teologi Klasik
17
Khawarij Dan Syi’ah.” MUDABBIR Journal Reserch and Education Studies 1 (2): hlm 135.
9
terbunuh. Selama Muharram, bulan di mana peristiwa Karbala terjadi,
penganut Syiah mengadakan prosesi, pertunjukan dramatis, dan ceramah
untuk mengenang peristiwa tersebut.
c. Murji’ah
10
dengan keyakinan bahwa mereka dapat memperoleh pengampunan dan rahmat
dari Allah. 18
18
Opcit, hlm 173.
11
penting untuk dicatat bahwa tidak semua individu yang teridentifikasi dengan
kelompok ini memiliki pandangan yang sama. Ada variasi dalam keyakinan dan
pemahaman di dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, perlu melakukan
analisis yang lebih mendalam dan kajian yang lebih luas untuk mendapatkan
pemahaman yang komprehensif tentang keberadaan dan pemikiran kelompok
Khowarij, Syiah, dan Murjiah dalam kehidupan saat ini.
Ketiga aliran tersebut adalah aliran yang tidak boleh diikuti oleh umat
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam karena dari pemikiran dan juga
perbuatan kedua aliran tersebut sudah menyimpang dari Alquran dan hadis dan
bisa dikatakan kedua aliran ini adalah aliran yang sesat yang harus ditinggalkan
dan harus dibentengi terhadap keluarga agar kiranya tidak masuk ke dalam kedua
aliran ini.
E. Kesimpulan
Khowarij adalah kelompok yang muncul pada awal sejarah Islam, yang
dikenal karena pandangan mereka yang ekstrem dan keras. Mereka memandang
kepemimpinan harus dipilih secara bebas oleh umat Islam, dan setiap pemimpin
yang dianggap menyeleweng harus dijatuhkan atau dibunuh. Mereka juga
menganggap bahwa seseorang yang berdosa besar menjadi kafir, dan fanatisme
mereka telah memainkan peran dalam kekerasan sepanjang sejarah.
Syiah adalah aliran Islam yang mengakui otoritas dan kepemimpinan Ahlul
Bait, terutama Imam Ali, sebagai pewaris sah Nabi Muhammad. Mereka memiliki
konsep Imamah dan mengakui dua belas Imam sebagai otoritas spiritual. Praktik
dan keyakinan mereka mencakup ziyarah, azadari, taqiyya, dan penghormatan
kepada makam-makam suci.
12
Meskipun pemikiran dan kelompok ini telah ada sejak awal Islam, mereka
tetap memengaruhi sejarah dan perkembangan umat Islam hingga saat ini. Penting
untuk memahami variasi dalam pandangan dan keyakinan dalam setiap kelompok
ini dan menjaga keseimbangan antara sikap kritis terhadap pandangan mereka
dengan upaya menjaga persatuan dalam umat Islam.
F. Referensi
Pihar, Ahmad, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan. 2021. “Pemikiran Teologi
Klasik Khawarij Dan Syi’ah.” MUDABBIR Journal Reserch and Education
Studies 1 (2): 131–40. https://doi.org/10.56832/mudabbir.v1i2.84.
Rubini. 2018. “Khawarij Dan Murji’ah Persfektif Ilmu Kalam.” Jurnal Komunikasi
Dan Pendidikan Islam 7 (1): 95–114.
Syandri. 2017. “Al Khawarij Dan Al Murjiah Sejarah Dan Pokok Ajarannya.”
Nukhbatul ’Ulum 3 (1): 285–300. https://doi.org/10.36701/nukhbah.v3i1.23.
13