Tentang:
ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM
Dosen:
Fauzul Masyhudi M.Ag
Disusun oleh:
kelompok 4
1.Aprilia Wardani
2.Muhammad hafi pardi
3.Pelsi sesialeza
4.Ivani
Pertama tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan
rahmat, hidayah serta inayahNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga makalah ini
dapat di selesaikan, selanjutnya, Sholawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia menuju jalan kebenaran, Rahmatan lil
‘Alamin.
Selanjutnya, dalam penyusunannya makalah ini tentunya tidaklah luput dari kekurangan-
kekurangan maka dari itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dari yang sehat dari
pembaca sekalian untuk lebih kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh
seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang
aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini
memiliki konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana
seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari
jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam
kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi,
melainkan persolaan di bidang politik, hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan
bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok
dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik
yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai
pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan
pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa
agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang
semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan
bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada
umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al—Quran dan As-Sunnah dapat berhubungan
dengan pertumbuhan masyarakat luas.
BAB II
Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa pemerintahan
Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M) yang ditandai dengan munculnya kelompok dari
pendukung Ali yang memisahkan diri mereka karena tidak setuju dengan sikap Ali yang
menerima Tahkim dalam menyelesaikan konfliknya dengan muawiyah bin abi Sofyan, gubernur
syam, pada waktu perang siffin. Kelompok ini selanjutnya dikenal dengan Kelompok Khawarij.
1. Aliran Khawarij.
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang
muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang
disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para
jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara baik-
baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang
menyebut dirinya Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi
samping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura,
nama suatu tempat dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakn rasa
penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan Mu’awiyah.
Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang memisahkan
diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka terhadap sikap Ali bin abi Thalib yang menerima
tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan dan konfliknya dengan
mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin.
Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu merupakan
penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan oleh
manusia sendiri, dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir.
Dengan demikian, orang yang melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik
menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa
Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar
dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil
terbunuh ditangan mereka.
1. Tokoh-tokoh Khawarij
Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat kehancurannya
dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut adalah:
1. Al-Muhakkimah
2. Al-Azariqah
3. Al-Najdat
4. Al-baihasyiah
5. Al-Ajaridah
6. Al-Sa’Alibah
7. Al-Ibadiah
8. Al Sufriyah
1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan zubair,
dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim—termasuk yang menerima dan
mambenarkannya – di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak
menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya
Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).
2. Aliran Murji’ah
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya
kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal itu dilakukan
oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman
seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melukan dosa besar masih di anggap mukmin di
hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa
tiada tuhansealin allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang
mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang
menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.
Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang berarti
menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.
1. adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-pihak yang
ingin merebut kekuasaan ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat dan menyetujui
tahkim dalam perang siffin.
2. adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan
terjadinya perang jamal.
3. adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman bin
Affan.
. Ajaran-ajaran Murji’ah
Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah, Abu Yusufdan beberapa ahli hadits, yang berpendapat, bagaimanapun besarnya
dosa seseorang, kemungkinan mendapat ampunan dari tuhan masih ada. Sedangkan yang
ekstrem antara lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan. Kelompok ini
berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang itu tidak dihukum kafir.
3. Aliran Qadariyah
Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau
kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang
dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan
manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di
pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan
Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang Mazhab ini
banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga
disebut dengan aliran Mu’tazilah, kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang
menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak
campur tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena
qada dan qadar Allah SWT.
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip
ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika
semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab
logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas
kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n
dan Hadits, bukan sebaliknya.
Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang
mempersoalkan tentang Qadar.
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok ajaran
qadariyah adalah :
1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang
fasikk itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga)
atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah
tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang
bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa,
hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala
sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
4. Aliran Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan dalam bahasa inggris disebut
dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di
tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan.
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum agama Islam
datangke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah
memberi kan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang sangat tidak
bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa
berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk dan patuh kepada kehendak
tuhan.
Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya Qadariyah. Daerah kelahirannya pun
berdekatan. Qadariyah muncul di irak, jabariyah di khurasan. Aliran ini pada mulanya di
pelopori oleh al-ja’ad bin dirham. Namun, dalam perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan
oleh jahm bin Shafwan. Karena itu aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak mempunyai
pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah di lakukannya. Allah
SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala amal perbuatan yang mesti di kerjakannya, dan
segala perbuatan itu adalah ciptaan allah, sama seperti apa yang dia ciptakan pada benda-benda
yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham menginterpretasikan bahwa pahala dan siksa
merupakan paksaan dalam arti bahwa allah telah mentakdirkan seseorang itu baik sekaligus
memberi pahala dan allah telah mentakdirkan seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya.
Sehingga, dalam realisasinya, orang yang termakan paham ini bisa menjadi apatis dan beku
hidupnya, tidak bisa berbuat apa-apa, selain berpangku tangan, menunggu takdir Allah semata-
mata dan berusahapun tidak. Karena mereka telah berkeyakinan bahwa allah telah mentakdirkan
segala sesuatu, dan manusia tidak bisa mengusahakan sesuatu itu.
Disisi lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat pahala atau siksa
karena perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang dilakukan
manusia adalah sebenarnya perbuatan tuhan tidak menafikan adanya pahala dan siksa.
Berkenaan dengan itu perlu dipertegas bahwa Jabariyah yang di kemukakan Jaham bin
Shafwan adalah paham yang ekstrem. Sementara itu terdapat pula paham jabariyah yang
moderat, seperti yang diajarkan oleh Husain Bin Muhammad al.Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.
Menurut Najjar dan Dirar, bahwa Tuhanlah yang menciptakan perbuatan Manusia baik
perbuatan itu positif maupun negatif Tetapi dalam melakukan perbuatan itu manusia mempunyai
bagian daya yang diciptakan dalam diri manusia oleh tuhan, mempunyai efek, sehingga manusia
mampu melakukan perbuatanitu.Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan
inilah yang kemudian disebut Kasb atau acquisition.[20]
Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang di gerakkan oleh dalang, tetapi
manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan suatu perbuatan, dan manusia tidak
semata-mata di paksa dalam melaksanakan perbuatannya.
5. Aliran Mu’tazilah
Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya “memisahkan diri”, pada
mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin
Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam
perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di
gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.
Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di kota
basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah muncul pada
pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri
atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya perang
jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat
dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah diatas tidaklah sama dan
tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua
muncul karena didorong oleh persoalan aqidah.
Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil bin Atha’ lah yang menjadi salah
satu aliran teologi dalam islam.
Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini untuk
memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :
1. Tokoh-tokoh Mu’tazilah
1.
1. Washil bin Atha’
2. Abu Huzail al-Allaf
3. Al Nazzam
4. Al-Jubba’i
Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan jemaah
berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama’ah mengandung arti “penganut Sunnah (ittikad)
nabi dan para sahabat beliau.
Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi 2 pengertian, yaitu
khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syiah, Dalam
pengertian ini, Mu’tazilah sebagai mana juga Asy’ariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni
dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan Asy’ariyah dan merupakan
lawan Mu’tazilah.
Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran Asy’ariyah dan maturidiyah, dua
aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.
Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al hasan al Asy’ari dan
Abu Mansur al Maturidi.
1. Pokok-pokok pemikirannya
1.Pokok-pokok pemikirannya :
7. Aliran Syiah
Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini ialah para
pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan pada kaum muslimin
yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad
SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama kalinya di
tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi
Muhammad SAW.
Para pengikut ali yang disebut syi’ah ini diantaranya adalah Abu Dzar al Ghiffari, Miqad bin
Al aswad dan Ammar bin Yasir.
Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat, pertama menurut Abu
Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affankemudian tumbuh
dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Adapun menurut Watt, Syi’ah
bener-bener muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal
denganPerang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap
arbitrase yang diatwarkan Mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali –kelak di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak di sebut Khawarij.
8. Aliran Salafiyah
Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang dimaksud
terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul SAW, para sahabat, para
tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti orang-orang yang mengikuti salaf.
Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul SAW wafat, yaitu
sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al Qur’an dan hadits tanpa ta’wil,
terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an sehingga tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah SWT.
Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup sebelum tahun 300
hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H termasuk dalam kategori khalaf.
Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya, Ahmad, bin
Muhammad bin Hambal, beliau juga di kenal sebgai pendiri dan tokoh mazhab Hambali. .
Tokoh salafiyah yang terkenal lainnya adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ahmad bin Abdul
Halim bin Abd al salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah al Hambali, atau yang lebih
di kenal dengan nama Ibnu Taimiyah. Beliau merupakan seorang teolog dan ahli Hukum yang
banyak menghasilkan karya tulis.beliau juga ahli di bidang tafsir dan hadist.
Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin Hanbal ini,
selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu Taimiyah, kemudian di suburkan oleh Imam Muhammad
bin Abdul Wahab.dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara Spodaris.
Pada abad ke 20 M gerakan ini muncul dengan dimensi baru. Tokoh-tokohnya adalah
Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Al Afgani dapat di katakan sebagai penganut salafiyah modern karena dalam rumusan
pahamnya yang banyak meletakkan unsur-unsur moderenismesebagai mana terlihat pada
komponen 2 dan 3 diatas.
Syekh Muhammad Abduh adalah murid Al afgani dan Muhammad Rasyid Ridaha adalah
murid dari Muhammad Abduh, meskipun dalam beberapa hal antara dengan guru berbeda dalam
banyak hal mereka sama.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai pelopor lahirnya
pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh
dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah,
bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al—
Quran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
Penilaiaan baik tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia mungkin di lakukan
dengan mencoba menghubungkan pendapat tersebut dengan peristiwa-peristiwa yang
berkembang dalam sejarah. Disisi lain, kita juga bisa menilai baik tidaknya suatu pendapat atau
paham dengan mengaitkannya pada kenyataan yang berlaku dimasyarakat dan dapat bertahan
dalam kehidupan manusia, dan juga pendapat tersebut banyak di ikuti oleh Manusia.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Drs. Abuddin Nata, M.A, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf,. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1995. Hal. 29
[2] Drs. H. M Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996. Hal.
[7] DR. Abdul Rozak,M.Ag. dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006. Hal. 51 et.seq
[16] Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992. Hal. 45
[26] Drs. H.M. Yusran Asmuni, op. cit. Hal. 122 et seq.
[30] Drs. H.M. Yusran Asmuni, op. cit. Hal. 135 et seq.