Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pengantar studi pemikiran islam

Tentang:
ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM

Dosen:
Fauzul Masyhudi M.Ag

Disusun oleh:
kelompok 4

1.Aprilia Wardani
2.Muhammad hafi pardi
3.Pelsi sesialeza
4.Ivani

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH “C”
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI(UIN)
1441H/2020M
 KATA PENGANTAR

Pertama tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan
rahmat, hidayah serta inayahNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga makalah ini
dapat di selesaikan, selanjutnya, Sholawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia menuju jalan kebenaran, Rahmatan lil
‘Alamin.

Makalah yang berjudul  “ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM” ini disusun


untuk melengkapi tugas dalam mata pelajaran Ilmu Kalam dan  disampaikan pada diskusi dalam
pembahasan Ilmu Kalam.

Selanjutnya, dalam penyusunannya makalah ini tentunya tidaklah luput dari kekurangan-
kekurangan maka dari itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dari yang sehat dari
pembaca sekalian untuk lebih kesempurnaan makalah ini.

 
BAB 1

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh
seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang
aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini
memiliki konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana
seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari
jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).

Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam
kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi,
melainkan persolaan di bidang politik,  hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan
bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok
dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik
yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai
pendapat-pendapat yang berbeda-beda.

Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan
pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa
agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang
semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan
bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada
umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al—Quran dan As-Sunnah dapat berhubungan
dengan pertumbuhan masyarakat luas.
BAB II

ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM

Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa pemerintahan
Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M) yang ditandai dengan munculnya kelompok dari
pendukung Ali yang memisahkan diri mereka karena tidak setuju dengan sikap Ali yang
menerima Tahkim dalam menyelesaikan konfliknya dengan muawiyah bin abi Sofyan, gubernur
syam, pada waktu perang siffin. Kelompok ini selanjutnya dikenal dengan Kelompok Khawarij.

Lahirnya Kelompok Khawarij ini dengan berbagai pendapatnya selanjutnya, menjadi


dasar kemunculan kelompok baru  yang dikenal dengan nama Murji’ah. lahirnya Aliran teologi
inipun mengawali kemunculan berbagai Aliran-Aliran teologi lainnya. Dan dalam
perkembangannya telah banyak melahirkan berbagai Aliran teologi yang masing-masing
mempunyai latar belakang dan sejarah perkembangan yang berbeda-beda.Berikut ini akan
dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan Aliran tersebut berikut pokok-pokok pikiran
nya masing-masing.

1. Aliran Khawarij.

1. Pengertian dan latar belakang timbulnya Aliran khawarij

Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang
muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang
disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para
jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara baik-
baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang
menyebut dirinya Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi
samping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura,
nama suatu tempat dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakn rasa
penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan  Mu’awiyah.

Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang memisahkan
diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka  terhadap sikap Ali bin abi Thalib yang menerima
tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan dan konfliknya dengan
mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin.

Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu merupakan
penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada  ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan oleh
manusia sendiri, dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir.
Dengan demikian, orang yang  melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik
menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa
Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar
dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil
terbunuh ditangan mereka.

1. Tokoh-tokoh Khawarij

Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :

1. Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di


Harura (pimpinan Khawarij pertama)
2. Urwah bin Hudair
3. Mustarid bin sa’ad
4. Hausarah al-Asadi
5. Quraib bin Maruah
6. Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
7. Abdullah bin Basyir
8. Zubair bin Ali
9. Qathari bin Fujaah
10. Abd al-Rabih
11. Abd al Karim bin ajrad
12. Zaid bin Asfar
13. Abdullah bin ibad

C. Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij

Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat kehancurannya
dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut adalah:

1. Al-Muhakkimah
2. Al-Azariqah
3. Al-Najdat
4. Al-baihasyiah
5. Al-Ajaridah
6. Al-Sa’Alibah
7. Al-Ibadiah
8. Al Sufriyah

Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:

1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan zubair,
dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim—termasuk yang menerima dan
mambenarkannya – di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak
menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya
Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).

2. Aliran Murji’ah

1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya
kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal itu dilakukan
oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman
seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melukan dosa besar masih di anggap mukmin di
hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa
tiada tuhansealin allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang
mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang
menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.

Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang berarti
menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.

Hal-hal yang melatarbelakangi kehadiran murji’ah antara lain adalah :

1. adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-pihak yang
ingin merebut kekuasaan ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat dan menyetujui
tahkim dalam perang siffin.
2. adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan
terjadinya perang jamal.
3. adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman bin
Affan.

. Ajaran-ajaran Murji’ah

1. Ajaran-ajaran pokok murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut: .


2. Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati
3. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut tetap
mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadt.
4. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat

Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah, Abu Yusufdan beberapa ahli hadits, yang berpendapat, bagaimanapun besarnya
dosa seseorang, kemungkinan mendapat ampunan dari tuhan masih ada. Sedangkan yang
ekstrem antara lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut Jaham bin Shafwan. Kelompok ini
berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan dirinya musyrik, orang itu tidak dihukum kafir.

3. Aliran Qadariyah

1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau
kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang
dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan
manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di
pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan

Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang Mazhab ini
banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga
disebut dengan aliran Mu’tazilah, kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang
menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak
campur tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena
qada dan qadar Allah SWT.

Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip
ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika
semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab
logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas
kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n
dan Hadits, bukan sebaliknya.

Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang
mempersoalkan tentang Qadar.

a. Pokok-pokok ajaran Qadariyah

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok ajaran
qadariyah adalah :

1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang
fasikk itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga)
atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah
tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang
bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa,
hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala
sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.

4. Aliran Jabariyah

1. Pengerian, dan latar belakang Kemunculan jabariyah.

Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan dalam bahasa inggris disebut
dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di
tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan.

Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum agama Islam
datangke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah
memberi   kan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang sangat tidak
bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa
berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk dan patuh kepada kehendak
tuhan.

Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya Qadariyah. Daerah kelahirannya pun
berdekatan. Qadariyah muncul di irak, jabariyah di khurasan. Aliran ini pada mulanya di
pelopori oleh al-ja’ad bin dirham. Namun, dalam perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan
oleh jahm bin Shafwan. Karena itu aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.

Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak mempunyai
pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah di lakukannya. Allah
SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala amal perbuatan yang mesti di kerjakannya, dan
segala perbuatan itu adalah ciptaan allah, sama seperti apa yang dia ciptakan pada benda-benda
yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham menginterpretasikan bahwa pahala dan siksa
merupakan paksaan dalam arti bahwa allah telah mentakdirkan seseorang itu baik sekaligus
memberi pahala dan allah telah mentakdirkan seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya.

Sehingga, dalam realisasinya, orang yang termakan paham ini bisa menjadi apatis dan beku
hidupnya, tidak bisa berbuat apa-apa, selain berpangku tangan, menunggu takdir Allah semata-
mata dan berusahapun tidak. Karena mereka telah berkeyakinan bahwa allah telah mentakdirkan
segala sesuatu, dan manusia tidak bisa mengusahakan sesuatu itu.

Disisi lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat pahala atau siksa
karena perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang dilakukan
manusia adalah sebenarnya perbuatan tuhan tidak menafikan adanya pahala dan siksa.
Berkenaan dengan itu perlu dipertegas bahwa Jabariyah yang di kemukakan Jaham bin
Shafwan adalah paham yang ekstrem. Sementara itu terdapat pula paham jabariyah yang
moderat, seperti yang diajarkan oleh Husain Bin Muhammad al.Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.

Menurut Najjar dan Dirar, bahwa  Tuhanlah yang menciptakan perbuatan Manusia baik
perbuatan itu positif maupun negatif Tetapi dalam melakukan perbuatan itu manusia mempunyai
bagian daya yang diciptakan dalam diri manusia oleh tuhan, mempunyai efek, sehingga manusia
mampu melakukan perbuatanitu.Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan
inilah yang kemudian disebut Kasb atau acquisition.[20]

Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang di gerakkan oleh dalang, tetapi
manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan suatu perbuatan, dan manusia tidak
semata-mata di paksa dalam melaksanakan perbuatannya.

5. Aliran Mu’tazilah

1. Pengertian dan latar belakang munculnya Mu’tazilah

Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya “memisahkan diri”, pada
mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya, Washil bin
Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam
perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di
gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.

Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di kota
basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah muncul pada
pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri
atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya perang
jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat
dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.

Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah diatas tidaklah sama dan
tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua
muncul karena didorong oleh persoalan aqidah.

Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil bin Atha’ lah yang menjadi salah
satu aliran teologi dalam islam.

1. Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah

Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini untuk
memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :

1. al Tauhid (keesaan Allah)


2. al ‘Adl (keadlilan tuhan)
3. al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
4. al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
5. amar mauruf dan Nahi mungkar.

1. Tokoh-tokoh Mu’tazilah

Diantara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mu’tazilah yaitu:

1.
1. Washil bin Atha’
2. Abu Huzail al-Allaf
3. Al Nazzam
4. Al-Jubba’i

6. Ahlussunah Wal- Jamaah

1. Pengertian dan para tokoh serta pemikiran-pemikiran mereka.

Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan jemaah
berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama’ah mengandung arti “penganut Sunnah (ittikad)
nabi dan para sahabat beliau.

Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi 2 pengertian, yaitu
khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syiah, Dalam
pengertian ini, Mu’tazilah sebagai mana juga Asy’ariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni
dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan Asy’ariyah dan merupakan
lawan Mu’tazilah.

Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran Asy’ariyah dan maturidiyah, dua
aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.

Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al hasan al Asy’ari dan
Abu Mansur al Maturidi.

a. Abu al Hasan al Asy’ari

1. Pokok-pokok pemikirannya

 Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam


Alqur’an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri diatas zat tuhan.
Sifat-sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
 Al-Qur’an, Manurutnya, al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
 Melihat Tuhan, menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat
nanti.
 Perbuatan Manusia. Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di ciptakan
oleh manusia itu sendiri.
 Antrophomorphisme
 Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak
tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.
 Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat
diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.

1. Abu manshur Al-Maturidi

1.Pokok-pokok pemikirannya :

 Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari


 Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di wujudkan oleh
manusia itu sendiri, dan bukan merupakan perbuatan tuhan.
 Al Quran. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
 Kewajiban tuhan. Menurutnya, tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
 Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
 Janji tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu merupakan janji
tuhan yang tidak mungkin di pungkirinya.
 Antrophomorphisme.

7. Aliran Syiah

1. Pengertian dan kemunculannya Syi’ah

Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini ialah para
pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan pada kaum muslimin
yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad
SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama kalinya di
tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi
Muhammad SAW.

Para pengikut ali yang disebut syi’ah ini diantaranya adalah Abu Dzar al Ghiffari, Miqad bin
Al aswad dan Ammar bin Yasir.

Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat, pertama menurut Abu
Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin Affankemudian tumbuh
dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Adapun menurut Watt, Syi’ah
bener-bener muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal
denganPerang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap
arbitrase yang diatwarkan Mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali –kelak  di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak di sebut Khawarij.

8. Aliran Salafiyah

1. Pengertian dan latar belakang munculnya Salafiyah

Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang dimaksud
terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul SAW, para sahabat, para
tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti orang-orang yang mengikuti salaf.

Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul SAW wafat, yaitu
sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al Qur’an dan hadits tanpa ta’wil,
terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an  sehingga tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah SWT.

Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup sebelum tahun 300
hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H termasuk dalam kategori khalaf.

1. Tokoh-tokoh ulama salaf dan perkembangan Aliran salafiyah.

Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya, Ahmad, bin
Muhammad bin Hambal, beliau juga di kenal sebgai pendiri dan tokoh mazhab Hambali. .

Tokoh salafiyah yang terkenal lainnya adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ahmad bin Abdul
Halim bin Abd al salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah al Hambali, atau yang lebih
di kenal dengan nama Ibnu Taimiyah. Beliau merupakan seorang teolog dan ahli Hukum yang
banyak menghasilkan karya tulis.beliau juga ahli di bidang tafsir dan hadist.

Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin Hanbal ini,
selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu Taimiyah, kemudian di suburkan oleh Imam Muhammad
bin Abdul Wahab.dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara Spodaris.

Pada abad ke 20 M gerakan ini muncul dengan dimensi baru. Tokoh-tokohnya adalah
Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Salafiyah baru al afgani ini terdiri dari 3 komponen pokok yakni :


1. Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya mungkin di wujudkan jika
mereka kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan kembali pada ajaran Islam
yang masih murni, dan meneladani pokok hidup sahabat Nabi. Komponen pertama ini
merupakan satu unsur yang di miliki oleh salfiyah sebelumnya.
2. perlwanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik, ekonomi, maupun
kebudayaan.
3. pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Al Afgani dapat di katakan sebagai penganut salafiyah modern karena dalam rumusan
pahamnya  yang banyak meletakkan unsur-unsur moderenismesebagai mana terlihat pada
komponen 2 dan 3 diatas.

Syekh Muhammad Abduh adalah murid Al afgani dan Muhammad Rasyid Ridaha adalah
murid dari Muhammad Abduh, meskipun dalam beberapa hal antara dengan guru berbeda dalam
banyak hal mereka sama.
BAB III

PENUTUP

Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai pelopor lahirnya
pemikiran-pemikiran yang  hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh
dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah,
bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al—
Quran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.

Sekarang, bagaimana kita menaggapi pemikiran-pemikiran tersebut yang kesemuanya


memiliki titik pertentangan dan persamaan masing-masing dan tentunya pendapat-pendapat
mereka memiliki argumentasi-argumentasi yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits. Namun
pendapat mana diantara pendapat-pendapat tersebut yang paling baik, tidaklah bisa kita nilai
sekarang. Kerana penilaian sesungguhnya ada pada sisi Allah yang akan diberikanNya di akhirat
nanti.

Penilaiaan baik tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia mungkin di lakukan
dengan mencoba menghubungkan pendapat tersebut dengan peristiwa-peristiwa yang
berkembang dalam sejarah. Disisi lain, kita juga bisa menilai baik tidaknya suatu pendapat atau
paham dengan mengaitkannya pada kenyataan  yang berlaku dimasyarakat dan dapat bertahan
dalam kehidupan manusia, dan juga pendapat tersebut banyak di ikuti oleh Manusia.

 
DAFTAR PUSTAKA

[1] Drs. Abuddin Nata, M.A, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf,. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1995. Hal. 29

[2] Drs. H. M Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,  Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996. Hal.

[3] Ibid. Hal. XV

[4] Ibid, Hal. 104

[5] Drs. Abuddin Nata, op. cit. Hal. 30

[6] Drs. H. M. Yusran asmuni, op.cit. Hal. 105.

[7] DR. Abdul Rozak,M.Ag. dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006. Hal. 51 et.seq

[8] Drs. Abuddin Nata. Op.cit . Hal. 33

[9] Drs. H.M Yusran Asmuni, op.cit. Hal. 106

[10] Ibid, Hal. 34

[11] Ibid, Hal. 106

[12] Drs. Abuddin Nata. Op.cit . Hal. 34

[13] Drs. H.M Yusran Asmuni, op.cit. Hal. 108

[14] Drs. Abuddin Nata, op.cit.Hal 36

[15] Drs. H.M. Yusran Asmuni, po.cit. Hal. 109

[16] Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992. Hal. 45

[17] Ibid. hal. 47

[18] Drs. Abuddin Nata. Op.cit . Hal. 39

[19] Ibid. hal. 40

[20] Ibid. Hal. 42


[21] Drs. H. M. Yusran Asmuni. Op.cit.Hal 114

[22] Ibid, Hal. 115

[23] Ibid, Hal. 117 et seq

[24] Ibid. Hal. 121.

[25] DR. Abdul Rozak, M.Ag. Dkk, Op.Cit.Hal. 119.

[26] Drs. H.M. Yusran Asmuni, op. cit. Hal. 122 et seq.

[27] Ibid. Hal. 128 et seq

[28] DR. Abdul Rozak, M.Ag. Dkk, Op.Cit.Hal. 89

[29] Ibid, Hal. 90

[30] Drs. H.M. Yusran Asmuni, op. cit. Hal. 135 et seq.

[31] Ibid, Hal. 147

[32] Ibid, Hal. 147

Anda mungkin juga menyukai