Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Munculnya Aliran

Teologi Dalam Islam


Oleh : Rahmat / mahasiswa stain majene

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya segala aktivitas seseorang dalam kehidupan
sehari-hari akan terasa berarti jika ada aqidah dan keyakinan dalam hati
dengan didasari kekuatan keimanan kepada Allah SWT. Dengan
demikian, diperlukannya suatu pembelajaran mengenai Teologi Islam
yang membahas tentang pemikiran ketuhanan. Terlebih lagi bagi orang
muslim untuk meningkatkan keimanan dan menjadi idealnya orang
islam. Apalagi di era sekarang yang sudah banyak munculnya perbedaan
pemikiran dan aqidah yang mengiringi. seseorang harus pandai-pandai
dalam memilih dengan berlandaskan ke pada al-Qur’an dan al-Hadist.
Dijelaskan dalam sabda Rasulullah bahwa umat manusia akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga dan hanya satu yang benar.
Maka dari itu sangat diperlukannya pembelajaran
mengenai ketuhanan guna meningkat kan keimanan, agar manusia tidak
salah dalam memilih jalan. Hingga akhirnya selamat di dunia dan di
akherat kelak.

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TEOLOGI ISLAM
Theology islam, “theology dari segi etymology (bahasa maupun
terminology). Menurut bahasa “theology” terdiri dari kata “Theo”,
artinya “tuhan” ,dan “logos” yang berarti “ilmu”. Jadi “theology” berarti
“ilmu tentang tuhan” atau “ilmu ketuhanan”.
Dalam encyclppedia everyman’s, disebutkan tentang theology
sebagai ilmu pengetahuan tentang agama, yang membicarakan tentang
tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan tuhan, baik berdasarkan
kebenaran wahyu ataupun
berdasarkan penyelidikan akal murni.1
B. SEJARAH TEOLOGI ISLAM
Istilah theology bukan berasal dari tradisi islam, karena dalam
islam kata teologi lebih dikenal dengan ilmu tauhid atau ilmu kalam.
Agama islam merupakan agama wahyu yang dimana pokok ajarannya
adalah tauhid. Namun awal dari permulaan masalah muncul sehingga
umat islam terpecah bukan karena
masalah tauhid (tuhan) melainkan masalah politik. 2
Semasa Rasulullah hidup, kondisi para pengikutnya masih bersifat
Sami’na wa Atho’na (mendengarkan lalu mengamalkan). Pada masa itu
umat belum melakukan interpretasi dan analisa rasional terhadap ajaran
yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. Karena itu, meskipun Aqidah
umat muslim sangat kuat pada masa itu, namun ilmu tauhid belum lahir,
justru tauhid sebagai suatu disiplin ilmu baru dikenal dalam agama islam
setelah ratusan tahun Rasulullah SAW wafat, sebagai perkembangan dari
permasalahan teologis yang lahir dalam dunia islam yang diawali dengan
persoalan politik.
Sepanjang sejarah, ilmu tauhid yang digunakan sebagagai penetap
dari apa yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada RasulNya tumbuh
bersama agama. Para tokoh agama berusaha untuk memelihara dan
meneguhkan agama dengan berbagai macam cara dan dalil yang mampu

1 Ahmad Hanafi, Theology islam, hal : 14


2 Drs. Hadis purba, MA, dan Dr. Salamuddin, MA, Theologi islam : ilmu tauhid, hal 167.
mereka ketengahkan. Para toko agama tersebut ada yang kuat dan ada
yang lemah dalam mengembangkan ilmu agama.
Persoalan teologi islam sebenarnya bermula dari pergolongan
politik, bukan murni dari agama yang dimana permasalahan tentang
kepemimpinan atau khalifah setelah nabi wafat.
Persoalan teologi yang menyelubungi pembunuhan Usman Bin
Affan di madina pada tahun 656 M, semakin memperuncing friksi umat
islam. Peristiwa itu menjadikan titik awal yang tepat untuk menganalisa
pergulatan dealiktika ajaran dan praktik praktik ilmu agama. Peristiwa
terbunuhnya khalifa Usman bin Affan berawal dari lahirnya kelompok
kelompok yang tidak puas atas kepemimpinan Usman bin Affan.
Sayyidina Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah terpilih setelah
Usman ibn Affan wafat, yang dimana merupakan suatu tantangan dari
para pemuka pemuka agama yang ingin menjadi khalifah juga, terutama
Thalhah dan zubair dari Makkah yang mendapat dukungan langsung dari
Sayyidah Aisyah istri Rasulullah. Thalha dan Zubair dikalahkan oleh Ali
ibn Abi Thalib pada perang jamal tahun 657 M dan mati terbunuh.
Sehingga, dikembalikanlah Aisyah ke Madina dan dikawal oleh pasukan
yang dimana saudaranya sendirilah yang memimpin, yaitu Muhammad
ibn Abi Bakar.
Setelah perang jamal selesai, Ali ibn Abi Thalib mendapatkan
tantangan baru dari Muawiyah bin Abi Sofyan. Muawiyah bin Abi
Sofyan merupakan gubernur Damaskus yang tidak menerima bahwa Ali
bin Abi Thalib menjadi Khalifah Setelah Usman bin Affan. Kubu
Muawiyah dan Kubu Ali bin abi Thalib saling berdebat tentang
pembunuh Usman ibn Affan, maka terjadilah peperangan. Yang dimana
peperangan ini dinamakan perang Shiffin pada tahun 658 M.
Perang shiffin ini diselesaikan dengan cara Tahkim atau arbitrase
3
, ketika pihak Muawiyah terdesak mundur. Pihak Ali ibn Abi Thalib
3 Bentuk peradilan yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pihak pihak yang
berselisih dan dimediasi oleh hakim yang mereka pilih sendiri.
yang ingin memenangkan perang tersbut malah mengalami kerugian
yakni diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah dan digantikan oleh
Muawiyah. Walaupun demikian, Ali ibn Abi Thalib tetap
mempertahankan jabatannya hingga beliau wafat 661 M.
Dengan terlaksananya arbitrase pada perang shiffin, sebagian
pengikut Ali ibn Abi Thalib yang tidak setuju akan hal tersebut
menyalahkan Ali ibn Abi Thalib karena Ali setuju akan hal tersebut.
Sebagian pengikut tersebut meninggalkan barisannya sehingga terkenal
dengan nama Khawarij. Mereka menginginkan putusan yang hanya ada
dalam Al-Quran.
Adapun kelompok yang tidak setuju dengan arbitrase tersebut
mengkafirkan Ali dan Muawiyah bahkan mengkafirkan semua pihak
yang terlibat dengan hal tersebut. Dalam gencarnya tuduhan kafir
tersebut, muncullah tanggapan dan opini dari kelompok lain yang
berbeda dengan kelompok Khawarij. Menurut golongan Murji’ah,
muslim yang melakukan dosa besar itu tidak kafir tetapi masih mukmin.
Masalah dosa besar itu harus diserahkan langsung kepada Allah SWT,
apakah diampuni atau tidak. Menurut golongan mu’tazilah sebagai
aliran ketiga tidak menerima pendapat tersebut. Bagi golongan
mu’tazilah orang yang berbuat dosa besar bukan kafir dan juga bukan
mukmin. Mereka mengambil posisi tengah diantara kaum
khawarij dan kaum

Murji’ah.
Selain ketiga aliran diatas terdapat juga dua aliran yang muncul
yakni Qodariyyah dan Jabariyyah. Menurut Golongan Qodariyyah
manusia memiliki kemerdekaan dalam setiap kehendak dan
perbuatannya. Sedangkan golongan Jabariyyah sebaliknya, berpendapat
bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam setiap kehendak
dan perbuatannya, yang berarti segala tindak laku manusia berasal dari
tuhan. Segara gerak gerik manusia sitentukan oleh Tuhan.
Selanjutnya kaum mu’tazilah terpengaruh oleh pemikiran rasio
atau akal yang memiliki kedudukan tinggi dalam kebudayaan Yunani.
Golongan mu’tazilah membawa kepercayaan rasio ini ke dalam teologi
islam sehingga teologi mereka mengambil teologi liberal dalam arti
bahwa sunggup golongan Mu’tazilah banyak mempergunkan rasio,
mereka tidak meninggalkan wahyu.
Teologi rasional dan liberal yang mereka bawa menarik perhatian
golongan inteligen pada masa kerajaan islam Abbasiyyah dipermulaan
abad ke-9 M sehingga Khalifah al-Ma’mun menjadikan teologi
Mu’tazilah sebagai madzhab resmi yang dianut Negara. Karena resmi
menjadi aliran pemerintahan, kaum mu;tazilah menyebarkan ajaran-
ajaran mereka dengan paksa, terutama faham bahwa al Qur’an bersifat
makhluk dalam arti diciptakan dan bukan bersifat qodim dalam arti kekal
dan tidak diciptakan.
Aliran ini mendapat tantangan keras dari golongan
Tradisional Islam, terutama golongan Imam Hambali. Setelah alMa;mun
meninggal ditahun 883 M kekerasan Mu’tazilah berkurang, dan akhirnya
madzhab Mu’tazilah dibatalkan oleh Khalifah al-Mutawwakil ditahun
856 M. Dan kaum Mu’tazilah mendapat perlawanan dari kalangan umat
Islam.
Perlawanan ini membentuk aliran teologi tradisionil yang disusun
oleh Abu Hasan al-Asy’ari ( 935 M ). Pada awalnya Asy’ari adalah
golongan mu’tazilah namun, setelah beliau bermimpi bertemu dengan
Rasulullah, dimana dalam mimpinya Rasulullah mengatakan bahwa
ajaran-ajaran Mu’tazilah adalah ajaran sesat, Asy-ari pun keluar dan
membuat ajaran baru yang dikenal dengan teologi al-asy’ariyyah.
Di daerah Samarkand juga terdapat aliran yang menentang
Mu’tazilah yakni teologi al- Maturidiah yang didirikan oleh Abu Mansur
Muhammad al –Maturidi, aliran ini tidak se tradisional Asy’ariyyah dan
tidak se liberal Mu’tazilah.4
Ahl Sunnah wal Al-Jamaah adalah aliran yang dibawa oleh Hasan
Asy’ari dan Al-Maturidi yang tetap ada sampai sekarang dan banyak
dianut oleh umat Islam. Aliran Maturidibanyak diikuti oleh umat
bermadzhab Imam Hanafi dan aliran Asy’ari dipakai oleh umat Islam
Sunni lainnya. 5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Teologi merupakan ilmu yang mempempelajari tentang
ketuhanan yang berdasarkan kebenaran wahyu dan atau dengan
pemikiran akal. Teologi dalam islam biasanya disebut juga ilmu
kalam, yang memberikan dalil naqli terhadap adanya Allah SWT.

4 https://epalyuardi.blogspot.com/2018/11/makalah-teologi-islam.html
5 Harun Nasution, teologi islam aliran aliran sejarah analisa perbandingan, hal :1-10
• Teologi islam mulai muncul pada masa khalifah
yang berhubungan dengan gejola politik, selain itu juga karena
adanya perbedaan pemikiran antar imam, guru dan murid.
• Sumber daripada teologi islam ini adalah al-quran dan juga al-
Hadist, yang menjadi sumber utama dalam mempelajari dan
menganalisis masalah ketuhanan. Para pemuka pemuka islam
menjadikan al-Quran dan al-Hadist sebagai penguat dalam
berpendapat.
• Salah satu penyebab munculnya teologi adalah adanya perbedaan
pemikiran. Hingga muncul beberapa aliran, diantarannya aliran
mu’tazilah, asy’ariyah, al- maturidiah, as-salafiyah dan aliran
wahabiyah.
• Dengan mempelajari teologi islam secara tidak langsung
keyakinan dan akidah seseorang akan bertambah. Kebenaran pun
akan ditegakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 1986. TEOLOGI ISLAM aliran aliran sejarah analisa
perbandingan.Jakarta: UI-press.
Purba, Hadis dan Salamuddin. 2016. Theologi Islam: Ilmu Tauhid. Medan:
Perdana Publishing.
Rosid Abdullah, Aminol.2021. Teologi Islam: Memahami Ilmu Kalam dari Era
Klasik hingga Kontemporer . Kota Batu: Literasi Nusantara
Hanafi, Ahmad.1996. THEOLOGY ISLAM ( ILMU KALAM ). Jakarta: Bulan
bintang.
Hanafi, Ahmad.1989. THEOLOGY ISLAM.Jakarta:Pustaka.
https://epalyuardi.blogspot.com/2018/11/makalah-teologi-islam.html

Anda mungkin juga menyukai