Anda di halaman 1dari 16

KITAB FI DZILAL AL-QUR’AN

KARYA IBNU ‘ASYUR

Disusun Oleh:

Dyitha Nabilah Barkah 11170340000160


Ayi Husni Fitriani 11170340000169
Sofy Amalia 11170340000171
Mutiara Santri 11170340000172

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
2

KATA PENGANTAR

Puji kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat, taufiq serta
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW.

Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Membahas
Kitab Tafsir di bawah bimbingan Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M. A. Adapun
makalah ini membahas tentang “Kitab Fi Dzilal al-Qur’an Karya Sayyid Quthub”.
Dengan harapan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bagi Mahasiswa Ilmu
al- Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa
pula kami ucapkan ribuan terimakasih kepada ibu dosen yang telah memberikan ilmu
dan pengarahan serta bantuannya kepada kami selaku pemakalah dalam menyelesaikan
tugas ini.

Sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
banyak kekurangan karena keterbatasan kami, namun kami mengupayakan semaksimal
mungkin dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.

Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terimakasih. Kami berharap semoga


penyajian makalah ini dapat diterima bagi para pembaca. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Ciputat , 14 Juni 2019


3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 6
A. Biografi Sayyid Quthub .............................................................................................. 6
B. Latar Belakang Penulisan Tafsir Fi Dzilal al-Qur’an ....................................... 09
C. Madzhab Fiqh dan Aliran Kalam ............................................................................ 10
D. Sumber Penafsiran………………………………………………………………….11
E. Referensi Penafsiran………………………………………………………………..12
F. Metode Penafsiran…………………………………………………………………..12
G. Corak Penafsiran…………………………………………………………………13
H. Karakteristik Penafsiran………………………………………………………...14
I. Sistematika Penulisan………………………………………………………………15
BAB III……………………………………………………………………………………....16
PENUTUP…………………………………………………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….16
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an mengandung samudra ilmu yang sangat luas. Untuk menemukan


makna-makna yang terkandung di dalamnya, diperlukan alat bantu, dan alat
bantu itu adalah ilmu tafsir. Dalam perkembangannya, Ilmu tafsir yang mulanya
jarang dan masih sulit ditemukan, kini seiring berjalannya waktu telah muncul
berbagai tafsir dan para penafsir yang melestariakan sehingga ilmu Al-Qur’an
benar-benar mudah dipahami umat dari masa kemasa.

Perkembangan tafsir ini bila diperhatikan memiliki era-era sendiri dari era
klasik, era kontemporer hingga ke era modern. Dalam kemunculan kitab tafsir
ini tentunya memiliki corak dan ciri masing-masing, hal ini bisa jadi karena
setting sosial dan keadaan geografis munculnya kitab-kitab tafsir itu berbeda.

Adalah merupakan kecenderungan umum pada penafsiran Alquran klasik dan


modern bahwa penafsiran secara bahasa secara perkata sangat diutamakan.
Penafsiran seperti ini sangat banyak ditemukan di dalam karya-karya tafsir pada
zaman klasik. Selain itu juga kita akan melihat bagaimana karya-karya tafsir itu
seolah terpisah dari kehidupan sehari-hari. Di sinilah keistimewaan Tafsir Fi
Dzilal al-Qur’an karya "Sayyid Quthub" yang ia tulis dalam penjara. Sebagai
sebuah renungan terhadap kehidupan dengan segala kedalaman ilmu yang ia
miliki, Sayyid Quthub berhasil melahirkan sebuah karya besar yang dikenal di
seluruh dunia keilmuan Islam.
5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Sayyid Quthub?

2. Apa Latar Belakang Sayyid Quthub menulis tafsir Fi Dzilal al-Qur’an?


3. Apa Madzhab Fiqh dan Aliran Kalam Sayyid Quthub?

4. Apa saja Sumber Penafsiran yang dipakai dalam tafsir Fi Dzilal al-
Qur’an?
5. Apa saja Referensi yang digunakan dalam tafsir Fi Dzilal al-Qur’an?
6. Bagaimana Metode Penafsiran Sayyid Quthub?

7. Bagaimana Corak Penafsiran kitab Fi Dzilal al-Qur’an?

8. Apa Karakteristik tafsir Fi Dzilal al-Qur’an?

9. Bagaimana Sistematika Penulisan tafsir Fi Dzilal al-Qur’an?

10. Bagaimana Contoh tafsir Fi Dzilal al-Qur’an?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Biografi Sayyid Quthub

2. Untuk memahami Latar Belakang Sayyid Quthub menulis tafsir Fi


Dzilal al-Qur’an
3. Untuk mengenal Madzhab Fiqh dan Aliran Kalam Sayyid Quthub

4. Agar mengerti Sumber Penafsiran yang dipakai dalam tafsir Fi Dzilal


al-Qur’an
5. Agar mengetahui Referensi yang digunakan dalam tafsir Fi Dzilal al-
Qur’an
6. Agar mengenal Metode Penafsiran Sayyid Quthub

7. Agar memahami Corak Penafsiran kitab Fi Dzilal al-Qur’an

8. Untuk mengetahui Karakteristik tafsir Fi Dzilal al-Qur’an

9. Untuk mengerti Sistematika Penulisan tafsir Fi Dzilal al-Qur’an

10. Untuk mengenal dan mempelajari Contoh tafsir Fi Dzilal al-Qur’an


6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Sayyid Quthub


Sayyid Quthb dilahirkan pada tanggal 9 Oktober tahun 1906 di kampong
Mousyah kota Asyut, dengan nama lengkap Sayyid bin Al-Hajj Quthb bin
Ibrahim Husein Syazali.

Ia dibesarkan dari keluarga yang harmonis, memiliki seorang ayah yang


cinta ilmu dan menitik beratkan pendidikan anaknya pada Al-Qur’an. Hal ini
mempengaruhi kehidupan Sayyid Quthb dan membentuknya menjadi orang
yang terkenal baik dalam ilmu social, politik, bahasa, maupun dalam pendidikan.
Sayyid Quthb terlahir dari pasangan Al-Hajj Quthb bin Ibrahim dengan
Sayyyidah Nafash Quthb. Bapanya seorang petani dan juga komisaris partai
nasional di desanya. Rumahnya dijadikan markas bagi kegiatan politik.
Disamping itu juga dijadikan pusat informasi yang selalu didatangi oleh orang-
orang yang ingin mengikuti berita-berita nasiaonal maupun internasional dengan
diskusi-diskusi para aktivis partai yang sering berkumpul disana. Ketika masih
kuliah, Sayyid Quthb ditinggal ayahnya, dan pada tahun 1941 ibunya juga
meninggal. 1Sepeninggal kedua orang tuanya, Sayyid Quthb merasa sangat
kesepian. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu berdampak positif bagi
pemikaran dan karya tulisnya.
Sayyid Quthb memulai pendidikannya secara formal didesanya sendiri
sampai dia tamat dari ibtidahiyyah dan hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Pada

1
Nuim Hidayat, Sayyid QutbhBiografi dan Kejernihan Pemikirannya (Jakarta:Gema Insani,2015), Hal.16 .
7

tahun berikutnya beliau berangkat dari desamya ke Qairo untuk melanjutkan


studynya ke jenjang SMP dan SMA. Kemudian pada tahun 1930 ia menjadi
mahasiswa di Daarul Ulum, tepatnya difakulas adab pada tahun 1933 beliau
menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar Lecience. Semasa kuliah inilah
Quthub mempelajari serta mendalami bidang adab dan kritik sastra, aktif dalam
kegiatan akademik, ekstrakulikuler dan keorganisasian. Ketika usianya
mencapai 40 tahun Quthub dikenal sebagai kritikus sastra ternama, bykan hanya
di Mesir bahkan di seluruh Negara Arab.
Setelah lulus kuliah, ia bekerja di departemen pendidikan di Mesir bernama
“Daar al-Maa’rif” dengan tugas sebagai tenaga pengajar selama 6 tahun. Setelah
itu ia berindah kerja sebagai pegawai kantor di departemen itu sebagai pemilik
untuk beberapa waktu, kemudian berpindah tugas lagi ke lembaga pengawasan
pendidikan umum selama 8 tahun. Sewaktu di lembaga ini pada tahun 1948, ia
mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk memperdalam
pengetahuannya di bidang pendidikan selama 2 tahun. Ketika disana ia membagi
waktunya studynya antara Wilson’s Teacher’s Collage di Washington (saat ini
bernama the University of the District of Colombia) dan Greeley Collage
Colorado. Dan setelah menyelesaikan kuliahnya ia sempat berkunjung ke
Inggris, Italia, dan Swiss.
Ditahun 1954 ia menjadi pemimpin redaksi Ikhwanul Muslimin. Akan
tetapi baru dua bulan berjalan gerakan ini ditutup oleh Presiden Mesir, Kolonel
Gamel Abdul Naseer. Sayyid Quthb termasuk salah seorang pemimpin Ikhwanul
Muslimin yang ditahan setelah organisasi itu dilarang oleh presiden mesir
dengan tuduhan berkomplot untuk kemudian dijatuhkan hukuman lima tahun
kerja berat. Ia di penjara hingga pertengahan tahun 1964. Ia dibebaskan pada
tahun itu atas perintah presiden Irak, Abdul Salaf Arif, yang mengadakan
kunjungan muhibbah ke Mesir. Sayyid Quthb ditahan kembali pada tahun 1965
dan diadili oleh pengadilan militer yang dimulai pada tanggal 12 April 1966. Ia
dituduh berusaha menumbangkan pemerintah Mesir dengan kekerasan. Quthub
akhirnya dinyatakan bersalah dan dihukum gantung pada tanggal 29 Agustus
1966 yaitu 13 Jumadil Awwal 1386 H.2

2
Dr. Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Modern-Klasik (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),hal. 133 .
8

1. Karya Ilmiahnya
Sayyid Quthb telah banyak menghasilkan karya. Karya Sayyid Quthb
sangat banyak dikalangan Negara. Adapun karya-karya buku hasil torehan Sayyid
Quthb antara lain sebagai berikut :

a. Sya’ir fil Hayah wa Sya’ir al-Jail al3-Hadhir, tahun terbit 1933.


b. As-Sathi’ Al-Majhul, kumpulan sejak Quthb satu-satunya, terbit Februari 1935
c. Naqd Kitab “Mustaqbal Ats-Tsaqafah di Mishr” li Ad-Duktur Thaha Husain,
terbit April 1939.
d. At-Tashwir Al-Fanni fi Al-Qur’an, buku Islamnya yang pertama, terbit April
1954.
e. Al-Athyaf Al-Arba’ah, ditulis terbit tahun 1945.
f. Thilf min Al-Qoryah, berisi tentang gambaran desanya, serta catatan masa
kecilnya, terbit pada tahun 1946.
g. Al-Madinah Al-Manshurah, terbit pada tahun 1946.
h. Kutub wa Syakhsyiat, sebuah studinya terhadap karya-karya pengarang lain,
terbit tahun 1946.
i. Ashwak, terbit tahun 1947.
j. Mashadid Al-Qiyamah fi Al-Qur’an. Terbit pada bulan april pada tahun 1947
k. Raudhatul Thifl.
l. Al-Qashash Ad-Diniy.
m. Al-Jadid Al-Lughah Al-Arabiyyah.
n. Al-Adalah Al-Ijtimaiyyah fil Al-Islam. Buku pertamanya dalam pemikiran
islam, terbit April 1949.
o. Ma’rakah Al-islam wa Ar-Ra’samaliyah, terbit pada tahun 1951.
p. As-Salam Al-Islmai wa Al-Islam, terbit Oktober 1951.
q. Tafsir fi-Zhilal Al-Qur’an.
r. Dirasat Islamiyah, kumpulan bermacam artikel yang dihimpun oleh
Muhibbudin al-Khatib, terbit 1953.
s. Al-Mustaqbal li Hadza Ad-Din.

3
Nuim Hidayat, Sayyid QutbhBiografi dan Kejernihan Pemikirannya (Jakarta:Gema Insani,2015), Hal.22 .
9

t. Khashaish At-Tashwwur Al-Islami wa Muqawwimatuhu, buku beliau yang


mendalam yang dikhuskan untuk membicarakan karakteristik akidah dan
unsur-unsurnya.
u. Al-Islami wa Musykilat Al-Hadhrah.

Sedangkan studinya yang bersifat keislaman harakah yang menentang yang


n ia dieksekusi adalah sebagai berikut :

a. Ma’alim fi-Thariq.
b. Fi-Zhilal As-Sirah.
c. Muqawwimat Al-Tashawwur Al-Islami.
d. Fi Maukib Al-Iman.
e. Nahwu Mujtama’ Islami.
f. Hadza Al-Qur’an.
g. Awwaliyat li Hadza Ad-Din.
h. Tashwibat fil Al-Fikri Al-Islami Al-Mu’ashir.

B. Latar Belakang Penulisan Tafsir Fi Dzilal al-Qur’an

Tafsir fi Dzilal al-Qur’an pada mulanya adalah judul dari serial makalah
bulanan yang ditulis dan diterbitkan oleh majalah “al-muslimun”, sebuah majalah
bulanan yang diterbitkan oleh kelompok Ikhwan al-Muslimin. Makalah pertama
diterbitkan pada edisi ketiga majalah tersebut, pada bulan februari tahun 1952.
Setelah menuliskan tujuh makalah yaitu pada penerbitan ke tiga sampai
kesembilan, sampai pada surat Al-Baqarah ayat 103, Sayyid Quthub terinspirasi
untuk menulis buku tafsir, ia berniat menulis tafsir Al-Qur’an lengkap sebanyak
30 juz, berdasarkan tartib susunan Al-Qur’an dengan nama yang sama dan akan
diterbitkan per juz setiap bulannya. Apa yang dilaksanakan Sayyid Quthb
terlaksana sampai tahun 1954 tafsir ini terbit sebanyak 16 juz sebelum Sayyid
quthb dituduh makar dan dipenjara. Tafsir ini berhasil diselesaikan pada akhir
tahun lima puluhan. Motivasi ia menamai tafsir dengan nama Fi Dzilal al-Qur’an.
Menurutnya datang begitu saja tanpa dibuat buat. Itulah kenyataan yang
dihayatinya dalam kehidupannya (dibawah petunjuk al-Qur’an). Dari masa kemasa
ia merasakan adanya keinginan yang tersimpan untuk hidup dibwah naungan al-
Qur’an, dimana ia bisa mendapatkan ketenangan yang tidak bisa ia dapatkan pada
yang lainnya. Dalam pendahuluan tafsirnya beliau mengatakan: “Saya merasakan
10

kebahagian hidup dibawah naungan Al-Qur’an sehingga sampai pada keyakinan


bahwa tidak ada kebaikan pada bumi ini, tidak ada ketenangan bagi umat manusia
kecuali dengan kembali kepada Allah.”

Sedangkan tujuan penulisan tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an yang disimpulkan oleh


Sholah Abdul Fattah adalah sebagai berikut:
a. Mendekatkan kaum muslimin dengan kitab suci Al-Qur’an.
b. Memperkenalkan kepada kaum muslimiin fungsi Al-Qur’an sebagai inspiratory.
c. Mendidik kaum muslimin dengan pendidikan islam yang berlandaskan Al-Qur’an.
d. Menjelaskan ciri-ciri masyarakat muslim.
e. Menjelaskan jalan menuju Ridho Allah.
f. Menjelaskan kesatuan tema Al-Qur’an.
g. Mengaitkan pemahaman tentang ayat-ayat dengan situasi dan kondisi ke kinian.
h. Mengaitkan hokum-hukum dan syariat al-Qur’an dengan aqidah.
i. Memfokuskan perhatian pada masalah-masalah dan kasus penting baik dalam
bidang aqidah, dakwah, dan pergerakan.4

C. Madzhab Fiqh dan Aliran Kalam


Secara teologi, beliau bisa dikatagorikan Sunni (kanan, atau dalam bahasa
sekarang lebih dekat ke salafi). Hal ini bisa dilihat dari pemikiran beliau yang
dipengaruhi oleh Hasan al-Banna dan keaktifan Sayyid Quthb di Ikhwan al-
Muslimin. Ikhwanul Muslimin adalah suatu gerakan yang dianggap radikal di
Mesir pada saat itu, dikarenakan pemikiran-pemikiean para tokoh didalamnya
yang menolak pemerintahan yang dianggap tidak islami dan para pimimpinnya
yang murtad karena tidak mengikuti kaidah-kaidah dalam islam serta cenderung
bekerjasama dengan dunia barat. Dalam organisasi tersebut, Sayyid Quthb
menjadi penanggung jawab bagian penyebaran dakwah dikalangan anggota
Ikhwanul Muslimun. Kelompok Ikhwanul Muslimin ini sejatinya sangat besar
andilnya dalam mempersiapkan, mengorbankan, dan menjaga terjadinya
Revolusi Mesir. Sayyid Quthb sangat mendukung revolusi tersebut dalam
beberapa tulisan. Beliau juga terpilih sebagai penasihat pimpinan Dewan

4
Dr. Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Modern-Klasik (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),hal. 136 .
11

Revolusi untuk bidang kebudayaan dan buruh.


Mazhab fikih Sayyid Quthb lebih dekat ke Hanafi (secara keseluruhan),
meskipun dalam penafsiran terhadap ayat-ayat hukum, sesekali Sayyid Quthb
sependapat dengan tiga Mazhab lainnya.5

D. Sumber Penafsiran
Sayyid Quthb sangat bersemangat untuk tidak keluar atau menyimpang
dari riwayat-riwayat yang shahih mengenai tafsir. Oleh karena itu, beliau
menunjuk kitab-kitab tafsir bil ma’tsur. Beliau pun menimbang antara berbagai
riwayat yang ada serta menyatukannya, menguatkan sebahagiannya, serta
mengemukakan lebih dari satu riwayat dalam satu peristiwa.
َ‫ظو ُهنَ َوا ْه ُج ُر ْو ُهنَ في ْال َمضاَجع َواضْرب ُْو ُهن‬
ُ ‫ش ْوزَ ُهنَ فَع‬
ُ ُ‫َوالَتي تَخَافُونَ ن‬
“ wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Allah Maha Tinggi Lagi Maha
Besar.”
Ia menafsirkan ayat ini dengan mengemukakan hadits
‫ثم النهار العيريجلدهااول كاأته ْاليضراأ َ َحدُك يضا جعهااخره‬
“ Janganlah salah seorang diantara mu memukul istrinya seperti kuda, pagi
hari dipukulnya kemudian dinaiki pada siang harinya.”
Dari penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa Sayyid Quthub mengambil
sumber bil ma'tsur.
Disamping sumber penafsiran bi al-ma'tsur, Sayyid Quthb juga mengambil
sumber tafsir bi al-ra'yi/ dengan logika., sebagaimana Ia memberikan penafsiran
tentang jihad.6 Menurut Sayyid Quthb orang-orang yang tidak mau berperang
itu sebenarnya mampu melakukannya, peralatannya ada dan persiapannya pun
tersedia, “ Jika mereka mau berangkat, tentulah mereka mau menyiapkan
persiapan persiapan itu untuk diberangkatkan. Diantara mereka terdapat
Abdullah bin Ubay bin Salul, ada al-Jadd bin Qais, padahal mereka adalah orang-

5
Munir M.Ghadban, Sayyid Quthb Sosok Antradikalisme dan Antiterorisme (Jakarta: Direktorat Deradikalisasi-
, 2014), hal. 10.
6
Dr. Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Modern-Klasik (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),hal. 136-138 .
12

orang kaya. Dalam ayat ini Sayyid Quthb secara jelas menegaskan bahwa salah
sati dari arti jihad adalah dengan perang fisik.

E. Referensi Penafsiran
Kitab-kitab tafsir bi al-ma’tsur yang dijadikan rujukan oleh Sayid Quthb
atau yang dikutip pendapatnya dalam tafsirnya adalah sebagai berikut:
a. Tafsir Ibn Katsir sebagai rujukan utamanya
b. Tafsir Ibn Jarir at-Thabari
c. Tafsir al-Qurthubi
d. Tafsir Ahkam al-Qur’an karya Ibn al-Arabi
e. Tafsir Ahkam al-Qur’an karya al-Jashshos
f. Tafsir al-Kasyaf
g. Tafsir al-Manar
h. Tafsir modern Muhammad ‘Izzah Darwazah
i. Sirah Ibn Hisyam

F. Metode Penafsiran

Penulisan tafsir Fi Dzilal al-Qur’an yang mengikuti alur susunan surah dan
ayat yang termaktub dalam mushaf al-Qur’an, maka dari satu sisi bisa dikatakan
bahwa Sayyid Quthub telah menggunakan metode analisa atau metode Tahlili.
Dimana ia menafsirkan (secara detail) seluruh ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
susunannya, ayat demi ayat, surat demi surat, dimulai dari surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat al-Nas.7 Kerangka metode tahlili yang digunakan Sayyid
Qutub tersebut, terdiri atas dua tahap dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-
Quran. Pertama, Sayyid Qutub hanya mengambil dari al-Quran saja, sama sekali
tidak ada peran bagi rujukan, referensi, dan sumber-sumber lain. Ini adalah tahap
dasar, utama, dan langsung. Tahap kedua, sifatnya skunder, serta penyempurna
bagi tahap pertama yang dilakukan Sayyid Qutub. Dengan metode yang kedua
ini, sebagaimana dikatakan Adnan Zurzur yang dikutip oleh al-Khalidi bahwa
Sayyid Qutub dalam menggunakan rujukan skunder, tidak terpengaruh terlebih
dahulu dengan satu warna pun di antara corak-corak tafsir dan takwil,

7
Bahnasawi, K. Salim, Butiran-Butiran Pemikiran Sayyid Quthb, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm 121.
13

sebagaimana hal itu juga menunjukkan tekad beliau untuk tidak keluar dari
riwayat-riwayat yang sahih dalam tafsir al-matsur.8Di sisi lain sebagaimana
disebutkan diatas, Sayyid Quthub juga tidak menggunakan metode tahlili secara
mutlak, karena ia juga menafsirkan ayat dengan ayat yang lain, baik sebagai
penafsiran ayat yang ditafsirkannya maupun sebagai penguat pendapatnya,
padahal cara ini adalah menjadi ciri dari metode penulisan tematik. Namun kita
juga tidak dapat menyebutnya dengan metode semi tematik, karena Sayyid
Quthub tidak memberi judul atau tema dari ayat-ayat yang sedang ditafsirkan. 9

G. Corak Penafsiran
Mencermati perkembangan pemikiran Sayyid Quthub sebelum dan
sesudah mengalami penangkapan oleh rezim pemerintah Mesir, mengharuskan
kita juga melihat adanya perkembangan corak dalam tafsirnya. Pada mulanya,
sebelum penangkapan dirinya, Sayyid Quthub memiliki kecenderungan corak
adabi ijtima’i, yaitu corak yang diperkenalkan oleh Muhammad Abduh,
disamping ia juga telah mengarang bukunya yang berjudul At-Tashwir al-fanni
fi al-Qur’an. Corak inilah yang terlihat lebih menonjol dalam tafsirnya sebelum
di edit ulang. Setelah tafsir Al-Dzilal di edit ulang, dan setelah Sayyid Quthub
mendekam lebih lama di penjara, penghayatannya terhadap al-Qur’an, Islam,
kehidupan dan perjuangannya berkembang. Hal ini berimbas pada corak
penafsirannya , tidak lagi hanya bernuansa adabi ijtima’i, tapi ia menambahkan
corak lain terhadap tafsirnya yaitu corak perjuangan (hararki) dan corak Tarbawi.
Motivasi Sayyid Quthub memperkenalkan corak hararki dalam tafsirnya
didorong oleh obsesinya mengajak kaum muslimin untuk betul-betul memahami
al-Qur’an dan menghayatinya untuk kemudian dijadikan sebagai inspirator
dalam menjalankan semua aktifitasnya di alam nyata ini10. Menurut Sayyid
Quthub “(Hidup dalam suasana al-Qur’an bukan berarti membaca dan
mempelajari al-Qur’an serta mengkaji ilmu-ilmunya. Sesungguhnya bukan ini
yang kami maksud. Yang kami maksud dengan hidup dalam suasana al-Qur’an

8
Al-Khaladi, Salah Abdul Fatah. Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilali Qur‟an. terj. Salafuddin Abu Sayyid. cet.
Ke-1 (Solo: Intermedia, 2011), hlm. 182.
9
Dr. Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Modern-Klasik (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),hal. 138 .

10
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern, Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cet. 2, 2012, Hal. 139
14

adalah agar setiap manusia hidup dalam situasi dan kondisi pergerakan
kepedulian dan perjuangan seperti ketika al-Qur’an diturunkan. Agar kehidupan
manusia selalu dalam pergolakan memerangi jahiliyah yang pada saat ini telah
merambah di muka bumi)”11
Sedangkan corak Tarbawinya dipicu oleh keinginan agar setiap Muslim
terdidik secara islami berdasarkan ajaran al-Qur’an, berakhlak sesuai al-Qur’an,
selalu komitmen dengan semua ajarannya.12

H. Karakteristik Penafsiran
a. Tidak terkontaminasi oleh riwayat-riwayat israiliyyat.13
Beliau memperingatkan bahayanya kisah-kisah israiliyyat, juga menjauhi
perbedaan masalah fikih dan tidak terlalu mendalam dalam hal kebahasaan, juga
termasuk masalah kalam, filsafat, dan perbedaan madzhab.
b. Menghindari Tafsir ‘Ilmi. Seandainya ada penjelasan yang terkait dengan
ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, kimia, dan astronomi, maka hal itu
semata mata demi mengagungkan-Nya.14 Sayyid Quthb berkata di dalam
kitab nya :
“Sungguh! Saya benar-benar merasa heran terhadap mereka yang memberi
perhatian secara mendalam dengan mengerahkan segala kemampuan untuk
menyuguhkan kepada kita sesuatu yang tidak ada dalam al-Qur’an, membawa
kita kepada sesuatu yang sebenarnya tidak dimaksudkan oleh ayat tersebut, serta
berusaha mengeluarkan berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu kedokteran, ilmu
kimia dan astronomi, yang seakan akan mereka ingin sekali membesarkan Allah
melalui penelitiannya itu.”

Karena menurutnya al-Qur’an itu hanya memberi semangat atau ruh agar
penelitian ilmiah itu tidak menjadi sekuler, dengan demikian ia akan mampu
membangun jiwa, akal, hati, dan kepribadiannya, sebagaimana al-Qur’an telah

11
Abdul Bari, Tesis: Jahiliah Dalam al-Qur’an (Kajian atas Penafsiran Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilal al-
Qur’an), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005), Hal. 45
12
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern, Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cet. 2, 2012, Hal. 139
13
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern, Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cet. 2, 2012, Hal. 14
14
A. Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa
Kontemporer), Depok: eLsiQ, 2013, Hal. 181
15

membangun manusia dan mampu mengembangkan potensi dasarnya.15

I. Sistematika Penulisan
a. Memberikan prolog terhadap setiap surat dengan suatu pendahuluan yang
menjelaskan tema surat dan jawaban persoalan-persoalannya serta tujuan
penting dari surat-surat tersebut.
b. Menjabarkan kata perkata.
c. Menafsirkan ayat dengan mengetengahkan hadits dan atsar-atsar yang
shahih.
d. Mengemukakan reaksi pribadinya dan spontannya terhadap ayat-ayat al-
Qur’an.
e. Selalu merujuk pada penulis-penulis Islam lain yang merupakan pokok pada
abad dua puluhan.
f. Selalu memasukkan persoalan-persoalan lain pada penafsiran dengan
maksud membangkitkan (nilai-nilai dan ruh) Islam dalam kehidupan.16

15
A. Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa
Kontemporer), Depok: eLsiQ, 2013, Hal. 182
16
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern, Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cet. 2, 2012, Hal. 140-141
16

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nuim. 2015. Sayyid QutbhBiografi dan Kejernihan Pemikirannya. Jakarta:Gema


Insani
Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy. 2012. Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern.
Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Cet. 2
M.Ghadban, Munir. 2014. Sayyid Quthb Sosok Antradikalisme dan Antiterorisme. Jakarta:
Direktorat Deradikalisasi
Bahnasawi, K. Salim. 2003. Butiran-Butiran Pemikiran Sayyid Quthb. Jakarta: Gema Insani
Press
Al-Khaladi, Salah Abdul Fatah. 2011. Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilali Qur‟an. terj.
Salafuddin Abu Sayyid. cet. Ke-1. Solo: Intermedia
Bari, Abdul, 2005. Tesis: Jahiliah Dalam al-Qur’an (Kajian atas Penafsiran Sayyid Quthb
dalam Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Hakim, A. Khusnul. 2013. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari
Masa Klasik sampai Masa Kontemporer). Depok: eLsiQ

Anda mungkin juga menyukai