Anda di halaman 1dari 15

i

NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI PEMIMPIN AGAMA DAN


KEPALA NEGARA

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah pada Konsentrasi Syariah
dan Hukum Islam Jurusan Dirasah Islamiyah Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar

Oleh

ARISYANTI
NIM : 80100221085

PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, yang Maha

Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan. Syukur Alhamdulillah karena atas


berkat, taufiq, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah

Peradaban Islam. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menghadapi

hambatan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak karya tulis

ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat

khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.Ami>n.

Watampone, 23 Maret 2022

Penulis

Arisyanti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................2

C. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Nabi Muhammad saw Sebagai Pemimpin Agama ......................................... 3

B. Nabi Muhammad saw Sebagai Kepala Negara............................................... 3

BAB III PENUTUP .................................................................................................8

A. Kesimpulan .....................................................................................................8

B. Saran ...............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah berjalan dari masa lalu, kemasa kini, dan melanjutkannya kemasa depan.

Sejarah mencatat kondisi kebesaran Islam berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dunia. Dengan mengkaji sejarah, dapat diperoleh informasi tentang aktifitas

peradaban Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan,
perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali perdaban Islam.

Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekkah

masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan. Selain menyembah

berhala, kalangan bangsa Arab ada pula yang yang menyembah agama Masehi

(Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di samping

itu juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan

Madinah, serta agama Majusi yaitu agama orang- orang Persia.

Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW

yang membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan

zaman jahiliah, masa kegelapan, masa kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal
ekonomi, dan sastra karena dua hal terakhir itu bangsa Arab mengalami

perkembangan sangat pesat. Makkah bukan hanya pusat perdagangan lokal, tetapi

juga sebagai jalur perdangangan dunia yang menghubungkan antara utara, Syam, dan

selatan, Yaman, antara timur, Persia dan barat Abenesia dan Mesir.

Ketika Raja Yaman Abrahah datang dengan gajahnya menyerbuh Mekkah dan

menghancurkan Ka’bah sehingga saat itu disebut tahun gajah. Lahirlah Nabi

1
2

muhammad tepat pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 571 M. 1 Rasulullah sudah

menjadi yatim piatu diumur 12 tahun. Beliau kemudian diasuh kakek dan pamannya

Abdul Muthalib dan Abu Thalib. Kemudian Nabi Muhammad mengikuti jejak

pamannya menjadi pedangang.

Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau menyepi di gua Hira,

sebagai imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang menyembah

berhala. Di tempat tersebutlah kemudian menerima wahyu pertama kali. Setelah


beliau diangkat menjadi Rasul beliau kemudian diharuskan berdakwah. di fase inilah

beliau hadapkan dengan dua tugas pokok yakni sebagai pempimpin agama dan kepala

pemerintahan. Untuk itu pola kempemimpinan beliau sebagai pemimpin agama dan

pemerintahan akan diulas lebih mendalam di pembahasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas ,maka

pembahasan selanjutnya akan bertumpu pada rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama?

2. Bagaimana Nabi Muhammad saw sebagai kepala negara ?

C. Tujuan

Sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan di dalam rumusan masalah

maka adapun tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mendeskripsikan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama.

2. Untuk mendeskripsikan Nabi Muhammad saw sebagai kepala negara.

1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Cet. VI;Jakarta: Amzah, 2016), h. 64.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Nabi Muhammad saw Sebagai Pemimpin Agama

Pada periode Mekah, dakwah Nabi dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Dakwah Nabi Muhammad dimulai dari lingkungan keluarga, yakni kepada istri
beliau sendiri, Khadijah. Kemudian, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau.

Lalu zaid, bekas budak beliau.

Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad saw turunlah

turunlah perintah untuk melakukan dakwah secara terang-terangan yakni Surah Al-

ḥijr ayat 94.


ۡ ُۡ ۡ ۡ ُ ُۡ ۡ ۡ
َ٩٤ََ‫ۡشك ِي‬
ِ ‫م‬ ‫ل‬‫ٱ‬ َ ‫ن‬
ِ ‫َع‬ ‫ض‬ ‫ر‬
ِ ‫ع‬ ‫أ‬‫َو‬ ‫ر‬ ‫م‬‫ؤ‬‫اَت‬‫م‬ِ ‫ب‬َ َ
‫ع‬ ‫فَٱصد‬
Terjemahnya :
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.1

Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat

tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor, yakni

sebagai berikut:

1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka

berpikir bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad saw berarti tunduk

kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.

2. Nabi Muhammad saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan

hamba sahaya.
1
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahanya (Bandung: Mikraj Khazanah
Ilmu,2011), h. 133.
4

3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak

menerima ajaran tantang hari kebangkitan dan pembalasan di akhirat.

4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang sudah mengakar pada

bangsa Arab, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk meninggalkan agama

nenek moyang mereka. 1

Karena berbagai tekanan, ancaman dan siksaan yang dilakukan kaum Kafir

Quraisy terhadap nabi dan kaum muslimin setelah rasul mengumumkan dakwah
secara terbuka dan setelah usaha mereka untuk meredam dakwah tersebut gagal.

Nabi Saw menyuruh dan meminta kepada kaum muslimin agar menyembunyikan

keislaman, segala bentuk ibadah, dakwah dan pertemuan-pertemuan, semata demi

kemaslahatan dan kepentingan Islam. Pertimbangan untuk mengambil langkah ini

nyaris sempurna, agar tidak terjadi bentrok antara kaum muslimin dan kafir Quraisy.

Jika bentrokan terus menerus terjadi, maka hal yang lebih berat akan menimpa kaum

muslimin sendiri, karena kekuatan belum besar.

Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi

Muhammad saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi

dan menyokong Nabi Muhammad yakni Abu Thalib dan istri tercinta beliau,
Khadijah. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun kesepuluh kenabian.

Karena di Mekah dakwah Nabi Muhammad saw mendapat tekanan dan

hambatan, pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah di luar Mekah. Namun,

di Thaif beliau dicaci dan dilempari batu sampai beliau terluka. Hal ini semua hampir

menyebabkan Nabi Muhammad saw putus asa. Allah mengutus dan mengisra mikraj

beliau pada tahun kesepuluh kenabian. Berita Isra Mikraj tersebut mengemparkan

1
Ahmad Syalabi, “Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani”, dakam Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Cet. VI; Jakarta: Amzah, 2016), h. 66.
5

masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa tersebut dijadikan propoganda untuk

mendustakan Nabi Muhammad saw. Sedangkan bagi orang yang beriman hal

tersebut adalah ujian keimanan.

Setelah peristiwa Isra dan Mikraj, kemajuan dakwah Nabi semakin

bekembang besar, yaitu datangnya sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) di Mekah.

Mereka terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj.2 Suku tersebut masuk Islam dalam

beberapa gelombang. Gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka


datang untuk memeluk agama Islam dan menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk

mendamaikan permusuhan antara kedua suku. Mereka kemudian mendakwahkan

Islam di Yastrib. Gelombang kedua, pada tahun ke-12 kenabian mereka datang

kembali menemui nabi dan mengadakan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian

“Aqabah Pertama”, yang berisi ikrar kesetian. Rombongan ini kemudian kembali ke

Yastrib sebagai juru dakwah disertai oleh Mus’ab bin Umair yang diutus oleh nabi

untuk berdakwah bersama meraka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-13 kenabian,

mereka datang kembali menemui nabi untuk kembali hijrah ke Yastrib Disini titik

awal dakwah nabi di Madinah. DI Madinah Nabi Muhammad saw mendirikan

mesjid. Tujuannya untuk mempersaudarakan umat Islam dalam satu majelis,


sehingga di majelis tersebut umat Islam bisa bersama-sama melaksanakan salat

jemaah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah.

2
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Cet. VI; Jakarta: Amzah, 2016), h. 67.
6

B. Nabi Muhammad saw Sebagai Kepala Negara

Pada periode Mekah Nabi Muhammad saw. mengalami hambatan dan

kesulitan dalam menyiarkan agamanya kepada kaum Quraisy. Sehingga Nabi

belum berpikir menyusun suatu masyarakat Islam secara teratur.3

Kehidupan bernegara dimulai setelah hijrah Nabi Muhammad saw ke


Yatsrib, yang kemudian berganti nama menjadi Madinah. Di kota tersebut Nabi

Muhammad saw meletakkan dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan

suatu masyarakat baru di bawah pimpinan beliau.

Nabi Muhammad saw di hadapkan dengan persoalan masyarakat

Madinah yang kompleks. Hal ini disebabkan karena kondisi sosial politik

masyarakat Madinah yang beragam dan pluralistik. Konflik yang berkepanjangan

antara suku ‘Aus dan Khazraj di Madinah menjadikam mereka tidak pernah

bersatu. Berbagai konflik sosial tersebut menjadi tantangan tersendri bagi Nabi

Muhammad saw. Adanya beberapa pemuda Yastrib yang besedia masuk Islam

menjadi peluang Nabi sebelum hijrah ke Madinah, karena sebernarnya mereka

juga menginginkan perdamaian di Madinah.

Nabi Muhammad saw kemudian mempersatukan kaum Anshar dan

Muhajirin. Dengan cara mempersaudarakan kedua kaum tersebut, Nabi

Muhammad saw telah menciptakan suatu pertalian persaudaraan yang

berdasarkan agama. Keinginan beliau ingin menciptakan tatanan masyarakat

yang adil, makmur dan sejahtera, kemudian mendorong terbentukya perjanjian

3
Sutriani, “Muhammad Sebagai Pemimpin Agama dan Kepala Negara”, Sulesana, Vol. 6, No.
2, 2011, h. 150.
7

dengan masyarakat nonmuslim madinah (piagam madinah). Isi perjanjian

tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Pengakuan atas hak pribadi kegamaan dan politik.

b. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.

c. Adalah kewajiban penduduk madinah, baik yang muslim maupun

nonmuslim, dalam hal moril dan materil. Mereka harus bahu-membahu


menangkis serangan terhadap kota mereka.

d. Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah.

Dalam Piagam Madinah, walaupun ada pengakuan terhadap perbedaan

Antara sesama manusia dari segi perbedaan jenis kelamin, ras, agama dan

keyakinan, kemampuan intelektual, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, dan lain

sebagainya. Namun, sebagai manusia mereka tetap diakui sama dan memiliki hak

dan kewajiban yang sama. Pebedaan-perbedaan yang nyata ada diantara sesama

manusia tidak dijadikan sebagai alasan untuk membedakan antara satu sama lain.

Dasar pemerintahan Madinah berpijak pada agama dan tradisi telah

mewujudkan keseimbangan dalam manejemen dan trasnformasi sosial secara

berkesinambungan dalam memerperjuangkan cara hidup dan pandangan Islam.


Rancangan pemerintahan Madinah dalam menhadapi dunia luar memerlukan

peralihan strategi tertentu bagi kemajuan manajemen pemerintahan. Piagam

Madinah kemudian menjadi acuan legislasi dalam keragaman budaya dan agama.

Walaupun pada masa itu orang belum mengenal teori pemisahan dan

pembagian kekuasaan, namun dalam perakteknya Nabi Muhammad saw sebagai

kepala negara bertanggung jawab penuh melantik dan mengangkat dewan


8

penasihat (mustasyar), sekretaris (kātib), staf khusus, ajudan, staf ahli (syu’arā

dan kutabā’), gubernur, kepala daerah dan pejabat umum, pejabat sipil (ru’asā’),

pengawas (nākib), hakim dan jaksa (quḍāt), dan pejabat serta petugas pasar dan

keuangan (ṣāhib al-sūq). Setiap lembaga negara bertugas rakyak dan

bertanggung jawab penuh kepada negaraa dan diawasi oleh badan pengawas

khusus yang tergabung dalam majelis nuqabā’. 4

Untuk menghadapi kemungkinan gangguan dan ancaman, Nabi

Muhammad saw sebagai kepala negara mengatur siasat pembentukan pasukan

militer. Formasi angkatan perang terdiri dari panglima angkatan perang

(umarā’al-saraya), pasukan khusus dan kesatuan garda terlatih (‘arz), pengurus

senjata dan angkatan perang atau kuda (aṣhāb al-silah wa al-fars), angkatan

sayap (umarā’al-khamis), pembawa bendera dan panji-panji (aṣhāb al-awiyah

wa al-rayat), pasukan pengintip (‘uyun), pemandu arah (dalil), pegawai urusan

rampasan dan tawanan perang, dan pengawal pribadi. 5

Puncak prestasi Nabi dalam bidang politik adalah keberhasilan beliau

merebut kembali kota Mekah secara militer dan moral. Secara militer, Nabi

berhasil merebut Mekah tanpa ada perlawanan berarti. Penduduk Mekah yang
menjadi musuh utama Nabi sebelum beliau hijrah ke Madinah, benar-benar telah

kehilangan daya juang di hadapan bala tentara umat Islam. Namun, di tengah

puncak kekuatan tersebut, Nabi dan kaum beriman tidak ada upaya untuk

4
Abdul Mukti Thabrani, “Tata Kelola Pemerintahan Negara Madinah pada Masa Nabi
Muhammad saw” In Right: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, Vol. 4, No. 1, November 2014,
h.19.
5
9

melampiaskan dendam masa lalu kepada mereka. Bahkan Nabi memberi amnesti

umum kepada penduduk Mekah, terkecuali kepada beberapa orang, dan

menampung mereka sebagai anggota-anggota baru persaudaraan muslim.

Islam di Madinah bukan hanya sebuah agama, tetapi juga mengatur

Negara. Karena masyarakat Islam telah terwujud, maka menjadi suatu keharusan

Islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru
terwujud itu. Sebab itu ayat-ayat al-Quran yang diturunkan dalam periode ini

terutama ditujukan kepada pembinaan hukum.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang sudah dikemukakan sebelumnya

berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, maka dapat diambil


kesimpulan

1. Pada periode Mekah Nabi Muhammad hanya berperan sebagai

pemimpin agama, hal ini disebabkan karena penolakan dakwah

Rasulullah oleh kaum kafir Quraisy. Sehingga Nabi belum

mewujudkan tatanan pemerintahan di Mekah

2. Pada periode Madinah Nabi memegang peranan sebagai pemimpin

agama dan kepala negara. Pola kepemimpinan beliau dimulai dengan

memersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Serta perjanjian antara

nonmuslim dengan muslim. Perjanjian tersebut dikenal dengan piagam

Madinah. Sehingga tatanan negara Madinah menjadi lebih teratur

karena jaminan sosial, kemasyarakan diletakkan pada dasar persamaan


derajat antara masyarakat, dengan penekanan yang menentukan derajat

manusia adalah ketakwaan.

B. Saran

Makalah ini merupakan makalah yang berisi informasi dan wawasan

mengenai Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama dan kepala negara
Sesuai dengan tujuan makalah ini, kami mengharapkan agar pembaca dapat

10
11

lebih memahami tentang informasi yang terkandung dalam makalah ini.

Oleh sebab itu, makalah ini sebaiknya dibaca dengan cermat dan teliti agar

pembaca dapat benar-benar memahami isinya dan dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR RUJUKAN

Amin, Samsul Munir Sejarah Peradaban Islam. Cet. VI;Jakarta: Amzah, 2016.
Syalabi,Ahmad “Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani”,
dalam Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Cet. VI; Jakarta: Amzah,
2016.
Thabrani, Abdul Mukti “Tata Kelola Pemerintahan Negara Madinah pada Masa
Nabi Muhammad saw” In Right: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, Vol. 4, No.
1, November 2014.
Sutriani, “Muhammad Sebagai Pemimpin Agama dan Kepala Negara”,
Sulesana, Vol. 6, No. 2, 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai