Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN
(AYAT)

Poetra Surya Rahman


Muhammad Alfarizi

Aqidah Filsafat Islam (A)


Fakultas Ushuludin
Universitas Islam Negri Syarif hidayatullah Jakarta 2016
Jl. Ir. H. Juanda No 95, Ciputat 15412, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada Rasulullah SAW,
yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang kaya akan ilmu
pengetahuan.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada bapak __________ selaku dosen pengampu
Ulumul Qur’an yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami di kelas serta
memberikan masukan kepada Makalah-makalah sebalum kami sehingga kami bisa
memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Tak lupa kepada teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini semangat saling membantu dan solidaritas antar
sesama yang membuat kami menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Semoga makalah ini bermanfaat, dalam proses pembelajaran akademik ataupun


kegiatan di luar akademik. Terimakasih

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................1

Daftar Isi...................................................................................................................2

BAB.I PENDAHULUAN

Latar Belakang.........................................................................................................3

Rumusan Masalah....................................................................................................3

Tujuan......................................................................................................................3

BAB.II PEMBAHASAN

AYAT

Pengertian Ayat.......................................................................................................4-5

Jumlah Ayat dalam Al-Qur’an dan sebab perbedaan

perhitungannya.......................................................................................................5-6

Perbedaan pendapat tentang Ayat pertama dan terakhir yang diwahyukan...........6-7

Sistematika penyusunan Ayat dalam Al-Qur’an dan


argumentasinya.......................................................................................................8

Huruf-Huruf Muqaththa’ah....................................................................................9-10

BAB.III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

2
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Allah menurunkan al-qur’an dengan begitu indahnya. Dari segi bahasa,
susunannya, ataupun hal lain yang membuat kita sebagai manusia terkagum-kagum
akan ciptaanNya, dan membuat kita berfikir bahwa al-qur’an itu benar-benar mu’jizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, bukan buatan manusia, atau makhluq
Allah lainnya. Semua itu dapat kita lihat pada surat dan ayat yang menjadi bagian
dalam al-qur’an.
Dengan itu, kita perlu mengetahui apa saja yang ada dalam al-qur’an terkait
dengan surat dan ayat. Guna menambah kekuatan iman kita kepada al-qur’an yang
termasuk kitab Allah.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud dengan ayat dalam Al-Qur’an?

C. TUJUAN
a) Mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat dalam al-qur’an

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. AYAT
a) PENGERTIAN AYAT
Pengertian ayat secara etimologi dalam Al-Qur’an bermacam-macam, pertama berarti
tanda, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 248. Yang kedua berarti ibrah
atau pelajaran, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 164. Yang ketiga
adalah mu’jizat, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 211. Yang ke empat
adalah, hal yang menajubkan, seperti dalam surah Al-Mu’minun ayat 50. Dan yang
kelima berarti dalil, baurhan, atau bukti, seperti dalam surah Ar-Rum ayat 22.
Dan secara terminologis, para ulama memberi batasan ayat dengan sekelompok kata
yang mempunyai permulaan dan akhir yang berada dalam suatu surat al-Qur’an (al-
Zarqani, 1988: I, 350). Batasan ini didukung oleh al-Qur’an sendiri yang
mengungkapkan ayat dengan pengertian tersebut sehingga makna etimologis tetap
relevans dengan pengertian terminologis.
Salah satunya adalah dalam surat Yusuf ayat 1:
‫الرتلكءاياتالكتابالمبين‬
Alif lam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab (al-Qur’an) yang nyata (dari Allah)
Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surat,
pada umumnya surat-surat panjang, ayat-ayat pun yang panjang dan menggugah.
Sedangkan dalam surat-surat pendek yang terletak di bagian akhir al-Qur’an, surat-
suratnya pun pendek, padat dan mengena. Namun kenyataan seperti itu bukanlah aturan
yang mutlak. Sebab, surat 98 atau surat al-Baiyinah berisi 6 ayat panjang untuk ukuran
surat-surat yang bersamanya. Demikian pula pada surat 26 atau surat al-Syu’ara yang
tergolong surat yang panjang berisi lebih dari 100 ayat yang pendek-pendek. Pada ayat-
ayat yang panjang yang terdapat dalam surat yang panjang, bentuk ungkapannya sangat
beragam, tak dapat ditentukan matra yang baku, baik pada suku-suku kata atau pada
tekanan. Pada umumnya akhiran-akhiran dari ayat tersebut adalah bunyi yang dibentuk
dengan akhiran kata benda dan kata

kerja berbentuk jamak, -un dan –in, diselang-seling dengan kata bentukan yang secara
teknis disebut fail, salah satu bentuk yang paling umum di dalam bahsa Arab. Sebagai

4
contoh ‫ يتفكرمن‬،‫ تعقلون‬dan ‫ كافرون‬،‫ظالمون‬. Dan inilah bentuk yang umum dan paling banyak
digunakan. Tetapi juga terkadang dengan akhiran vokal panjang. Sedangkan pada ayat-
ayat yang pendek-pendek memiliki irama dan ritma yang juga sangat bervariasi.
Terkadang semua atau sebagian besar ayat-ayatnya berakhiran ud, ha dan lain-lain.

b) JUMLAH AYAT DALAM AL-QUR’AN DAN SEBAB PERBEDAAN


PERHITUNGANNYA
Secara umum dapat dinyatakan bahwa para ulama menghitungnya tidak kurang dari
6200 ayat. Tetapi, secara rinci mereka berbeda pendapat. Orang-orang Madinah
menyuguhkan dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa seluruh ayat al-
Qur’an berjumlah 6217 ayat. Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan bahwa
seluruhnya berjumlah 6214 ayat. Orang-orang Mekah menghitung ayat al-Qur’an secara
keseluruhan sebanyak 6220 ayat. Sedang orang-orang Kufah menyatakan 6226 ayat dan
orang-orang Basrah menyatakan jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya adalah 6205 ayat.
Sementara pendapat yang beredar di masyarakat awam bahwa ayat al-Qur’an seluruhnya
berjumlah 6666 ayat tampaknya kurang dapat diterima. Angka ini barangkali lebih
bernuansa mitos atau keramat dibanding dengan realita konkrit.
Perbedaan penetapan basmalah sebagai ayat dari surat-surat al-Qur’an atau tidak
menyebabkan ulama berbeda pendapat dalam menentukan jumlah ayat al-Qur’an.
Seperti yang dinyatakan oleh Hamka, ada dua pendapat tentang basmalah ini. Sebagian
besar sahabat dan ulama salaf berpendapat bahwa basmalah adalah ayat pertama dari
setiap surat. Dari golongan sahabat yang berpendapat demikian antara lain: Ibnu Abbas,
Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibn Umar dan Abu Hurairah. Sedangkan dari golongan
ulama salaf antara lain: Ibnu Katsir, al-Kasa’i, al-Syafi’i, al-Tsauri dan Ahmad.
Sedangkan sebagian lagi menyatakan bahwa basmalah bukan ayat pertama dari setiap
surat, tetapi hanya sebagai pemisah antara satu surat dengan surat lainnya. Di antara
mereka yang berpendapat seperti ini adalah Imam Malik dan al-Auza’i. (Hamka, 1982:
74).
Di samping itu, serta penentuan fashilah dan ra’s al-ayat juga menjadi sebab
perbedaan pendapat ulama dalam menghitung jumlah ayat. Fashilah adalah istilah yang
diberikan kepada kalimat yang mengakhiri ayat dan merupakan akhir ayat. Sedangkan
ra’s al-ayat adalah akhir ayat yang padanya diletakkan tanda fashal (pemisah) antara ayat
yang satu dengan ayat yang lain. Fashilah ini terkadang berupa ra’s al-ayat dan
terkadang tidak. Dengan demikian, setiap ra’s al-ayat adalah fashilah dan tidak setiap

5
fashilah adalah ra’s al-ayat (Manna’ al-Qaththan, tt: 153). Fashilah dan ra’s al-ayat ini
mungkin mirip dengan sajak, seperti yang dikenal dalam ilmu Badi’ (stalistik). Tetapi
ulama tidak menggunakan istilah sajak karena al-Qur’an bukan karya sastrawan atau
ungkapan para nabi, tetapi adalah wahyu Allah yang tentu lebih tinggi kedudukannya
dibanding sajak. Di samping itu, fashilah yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah
meruntutkan makna dan bukan fashilah itu sendiri yang dimaksud. Sementara sajak,
maka sajak itu sendiri yang dimaksudkan (dalam suatu perkataan) dan baru kemudian
arti perkataan itu dialihkan kepadanya, sebab hakikat sajak ialah menguntai kalimat
dalam satu irama.

c) PERBEDAN PENDAPAT TENTANG AYAT PERTAMA DAN TERAKHIR


YANG DIWAHYUKAN
1) Surat dan Ayat yang Pertama Turun
Tampaknya tak ada perbedaan pendapat di antara ulama tentang bulan
turunnya al-Qur’an pertama kali. Semua mereka sepakat menyatakan bahwa al-Qur’an
turun pada bulan Ramadhan. Surat al-Baqarah 185, surat al-Dukhan 1-6 dan surat al-
Qadr menuntun para pakar ilmu al-Qur’an menyatakan al-Qur’an turun pada bulan
Ramadhan. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang ayat dan surat yang pertama
sekali turun. Setidaknya ada empat pendapat yang berkembang tentang ini.
Pendapat pertama, yang dipandang oleh Manna’ al-Qaththan sebagai pendapat yang
terkuat, mengatakan bahwa ayat al-Qur’an yang pertama kalinya diturunkan adalah ayat
1 sampai 5 surat al-‘Alaq, yang turun di Gua Hira. Pendapat ini didukung oleh hadis
Aisyah yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis—Bukhari dan Muslim—serta ahli
hadis lainnya. Pendapat kedua, ayat yang pertama kali turun adalah ayat-ayat surat al-
Mudatsir.
Pendapat ini juga berdasarkan hadis, yakni hadis dari Abu Salamah bin
Abdurrahman dari Jabir ketika ia ditanya tentang ayat yang pertama diturunkan. Ia
menjawab al-Mudatsir. Hadis ini juga diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis. Pendapat
ketiga menyatakan ayat yang pertama kali turun adalah surat al-Fatihah. Sedangkan
pendapat keempat menyatakan basmalah sebagai ayat yang pertama sekali turun, dengan
alasan karena basmalah merupakan turun mendahului setiap surat. (Manna’ Qaththan:
67).
Pendapat pertama tampaknya memang lebih kuat sebab boleh jadi Jabir tidak mendengar

6
kisah permulaan turunnya wahyu sehingga ia menyangka bahwa surat al-Mudatstsir
adalah ayat al-Qur’an yang pertama turun. Sebab surat al-Mudatstsir adalah surat yang
turun setelah ayat 1-5 surat al-‘Alaq—setelah wahyu terhenti beberapa lama. Di samping
itu, hadis Jabir sendiri juga mengindikasikan bahwa al-Mudatstsir turun setelah peristiwa
yang terjadi di Gua Hira. Nabi melihat malaikat yang pernah datang kepadanya di langit.
Karena ketakutan ia segera pulang dan meminta Khadijah untuk menyelimutinya dan
kemudian turunlah ayat: “Wahai orang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”.
Sedangkan dalam menetapkan ayat yang terakhir turun para ulama juga tidak sepakat.
Dari beberapa pendapat yang banyak berkembang dapat dicatat bahwa ayat yang terakhir
turun adalah: surat al-Baqarah ayat 278, 281, 282; Ali Imran ayat 190; al-Nisa’ ayat 93,
176; al-Maidah ayat 3; al-Tawbah ayat 128 dan surat al-Nashr.
Menarik untuk diamati bahwa komentar-komentar sekitar ayat yang terakhir turun
disandarkan kepada hadis-hadis sahabat (hadis mawquf). Mungkin sekali ini adalah apa

yang mereka dengar dari Rasul, tetapi juga mungkin ijtihad mereka sendiri .
2) Surat dan Ayat yang Terakhir Turun
Tak berbeda dengan pembahasan surat yang pertama turun, yang terakhir turun
pun banyak khilafiyyah. Ada beberapa pendapat, yaitu :
1. Al-Maidah ayat 3
2. Al-Baqarah ayat 281
3. Al-Baqarah 282
4. Ali Imron 195
5. An-Nisa 93
6. An-Nisa 176
7. Akhir surah At-Taubah 128-129
8. Al-Kahfi 110
9. dan masih ada beberapa pendapat lagi, namun dipandang lemah

Dan dari beberapa pendapat diatas, yang paling masyhur adalah Al-Maidah ayat 3,
yang turun 9 Dzulhijjah, saat nabi melaksanakan haji wada’. Namun dilihat dari
waktu turunnya, Al-Baqarah ayat 281 lebih akhir dari pada Al-Maidah ayat 3,
karena ayat ini turun 9 hari sebelum Nabi SAW wafat.

7
d) SISTEMATIKA PENYUSUNAN AYAT DALAM AL-QUR’AN DAN
ARGUMENTASINYA

Pengurutan ayat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi, ketentuan dari Rasulullah SAW dan
sebagian ulama menghikayatkan adanya ijma’ dalam masalah ini, juga menjelaskan
bahwa tertib ayat berdasarkan tauqifi dari Rasulullah SAW dan tidak ada keraguan dalam
hal itu. Jibril AS secara bertahab turun membawa wahyu kepada nabi SAW berupa ayat-
ayat Al-Qur’an diman ayat tersebut harus ditempatkan surat atau ayat-ayat yang turun
sebelumnya.
Kemudian Rasulullah memerintahkan kepada penulis wahyu untuk menulisnya pada
tempatnya. Beliau bersabda “Tempatkan/letakkan ayat-ayat ini pada pada surat yang
didalamnya terdapat penyebutan tentang ini dan itu, atau tempatkna ayat ini pada tempat
anu.”1

1
http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/05/tertib-pengurutan-ayat-dan-surat.html

8
e) HURUF-HURUF MUQATHTHA’AH
Satu hal yang menjadi ciri khas al-Qur’an adalah adanya huruf-huruf muqaththa’ah
(huruf-huruf yang terpisah) yang memulai suatu surat (fawatih al-suwar). Dalam al-
Qur’an terdapat 29 surat yang menggunakan huruf-huruf tersebut sebagai pembuka surat.
Huruf-huruf ini hanya muncul sekali secara tunggal, namun huruf-huruf ini juga muncul
bersama dengan huruf lain sebagai pembuka surat yang lain. Dari 29 huruf hijaiyah,
hanya 14 huruf yang digunakan sebagai pembuka surat, yaitu: ‫ا ج ر ع س ص ط ق ك ل م ن هـ‬
‫ ي‬dalam 29 surat. Dari 14 huruf ini 3 huruf yang berdiri sendiri sebagai pembuka surat,
yakni ‫ ص‬pada surat Shad, ‫ ق‬pada surat Qaf dan ‫ ن‬pada surat al-Qalam Sedang selebihnya
merupakan kombinasi dari beberapa huruf. Lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini:
Tabel Fawatih al-Suwar pada Surat al-Qur’an
Fawatih al-Suwar Nama Surat
‫ الم‬Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman dan al-Sajadah
‫ ___________________________________________________المص‬Al-A’raf
‫ ________________________________الر‬Yunus,Hud,Yusuf,Ibrahim,al-Hijr
‫ ____________________________________________________المر‬Al-Ra’d
‫ _________________________________________________كهيعص‬Maryam
‫ _______________________________________________________طه‬Thaha
‫ ________________________________________طسم‬Al-Syu’ara,al-Qashahs
‫ ____________________________________________________طس‬Al-Naml
‫ _______________________________________________________يس‬Yasin
‫ _______________________________________________________ص‬Shad
‫___حم‬ Al-Mu’min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf
‫ _________________________________________________حمعسق‬Al-Syura
‫ _________________________________________________________ق‬Qaf
‫ ____________________________________________________ن‬Al-Qalam
Sebagian orang percaya bahwa huruf-huruf tersebut merupakan simbol rahasia antara
si pembicara dengan si pendengar, yaitu Tuhan dan Nabi saw, sebagai suatu yang berada
di luar pemahaman orang awam. Contoh ini dapat dilihat pada kode-kode yang disusun
antara dua orang yang tidak ingin orang lain mengetahui masalah apa yang mereka
bicarakan. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf ini adalah nama dari surat-surat yang
bersangkutan. Ada juga yang menyatakan bahwa huruf-huruf tersebut merupakan

9
sumpah yang diucapkan atas nama huruf-huruf pendek sebagaimana disebut dalam al-
Qur’an nama wujud lain dari ciptaan Tuhan seperti matahari, bulan, bintang, malam,
siang dan lain-lain sebagainya (Muthahari, 1992: 42).
Orientalis seperti Hirschfeld, dalam keputusasannya, mencoba menemukan makna huruf-
huruf ini. Ia memandang bahwa huruf-huruf tersebut sebagai singkatan dari nama-nama
sahabat. Huruf ‫ ص‬adalah singkatan dari nama Hafsah,‫ ك‬dari nama Abu Bakar, dan ‫ م‬dari
Usman. Tetapi, seperti yang dikatakan Watt bahwa penjelasan seperti ini menjadi lebih
pelik Sebab untuk surat dua dan tiga yang dimulai dengan huruf dikatakan Hirschfeld
sebagai singkatan dari nama al-Mughirah sebagai orang yang mengumpulkannya, dan
kenapa pengumpulannya bergantung hanya pada satu orang (Watt: 98).
Tampaknya dari berbagai penafsiran terhadap huruf-huruf ini tak ada yang
memuaskan dan tak mempunyai alasan yang cukup kuat. Karena itu penulis menyatakan
bahwa huruf-huruf ini tampaknya tetap menjadi huruf-huruf misterius.2

2
http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/05/tertib-pengurutan-ayat-dan-surat.html
16
10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat al-Qur’an seperti dalam mushaf
Usman adalah 114 surat. Tetapi pendapat yang diterima dari Mujahid surat al-Qur’an
adalah 113 surat dengan menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Tawbah menjadi
satu surat. Hasan, ketika ditanya apakah surat al-Bara’ah dan surat al-Anfal itu satu surat
atau dua surat, menjawab “satu surat”. Ibnu Mas’ud dalam mushafnya terdapat 112
surat. Ini karena ia tidak memasukan dua surat terakhir (mu’awidzatani) yang oleh
Montgomery Watt dikatakan sebagai jimat-jimat pendek. Sementara sebagian di antara
ulama Syi’ah menetapkan bahwa jumlah surat al-Qur’an 116. Hal ini karena mereka
memasukan surat qunut yang dinamai surat al-khaf dan al-hafd yang oleh ditulis oleh
Ubay di kulit al-Qur’an.

11
DAFTAR PUSTAKA

Manna’ Qaththan, tt: 126; al-Zanjani, 1986: 85).


al-Zarqani,1988: I, 352.
Manna’ al-Qaththan, tt: 154)

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/06/pembagian-surat-surat-al-quran-dan-ayat.html

12

Anda mungkin juga menyukai