Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SUMBER AJARAN AKHLAK

“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan”

Dosen pengampu : Dr. Hasbi M.Pd

Disusun Oleh:

Rika avriana (1902010087)

Witriani (1902010088)

Yuhesti ramanda (1902010083)

Jumriani (1902010084)

Nurul safitri (1902010085)

Muktihatul rahma (1902010086)

Kelas : PAI III / C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, salam serta sholawat
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW juga kepada umat beliau
yang tetap istiqamah di jalan Allah SWT dalam mengarungi bahtera kehidupan
dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman
mengenai “Sumber Ajaran Akhlak”. kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritikan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan
semoga bantuan serta partisipasi yang diberikan oleh semua pihak bernilai
ibadah disisi Allah SWT. Amin.

Palopo , 16 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Dasar-dasar qur’ani tentang ajaran akhlak, moral dan etika ...................................... 2
B. Hadits Nabi Saw Tentang Akhlak, Moral Dan Etika ................................................. 6
BAB III ............................................................................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Al-Qur'an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini
dinilai karena konteksnya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar
yang lain. Mengingat al-Qur'an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada
keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas.

Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur'an sendiri sifatnya


komprehensif. Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya
saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur'an
yang membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk mememudahkan, orang-orang
akan merujuk kepada al-Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-
Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut
pada persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan
merubah pesan yang ingin disimpaikan oleh al-Qur'an.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergaul dengan manusia


yang lain. Karena manusia mempunyai fitrah sebagai makhluk sosial. Dalam
pergaulannya itulah, manusia dituntut untuk senantiasa menjalankan interaksi
dengan sesamanya dengan penuh keharmonisan dan tentunya semua itu harus
dilandasi dengan akhlak dan etika terpuji.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:
1. Apa saja dasar- dasar Qur’ani tentang ajaran akhlak, moral dan etika
2. Sebutkan hadits nabi SAW tentang akhlak, moral dan etika

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar-dasar qur’ani tentang ajaran akhlak, moral dan etika


a. Akhlaq
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam
ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan
buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka
baik dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu
baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga
sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja
menyebutnya baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan
Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan
Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya,
kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak
ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dha'if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan
mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq,
ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu
tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia
mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam
tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk
menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan
buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum
masyarakat.Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada

2
masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk
menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya dapat juga
menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar
kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunananak-


anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)"." (QS. al-A'raf: 72).

Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar


akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat
kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang
mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar
memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian.

Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap
orang tunya, ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita,
akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka
bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua,
ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan
oleh remaja dan anak zaman sekarang.

Dalam Islam ajaran tentang akhlaq merupakan bagian integral dalam


setiap sendi kehidupan umat Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW diturunkan
kebumi menjadi Rasul. Salah satu tujuannya adalah menyempurnakan akhlak
manusia. Hal itu ditegaskan dalam sebuah hadis. Artinya: "Sesungguhnya aku

3
(Muhammad) diutus menjadi Rasul ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlaq" (al-Hadits)."

Sedangkan menurut istilah al-Ghazali akhlaq adalah Suatu bentuk (naluri


asli) dalam jiwa seseorang manusia yang dapat melahirkan suatu tindakan dan
kelakuan yang mudah dan spontan tanpa reka pikiran. (Imam Ghazali).

Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan
kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat
seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan
bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan
berterima kasih,

Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah
keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat
dicintai oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik
adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang
mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah
sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor."

b. Etika dan Moral

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos",


yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau yang
diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran
tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

4
Istilah ini sama dengan ilmu akhlaq (dalam Islam), yaitu "suatu ilmu yang
menerangkan pengertian baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia".

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang


bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat. (QS. An-Nur: 27).

Ayat ini menerangkan tentang etika kunjung-mengunjungi yang


merupakan bagian dari tuntunan ilahi yang berkaitan dengan pergaulan dengan
sesama manusia. Karena dalam ayat ini mengandung sekian banyak ketetapan,
hukum-hukum dan tuntunan-tuntunan yang sesuai bagi kehidupan, antara
pergaulan antar sesama manusia, pria dan wanita.

Dalam ayat diatas sebenarnya merupakan tuntunan kepada umat Islam agar
ketika bertamu dan berkunjung ke rumah orang lain, harus mengucap salam
serta meminta izin kepada pemilik atau penghuni rumah.

Kata moral berasal kata latin ''mos'' yaitu kebiasaan. Moral berasal dari
Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya, Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Namun demikian karena manusia
selalu berhubungan dengan masalah keindahan baik dan buruk bahkan dengan
persoalan-persoalan layak atau tidak layaknya sesuatu.

Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang amat penting.


Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik kapasitasnya sebagai
pribadi (individu) maupun sebagai anggota suatu kelompok (masyarakat dan
bangsa). Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral
masyarakatnya. Moral memiliki kedudukan yang amat penting karena,
manusia dalam hidupnya harus taat dan patuh pada norma-norma, aturan-

5
aturan, adat istiadat, undang-undang, dan hukum yang ada dalam suatu
masyarakat. Norma-norma, aturan-aturan, undang-undang, dan hukum, baik
yang dibuat atas kesepakatan sekelompok manusia atau aturan yang berasal
dari hukum Tuhan (wahyu). Berkaitan dengan norma-norma, aturan-aturan,
adat istiadat, undang-undang, dan hukum yang mengatur kehidupan manusia,
maka faedah atau fungsi moral adalah agar manusia dapat hidup sesuai dengan
norma yang disepakati dalam komunitas kehidupan manusia mau pun hukum
dari Tuhan.

Adapun moral dalam proses pembelajaran yang mengajarkan tentang cara


berbicara, bersikap, dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma, agama dan
adat-istiadat. Abdullah bin Munir bercerita kepadaku Beliau mendengar Abu
an-Nadhar, telah bercerita kepada kami Abdur Rahman bin Abdillah yaitu Ibn
Dhinar dari Ayahnya dari Abu Sholih dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW.
Bersabda : " Sesungguhnya seseorang yang berbicara dengan perkataan yang
diridhai Allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa akan tetapi allah akan
mengangkat derajatnya. Dan barang siapa yang berbicara dengan perkataan
yang dimurkai allah dia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali akan jatuh ke
neraka jahannam.

B. Hadits Nabi Saw Tentang Akhlak, Moral Dan Etika


1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia
agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki
akhlak manusia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ق‬
ِ ‫ال‬ َ ‫إِنَّ َما بُعِثْتُ ِألُت ِ َِّم َم‬.
َ ‫صا ِل َح اْأل َ ْخ‬

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”

2. Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat


kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan
akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna
akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

6
َ ِ‫ار ُك ْم ِلن‬
‫سائِ ِه ْم‬ ُ َ‫ار ُك ْم خِ ي‬ َ ْ‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ إِ ْي َمانًا أَح‬.
ُ َ‫ َوخِ ي‬،‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬

“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya


paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah
yang paling baik kepada isteri-isterinya.”

3. Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah
keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya
sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak
yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ ‫ش ْال َبذ‬
‫ِي َء‬ َ ِ‫ِض ْالفَاح‬
ُ ‫هللا لَيُ ْبغ‬
َ ‫س ٍن َو ِإ َّن‬ ٍ ُ‫ان ْال ُمؤْ مِ ِن َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة مِ ْن ُخل‬
َ ‫ق َح‬ ِ َ‫ش ْي ٌء أَثْقَ ُل فِ ْي مِ يْز‬
َ ‫ َما‬.

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin
di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat
membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.”

4. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kebanyakan yang


menyebabkan manusia masuk Surga, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab:

‫ اَ ْلفَ ُم َو ْالف َْر ُج‬:َ‫ار؟ فَقَال‬ َ َّ‫ع ْن أ َ ْكث َ ِر َما يُدْخِ ُل الن‬
َ َّ‫اس الن‬ َ ‫سئِ َل‬ ِ ُ‫ت َ ْق َوى هللاِ َو ُح ْس ُن ْال ُخل‬.
ُ ‫ َو‬،‫ق‬

“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Dan ketika ditanya tentang
kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Lidah dan kemaluan.”

5. Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang
tua, menganjurkan untuk bersilaturrahim, serta berbuat baik kepada
tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan Ibnu Sabil . Mereka (Ahlus Sunnah)
melarang dari berbuat sombong, angkuh, dan zhalim . Mereka
memerintahkan untuk berakhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang
hina.

7
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ِض ِس ْف‬
‫سافَ َها‬ ُ ‫ق َويُ ْبغ‬ َ ‫هللا ك َِر ْي ٌم يُحِ بُّ ْالك ََر َم َو َم َعال‬
ِ َ‫ِي اْأل َ ْخال‬ َ ‫ ِإ َّن‬.

“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak


yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.”

6. Sungguh akhlak yang mulia itu meninggikan derajat seseorang di sisi Allah,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫صائ ِِم ْالقَائ ِِم‬


َّ ‫إِ َّن ْال ُمؤْ مِ نَ لَيُد ِْركُ بِ ُحس ِْن ُخلُ ِق ِه دَ َر َجةَ ال‬.

“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan


mencapai derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di
tengah malam.”

7. Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah


makmur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:

ِ ‫ان فِي اْأل َ ْع َم‬


‫ار‬ ِ ‫ق َو ُح ْس ُن ْال ِج َو ِار َي ْع ُم َر‬
َ ‫ان ال ِدِّ َي‬
ِ َ‫ار َو َي ِز ْيد‬ ِ ُ‫و ُح ْس ُن ْال ُخل‬.
َ

“ Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah
makmur dan menambah umur.”

8. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik


akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan dalam firman-Nya:

‫عظِ ٍيم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَعَلَ ٰى ُخل‬


َ ‫ق‬

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.”


[Al-Qalam: 4]

Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:

ً ‫اس ُخلُقا‬ َ ‫سلَّ َم أ َ ْح‬


ِ َّ‫سنَ الن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ َكانَ َر‬.
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬

8
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik
akhlaknya.”

Begitu pula para Sahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah orang-


orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dan di antara akhlak Salafush Shalih Radhiyallahu anhum, yaitu:

a. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya’.


b. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan dari sifat dusta.
c. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.
d. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
e. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.
f. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut terhadap
akhir kehidupan yang jelek (su’ul khatimah).
g. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dan tidak berbicara yang sia-
sia.
h. Tawadhdhu’ (rendah hati) dan tidak sombong.
i. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon ampun) kepada Allah, baik siang
maupun malam.
j. Bersungguh-sungguh dalam bertaqwa dan tidak mengaku-ngaku sebagai
orang yang bertaqwa, serta senantiasa takut kepada Allah.
k. Sibuk dengan aib diri sendiri dan tidak sibuk dengan aib orang lain serta
selalu menutupi aib orang lain.
l. Senantiasa menjaga lisan mereka, tidak suka ghibah (tidak menggunjing
sesama Muslim).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak berupa al-Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad Saw. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut
sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik. Semua umat
Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan Sunnah) sebagai dalil
naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya
hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang
memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar
(dha'if/palsu). Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat
sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan
mulia. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat
tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Selain
itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah
akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.

Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada


masalah-masalah lain. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku
yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk
kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak etika dan moral.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahally, Imam Jalaluddin, Imam Jalaluddin al-Suyuthi, Terjemah Tafsir


Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, terj. Mahyudin Syaf, Bahrun Abu Bakar Lc.,
Bandung: sinar baru.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir al-Maraghi, juz 18, Semarang:


CV. Toha Putra,1993

Ar-Rafa'I, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyul Qadirr li Ikhtishari Tafsir Ibnu


Katsir, jilid I, terj. Drs. Syihabudin, MA., Jakarta: Gema Insani Press: 1999.

Hamka, Prof. Dr., Tafsir al-Azhar, Surabaya: Yayasan Latimojong, 1982

Quthub, Sayyid, Tafsir fi zhilalil-Qur'an dibawah naungan al-Qur'an, jilid 3


Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Rifa'I, Moh., Aqidah Akhlaq, Semarang: CV. Wicaksana, 1996

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian al-qur'an,


Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Syukur, H.M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: CV. Bima Sakti, 2000.

11

Anda mungkin juga menyukai