Anda di halaman 1dari 12

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK

TASAWUF

TAUHID DAN AKHLAK TASAWUF

KATA PENGANTAR

Bismiahirohmanirrohim,Assalamualaikum Wr.Wb.Segala puji dan syukur kami


ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan
makalah kami dengan judul “ini. Sholawat serta salam tidak lupa slalu kita hanturkan
kepada junjungan kita nabi agung, Muhamad SAW. Yang telah menyampaikan
petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling
benar yakni syariah agama islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Kami ucapkan trimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang


telah mendukug serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini.
Demikian lah yang dapat kami haturkan, kami ucapkan trimakasih.

Wasalamualaikum wr wb ...........

Metro, 12 Mei 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar .......................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................


B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan pembahasan ...................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................

A. Pengertian Masyarakat Modern


B. Problematika Masyarakat Modern
C. Peran Akhlak Tasawuf pada Masyarakat Modern
D. Perlunya Akhlak Tasawuf dalam Masyarakat

BAB III PENUTUP ...............................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran...........................................................................................
C. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Revolusi teknologi dengan meningkatkan kontrol kita pada materi ruang dan
waktu, menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir, dan sistem
rujukan.Dalam kaitan ini kelompok yang optiis, pesimis dan pertentangan keduanya.
Bagi kelompok yang optimis kehadiran revousi teknologi justru menguntungkan,
sementara bagi kelompok yang pesimis memandang kemajuan dibidang teknologi akan
memberikan dampak yang negatif karena hanya memberikan kesempatan dan peluang
kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan
ekonomi, kesempatan, kecerdasan.

Di sini lah pentingnya akhlak tasawuf guna membendung akses negatif dan
perkembangan zaman dan modrenisasi tersebut. dari sikap mental yang demikian itu
kehadian ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika
masyarakat modern seperti terjadinya disintegrasi ilmu pengetahuan, kepribadian yang
terpecah, penyalah gunaan iptek, pendangkalan iman, pola hubungan materialistik,
menghalalkan segala cara, stress, frustasi dan kehilangan harga diri dan masa depan.

Dalam kaitannya dengan hal itu, maka kemajuan dalam bidang teknologi kan
memberikan pengaruh diantaranya :

1. Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yaitu dari satu sisi


teknologi memberi nilai tambah, tetapi pada sisi lain dapat mengurangi nilai-
nilai manusia yang tradisional, misalnya di korbankan demi efisiensi.
2. Semua kemjuan teknologi lebih banyak menimbulkan masa ketimbang
memecahkannya.
3. Efek negatif teknologi tdak dapat di pisahkan dari efek positifnya. Terknologi
tdak pernah netral, efek negatif dan positif terjadi serentak dan tidak
terpisahkan.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian masyarakat modern.
2. Problematika masyarakat modern.
3. Peran Akhlak Tasawuf pada Masyarakat Modern
4. Perlunya Akhlak Tasawuf dalam Masyarakat

C. TUJUAN PENULISAN

1. Memberikan penyajian tentang masyarakat modern.


2. Mengetahui seluk beluk permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat modern.
3. Mengetahui Peran Akhlak Tasawuf pada Masyarakat Modern
4. Mengetahui Perlunya Akhlak Tasawuf dalam Masyarakat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MASYARAKAT MODEREN


Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam
kamus bahasa indonesia W.J.S Poerwarminta mengartikan masyarakat sebagai
pergaulan hidup manusia, (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat
dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu. Sedangkan modern di artikan yang terbaru,
secara baru, mutakhir.1

Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan


orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang
bersifat mutakhir. Masyarakat moderen selanjutnya sering di sebut sebagai lawan dari
masyarakt tradisional. Delia nur misalnya menyebut ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat pikiran, daripada


pendapat emosi.
2. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan
masalah yang bersifat sesaat.
3. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu
yang sangat berharga.
4. Bersifat terbuka yakni mau menerima saran dan masukan.
5. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan
kegunaanya bagi masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat modern adalah masyarakat yang


sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke
kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari
kekuasaan adat-istiadat lama.2

B. PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN


Kemajuan di bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia
ke dalam dua sisi yaitu

1
W.J.S. Poerdaminta kamus bahasa indonesia, Jakarta: balai pustaka 1991 hlm
2
Ibid hlm 125

5
1. Bisa memberi nilai tambahan (positif)
2. Dan dapat mengurangi (negatif)

Efek positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui


penyediaan informasi yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan
untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi.
Sedangkan efek negatifnya kemajuan teknologi akan berbahaya jika berada di tangan
orang yang secara mental dan keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalah
gunkan teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan menghawatirkan prang
banyak.3

Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan kenamaan dari Iran,


berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan
pengetahuaannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan
materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang
dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada
materi melainkan pada dimensi spiritual. Jika hal tersebut tidak di imbangi akibatnya
jiwa pun menjadi kering dan hampa, semua itu adalah pengaruh dari sekularisme
barat. Yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam yang kasap mata.

Dalam berbagai kemajuan teknologi masyarakat modern juga mengalami


berbagai problematika antara lain ;

1. Semua kemajuan teknologi meenuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi


teknologi memberi nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurang.
2. Nilai-nilai manusia yang tradisional, misalnya harus di korbankan demi
efisiensi.
3. Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan maslah
ketimbang memecahkan masalah.
4. Efek negatif teknologi tidak dapat di pisahkan dari efek positifnya.
Teknologi tdak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi seentak
dan tidak terpisahkan.
5. Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tak terduga.

Penggunaan iptek moderen yang demikian itu masih lebih banyak di kendalikan
oleh orang-orang yang secara moral kurang dapat dipertanggungjawabkan. Sikap
hidup yang mengutamakan meteri ( materialistic), mengutamkan kesenangan dan
kenikmatan sahwat (hedonistic), ingin menguasai semua aspek kehidupan
(totaliteristic), hanya percaya pada rumusan-rumusanpengetahuan empiris saja, serta
paham hidup positivistis yang bertumpu pada akal pikiran manusia yang lebih
menguasai mausia yang menguasai ilmu dan teknologi. Di tangan mereka yang
berjiwa dan yang bermental. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat
mengkhawatirkan.mereka akn menjadi penyebab kerusakan di daratan dan di laut
sebagai mana yang di isyaratkan dalam surat alquran (QS AL-Rum, 30: 41);

3
Abudin nata, akhlak tasawuf, jakatra : Raja Gravindo Persada, 1997, hlm 279-280

6
Artinya :

“Telah nampak kerusakan di daratan dandi lautan di sebabkan oleh


perbuatan tangan manusia , supaya allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (kejalan
yang benar) .” (QS Al-Rum 30:41)4

Sedangakn di tinjau dari sikap mental kehadiran ilmu pengetahuan dan


teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern antara lain
sebagai berikut:

1. Desintegrasi ilmu pengetahuan


Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan
petunjuk jalan yang menguasau semuanya, sehingga kian jauhnya
manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam.
Kehidupan moderen di tandai dengan adanya spesialisasi di dalam
ilmu pengetahuan. masing-masing ilmu pengetahuan memiliki
paradigma (cara pandangnya) sendiri dalam memecahkan masalah yang
di hadapi.
2. Kepribadian yang terpecah (split personaliti)

Karena kehidupan manusia modern di polakan oleh ilmu


pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-
kotak, maka manusianya menjadi menjadi pribadi yang terpecah,
akibatnya kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan
rohaniah karena jauhnya dari ajaran agama. karena dibiarkannya
perluasan ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta
empirik, obyektif, rasional, dan terbatas).

3. Penyalahgunaan iptek

Sebagai akibat terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari


ikatan spiritual, maka iptek telah di salah gunakan dengan segala
implikasi negatifnya sebagai mana di sebutkan di atas. Kemampuan
membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan satu bangsa
atau bangsa subversi dan lain sebagainya.

4. pendangkalan iman

4
Abu bakar aceh, pengantar sejarah sufi dan tasawuf, ramadani, solo, 1994 hal 342

7
sebagai akibat lain dari pola pikiran ke ilmuan tersebut di atas,
khususnya ilmu- ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat
empiris menyebabkan manusia dangkal imannya, ia tidak tersentuh oleh
informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang di bawa
oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak
ilmiah dan kampungan.

5. Pola hubungan materalistik


Pola hubungan satu dengan pola hubungan yang lainnya dapat
memberikan keuntungan yang bersifat material. Demikian pula
penghormatan yang di berikan seseorang ats orang lain banyak di ukur
dengan sejauh mana prang tersebut dapat memberikan manfaat secara
material. Akibatnya ia menempatkanpertimbangan material di atas
pertimbangn akal sehat. Hati nurani, kemanusiaan, dan imannya.5

6. Menghalal kan segala cara


Sebagai akibat lebih jauh dari dangkal nya iman dan pola hidup
materialistik sebagaimna di sebut di atas, maka manusia dengan mudah
dapat menggunakan prinsip nmenghalalkan segala cara dengan mencapai
tujuan.

7. Stres dan frustasi


Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia
harus mengerahkan seluruh pikiran tenaga dan kemampuannya.
Manusia mengarahkan seluruh pikiran tenaga dan kemampuannya
untuk terus bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Sehingga ada
hal yang tidak bisa di pecahkan mereka stres dan frustasi.

8. Kehilangan harga diri dan masa depan


Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturunkan hawa
nafsu dan mnghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya
mereka tua, segala tenaga, fisik, fasilitas dan kemwahan hidup sudah
tdak dapat mereka lakukan merekan merasa kehilangan masa depan dan
harga dirinya. 6

C. PERAN AKHLAK TASAWUF PADA MASYARAKAT MODERN

Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalm mengatasi krisis-krisisi akibat


modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari
tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dan di dasari
dengan tuhan, sehingga seorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-

5
Deliar noer, pembangunan di indonesia, jakarta: mutiara, 1987, hal 24
6
Hamka, tasawuf perkembangan, pustaka panji mas. Jakarta, 1994, hal 100

8
nya. Tasawuf perlu di kembangkan dan di sosialisasikan kepada masyarakat dengan
beberapa tujuan di antaranya :

1. Untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan


kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-
nilai spiritual.
2. Memahami tentang aspek asetoris islam, baik dengan masyarakat
muslim maupun dengan masyarakat non-muslim.
3. Menegaskan kembali bahwa aspek asetoris islam (tasawuf) adalah
jantung ajaran islam. Tarikat atau jaln rohani (part of soul)
merupakan dimensi ke dalam dan kerahasiaan dalam islam
sebagaimana sariat bersumber dari al-quran dan as-sunah.
Betapapun ia tetap menjadi sumber kehidupan yang paling dalam, yang
mengatur seluruh organisme keagamaan dalam islam. Ajaran dalam tasawuf
memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis dunia. Seperti ajran
tawakal pada tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang kokoh, karena
ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada tuhan. Selanjutnya
sikap frustasi dapat di atasi dengan sikap ridha. Yaitu selalu pasrah dan menerima
terhadap segala keputusan tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat di atsi
dengan menerapkan konsep zuhud. Demikian pula ajaran uzlah yang terdapat dalam
taswuf, yaitu mengasingkan diri dari tipu daya dunia. Ajaran-ajaran yang ada dalam
taswuf perlu di suntikan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan,
teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu di landasi
ajaran akhlak tasawuf.

D. PERLUNYA AKHLAK TASAWUF DALAM MASYARAKAT


Banyak cara yang di ajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut. dan
salah satu cara yang hampir di sepakati para ahlin adalah dengan cara
menegmbangkan kehidupan dan bertasawuf. Salah satu tokoh yang begitu sungguh-
sungguh memperjuangkan akhlak tasawuf mengatasi masalah tersebut adalah
Hussein Nashr.
Dalam hal ini Nashr menegaskan “tarikat” atau “jalan rohani” yang biasanya
dikenal sebagai tasawuf atau sufisme adalah merupakan dimensi kedalaman dan
kerahasiaan (esoteric) dalam islam, sebagaimana syariat berakar pada al-qur’an dan
al-sunnah. Ia menjadi jiwa risalah islam seperti hati yang ada pada tubuh,
tersembunyi jauh dari pandangan luar. Betapapun ia tetap merupakan sumber
kehidupan yang aling dalam, yang mengatur seluru orgasme keagamaan dalam islam.
Namun demikian penggunaan tasawuf mengatasi sejumlah masalah moral
sebagaimana tersebut di atas menghendaki adanya interpretasi baru terhadap tasawuf
yang selama ini dipandang sebagai sesuatu yang menyebabkan melemahnya daya
juang di kalangan umat islam. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperolh
hubungan dan di sadari oleh tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya

9
itu berada di hadirat-Nya. Karena melalui tasawuf ini seseorang di sadarkan bahwa
segala sumber yang ada ini berasal dari tuhan.
Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan ini satu dan
lainnya tdak akan bertabrakan, karena berada dalam satu jalan dan. Selanjutnya
tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.
Demikian pula tarikat yang terdapat dalam tasawuf akan membawa mausia ke dalam
jiwa yang istiqomah, jiwa yang selalu di isi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu
mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian membuatnya ia tetap
tabah dan tidak mudh terhempas oleh cobaan yang di hadapinya.
Selanjutnya sikap frustasi dan yang lainnya dapat diatasi dengan sikap ridla
yang diajarkan dalam tasawuf, yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala
keputusan Tuhan.ia menyadri bahwa yang maha kuasa atas segala sesuatu adalah
tuhan.
Di balik kemajuan ilmu teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan
suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Untuk
menyelamatkannya perlu untuk menyelamatkan perlu tasawuf yang wujud konkretnya
dalam akhlak yang mula. Terakhir problema masyarakat modern di ats adalah adanya
sejumlah manusia yang kehilangan masa depannya. Untuk ini ajaran akhlak tasawuf
yang berkenaan dengan ibadah, zikir, taubat, dan berdo’a menjadi penting adanya,
sehingga tetap mempunyai harapan, yaitu bahagia bahagia hidup di akhirat nanti.
Tasawuf akhlak memberi kesempatan bagi penyelamatan manusia, maka tasawuf
dengan sistem yang diakui paling kuat untuk manusia dengan Tuhan, ajaran akhlak
tasawuf mengatasi problematika kehidupan masyarakat modern saat ini, dan dijadikan
suatu alternatif terpenting. 7

7
M. Quraish shihab, Wawasan al-quran, Bandung; Mizan, 1996, hal 231

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern.
Dalam kamus bahasa indonesia W.J.S Poerwarminta mengartikan
masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia, (himpunan orang yang hidup
bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.
Sedangkan modern di artikan yang terbaru, secara baru, mutakhir.

problematika masyarakat modern antara lain sebagai berikut:

1. Desintegrasi ilmu pengetahuan.


2. Kepribadian yang terpecah (split personaliti)
3. Penyalahgunaan iptek.
4. pendangkalan iman.
5. Pola hubungan materalistik.
6. Menghalal kan segala cara.
7. Stres dan frustasi .
8. Kehilangan harga diri dan masa depan.

Sikap dan pandangan sufistik ini sangat di perlukan oleh masyarakat


modern yang mengalami jiwa yang terpecah-pecah, asalkan pandangan
tasawuf tidak di lakukan secara ekslusif dan individu, melainnkan berdaya
aplikatif dalam meresponi berbagai maslah yang di hadapi. Salah satu tokoh
yang begitu sungguh-sungguh memperjuangkan akhlak tasawuf mengatasi
masalah tersebut adalah Hussein Nashr.

Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan
lainnya tidak akan bertabrakan, karena berada dalm satu jaln dan tujuan.
Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan
kehalusan budi pekerti.

B. PENUTUP

11
DAFTAR PUSTAKA

W.J.S. Poerdaminta Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Abudin nata, Akhlak Tasawuf, Jakatra : Raja Gravindo Persada, 1997.

Bakar Abu aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, Ramadani, Solo.

Noer Deliar, Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Mutiara, 1987.

Hamka, Tasawuf Perkembangan, Pustaka Panji Mas. Jakarta, 1994.

Quraish M shihab, Wawasan al-quran, Bandung; Mizan, 1996.

12

Anda mungkin juga menyukai