Anda di halaman 1dari 14

Humanisme Teosentrik

Definisi
• Humanisme merupakan pandangan yang
memandang bahwa manusia memiliki satu
kehidupan sebagai segala pusat aktivitas
dengan meninggalkan peran Tuhan dalam
kehidupannya
• Teosentris adalah suatu karakteristik yang
memusatkan kepada Tuhan / tauhidi yang
berarti semua kehidupan berpusat kepada
Tuhan sbg Ghayatul Hayat (tujuan hidup)
Humanisme teosentris dalam Islam
• Islam merupakan agama yg memusatkan
dirinya pada keimanan terhadap Allah SWT,
tetapi sekaligus mengarahkan perjuangannya
pada kemuliaan peradaban manusia
• Atas dasar nilai humanisme teosentrik
tersebut konsep mengenai agama Islam
berbeda dg konsep agama lain.
• Dalam Islam misalnya tidak mengenal sistem
pemikiran panteologisme atau pemikiran
serba teologi yg cenderung meremehkan
pemikiran rasional
• Dalam Al-Quran sangat jelas mengajarakn
ummat Islam dalam kehidupannya untuk
selalu menggunakan akal, observasi empiris
atau pengalaman dengan tidak melupakan
Allah sebagai Ghayatul Hayyat
• Dengan demikian, humanisme Islam memiliki dimensi
vertikal dan dimensi horizontal.

• Dimensi vertikal (hablun min Allah) berupa hubungan


baik kepada Allah dengan cara mengabdi pada
kekuasaan tertinggi untuk membangun hati yang baik
guna mencegah kesombongan. Dimensi vertikal ini
mengharuskan manusia mengabdi kepada Allah.

• Dimensi horizontal (hablun min al-nas) berupa


hubungan baik kepada sesama manusia dan alam
semesta sehingga muncul nilai keadilan, kasih sayang,
dan nilai lain sebagai akhlak mulia. Itulah sebabnya
akhlak menjadi inti ajaran humanisme Islam.
Aplikasi Humanisme Teosentris
1. Dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Dimensi vertikal (hablun min Allah)


Dalam menjalankan kehidupan, Allah memerintahkan kita
untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. Manusia terbaik
adalah yang terus bergerak, memanfaatkan setiap potensi yang dia
miliki untuk kehidupannya. Keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
haruslah diupayakan, sebagaimana yang sering kita dengar:
“Berbuatlah untuk duniamu seolah kamu hidup selamanya, dan
berbuatlah untuk akhiratmu, seolah kamu mati esok hari”.

Untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat,


kita perlu berusaha dan berupaya atau dengan kata lain, ber-ikhtiar.
Setelah semua ikhtiar kita lakukan, maka saatnyalah kita serahkan
semua keputusan kepada Sang Penguasa Hidup, Allah SWT.
Penyerahan diri ini disebut sebagai Tawakal.
• Secara definitif, tawakal berarti penyandaran,
penyerahan dan mempercayakan suatu perkara kepada
pihak lain. Seorang muslim yang tawakal adalah yang
menyerahkan, menyandarkan dan mempercayakan
kepada Allah SWT atas segala yang sudah dilakukannya.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tawakal
erat kaitannya dengan usaha atau ikhtiar.

• Tawakal tidak sama dengan pasrah. Tawakal adalah


sebuah tindakan aktif, sementara pasrah adalah
tindakan pasif. Pasrah adalah seperti daging yang
teronggok di atas meja, siap diolah apa saja oleh
pemiliknya. Tawakal sama sekali tidak seperti itu.
Tawakal mensyaratkan adanya upaya kreatif dari
pelakunya.
• Dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang berbicara mengenai tawakal ini,
setidaknya, ada 70 ayat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah QS. Ali
‘Imran/3 ayat 159, yang berbunyi:

َ‫ب ْال ُمت َ َو ِك ِلين‬ ِ َّ ‫ت فَت َ َو َّك ْل َعلَى‬


َ َّ ‫َّللا ِإ َّن‬
ُّ ‫َّللا يُ ِح‬ َ ‫فَإِ َذا َعزَ ْم‬

• Fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallahi innallaha yuhibbul mutawakkilin)

• Artinya: Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah


kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.

• Ayat tersebut menjelaskan bahwa tawakal dilakukan setelah kita


berikhtiar melakukan yang terbaik sebanyak yang kita sanggup lakukan.
• Sebagai contoh, pelajar yang menghadapi ujian sekolah. Tawakalnya
adalah setelah ia belajar maksimal, menjaga kesehatannya agar dapat
ikut ujian dengan baik, dan mengerahkan semua kemampuan
menjawab semua soal ujian. Begitu ia menyerahkan lembar jawaban,
maka saat itulah ia bertawakkal kepada Allah akan hasil dari ujiannya
tersebut.
• Dimensi horizontal (hablun min al-nas)
Hubungan sesama manusia dalam Islam adalah
hubungan sebagai saudara sebagaimana firman Allah
Surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya:

"orang-orang beriman itu Sesungguhnya


bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai manusia
harus menjaga tali shilaturahmi sesama manusia Allah
memberikan resep-resep agar hubungan dengan sesama manusia
dapat terjalin dengan harmonis. Tujuh resep tersebut terdapat
dalam Al-Qur'an surat Al-Hujarat ayat 6-12, yaitu:

1. Budayakan tabayun. Tabayun adalah mengecek kebenaran suatu


berita yang sampai ke telinga kita
2. Budaya ishlah. Ishlah adalah meluruskan yang tidak lurus,
mendamaikan yang tidak damai, merukunkan yang tidak rukun,
termasuk meluruskan informasi yang salah.
3. Hindarkan taskhirriyah, meremehkan atau memperolo-olokan
orang lain.
4. Jangan menghina orang lain,
5. Menjauhkan sikap su-udhon atau buruk sangka.
6. Jangan suka mencari kesalahan orang lain.
7. Jangan suka menggunjing orang lain atau ghibah.
• Dalam Dunia Kedokteran:
• Dimensi vertikal (hablun min Allah)
Bila seseorang yang tengah sakit, tawakalnya seorang dokter adalah dengan
mengupayakan pengobatan sebaik mungkin atau mencari berbagai alternatif demi
kesembuhan pasien. Setelah semua ikhtiar dicukupkan, saat itulah ia serahkan
hasilnya kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu
Majah:

Law annakum tatawakkaluna ‘alallahi haqqa tawakkulihi larazaqakum kama yarququ


ath-tayra taghdu khishashan wa taruhu bithanan)

• Artinya: Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah
SAW bersabda, “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT
dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah
SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari
dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Ahmad,
Turmudzi dan Ibnu Majah).

• Hadis ini juga menunjukkan bahwa tawakal itu dilakukan setelah berusaha. Ibarat
burung yang keluar kandangnya pada pagi hari untuk mencari makan dan pulang
pada sore hari dengan perut kenyang. Kekenyangan yang ia peroleh itu adalah hasil
dari ketawakalannya kepada keputusan Allah setelah ia berusaha memperolehnya.
• Dimensi horizontal (hablun min al-nas)
Hubungan dengan sesama manusia haruslah dilandasi dengan
prinsip-prinsip keadilan, saling menghargai dan ujung-ujungnya
adalah hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme).

Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baik manusia diantara kalian


adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Oleh karena itu,
sudah selayaknya kita sebagai seorang muslim memanfaatkan
Hablumminannas untuk berlomba-lomba menjadi manusia yang
paling bermanfaat bagi orang lain.
Dalam dunia kedokteran dikenal istilah “Primum
non nocere” yang artinya "First do no harm”.

Prinsip ini mengajarkan pada dokter, atau


siapapun pelayanan kesehatan: bahwa mereka harus
memikirkan kemungkinan merugikan dari tindakan
yang akan dilakukan, bahwa kita mungkin harus
menghindari tindakan medis yang mempunyai resiko
jelas dengan manfaat yang kurang jelas.

Dalam hal ini seorang dokter dilarang melakukan


sesuatu yang dapat merugikan sesama manusia. Hal
ini sesuai dengan prinsip hablun min al-nas yakni
mengutamakan kemanfaatan untuk orang lain.

Anda mungkin juga menyukai