Anda di halaman 1dari 13

HADIS DITINJAU DARI KUANTITAS SANAD

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Tematik Pendidikan

OLEH:

DICKY SIMATUPANG
FIKI ROBI HANDOKO HARAHAP
NAJARUDDIN BUTAR BUTAR

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamalaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Alhamdulillah puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt.

yang telah menganugerahkan rahmat, nikmat, taufik dan tak lupa pula hidayah-

Nya sehingga penulis dipermudah dalam menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Hadis Ditinjau Dari Kuantitas Sanad”.

Shalawat serta salam tercurah kepada baginda nabi besar yaitu Nabi

Muhammad Saw. yang merupakan teladan umat manusia. Rasulullah Saw.

merupakan pendidik sejati, sosok inspiratif bagi penulis yang untuk terus

menuntut ilmu pengetahuan.

Dengan dipermudah pembuatan makalah ini, penulis juga tidak lupa

mengucapkan terimah kasih kepada seluruh pihak yang mendukung secara moril

maupun materil.

Medan, 04 Oktober 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................


B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Pembahasan ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

A. Pembaggian Hadis Berdasarkan Kuantitas Sanad ..........................................


1. Pengertian Sanad ............................................................................................
B. Hadis al-Mutawatir .............................................................................................
A. Hadis Al Masyhur ...............................................................................................
B. Hadis Aziz ............................................................................................................
C. Hadis Al Ahad ......................................................................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al qur’an yang diyakini oleh umat Islam sebagai wahyu Allah yang otentik
pada dasarnya cara sampainya kepada generasi kita adalah melalui periwayatan.
Namun, karena diriwayatkan oleh orang-orang banyak dari generasi kegenerasi
secara sinambung tanpa ada peluang untuk sepakat berdusta, maka aspek
periwayatan dan kritik sanadnya menjadi tidak signifikan. Cara periwayatan
sedemikianlah yang dinamakan riwayat Mutawātir, qaṭ‘iyyul-wurūd..
Tetapi ketika Al qur’an (baca: qira’ahnya) diriwayatkan secara orang per
orang (riwayātāḥādiyyah), maka periwayatan dan kritik sanadnya menjadi sangat
signifikan untuk dinilai, sehingga dikenalah istilah qirā’ah ṣaḥīḥah dan qirā’ah
syāżah sebagaimana layaknya yang berlaku pada kaedah-kaedah kritik kualitas
ḥadīṡ. Dari sini lah timbul suatu kesimpulan bahwa semakin banyak jalur-jalur
sanad suatu periwayatan, maka semakin besar pula peluang validitas riwayat
tersebut, atau setidaknya, semakin mudah untuk menilai validitas riwayat tersebut.
Maka makalah ini hanya membatasi pembahasannya pada aspek kuantitas sanad
dan sekilas implikasinya dengan aspek kualitas ḥadīṡ, seperti yang telah
dikemukakan di atas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Hadis al-Mutawatir, al-Masyhur, al-Aziz dan al Ahad?
2. Bagaimanakah Pembagian Hadis al-Mutawatir, al-Masyhur, al-Aziz dan al
Ahad?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hadis al-Mutawatir, al-Masyhur, al-Aziz dan
al Ahad.
2. Untuk mengetahui pembagian Hadis al-Mutawatir, al-Masyhur, al-Aziz dan
al Ahad.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembaggian Hadis Berdasarkan Kuantitas Sanad
1. Pengertian Sanad
Sanad secara bahasa berarti al-mu’tamad yaitu yang diperpegangi (yang
kuat)/ yang bias dijadikan pegangan. Atau dapat juga diartikan yaitu sesuatu
yang terangkat tinggi dari tanah. Sedangkan secara terminology, sanad berarti:
Yakni sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang
memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama,
Al-Tahanawi mengemukakan definisi yang hamper senada: Dan sanad
adalah jalan yang menyampaikan kepada matan Hadis, yaitu nama-nama para
perawinya secara berutan.1
B. Hadis al-Mutawatir
1. Pengertian Hadis Mutawatir
Mutawatir secara kebahasaan adalah isimfai’l kata al-watur, yang berarti
al-tatabu, yaitu berturut-turut.
Menurut istilahUlama Hadis, Mutawatir berarti: Hadis yang
diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut adat bahwa mereka
bersepakat untuk berbuat dusta.
• Ibnu al-Shalah mendefinisikan Hadis Mutawatir, sebagai berikut:
Sesungguhnya Mutawatir itu adalah ungkapan tentang kabar yang
dinukilkan (diriwayatkan) oleh orang yang menghasilkan ilmu dengan
kebenarannya secara pasti. Dan persyaratan ini harus terdapat secara
berkelanjutan pada setiap tingkatan perawi dari awal sampai akhir.
• Kemudian Ibn al-Shalah tersebut dengan mengatakan, bahwa: Mutawatir
adalah kabar tentang sesuatu yang dapat dijangkau oleh panca indra yang
diriwayatkan oleh orang banyak, yang jumlahnya tidak memungkinkan
mereka untuk bersepakat dalam melakukan dusta, yang diriwayatkan
mereka dari orang banyak seperti mereka, dari awal sanad sampai akhir
sanad.2

1
Nawir Yuslem, (2001), Ulumul Hadis, PT MUTIARA SUMBER WIDYA, h. 148.
2
Ibid., hlm., 200-201
Pada awalnya, bahasan ḥadis mutawatir hanya dibahas secara terperinci
oleh ahli usul fiqh dan tidak secara terperinci dikalangan ahli hadis, karena ia
tidak masuk dalam bahasan ilmu Isnad. Namun pada akhirnya ahli ḥadis ikut
berkecimpung dalam masalah ini, yang memang sudah menjadi spesialisasinya.
Lahirlah beragam definisi ḥadis mutawatir yang diajukan para ulama
ḥadis dan usul fiqh, ada yang global, ada pula yang padat tapi memenuhi
kriteria jami‘ dan mani‘, terperinci. Di antara beragam definisi ḥadiṡ mutawatir
yang bias dianggap jami‘ dan mani‘ antara lain:
(Apa yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara adat mustahil
mereka sepakat untuk berdusta, dan diriwayatkan dari sejumlah perawi yang
serupa, sejak awal sanad sampai keakhir, tanpa adanya kesenjangan jumlah
perawi pada setiap level sanadnya.)
Kemudian dari devinisi yang lain:
(Hadis sahih yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara logikan dan
kebiasaan mustahil mereka sepakat berdusta, diriwayatkan oleh sejumlah
perawi yang sama, baik pada awal sanadnya, tengah, maupun akhir)
Sedangkan ulama usul fiqih mendefinisikan sebagai:
(Setiap khabar yang jumlah perawinya mencapai bilangan yang secara adat
mustahil terjadi kesepakatan mereka untuk berdusta).
2. Syarat-syarat Hadis Mutawatir
Para ulama mensyaratkan Hadis Mutawatir sebagai berikut:
a. Dirawayatkan oleh sejumlah perawi yang banyak
b. Adanya kesinambungan jumlah perawi yang banyak dalam setiap
ṭabaqah sanadnya.
c. Mesti ada pertimbangan menurut adat dan akal yang mengindikasikan
kemustahilan mereka untuk berdusta dengan jumlah yang banyak
tersebut.
d. Khabar tersebut harus berdasarkan empiris.3

3
Abu AbdillahSaidi Muhammad ibnAbil-FaidMaulanaJa’far al-Husaini al-Idrisasy-
Syahirbil-Kattaniy, (1983), NazmulMutanasirminal-Hadisil-Mutawatir, Beirut: DarulKutubil-
ilmiyah, h. 19.
3. Macam-macam Hadis Mutawatir
Hadis Mutawatir terbagi dua, yaitu: Mutawatir Lafzhi dan Mutawatir
Ma’nawi
a. Mutawatir Lafzhi
Yang dimaksud dengan Hadis Mutawatir Lafzhi adalah:
Yaitu Hadis Mutawatir lafaz dan maknanya atau Hadis yang Mutawatir
riwayatnya pada satu lafaz.
b. Mutawatir Ma’nawi
Yang dimaksud Mutawatir Ma’nawi adalah: Hadis yang Mutawatir maknanya
saja, tidak pada lafaznya.4
C. Hadis Al Masyhur
Secara bahasa, kata Masyhur adalah isim maf’ul dari syara, yang berarti“al-
zhuhur, yaitu nyata. Sedangkan pengertian Hadis Masyhur menurut istilah Ilmu
Hadis adalah:
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap
tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat Mutawatir.
Definisi di atas menjelaskan, bahwa Hadis Masyhur adalah Hadis yang
memiliki perawi sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus
terdapat pada setiap tingkatan sanad. Menurut Ibn Hajar, Hadis Masyhur adalah:
Masyhur adalah Hadis yang memiliki jalan yang terbatas, yaitu lebih dari dua
namun tidak sampai kederajat Mutawatir.
1. Status dan hukum Hadis Masyhur
Hukum Hadis Masyhur tidak ada hubungannya dengan Shahih atau
tidaknya suatu Hadis, karena diantara Hadis Masyhur terdapat Hadis yang
mempunyai status Shahih, Hasan, atau Dhai’f, dan bahkan ada yang Mawdhu’
(palsu). Akan tetapi, apa bila suatu Hadis Masyhur tersebut berstatus Shahih,
maka Hadis Masyhur itu hukumnya lebih kuat dari pada Hadis ‘Aziz dan
Gharib.
Dengan demikian, Hadis Masyhur dapat dibedakan menjadi enam
macam, yaitu:

4
Ibid., hlm., 204-205
a. Hadis Masyhur di kalangan ahli Hadis, yaitu Hadis yang diriwayatkan
oleh tiga orang perawi atau lebih. Contohnya, adalah Hadis yang berasal
dari Anas r.a dia berkata:
‫ (رواه البخارى‬. َ‫علَى ِر ْع ٍل َوذَ ْك َوان‬ ِ ‫الر ُك ْو‬
َ ‫ع‬ َ َ‫سلَّ َم َقنَت‬
ُّ َ‫ش ْه ًرا بَ ْعد‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬
‫)ومسلم‬
Bahwasannya Rasulullah SAW berkunut selama satu bulan setelah rukuk
mendoakan hukuman atas (tindakan kejahatan) penduduk Ri’lin dan
Dzakwan, (HR Bukhari dan Muslim).
b. Hadis Masyhur di kalangan Fuqaha, seperti Hadis:
‫ط ََل ُق‬ ِ َّ ‫َض ْال َح ََل ِل ِإلَى‬
َّ ‫َّللا تَ َعالَى ال‬ ُ ‫أَ ْبغ‬
Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak: (HR Abu Dawud
dan Ibn Majah)
c. Hadis Masyhur di kalangan Ulama Ushul Fiqih, contohnya
‫س ت ُ ْك ِر هُوا عَ لَ يْ ِه‬ ْ ِّ ِ‫ُر ف َع عَ ْن أ ُ َّم ت ِي الْ َخ طَ أ ُ َو ال ن‬
ْ ‫س ي َ ا ُن َو َم ا ا‬
“Diangkatkan dosa (hukuman) dari umatku yang tersalah (tidak
sengaja), karena lupa dan karena terpaksa.H.R.IbnMajah.”
d. Hadis Masyhur di kalangan UlamaHadis, Fuqaha, Ulama Usul Fiqh, dan
di kalangan awam, seperti:
Muslim yang sebenarnya itu adalah orang yang selamat Muslim-muslim
lainya dari akibat lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah itu
adalah orang yang pindah (meninggalkan) segala perbuatan yang
diharamkan Allah.
e. Hadis Masyhur di kalangan ahli Nahwu, yaitu seperti:
“Sebaik-baik hamba adalah Shuhaib”
f. Hadis Masyhur dikalangan awam adalah seperti:
‫العجلة من الشيطان‬
“Tergesa-gesa itu adalah dari (perbuatan) setan. (HR Tirmidzi).5
D. Hadis Aziz
Hadits ‘Aziz Hadits ‘Aziz adalah suatu hadits yang diriwayatkan dengan
minimal dua sanad yang berlainan rawinya. Secara bahasa, kata aziz merupakan
sifat mubasyabah dari kata kerja azza ya’izzu yang berarti qalla dan nadzara yaitu

5
Ibid., hlm., 209-213
sedikit dan jarang, atau azza ya’azzu berarti qawiya dan isytadda artinya kuat.
Dinamakan hadis aziz karena jarangnya yang meriwayatkan atau kuatnya riwayat
dari segi sanadnya.
Misalnya pada tingkatan sahabat hanya terdapat dua perawi, atau pada
tingkatan tabiin-nya, meskipun pada tingkatan perawi setelah tabiin terdapat
banyak yang meriwayatkan hadis tersebut, hadis itu tetap disebut hadis aziz.
Contoh hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim tentang hadis berikut
‫ اليؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين‬:‫أن الرسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
Artinya: Sesunguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah kalian beriman
sampai aku menjadi yang paling ia cintai dari kedua orang tuanya, anaknya dan
semua manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini diriwayatkan oleh dua orang sahabat, yaitu Anas dan Abu
Hurairah. Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib meriwayatkan dari Anas. Dari
jalur Qatadah terdapat Syu’bah dan Sa’id meriwayatkan darinya. Sedang dari jalur
Abdul Aziz bin Shuhaib terdapat Ismail bin ‘Ulaiyyah dan Abdul Warits. Hingga
tingkat tabi’u tabi’in, hadis tersebut hanya diriwayatkan oleh dua-dua perawi,
Kemudian setelahnya terdapat banyak perawi yang meriwayatkan. Hadis ini
disebut hadis ‘aziz.
Adapun kitab yang mengumpulkan tentang hadis-hadis aziz belum
ditemukan, menurut Mahmud Thahan mungkin karena sedikitnya jumlah hadis
aziz
E. Hadis Al Ahad
Hadits ahad secara umum berarti khabar, yang jumlah perawinya tidak
mencapai batas jumlah perawi muttawatir, baik perawi itu satu, dua, tiga, empat,
lima dan seterusnya dibawah jumlah mutawattir.6 Hadist ahad tidak memenuhi
syarat mutawattir, dan tidak pula sampai pada derajat mutawattir.
Definisi diatas dikemukakan oleh para ulama yang membagi kuantitas hadis
kepada dua, yaitu hadis mutawatir dan hadits Ahad. Sedangkan ulama yang
membagi kuantitas hadis kepada tiga yaitu hadis mutawatir hadis Ahad dan hadis

6
Asmawati & Shofian Ahmad, Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial, (UIN
Ar Raniry)Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2017.
masyhur maka mereka mendefinisikan hadis Ahad sebagai:
‫ مما لم تتوفر فيه شروك المشهور أوالمتواتر‬،‫ما رواه الواحد أواالثنين فأكثر‬
Artinya: Hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang atau lebih yang
jumlahnya tidak memenuhi persyaratan hadis masyhur dan hadis mutawatir.7
Jumlah rawi dari masing-masing thabaqah, mungkin satu orang, dua orang,
tiga orang atau malah lebih banyak, namun tidak sampai pada tingkat mutawattir.
Berdasarkan umlah dari thabaqah masing-masing rawi tersebut, hadits ahad ini
dibagi dalam tiga macam, yaitu masyhur, ‘aziz dan gharib.
1. Hadis Masyhur
a. Pengertian
Menurut bahasa, masyhur adalah muntasyir, yaitu sesuatu yang sudah
tersebar, sudah populer.8 Hadis yang masyhur di kalangan masyarakat ada
banyak sekali, meski kualitas hadis tersebut lemah bahkan ada yang palsu.
Banyak sekali orang yang mengamalkan hadis-hadis yang masyhur
dilingkungannya. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi para pelajar hadis untuk
menerangkan kepada masyarakat mana yang bisa dijadikan sandaran hukum
dan mana yang tidak.
b. Klasifikasi hadis masyhur
Istilah masyhur diterapkan kadang-kadang bukan untuk memberikan
sifat-sifat hadis menurut ketetapan banyaknya rawi yang meriwayatkan suatu
hadis, tetapi diterapkan juga untuk memberikan sifat suatu hadis yang
mempunyai ketenaran di kalangan para ahli ilmu tertentu atau kalangan
masyarakat ramai.
Dari segi ini, hadis masyhur dibagi tiga9:
1) Masyhur di kalangan para muhaditsin dan golongan ulama ahli ilmu dan
orang umum.
2) Masyhur di kalangan ahli-ahli ilmu tertentu, misalnya hanya masyhur di
kalangan ahli hadis saja, ahli fiqh saja, ahli tasawuf saja, dan sebagainya.
3) Masyhur di kalangan masyarakat umum.

7
Asy. Syifa, vol. 01. No. 01, 2020. h. 44
8
Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suryadi, Lc., M.Ag, Ulumul Hadis,(Jawa Barat:
CV. Pustaka Setia, 2017), h.134
9
Ibid, h. 134-135
2. Hadis ‘Aziz
Aziz menurut bahasa adalah Asy-Safief (yang mulia), An-Nadir (yang
sedikit wujudnya), Ash-Shab’ul ladzi yakadu la yuqwa ‘alaihi (yang sukar
diperoleh), dan Al-Qwiyu (yang kuat). Menurut istilah, hadis ‘Aziz adalah hadis
yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat
pada suatu thabaqah saja, kemudian orang-orang meriwayatkannya.10
3. Hadis Gharib
1. Pengertian hadis gharib
Gharib menurut bahasa adalah ba’idun ‘anil wathani (yang jauh dari
tanah) dan kalimat yang sukar dipahami. Adapun menurut istilah, hadis
gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi.11 Adapun dalam
pengertian lain, hadis gharib adalah hadis yang dalam sanadnya terdapat
seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja penyendiriannya
itu terjadi.
2. Klasifikasi hadis gharib
Dilihat dari segi bentuk penyendirian rawi, hadis gharib terbagi menjadi
dua macam, yaitu gharib muthlaq dan gharib nisby.12

10
Ibid, h. 136
11
Ibid, h. 137
12
Ibid, h. 138
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis dilihat dari segi jumlah riwayat, menurut ulama hadis pada umumnya,
dibagi menjadi dua, mutawattir dan ahad. Sehingga hadis masyhur termasuk
bagian dari hadis ahad.
Hadis ahad adalah hadis yang perawinya tidak mencapai, terkadang
mendekati jumlah mutawattir. Hadis ahad terbagi pada hadis masyhur, Aziz dan
Gharib. Meskipun telah jelas menunjukkan bahwa hadis (sunnah) itu merupakan
salah satu sumber hukum Islam, akan tetapi ada juga segolongan kecil dari umat
Islam menolak terhadap hadis sebagai sumber syari’at Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Asmawati & Shofian Ahmad. Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial.

UIN Ar Raniry.Vol. 19, No. 2, Juli-Desember 2017.

Muhammad, Abu Abdillah Saidi ibn Abil-Faid Maulana Ja’far al-Husaini al-

Idrisasy-Syahirbil-Kattaniy. 1983. Nazmul Mutanasirminal-Hadisil-

Mutawatir. Beirut: DarulKutubil-ilmiyah.

Solahudin, Drs. M. Agus M.Ag & Agus Suryadi, Lc., M.Ag. 2017. Ulumul

Hadis.Jawa Barat: CV. Pustaka Setia.

Yuslem, Nawir. 2001.Ulumul Hadis. PT MUTIARA SUMBER WIDYA.

Anda mungkin juga menyukai