Anda di halaman 1dari 17

Kelompok III

AYAT MAKIYYAH DAN MADANIYYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ; Materi Pembelajaran Al- Qur’an
dan Hadist

Dosen Pengampu : Zahra Rahmatika, M.Pd. I

Disusun Oleh :

1. Kholid (1911010103)
2. Marni Sintia (1911010372)

Kelas/ Semester : F/ V

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul ”Ayat Makiyyah Dan Madaniyah” sebagai salah
satu tugas kelompok mata kuliah Materi Pembelajaran Al- Qur’an dan Hadist

Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala


bentuk belajar mengajar, Sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
saya mengharap kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih baik.

Lampung, .. Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Msalah..................................................................................
C. Tujuan Pembelajaran............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Makiyyah dan Madaniyah..................................................


B. Perbedaan Makiyyah dan Madaniyah..................................................
C. Manfaat Mempelajari Makiyyah dan Madaniyah...............................
D. Pembagian Surah Makiyyah dan Madaniyah.......................................
E. Aplikasi Surah Makiyyah dan Madaniyah...........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar
(kriteria) untuk menentukan makkiyah atau madaniyah suatu surat atau
ayat. Sebagian ulama menetapkan lokasi turun ayat/surat sebagai dasar
penentuan makkiyah dan madaniyah. Adapula yang mengatakan bahwa
orang/golongan (subjek) yang menjadi criteria penentuan makkiyah atau
madaniyah.
Kajian historis Al Qur’an dengan mencoba mempelajari sebab-
turunnya (asbabun-nuzul), waktu dan tempat turunnya apakah di Makkah
sebelum hijrah nabi atau di Madinah pasca hijrah mengartikan bahwa ayat-
ayat Al Qur’an turun dalam konteks ruang dan waktu masyarakat Arab
saat itu. Dengan demikian penggolongan ayat-ayat Al Qur’an kedalam
Makki-Madani mengartikan makna lebih dari sekedar pemisahan
tempat/waktu turunnya ayat-ayat Al Qur’an tersebut, tapi mengartikan
juga situasi dan kondisi apa yang terjadi masyarakat, setting masyarakat
tempat turunnya Al Qur’an.
Makki dan Madani adalah pengklasifikasian ayat-ayat dan surat-
surat dalam al-Qur’an berdasarkan waktu, tempat, dan sasaran
penurunannya. Apakah surat tersebut turun di Makkah, atau turun seteleh
hijrahnya nabi Muhammad saw ke Madinah. Apakah ayat-ayat tersebut
diturunkan untuk masyarakat Makkah atau untuk masyarakat Madinah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Makiyyah dan Madaniyah ?
2. Apa Perbedaan Makiyyah dan Madaniyah ?
3. Apa Manfaat Mempelajari Makiyyah dan Madaniyah ?
4. Apa Saja Pembagian Surah Makiyyah dan Madaniyah ?
5. Bagaimana Aplikasi Surah Makiyyah dan Madaniyah ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pengertia Makiyyah dan Madaniyah
2. Mengetahui Perbedaan Makiyyah dan Madaniyah
3. Mengetahui Manfaat Mempelajari Makiyyah dan Madaniyah
4. Mengetahui Pembagian Surah Makiyyah dan Madaniyah
5. Mengetahui Aplikasi Surah Makiyyah dan Madaniyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Secara sederhana Makkiyah berarti “ayat-ayat makkah” sedang


Madaniyah berarti “ayat-ayat madinah”.1 Hanya saja masih terdapat
perbedaan pendapat antara ulama dalam mendefinisikan ayat atau surat
Makkiyah-Madaniyah. Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulama
mempunyai tiga macam teori yang masing-masing mempunyai dasar sendiri.
Pertama, dibedakan dari segi waktu turunya (Teori Historis). Kedua,dari
segi tempat turunnya (Teori Geografis). Dan Ketiga, dari segi sasarannya
(Teori objekktif).

1. Teori Waktu (Zamani) (ini yang paling mashur): sesungguhnya yang


disebut dengan Makkiyah adalah wahyu yang diturunkan sebelum
hijrah dan yang disebut dengan Madaniyah yaitu wahyu yang turun
setelah hijrah, meskipun turunnya di Makkah maupun di Madinah,
apakah pada tahun penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah) atau
pada tahun-tahun terakhir Rasulullah Saw di saat haji wada’, atau
ketika beliau sedang dalam salah satu perjalanan dari sekian banyak
perjalanan beliau, atau tidak dalam perjalanan.2 Kesimpulan yang
menjadi pembagian itu adalah masalah waktu, bukan masalah tempat.
2. Teori Tempat (Makani): pembagian yang dilakukan atas dasar
pembagian tempat, sebagai tolak ukur untuk membedakan antara ayat-
ayat Makkiyah dan Madaniyah. Maka setiap ayat yang menjadi
perhatiannya adalah tempat ayat tersebut diturunkan. Jika suatu ayat
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sedangkan beliau sedang
berada di kota Mekkah, maka ayat itu dinamakan ayat Makkiyah.
Sedangkan jika ketika ayat itu diturunkan dan beliau sedang berada di
kota Madinah, maka ayat tersebut disebut ayat Madaniyah.3
1
Ahmad Syam Madyan, Peta Pembelajaran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm188.
2
Imam Jalaluddin As Suyuthi, Samudera Ulumul Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 2006), hlm. 3
3
M. Baqir Hakim, Ulumul qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2006), hlm. 98.
3. Teori Mukhatab (Objek Pewahyuan): dengan melihat individu-
individu yang menjadi objek diturunkannya Al-Qur’an. Atas dasar
ini, maka sebuah ayat dikatakan ayat Makkiyah jika ayat tersebut
ditujukan bagi para penduduk Makkah. Sebaliknya ayat Madaniyah
adalah ayat yang diturunkan bagi para penduduk Madinah.

Teori ini berorientasi pada siapa yang ayat itu ditujukan, apabila
ditujukan pada masyarakat mekah, maka ayat tersebut merupakan ayat
Makiyah. Sedangkan apabila ayat tersebut ditujukan pada masyarakat
madinah, maka ayat tersebut merupakan ayat Madaniyah. Menurut teori ini,
setiap ayat yang dimulai dengan kalimat Yaa Ayyuhannass (wahai sekalian
manusia) maka ayat tersebut digolongkan Makki. Sedangkan setiap ayat yang
dimulai dengan kalimat Yaa Ayyuhallaziina Amanuu (wahai orang-orang
yang beriman) maka ayat tersebut digolongkan Madani. Namun yang menjadi
persoalan adalah tidak semua ayat dimulai dengan kedua kalimat tersebut.
Dengan demikian teori pertama dan ketiga (Teori Geografis dan Teori
Objektif) kurang bisa diterima karena kurang memuaskan dan tidak bisa
diterapkan secara penuh pada semua ayat yang ada dalam al-Qur’an.
Sedangkan teori kedua (Teori Historis) sangat mudah dan mungkin untuk
diaplikasikan pada semua ayat.4

B. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah


1. Klasifikasi Surat Makkiyah dan Madaniyah

Ulama Al-Qur’an biasanya menggunakan kriteria tempat dalam


membedakan antara makki dan madani. sebagian ulama berpendapat bahwa
“(ayat) makki adalah ayat yang diturunkan di Makah meskipun setelah
peristiwa hijrah, dan madani adalah yang diturunkan di Madinah”.

kriteria lain yang dipergunakan untuk membedakan antara yang makki


dan madani, yaitu kriteria “sasaran pembicaraan/mukhatab” teks pada
umumnya dalam setiap fase dari dua fase ini. Penganut kriteria ini
berpendapat bahwa “makki adalah ayat/surat yang sasarannya ditujukan
4
. Muhammad Amin, Teori Makki-Madani (Al-Furqan, 2013), hlm. 30.
kepada penduduk makkah, dan madani adalah ayat/surat yang sasarannya
ditujukan kepada penduduk madinah. .

Ayat al-quran yang diturunkan di Makah setelah hijrah adalah madani


selama kriteria tempat bukan merupakan dasar klasifikasi, dan apa yang
diturunkan dalam perjalanan (hjrah) ke Madinah untuk pertama kalinya
adalah makki. Kriteria lain di luar kriteria ini sama sekali tidak dijadikan
pertimbangan. Akan tetapi, untuk membedakan antara yang makki dan yang
madani kita tidak mungkin bertumpu pada kriteria ini saja sebab data-data
sejarah yang melimpah di tangan kita berupa perkataan para sahabat dan
tabi’in, tidaklah cukup dan juga tidak final.5

Dalam kondisi data-data yang tidak pasti ada, apabila pembedaan


tersebut didasarkan pada hafalan atas dasar riwayat semata berarti
permasalahannya bersifat ijtihadiyah. Oleh karena itu, ulama dahulu
membuat beberapa kriteria yang berkaitan dengan kandungan teks itu sendiri
untuk membedakan antara yang makki dan madani. Mereka berpendapat:

a) Setiap surat yang di dalamnya terdapat ya ayyuha an-nas dan di


dalamnya tidak terdapat ya ayyuha al-ladzina amanu maka surat
tersebut makkiyah. Mengenai Surat al-Hajj masih terdapat
perbedaan pendapat.
b) Setiap setiap surat yang di dalamnya terdapat kata kalla adalah
makkiyah. dalam bagian ini kata-kata kalla banyak bermunculan
sebagai tekanan, ancaman, dan sanggahan terhadap mereka. Ini
berbeda dengan paro pertama. Setiap surat yang di dalamnya
terdapat huruf mu’jam (fawatih as-suwar) adalah makkiyah
kecuali al-Baqarah dan Ali Imran. Mengenai Surat ar-Ra’d,
terdapat perbedaan pendapat.
c) Setiap cerita yang mengandung cerita Adam dan Iblis adalah
makkiyah, kecuali al-Baqarah. Dan, setiap surat yang di

5
Nasr Hamid Abu Zaid, Op. Cit, hlm. 90.
dalamnya disebutkan perhal orang-orang munafik adalah
madaniyah, kecuali al-Ankabut.6
d) Setiap surat yang di dalamnya terdapat hudud (ayat tentang
hukuman) dan kewajiban-kewajiban adalah madaniyah, dan
setiap surat yang di dalamnya disebutkan sejarah masa lalu
adalah makkiyah”.

Seluruh karakteristik ini tidak exhaustis (lengkap dan sempurna),


sebagaimana yang didasari oleh ulama kuno sendiri. Tetapi itu hanyalah
karakteristik yang menonjol saja.7

2. Cara untuk mengetahui ayat Makkiyah dan Madaniyah

Paling tidak ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah dan
madaniyah. Cara-cara tersebut sebagai berikut:

1. Naqlis-Sima’i (kutipan Lisan)

Yang dimaksud dengan metode Naqlis-Sima’I adalah ayat-ayat dan surat-


surat yang kita kenal bahwa ia adalah makiyah atau madaniyah dengan cara
periwayatan dari salah satu sahabat yang hidup pada periode wahyu, dan
mereka menyaksikan turunnya ayat. Atau salah satu dari tabi’in yang telah
mendengar dari sahabat.8

Banyak contoh ayat-ayat yang tergolong makkiyah dan madaniyah yang


diketahui lewat para sahabat para nabi. Ciri-ciri khas untuk surat makkiyah ada
2 macam yaitu :

a. Ciri-ciri khas yang bersifat qathi’i


b. Ciri-ciri khas yang bersifa Aghlabi

2. Qiyas-Ijtihad

6
Nasr Hamid Abu Zaid, Op. Cit, hlm. 91.
7
Ibid, hlm. 91.
8
Fahd Bin Abdirrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur’an“Studi Kompleksitas Al-Qur’an”. Terj.Amirul
Hasan dan Muhammad Halabi (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 167.
Maksud dari metode ini adalah para ulama menggunakan metode Qiyas-
Sima’i untuk dapat membuat karakteristik terkait Ciri-ciri ayat makkiyah dan
madaniyah dan menarik kesimpulan untuk menentukan klasifikasi ayat-ayat
tersebut.
Ciri-ciri khas untuk surat madaniyah ada 2 macam, sama seperti surat
makiyyah. yaitu
a. Ciri-ciri khas yang bersifat Qathi’i
b. Ciri-ciri khas yang bersifat Aghlabi.

Berikut ini ciri-ciri umum dari yang termasuk ke dalam kelompok surat
Makkiyah:

1. Ayat dan Surah-surahnya pendek dan ringkas serta memiliki kesamaan


cara penyampaian atau gaya bahasanya,
2. Ayat atau surah-surahnya berisikan seruan tentang dasar-dasar keimanan
kepada Allah Swt, masalah wahyu, alam gaib, hari akhir, serta gambaran
tentang surga dan neraka.
3. Berisikan tentag seruan untuk memegang teguh akhlahul karimah dan
istiqamah dalam berbuat kebaikan,
4. Berisikan tentang perlawanan terhadap kaum musyrik dan memberantas
cita-cita mereka,
5. Surah-surahnya banyak diawali dengan kalimat “wahai manusia” dan
tidak menggunakan “wahai orang-orang yang beriman”.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa surah al-Hajj adalah suatu
pengecualian, karena pada ayat-ayatnya, surah itu menggunakan kalimat
“wahai orang-orang yang beriman”, padahal ayat ini termasuk kedalam surat
Makkiyah.
Adapun ciri-ciri umum surah Madaniyah adalah:
1. Susunan ayat dan surah-surahnya panjang,
2. Bukti-bukti kebenaran dan dalil-dalil yang dipergunakan lebih
mengutamakan kebenaran-kebenaran agama,
3. Di dalamnya berisikan tentang perlawanan terhadap Ahlulkitab dan
seruan kepada mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan
syariat agama mereka,
4. Banyak bercerita tentang orang-orang munafik dan problema-problema
yang disebabkan karena mereka,
5. Lebih banyak mengutarakan tentang sanksi-sanksi, hukum waris, hak
dan aturan-aturan politik, sosial dan Negara.9

9
M. Baqir Hakim, Op. Cit. hlm. 105
C. Manfaat mempelajari Makkiyah dan Madaniyah

Ada banyak manfaat Makki-Madani yang telah ditela’ah oleh para


ulama. Al-Zarqoni dalam kitabnya, Manahilul Irfan menerangkan beberapa
manfaat Makki-Madani sebagai berikut:

1. Kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mansukh dan nasikh.
Yakni, apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang
hukum yang terkandung didalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian
dapat diketahui bahwa ayat yang satu makkiyah dan ayat yang lainnya
Madaniyah; maka sudah tentu ayat Makiyah itu yang dinasakh oleh ayat
madaniyah, karena ayat Madaniyah yang terahir turun.
2. Kita dapat mengetahui sejarah hukum islam dan perkembangannya yang
bijaksana secara umum. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan
keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan islam didalam mendidik
manusia, baik secara perorangan maupun kemasyarakatan.
3. Dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian dan
keaslian al-Qur’an. Karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak
turunya, terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an. Samapi hal-
hal sekecil apapun sehingga mengetahui mana ayat-ayat yang turun
sebelum Hijrah dan sesudah Hijrah.10
4. Bantuan untuk menafsirkan al-Qur’an. Pengetahuan tentang tempat turunya
ayat dapat membantu memahami maksud ayat tersebut, dan mengetahuai
ayat-ayat yang ditunjuk(madlul) serta isyarat-isyarat yang dikemukakan.11
5. Pemanfaatan terhadap gaya bahasa al-Qur’an untuk mengajak pada jalan
Allah swt. Sebab gaya bahasa al-Qur’an merupakan suatu gaya bahasa
yang keras, sekalugus lembut, rinci, maupun global, memberikan optimism
kepada kebahagiaan, mengancam, member peringatan, ringkas, penuh
kekayaan bahasa, sesuai dengan kondisi lawan bicara.
6. Mengetengahkan sejarah nabi dengan cara mengikuti jejak beliau di
Mekkah, serta sikap-sikap dalam berdakwah. Kondisi beliau di Madinah
dan sejarah da’wahnya merupakan acuan para da’I dengan metode nabi
yang sangat bijak dalam berda’wah. Dalam hal ini sebagian ahli sejarah
telah menghususkan dirinya untuk mengkaji masalah-masalah tersebut.
7. Menjelaskan tugas dan perhatian kaum muslimin terhadap al-Qur’an,
sehingga mereka merasa belum cukup jika hanya sampai pada dataran
menghafal teks al-Qur’an; bahkan mereka mengikuti runtutan turunya ayat,
mencari pengetahuan tentang ayat yang turun sebelum dan sesudah hijrah,
10
Zuhdi, Op, Cit, hlm. 68..
11
Kahar Mansyur, Ulumul Qur’an(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 77.
yang turun pada malam dan siang hari, pada musim dingin dan musim
panas.12
8. Agar bisa mengambil contoh pada rosul. Bagaimana beliau menghadapi
penduduk mekah dan madinah.13
9. Dengan mempelajari ilmu al-Makkiy dan al-Madaniy baik dari segi lafal
maupun makna maka seorang mufassir dan mujtahid dapat menghindari
diri dari kesalahan-kesalahan dalam memahami a-Qur’an.14
10. Melalui ilmu al-Makkiy dan al Madaniy, dapat diketahui dan dijelaskan
tingkat perhatian kaum muslimin terhadap al-Qur’an termasuk didalamnya
hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang :
a) Sejarah pembentukan sesuatu hukum (tarikh tasyri’)
b) Hikmah pensyariatannya (hikmah al tasyri’)
c) Fase-fase pembebanannya (al tadarruj fi al-taklif)

D. Pembagian Surat Makkiyah dan Madaniyah


1. Phase-phase turunnya Al-Qur’an

Masa turun Al-Qur’an bibagi menjadi 2 phase yang masing-


masingnya mempunyai corak sendiri.
a) Masa Nabi bermukim di Makkah, yaitu 12 tahun 5 bulan 13 hari.
Yakni dari 17 Ramadlan tahun 41 dari Milad hingga awal Rabi’ul
Awwal tahun 54 dari Milad Nabi. Segala yang turun di Makkah itu
disebut Makkiyah.
b) Yang diturunkan sesudah Hijrah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9
hari. Yakni dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54 dari Milad Nabi,
hingga sembilan Dzulhijjah tahun 63 dari Milad Nabi, atau tahun
10 Hijrah. Semua turun di Madinah, disebut Madaniyah.

2. Jumlah surat Al-Qur’an yang turun di Makkah dan yang turun di


Madinah

Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah surat


yang turun di Madinah. Bahkan mereka berselisih paham dalam
menentukan surat-surat Makkiyah dan menentukan surat-surat Madaniyah.
12
Ar-Rumi, Op, Cit, hlm. 176-177
13
Kamaluddin Marzuki, Ulumul Al-Qur’an(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 48.
14
Fadlol, Op, Cit, hlm. 77.
Al-Khudlary dalam Kitab Tarikh Tasyri’ menetapkan, bahwa
jumlah Al-Qur’an yang turun di Makkah 19/30 dan yang turun di Madinah
sejumlah 11/30. Surat-surat yang turun di Makkah sejumlah 91 dan yang
turun di Madinah sejumlah 23.
Bila kita periksa Al-Mushaf dan kita perhatikan keterangan-
keterangan yang terdapat dipermukaan tiap-tiap surat, nyatalah bahwa
surat yang turun di Makkah sejumlah 86, dan yang turun di Madinah
sejumlah 28.
E. Aplikasi Surat Makiyyah Dan Madaniyah

Agar dapat lebih memahami tentang surat Makkiyah dan


Madaniyah, penulis akan mengambil beberapa sampel dari al-Qur’an
terkait aplikasi Makki-Madani dalam al-Qur’an. Dapat penulis paparkan
sebagai berikut :

1. Aplikasi surat makkiyah dalam penafsiran.

Surat al-’Alaq

………………………………………………………………………

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Qs. Al-‘Alaq: 1-5)

Dalam surat al-’Alaq yang kita ketahui sebagai surat pertama yang
diturunkan dan secara otomatis surat ini juga kita ketahui turunya di
Mekkah dan sebelum peristiwa hijrah nabi karena nabi diangkat menjadi
nabi pada saat nabi berada di Mekkah dan sepuluh tahun kemudian nabi
baru hijrah ke Madinah. Ayat ini turun di Gua Hira’ dan sekaligus tempat
pertemuan Muhammad dan Jibril.

1. Aplikasi surat Madaniyah dalam penafsiran.


………………………………………………………………………..

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur


dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun
adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak
dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan
memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.
Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa” (surat Al-Baqorah, 189).
Ayat diatas menerangkan kepada kita bahwa persetubuhan antara
suami istri telah dihalalkan pada malam bulan romadhon. Yang
menghapus ketentuan ayat makiyah sebelumnya.

...........................................................................................................

“Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan
kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk
oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”(surat Al-
Baqorah, 143)
Ayat diatas telah menjelaskan kepada kita bahwa umat islam tidak
boleh berkiblat ke Bait al-Maqdis lagi. Andai kita tidak mengetahui
klasifikasi ayat ini maka umat akan kebingungan harus berkiblat kearah
Bait al-Maqdis atau Ka’bah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulama mempunyai tiga
macam teori yang masing-masing mempunyai dasar sendiri. Pertama,
dibedakan dari segi waktu turunya (Teori Historis). Kedua, dari segi
tempat turunnya (Teori Geografis). Dan Ketiga, dari segi sasarannya
(Teori objekktif).
2. Makki adalah (ayat/surat) yang diturunkan sebelum hijrah, dan madani
diturunkan setelahnya, baik turun di Makkah ataupun di Madinah, pada
tahun penaklukan (makah) atau haji wada, atau dalam suatu perjalanan.
3. Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah kira-kira 19/30 dan Al-Qur’an
yang diturunkan di Madinah kira-kira 11/30. Dan semuanya terdiri dari
seratus empat belas surat.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Baqir. 2006. Ulumul qur’an. Jakarta: Al-Huda.


Amin, Muhammad.2013. Teori Makki-Madani .Al-Furqan: Jurnal Pendidikan
Islam Vol. II No. 1.

Madyan, Ahmad Syam. 2008. Peta Pembelajaran al-Qur’an. Pustaka Pelajar :


Yogyakarta.

Mansyur, Kahar. 1992. Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Rineka Cipta.


Ash-Shiddieqy, Hasby.1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir.
Jakarta: Bulan Bintang
Marzuki, Kamaluddin. 1994. Ulumul Al-Qur’an. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Nasr Hamid Abu Zaid, 2005. Tekstualitas Al-Qur’an . Yogyakarta : LKis, cet.ke-
IV.0

Anda mungkin juga menyukai