MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi al-Hadits Yang Diampu Oleh
Bapak Dr. Mohammad Subhan Zamzami, M.Th.I
Disusun Oleh :
Nurul Imamah
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan. Saya
juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan sehingga
penyusun dapat mengumpulkan bahan-bahan materi makalah ini dari baik dari
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu dimohon bantuan pada Dosen
Wassalamu’alikum Wr.Wb
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Kesimpulan..................................................................................11
B. Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan jika tidak ada keterangan yang jelas di dalam Al-Quran maka selanjutnya
Dari mulai wafatnya Rasulullah SAW hingga masa penulisan hadits, sangat
mungkin jika terjadi pemalsuan-pemalsuan hadits, hal inilah yang membuat para
dan sanad hadits. Oleh karena itu para ulama menetapkan kaidah-kaidah
berkenaan dengan dua hal tersebut sebagai syarat diterimanya suatu hadits.
keshahihan suatu hadits baik dari segi kualitas sanad, matan, maupun perawinya.
Dalam mengambil dalil dari hadis ada klasifikasi hadis yang bisa dijadikan
hujjah untuk menentukan masalah aqidah atau keimanan dan menentukan halal
atau haram dan ada yang bisa dijadikan dalil untuk anjuran agar meninggalkan
hal-hal yang makruh atau tarhib. Adapun hadits yang bisa dijadikan hujjah yaitu
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Hadits shahih merupakan salah satu jenis dari hadits maqbul, yang mana
qabul, yaitu syarat untuk dapat diterima sebagai dalil dalam perumusan hukum
atau untuk beramal dengannya. Sedangkan hadits maqbul merupakan jenis hadits
yang ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan-nya atau berdasarkan kuat dan
lemahnya suatu hadits. Hadits maqbul terdiri atas hadits shahih dan hadits hasan.
ashihha’ dan berakar pada kata shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki
beberapa arti di antaranya, selamat dari penyakit, bebas dari aib/cacat. Sedangkan
pengertian hadis adalah khabar (berita). Sedangkan dalam istilah ilmu hadits,
ص َل َسنَ ُدهُ بِنَ ْق ِل ْال َع ْد ِل الضَّابِ ِط ع َْن ِم ْثلِ ِه ٳِلَى ُمنَّهَاهُ ِم ْن َغي ِْر ُش ُذوْ ٍذ َوالَ ِعلَّ ٍة
َ ََّماات
Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu hadits dapat
1
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), 220.
4
Adapun kriteria yang telah ditetapkan oleh para Ulama tentang hadits shahih ialah
sebagai berikut:
1. Sanadnya Bersambung
bahwa setiap perawi menerima hadits secara langsung dari perawi yang berada
di atasnya, dari awal sanad sampai pada akhir sanad dan seterusnya sampai
yang tidak bersambung sanadnya, tidak bisa disebut shahih, misalnya seperti
tidak bersambung.
sanad suatu hadits, biasanya para ulama menempuh beberapa tata kerja
tsiqah (adil dan dhabith), serta bukan termasuk orang yang tadlis. Selain
itu, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan sezaman
2
Idri, Studi Hadits (Jakarta: Kencana Predata Group, 2010), 162.
5
sanad hadits dengan mengetahui kedekatan perawi antara perawi satu dengan
perawi sebelumnya.
2. Perawinya Adil
Setiap perawi harus memiliki sifat adil. Adil yang dimaksud yaitu
misalnya Malik ibn Anas dan Sufyan al-Tsawri tidak diragukan keadilannya.
Cara kedua, penilaian dari para kritikus hadits. Penilaian ini berisis
pada diri periwayat hadits tersebut. Ketiga, dengan menerapkan kaidah kaidah
al-jarh wa al-ta’dil. Cara ini ditempuh jika para kritikus periwayat hadits tidak
3. Perawinya Dhabith
Dalam hal ini, perawi hadits harus memiliki ketelitian dalam menerima
hadits, memahami apa yang telah ia dengar, serta mampu mengingat dan
3
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadits (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 134.
6
dhabit-an seorang perawi dapat dibagi dua, yaitu dhabith shadran (kekuatan
ingatan atau hafalannya) dan dhabith kitaban (kerapian dan ketelitian tulisan
atau catatannya).
4. Tidak Syadz
Menurut bahasa, Syadz merupakan bentuk isim fa’il dari syadzdza yang
riwayat yang lebih tsiqah.4 Pendapat ini disampaikan oleh al-Syafi’i dan
diikuti oleh sebagian besar ulama hadits. Menurut al-Syafi’i, suatu hadits
yang tsiqah dan bertentangan dengan riwayat banyak periwayat yang lebih
tsiqah.
5. Tidak Ber-‘illat.
sebagaimana pengertian ‘illat secara umum, yakni cacat yang disebut sebagai
tha’nu al-hadits atau jarh. Maksud ‘illat dalam hal ini adalah sebab-sebab
hadits yang secara lahiriyah tampak berkualitas shahih menjadi tidak shahih.5
Para ulama mengakui bahwa untuk menemukan ‘illat dalam suatu hadits
tampak shahih. Oleh karena itu, diperlukan ketajaman intuisi, kecerdasan dan
sanad untuk matan yang satu tema, kemudian diteliti denngan cara
membandingkan sanad yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula dengan
‘illat.6
pada:
c. Dalam hadits itu terjadi kerancuan karena bercampur dengan hadits lain
dalam sanad hadits itu terjadi kekeliruan penyebutan nama periwayat yang
kualitasnya berbeda.
an suatu hadits shahih. Apabila kelima kriteria tersebut dapat dipenuhi secara
6
Afif Muhammad MA, Kritik Matan: Menuju Pendekatan Kontekstual atas Hadits Nabi SAW,
dalam Madhzab Masa Depan (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), 121.
8
Para ulama membagi hadits shahih menjadi dua yaitu shahih lidzatihi dan
shahih lighairihi.7
1. Shahih Lidzatihi
Hadits shahih lidzatihi adalah hadits yang dirinya sendiri telah memenuhi
Dalam pengertian lain, hadits shahih ialah hadits yang memenuhi secara
orang yang adil, yang sukup kuat ingatannya dari orang yang seumpama juga
yang berturut- turut sampai penghujung sanad dan terhindar dari hal yang
sanadnya dari terputus- putus dan gugur seorang perawi ditengah- tengahnya.8
2. Shahih Ligairihi
7
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, 227
8
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Jakarta: Renaisan, 2005), 110.
9
yang lain yang sama kedudukannya dengan sanadnya atau lebih kuat
daripadanya.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad Ibn ‘Amrin dari Abu Salamah dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: jikalau, tidaklah
memberatkan atas umatku niscaya aku akan memerintahkan mereka untuk
bersiwak setiap hendak shalat. (H.R Tirmidzi)
Hadits di atas diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim melalui jalan
dikenal dengan sifat al-shidqi dan al-shinayah, tetapi dia bukanlah seorang
karena kekurangan hafalannya tersebut. Akan tetapi, sebagian ulama yang lain
tetapi, karena hadits tersebut diriwayatkan juga melalui jalan yang lain, maka
kriteria yang dipedomani oleh para mukharrij (perawinya yang terakhir yang
sebagai berikut :
Muslim
lainnya yang tidak mengikuti syarat Bukhari dan Muslim, seperti Ibn
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang tepat untuk menduduki berbagai posisi, jabatan, dan pekerjaan yang tepat
pada waktu yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan
di waktu yang akan datang, dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang
B. Saran
Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan
selanjutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yuslem Nawir, Ulumul Hadits . Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001
Zainuddin dkk, Studi Hadits .Surabaya: IAIN SUNAN AMPEL PRESS, 2011.