Anda di halaman 1dari 15

AQIDAH ISLAMIYAH III

DITINJAU DARI SURAT AN-NISA AYAT 125

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir

Dosen Pengampu : Sudarto M. Pd. I.

Disusun Oleh :

AYU SIHWENING BENDAN WATI (33030180024)

AZIZAH TITA BISYARAH (33030180054)

FAKULTAS SIYASAH SYARI’IYYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
1
KATA PENGANTAR

‫الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على اشرف األنبياء والمرسلين محمد وعلى اله وصحبه اجمعين‬
‫ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين‬

Alhamdulillah robbil ‘alamin, sholawat dan salam kami panjatkan kepada rasulullah
saw, muhammad dan keluarganya serta umat yang mengikuti risalahnya hingga hari kiamat.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada orang tua, sahabat serta semua yang
mendukung dan membantu terealisasikan makalah mengenai Aqidah Islamiyah III yang
ditinjau dari surat An-Nisa ayat 125. Demikian juga kepada guru kami, Bapak Sudarto M. Pd.
I. yang senantiasa mendoakan dan membimbing kami. Adapun tujuan penulisan makalah ini,
untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir.

Mungkin tulisan ini nantinya banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, kami mohon saran dan kritik yang nantinya dapat kami gunakan sebagai acuan untuk
lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas-tugas yang akan datang.

Kami berdoa dan berharap semoga tulisan ini nantinya dapat bermanfaat bagi pribadi
penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirnya, jazakumullah ahsanal
jaza.

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB 1 : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 4

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 4

C. TUJUAN ............................................................................................................................ 4

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5

A. GAMBARAN UMUM TENTANG AQIDAH ISLAMIYAH .......................................... 5

B. BENTUK UJARAN .......................................................................................................... 5

C. ANALISIS KATA-KATA KUNCI ................................................................................... 6

D. ANALISIS SEMANTIK AYAT ....................................................................................... 6

E. ASBABUN NUZUL .......................................................................................................... 7

F. POKOK BAHASAN.......................................................................................................... 8

BAB III : IMPLIKASI AQIDAH ISLAMIYAH DALAM DUNIA PENDIDIKAN........ 12

BAB IV : PENUTUPAN ........................................................................................................ 13

A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 13

B. KRITIK DAN SARAN ................................................................................................... 14

TAMAN BACAAN ................................................................................................................ 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aqidah Islamberpangkalpada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud


Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-
sifat maupun perbuatannya.Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah
baik maka dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pastitidak
ada keraguan dalamhatinya dantidak tercampurioleh kebimbangan.
BerimankepadaAllah pasti akan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada Malaikat, Nabi, kitab,
hari akhir, qada dan qadar Allah. Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah
ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita
layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min).
Makalah ini merupakan pengetahuan tentang konsep aqidah dalam islam, agar
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan
akurat. Makalah ini menampilkan pembahasan Aqidah Islamiyah ditinjau dari surat
An Nisa ayat 125.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa arti dan pengertian Aqidah Islamiyah ?

2. Apa implikasi Aqidah Islamiyah dalam dunia pendidikan ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui arti dan pengertian Aqidah Islamiyah

2. Untuk mengetahui implikasi Aqidah Islamiyah dalam dunia Pendidikan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM TENTANG AQIDAH ISLAMIYAH

Aqidah (‫)ا َ ْل َع ِق ْيدَة‬menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu
ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (‫)الت ْوثِيْق‬yang berarti kepercayaan atau
(‫)ال َع ْقد‬
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (‫ )اْ ِإلحْ َكام‬yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah(‫ )الربْط ِبقوة‬yang berarti mengikat dengan
kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi) aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan
taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-
kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang
telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih,
serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun
secaraamaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang
shahih serta ijma’ Salafush Shalih.

B. BENTUK UJARAN

ٌ ‫سن دِينًا ِمم ْن أ َ ْسلَ َم َو ْج َههۥ ِّلِلِ َوه َو م ْحس‬


َ ‫ِن َوٱتبَ َع ِملةَ إِب َٰ َْر ِه‬
ۗ ‫يم َحنِيفًا‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح‬
ً ‫يم َخ ِل‬
‫يال‬ َ ‫َوٱت َخذَ ٱّلِل إِب َٰ َْر ِه‬
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya.” (Q. S. An-Nisa (4) : 125)

5
C. ANALISIS KATA-KATA KUNCI

‫َح ِنيفًا‬ artinya lurus maksudnya ً ‫َوٱت َب َع ِملةَ ِإب َٰ َْر ِهي َم َح ِن‬
‫يف‬ Allah menyuruh

manusia untuk mengikuti agama Ibrahim yang lurus, yakni agama islam dan
bukan agam lain. Disini Allah memberika penegasan hanya agama Islam sajalah

ْ َ ‫أ‬artinya ialah patuh, maksudnya ialah sebagai seorang


yang lurus dan benar.‫سلَ َم‬

ٌ ‫ م ْحس‬yang artinya
muslim haruslah kita patuh terhadap perintah Allah, dan‫ِن‬

ً ‫ َخ ِل‬maksudnya ialah Allah memilih Ibrahim sebagai yang


berbuat kebaikan.‫يال‬

dipercaya untuk menegakkan Islam.1

D. ANALISIS SEMANTIK AYAT / TAFSIR

ٌ ‫سن دِينًا ِمم ْن أ َ ْسلَ َم َو ْج َههۥ ِّلِلِ َوه َو م ْحس‬


‫ِن‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح‬
“...Dan siapakah yang lebih utama agamanya daripada orang yang menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang ia pula berlaku ihsan? ..”

Tak ada orang yang lebih baik dari orang yang mengikhlaskan jiwanya untuk
Allah sendiri, menyerahkan segala urusannya kepada Allah sendiri.
Selain dari dia beriman dengan iman yang sempurna, dia beramal pula dengan
sebaik-baiknya dan berperangai sempurna.

َ ‫َوٱت َب َع ِملةَ ِإب َٰ َْر ِه‬


‫يم َح ِنيفًا‬
“...Dan mengikuti agama Ibrahim yang jauh dari kesesatan...”

Dan dia mengikuti agama Ibrahim yang melepaskan diri dari keberhalaan.

ً ‫يم َخ ِل‬
‫يال‬ َ ‫َوٱت َخذَ ٱّلِل إِب َٰ َْر ِه‬
“...Dan Allah telah menjadikan Ibrahim kekasih-Nya.”

1
http://quran.bblm.go.id/?id=12967

6
Dan Allah telah memilih Ibrahim untuk menjadi orang yang menegakkan
agama-Nya dalam negeri yang telah dipengaruhi oleh keberhalaan.
Kalimat ini adalah terletak antara dua kalimat yang masih berkaitan maknanya,
menerangkan keikhlasan Ibrahim dalam beriman kepada Allah, sehingga Allah
menjadikan Khalif (kekasih). Maka oleh karena Ibrahim telah menjadi Khalilur
Rahman, layaklah kita mengikutinya dan meneladaninya.2
(Dan siapakah) maksudnya tidak seorang pun (yang lebih baik agamanya
daripada orang yang menyerahkan dirinya) artinya ia tunduk dan ikhlas dalam
beramal (karena Allah, sedangkan dia berbuat kebaikan) bertauhid (serta
mengikuti agama Ibrahim) yang sesuai dengan agama Islam (yang lurus) menjadi
hal, arti asalnya jalan condong, maksudnya condong kepada agama yang lurus dan
meninggalkan agama lainnya. (Dan Allah mengambil Ibrahim sebagai
kesayangan-Nya) yang disayangi-Nya secara tulus dan murni.3

E. ASBABUN NUZUL SURAH AN-NISA’ AYAT 125

Ayat ini turun untuk membantah para penganut agama yang tiga, yaitu Yahudi
dan Nasrani yang menggap dirinya selamat, serta kaum muslimin yang menolak
Yahudi dan Nasrani dengan pernyataan, “Tidak akan pernah masuk (surga)
kecuali kami” redaksi ayat ini bersifat umum. Baik orang kafir maupun mukmin
sama-sama akan menerima balasan atas kejahatan yang dilakukannya. Balasan
orang kafir adalah menghuni neraka untuk selamanya, sedangkan balasan orang
mukmin kesulitan dan bencana di dunia, seperti sedih, sakit, serta kepayahan, dan
masuk kedalam neraka dalam jangka waktu tertentu. Abu Shalih berkata, “Ahli
kitab (penganut taurat dan injil) dan pemeluk agama lainnya duduk di majelis,

2
Shiddiqi, T. H. (1995). Tafsir Al-Quranul Majid An Nur. Semarang: P.T. Pustaka Rizki Putra . dan

Shihab, M. Q. (2000). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.


3
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-125#tafsir-quraish-shihab

7
setiap kelompok berkata kepada temannya, ‘Kami lebih baik dari kalian’. Karena
itu turunlah ayat ini.4

F. POKOK BAHASAN

Aqidah

Secara bahasa Akidah diartikan dengan simpulan, ikatan dan sangkutan.


Secara teknis diartikan juga dengan: iman, kepercayaan dan keyakinan. Ahli
bahasa memberi definisi tentang Akidah, yaitu; yang dengan dia diikatkan hati
dan perasaan halus manusia. Definisi yang lain, yang dijadikan agama oleh
manusia dan dijadikannya pegangan.
Manusia mengikat hati dan perasaan kita sendiri dengan suatu kepercayaan
dan tidak hendak ditukar lagi dengan yang lain. Jiwa raga, pandangan hidup, telah
terikat oleh Akidah kita. Tidak dapat dibebaskan lagi.
Aqa’id (jamak dari Akidah) adalah segala sesuatu yang ditegaskan dan
diyakini oleh hati manusia, segala sesuatu yang mereka terima sebagai suatu
kebenaran. A.Hasan mengatakan, Akidah itu artinya, simpulan, yakni
kepercayaan yang tersimpul dihati.
M. Hasbi Ash-Shiddiqi mengatakan, akidah menurut ketentuan bahasa (bahasa
arab) ialah, sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa
dan tak dapat beralih dari padanya.Dinamakan Akidah Islam karena kepercayaan
dan keyakinan itu tumbuh atau dibicarakan atas dasar/menurut ajaran agama
Islam. Akidah dalam Islam menunjukkan masalah-masalah pengenalan yang
disampaikan melalui firman-firman dan sabda-sabda otentik dari Allah dan
Rasul-Nya, dan seorang Muslim harus mengimaninya dengan sepenuh hati,
mengimani apa yang Allah firmankan dan apa yang Rasul-Nya sabdakan.
Adapun secara istilah ulama Islam mengatakan, Akidah ialah kepercayaan
yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil.
Ilmunya disebut dengan Ilmu Akidah atau ilmu Aqoid. Adapun pengertian ilmu
Akidah menurut Ulama Islam antara lain:

4
Shiddieqy, T. A. (1966). Tafsir Al-Bayan 1. Yogyakarta.

8
Ibnu Khaldun mengatakan, bahwa ilmu Akidah ialah, ilmu yang membahas
kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal dan mengemukakan
alasan-alasan untuk menolak kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan
golongan salah dan Ahli Sunnah. Syekh Muhammad Abduh mengatakan, bahwa
ilmu Akidah ialah, ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat
yang wajib tetap pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasul-Nya, meyakinkan
mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada mereka, apa yang boleh
dihubungkan pada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya
kepada diri mereka.
Syekh Husein mengatakan bahwa ilmu Akidah ialah, ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan
(Islam) dengan bukti-bukti yang yakin.
Disimpulkan, Akidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah, dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-
Nya, beri man kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya,
dan lain-lain.
Oleh sebab itu, mempelajari ilmu Akidah (tauhid) harus diprioritaskan sebelum
mempelajari ilmu-ilmu lainnya, seperti fikih, tasawuf, tafsir, hadis, dan
sebagainya. Tanpa mempelajari ilmu Akidah, orang tak akan tahu kepada siapa
beribadah.

Pembahasan An-Nisa 125

a) Bahwa al-Islam terdiri dari keyakinan pengamalan. Penyerahan diri hanya pada
Allah sebagai muslim dimanifestasikan dalam ucap sikap dan tindakan hanya
untuk Allah SWT. Sedangkan merupakan perbuatan yang berkaitan dengan
kebaikan pada diri, sesama manusia dan alam sekitar. Isyarat lain dari ayat ini
juga, bahwa agama yang terbaik adalah mengikhlashkan diri secara murni hanya
untuk Allah, serta tunduk dan patuh pada-Nya. Kemudian memberikan manfaat
serta maslahat bagi kehidupan sebagai individu maupun social. Al-Islam berserah

9
dan patuh pada Allah sepenuh ucap, sikap dan tindakan. Sedangkan al-Ihsan
adalah melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk.5
b) Syarat Islam adalah hanya tunduk dan patuh, beribadah pada Allah, bukan pada
yang lain. Ayat ini membatalkan anggapan musyrikin yang mempercayai berhala
sebagai perantara dalam berdo’a pada Allah. Sekaligus membatalkan aqidah kaum
nashrani yang menjadikan Isa sebagai juru selamat atau penjelamaan tuhan yang
membebaskan manusia dari dosa. Pembebasan dosa adalah dengan taubat dari
kesalahan yang diperbuat, bukan melalui juru selamat atau perantara. Demikian
pula kaum yahudi yang menjadikan para rahib sebagai wakli tuhan dalam
menentukan hokum atau aturan, maka dibatalkan oleh ayat ini.
c) Kaum yahudi juga beranggapan bahwa mereka memiliki keistimewaan di banding
yang lain, karena sebagai anak cucu para nabi. Ayat ini sebagai bantahan pada
kaum yahudi, bahwa agama yang baik bukan karena turunan atau ras, tapi
penyerahan diri pada Allah SWT, dan berbaut baik sesama makhluk.
d) Kaum rasional banyak yang memilah aturan Ilahi, mana yang cocok dengan akal,
mana pula yang bertenatangan dengan fikiran. Banyak diantara mereka yang
meragukan kebenaran aturan Ilahi yang bertentangan dengan akal. Ayat ini
memberi isyarat, bahwa agama yang baik adalah berserah dan patuh pada segala
aturan Allah, baik yang masuk akal ataukah yang tidak difahami akal.6

Tegasnya islam yang benar dan baik itu adalah yang mengikuti millah Ibrahim.
Banyak yang mengaku Islam, tapi tidak sesuai dengan millah Ibrahim, maka tidak
dianggap benar. Prinsip millah Ibrahim adalah tauhid pantang musyrik dan
ibadahnya berkiblat ke al-Masjid al-Haram.Kepatuhan Ibrahim dalam berislam
dibuktikan dengan siap menjalankan apa pun yang diperintahkan Ilahi, walu harus
melakukan hal yang belum diterima akal fikiran dan perasaan. Dia siap
menjalankan perintah Ilahi untuk meninggalkan kemewahan Namrudz demi
mempertahankan tauhid, dan siap dihukum di masa muda. Demikian pula di masa
tua siap meninggalkan keluarga, bahkan mengorbankan putranya yang amat dia
cinta. Inilah bukti keislaman yang sejati, yang disebutkan pula selalu cenderunng
kepada al-Haq dan berpaling dari yang batil. Memusatkan perhatian pada al-Islam

5
tafsir al-Razi, V h.393
6
http://saifuddinasm.com/2012/11/07/al-nisa125-126-agama-yang-terbaik/

10
dan berpaling dari agama lain. Dengan demikian agama yang baik, selain patuh
dan tunduk pada aturan syari’ah, juga harus berani menantang ajaran yang
bertentangan dengannya. Bukan hanya mencintai kebaikan, tapi juga mesti
membenci keburukan. Inilah millah Ibrahim yang mesti tetap dilestarikan.

Allah memiliki segalanya, baik yang ada di langit mapun di bumi. Karena
pemilik mutlak, maka berwenag menteapkan siapa yang berhak menjadi hamba
pilihan-Nya, berwenang pula untuk membuat aturan hidup manusia. Oleh karena
itu jika ingin meraih ridla Allah, mesti mengikuti segala ketetapan-Nya. Allah
memiliki segalanya, baik yang ada di langit mapun di bumi. Karena pemilik
mutlak, maka berwenag menteapkan siapa yang berhak menjadi hamba pilihan-
Nya, berwenang pula untuk membuat aturan hidup manusia. Oleh karena itu jika
ingin meraih ridla Allah, mesti mengikuti segala ketetapan-Nya.

11
BAB III

IMPLIKASI AQIDAH ISLAMIYAH DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Aqidah islamiyah dapat diterapkan dalam kegiatan pendidikan. Hal tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :

Pertama, aqidah islamiyah menjunjung tinggi kebenaran dimana dalam dunia


pendidikan siswa dapat menjadi jujur dalam mengerjakan suatu tugas. Serta
mengajarkan perhitungan dalam berbagai aspek termasuk, untung dan resikonya dan
mengajarkan berfikir lebih rasional.

Kedua, siswa maupun guru akan merasa haus akan pengetahuan dimana sama-sama
selalu ingin belajar.

Ketiga, dengan adanya pendidikan aqidah islamiyah memberikan bekal pada siswa
untuk dapat memfilter atau menyaring berbagai kemajuan zaman dan lintas budaya
dari luar agar sesuai dengan aqidah islamiyah.

Keempat, menuntun untuk dapat berbuat dan mempertanggungjawabkan


perbuatannya.

12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara bahasa Akidah diartikan dengan simpulan, ikatan dan sangkutan.
Secara teknis diartikan juga dengan: iman, kepercayaan dan keyakinan. Ahli bahasa
memberi definisi tentang Akidah, yaitu; yang dengan dia diikatkan hati dan perasaan
halus manusia. Definisi yang lain, yang dijadikan agama oleh manusia dan
dijadikannya pegangan.

1. Tidak ada agama yang baik selain al-Islam. Tidak ada manusia yang dianggap baik
agamanya selain yang beragama Islam. Tidak ada muslim yang terbaik selain yang
menyerahkan dirinya untuk patuh atas segala aturan al-Islam.

2. al-Islam dan al-Iman selain aqidah dan ibadah, juga mesti dimanifestasikan dalam
ucap, sikap dan tindakan yang ihsan, baik pada Allah, diri sendiri, maupun alam
sekitar.

3. al-Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah kelanjutan dari millah
Nabi Ibrahim. Tidak ada ajaran yang paling sesuai dengan millah Nabi Ibrahim
selain al-Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

4. Nabi Ibrahim telah diangkat oleh Allah SWT sebagai Khalil Allah, utamanya
karena sudah menjadi muslim yang patuh pada al-Islam, senantiasa hanif dan bebas
dari musyrik.

5. Segala yang ada di langit dan di bumi adfalah milik Allah. Oleh karena itu tidak ada
pemilik mutlak dunia seisinya selain Allah SWT. Siapapun yang memanfaatkan
alam semesta ini baik untuk kebaikan ataupun keburukan akan diketahui oleh Allah
yang pengetahuannya meliputi segala sesuatu.

Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah Subhanahu wa Taala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat
kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-
Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah
shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib,
13
beriman kepada apa yang menjadi ijma (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh
berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah
ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.
Serta mempercayai bahwa hanya agama Islam, satu-satunya agama yang benar.

Oleh sebab itu, mempelajari ilmu Akidah (tauhid) harus diprioritaskan


sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya, seperti fikih, tasawuf, tafsir, hadis, dan
sebagainya. Tanpa mempelajari ilmu Akidah, orang tak akan tahu kepada siapa
beribadah.

B. KRITIK DAN SARAN


Berikut adalah uraian mengenai Aqidah Islamiyah III yang ditinjau dari surat
An Nisa ayat 125. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun secara terbuka untuk kebaikan seorang muslim nantinya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

14
TAMAN BACAAN

http://eprints.ums.ac.id/30886/4/BAB_1.pdf. (n.d.). Retrieved from


http://eprints.ums.ac.id/30886/4/BAB_1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam. (2018, desember 22). Retrieved from
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam:
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam
quran. (2019). Retrieved from quran digital: http://quran.bblm.go.id/?id=12975
http://saifuddinasm.com/2012/11/07/al-nisa125-126-agama-yang-terbaik/
http://saifuddinasm.com/2012/11/07/al-nisa125-126-agama-yang-terbaik/
Shiddieqy, T. A. (1966). Tafsir Al-Bayan 1. Yogyakarta.
Shiddiqi, T. H. (1995). Tafsir Al-Quranul Majid An Nur. Semarang: P.T. Pustaka Rizki Putra .
Shihab, M. Q. (2000). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

15

Anda mungkin juga menyukai