Anda di halaman 1dari 12

sifat wajib ALLAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah adalah tuhan yang wajib diimani oleh makhluk-nya.Untuk menumbuhkan keimanan
tentunya kita perlu mengenal Allah.Dalam ayat-ayat Al-qur’an, Allah tidak diperkenalkan
sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika dijelaskan dengan sifat materi berarti Ia berbentuk
dan dibatasi oleh tempat. Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan sesuatu.Allah
adalah Tuhan yang memiliki keagungan tidak terbatas.
AL-Qur’an juga tidak memperkenalkan Allah sebagai zat nonmaterial yang tidak dapat
diberi sifat atau digambarkan dalam kenyataan sehingga sulit untuk dijangkau oleh akal
manusia. Jika Allah diperkenalkan dengan cara ini tentu hati manusia tidak akan tenteram
dan yakin karena akalnya tidak dapat memahami hakikat-Nya.
Al-Qur’an ternyata menempuh cara pertengahan yaitu memperkenalkan sifat-sifat Allah.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Allah antara lain dikenal dengan sifat dan asma
Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Hidup, Maha Berkehendak, Maha Menghidupkan,
dan Mematikan, serta Yang bersemayam di atas Arsy. Seluruh penjelasan tersebut
akanmengantarkan kita pada pengenalan yang dapat terjangkau oleh akal. Namun demikian
AL-Qur’an juga tetap menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan Allah.--------

Sifat wajib bagi Allah termasuk diantaranya adalah Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lil
hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar,
Kalam.

B. Manfaat Dan Tujuan Makalah

Makalah ini dibuat agar pembaca tau apa saja sifat Wajib Allah dan bisa yakin bahwa Allah
maha sempurna, serta jika kita mempelajari sifat wajib Allah dapat menyelamatkan kita dari
kesesatan paham tentang Allah sebagai contoh bila seseorang memahami betul akan sifat
Mukholafah Lilhawadits maka ia tidak akan berkeyakinan Allah duduk di atas Arsynya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. A. Pengertian Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat
Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan
yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh
dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah
merupakan lawan kepada sifat wajib.
2. B. SIFAT-SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
2.B.a.Pengertian Sifat Wajib Bagi Allah

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan
bagi_Nya. Allah adalah Khaliq, Zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan
sifat-sifat yang dimiliki makhluk_Nya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan sebagaimana
bentuk, rupa dan ciri-ciri_Nya.Begitu juga sifat-sifat_Nya, tidak bisa disamakan dengan sifat-
sifat makhluk.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli
(Al-Qur’an dan Hadits).

2.B. b. Pembagian Sifat-sifat Wajib bagi Allah


1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab.
Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in maujud
dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara
ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena
wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahwa wujudnya
Allah SWT.bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku
menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :

” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata
mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )

 Dalil Aqli Sifat Wujud

Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah , sebab tidak
masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya.

 Dalil Naqli Sifat Wujud

Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam (waktu) 6 hari (QS.AS
Sajdah. (32]: 4) )

2. Qidam : Artinya Sedia


Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT.menjadikan tiap-tiap
suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu.
Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil
dan batil.Maka apabila disebut Allah SWT.bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid
ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa
kedua-dua perkataan ini samamaknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas
dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak
boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian :

· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )

· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )

· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )

· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )

Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.

 Dalil Aqli Qidam

Seandainya Allah tidak Qodim, Mesti Allah Hadits, sebab tidak ada penengah antara Qodimdan Hadits.
Apabila Allah Hadits maka mesti Allah membutuhkan Muhdits (yang membuat) misalnya A dan Muhdits
mesti membutuhkan Muhdits yang lain, misalnya B kemudian Muhdits B membutuhkan Muhdits yang
lain juga. Misalnya C. begitulah seterusnya . Apabila tiada ujungnya,maka dikatakan tasalsul (peristiwa
berantau),dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka di katakan daur (peristiwa berputar ).
Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal . Maka setiap yang mengakibatkan
tasalsul dan daur , yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil , maka Allah wajib bersifat Qidam .

 Dalil Naqli Sifat Qidam


Dialah yang awal dan akhir Yang Zhohir dan bathin .( QS. Al-Hadid [57] : 3 )

3. Baqa’ : Artinya Kekal


Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT .Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan
bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa
Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi (
yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para
Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan
Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-
zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit
daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang
mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan
itu terbahagi kepada 3 bagian :

· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.

· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.

· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas
tadi ( Kedua ).

 Dalil Aqli Sifat Baqa’

Seandainya Allah tidak wajib Baqo,yakni tentang Allah tiada maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan
Qidam tidak bisa di hilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam.

 Dalil Naqli Sifat Baqa’

Tiap sesuatu akan binasa (lenyap) kecuali Dzatnya (QS.Qoshos [28]:88).

4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith.


Artin.ya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang belum ada. Pada
hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau
perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali
zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak
,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada bersamaan dengan
sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ (
Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada
makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka
dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak
dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan
segala sifat yang baharu.

 Dalil Aqli Sifat Mukhalafah Lil Hawadits


Apabila diperkirakanallah menyamai sekalian makhluknya,niscaya Allah adalah baru (Hadits),
sedangkan Allah baru adalah mustahil

 Dalil Naqli Sifat Mukhalafah Lil Hawadits

Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha mendengar lagi
mahamelihat. (QS. Asy-Syuro [42] :11)

5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi :


Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada yang
menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat
berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama
adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan
undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah
SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat
kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-
hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan
kemungkaran hamba-hambanya.Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah
perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang
bermaksud :

” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa
berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat
46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada
tempat dan kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :

· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.

· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala
sifat yang baharu ).

· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu segala
jirim. ( Segala zat yang baharu ) .

· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta’ala.

 Dalil Naqli Sifat Qiyamuhu Binafsihi

Seandainya Allah membutuhkan dzat,niscaya Allah adalah sifa,sebab hanya sifatlah yang selalu
membutuhkan dzat,sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.

 Dalil Naqli Sifat Qiyamuhu Binafsihi ,Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak
memerlikan sesuatu) dari alam semesta ( QS. Al Ankabut [29] : 6)

6. Wahdaniyyah.
Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada
bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).

Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang
berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan
lain-lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala
)seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.

Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan bilangan yang
berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat
dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu
tidak ada sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.

Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan ( menafikan
bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti
perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada
perbuatan itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya
seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan
Allah SWT dan tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha dan
ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi
Kam yang lima itu Yaitu :

1. Kam Muttasil pada zat.

2. Kam Munfasil pada zat.

3. Kam Muttasil pada sifat.

4. Kam Munfasil pada sifat.

5. Kam Munfasil pada perbuatan.

Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan zat , sifat dan
perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada
menyekutukan Allah Ta’ala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.

 Dalil Naqli

Seandainya di langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah , niscaya langit dan bumi akan rusak . ( QS.
Al Anbiya [21] : 22)

7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.


Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu sifat yang
qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan
meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak
boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan
sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran dan fahaman
seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :

Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala
perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada
usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah SWT.

b. Iktiqad Jabariah :

Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia
dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh
memilih samasekali ).

c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :

Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-
orang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala
perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan
ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada
segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba
adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan ( ada pahala dan dosa
).

 Dalil Aqli Sifat Qudrot

Dalilnya adalah adanya alam semesta .Proses penyusunan dalilnya , jika Allah tidak berkemampuan
niscaya Allah lemah (‘Ajzun) , dan apabila Allah lemah mak tidak akan mampu menciptakan mahluk
narang sedikitpin .

 Dalil Naqli Sifat Qudrot

Sesungguhnya Allah berkuasa atas sesutu.( QS. Al-Baqarah [2] : 20)

8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.


Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang qadim
lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Ta’ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah
yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta’ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang
diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah
dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan
sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini
sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi
dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-
sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan
menjauhi akan segala larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.

 Dalil Aqli Sifat Irodat

Dalilnya adalah adanya alam semesta .


Proses penyusunan dalil,seandainya Allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat tepaksa
(karohah),dan Allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak
tidak di sifatinya Allah dengan sifat Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya
Allah,seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang
sedikitpun.

 Dalil Naqli Sifat Irodat.

Sesungguhnya uhanmu maha pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki

9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .


Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada) atau yang Ma’adum (
tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan
juga yang terang dan nyata.Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang
fana’ ini.

 Dalil Aqli Sifat Ilmu

Dalilnya adalah adanya alam semesta .

Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tkak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedaangkan
Allah tidak berkehendak adalah mustahil , karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak di
sifati dengan qudrot adalah mustahil , sebab akan berakibat lemahnya Allah . sedangkan lemahnya Allah
adalah mustahil ,karena tidak akan mampu membuat barang mahluk sedikitpun .

 Dalil Naqli Sifat Ilmu

Dan dia maha mengetahui sesuatu .( QS.Al Hadid [57] : 3 atau QS. Al Baqarah [2] : 29 )

10. Hayat .Artinya : Hidup Allah Ta’ala.


Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala . Segala sifat yang
ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan
Kalam.

 Dalil Aqli Sifat Hayat

Dalilnya adalah alam semesta . Proses penyusunan dalil , seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan
disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak di sifati dengan Qudrot adalah mustahil , sebab akan berakibat
lemahnya Allah , sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil , karena tidak akan mampu membuat alam
semesta .

 Dalil Naqli Sifat Hayat

Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati .

11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.


Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah Ta’ala. Yaitu dengan
terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar
kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab
(terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala
Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang
bermaksud :

” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.

( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )

 Dalil Naqli Sifat Sama’

Dan Allahlah Maha mendengar lagi maha mengetahui .

12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .


Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah
Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat ,
terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Dan
Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan “. ( Surah Ali Imran – Ayat 163 )

 Dalil Naqli Sifat Basarl

“Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan .( Al-Baqarah : 265)”

Dengan memahami sufat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat . Mungkin
kita bias berbohong kepada manusia , seperti orangtua , guru , atau teman. Akan tetapi kita tidak bias
berbohong kepada Allah SWT.

13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.


Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali , berdiri pada zat Allah Ta’ala.
Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib
sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku ………”. (
Surah Taha – Ayat 14 ) Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ”
……..( kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala yang ketiga daripada tiga……….”. (Surah Al-
Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ”
Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu”. (Surah Ash. Shaffaat – Ayat
96). Kalam Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari
perkara yang dikatakan Yaitu :

1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.

2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.

3. Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.


4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat balasan
syurga dan lain-lain.

5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka kepada ibu & bapak
akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.

 Dalil Naqli Sifat Kalam

“ Dan Allah berkata kepada manusia dengan satu perkataan yang jelas” (QS. AnNisa’ : 164)Oleh karena
itu kita sebagai hamba Allah SWThendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah ,
artinya kata-kata yang mulia , seperti ketika kita berbuat salah , maka segeralah membaca istighfar.

14. Kaunuhu Qadiran :


Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
Yaitu lain daripada sifat Qudrat.

 Dalil Naqli Sifat Qadirun

Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang berkuasa mengadakan dan mentiadakan .

DALIL : “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang dia kehendaki” (QS. Al Baqarah)

15.Kaunuhu Muridan :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
Yaitu lain dar ipada sifat Iradat.

 Dalil Naqli Sifat Muridan

Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu , ia berkehendak atas
nasib dan takdir manusia .

DALIL : “Sesungguhnya Tuhanmu Maha melaksanakan apa yang dia kehendaki “ (QS.Hud : 107)

16.Kaunuhu ‘Aliman :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.

 Dalil Naqli Sifat ‘Alimun

Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang mengatui akan tiap-tiap sesuatu, mengetahui segala hal yang telah
terjadi maupun yang belum terjadi , Allah pun dapat mengetahui isi hati dan manusia .

DALIL : “Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu” (QS. An Nisa’ : 176 )

17.Kaunuhu Hayyun :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
Yaitu lain daripada sifat Hayat.

 Dalil Naqli Sifat Hayyun

Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang Hidup , Allah adalah Dzat yang hidup , Allah tidak akan pernah mati ,
tidak pernah tidur ataupun lengah .

DALIL : “Dan bettakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“(QS. Al Furqon : 58)

18.Kaunuhu Sami’an :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu
lain daripada sifat Sama’.

 Dalil Naqli Sami’un

Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang mendengar , Allah selalu mendengar pembicaraan manusia ,
permintaan atau do’a hambanya .

DALIL : “Allah maha mendengar dan maha mengetahui”(QS. Al Baqarah : 256)

19.Kaunuhu Bashiran :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
Yaitu lain daripada sifat Bashar.

 Dalil Naqli Sifat Basirun

Maujudat ( Benda Yang ada ). Allah selalu meliahat gerak-gerik kita . Oleh karena itu , hendaknya kita
selalu berbuatbaik .

DALIL : “Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “(QS. Al Hujurat : 18)

20.Kaunuhu Mutakalliman :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,
Yaitu lain daripada sifat Kalam.

 Dalil Naqli Sifat Mutakallimun

Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang berkata-kata , Allah tidak bisu , ia berbicara atau berfirman melalui
ayat-ayat Al Qur’an . Bila Al Qur’an menjadi pedoman hidup kita , maka kita telah patuh dan tunduk
terhadap Allah swt.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan semoga bermanfaat untuk kitasemua dalam
mencari keridhoan Allah SWT, dan untuk memantapkan keimanan kita kepada Allah SWT
semoga Allah menghantarkan kita jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang dikehendaki-
Nya.Amiiiin ya rabbal’alamiin.

Anda mungkin juga menyukai