SURAH AL-FATIHAH
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Surah Al-Fatihah dan Terjemahan................................................................ 2
2.2 Deskripsi Surah Al-Fatihah.......................................................................... 4
2.3 Penafsiran Surah Al-Fatiha........................................................................... 5
2.4 Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Surah Al- Fatihah..................... 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti
masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan
peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang
yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu
tercermin dalam surat Al Fatihah.
Kedudukan surat Al-Fatihah di dalam Al-Qur’an adalah sebagai sumber ajaran Islam
yang mencakup semua isi Al-Qur’an. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata : Telah
bersabda Rasulullah SAW: “Al-Hamdulillah (Al-Fatihah) adalah Ummul Qur’an, Ummul
Kitab, As-Sab’ul Matsaani dan Al-Qur’anul Adhim.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad
shahih). Dinamakan dengan Ummul Kitab atau Ummul Qur’an, yaitu induk Al-Qur’an,
karena di dalamnya mencakup inti ajaran Al-Quran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam;
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;
4. Yang menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
6. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus;
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
3
surah ini menjadi awal pembukaan al-Qur’ân1. Surah al-Fâtihah terdiri dari tujuh
ayat mengandung pujian, pemuliaan, dan pengagungan bagi Allah SWT. Para ulama
berbeda pendapat tentang tempat turunnya surat al-fatihah ini. Paling tidak ada tiga
pendapat :
1. Makiyah (surat yang diturunkan dimekkah). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas,
Qatadah, dan Abu al-Aliyah2 .
2. Madaniyah (surat yang diturunkan dimadinah). Ini adalah pendapat Abu
Hurairah, Mujtahid, Atha’ bin Yasar, Az-Zuhri, dan lainnya.
3. Pendapat lain mengatakan bahwa separuh dari surah al-fatihah diturunkan
dimakkah dan separuhnya lagi diturunkan dimadinah. Abu Laits Nashr bin
Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi berkata: bahwa pendapat pertamalah
yang kuat dan shahih, berdasarkan firman Allah, Qs. al-Hijr : 87.
َولَقَ ْد ٰاتَ ْي ٰنكَ َس ْبعًا ِّمنَ ْال َمثَانِ ْي َو ْالقُرْ ٰانَ ْال َع ِظ ْي َم
Artinya : Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang
(dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur'an yang agung.
Dan para ulama sepakat (ijma’) bahwa surat al-hijr turunnya dimakkah 3. Surat mulia ini
memiliki nama yang cukup banyak dan begitu indah, nama-nama surat al-Fatihah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Surat al-Shalat (surat salat) Penamaan ini berdasarkan kepada hadist qudsi dimana
Allah SWT telah berfirman yang artinya : “Aku telah membagi shalat antara-ku dan
antara hamba-ku dua bagian.”(HR. Muslim). Para ulama sepakat bahwa yang
dimaksud dengan “shalat” dalam hadist tersebut adalah surat al-Fatihah.
2. Surat al-Hamd (surat pujian) Didalam surat tersebut terdapat kata atau kalimat yang
berbunyi الحمد,pada kalimat َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين
َ ْال
3. Fatihat al-Kitab (pembukaan al-kitab) Nama ini tidak diperselisihkan oleh ulama.
Surah ini dinamakan fatihatul kitab (pembuka al-Qur’an), sebab bacaan lafazh-lafazh
al-Qur’an diawali dengan ini, tulisan mushaf diawali dengan surah ini dan shalatpun
diawali dengan surah ini.
4. Umm al-Kitab (induk al-kitab) Nama ini masih diperselisihkan oleh mayoritas ulama,
sedangkan Anas, Hasan, dan Ibnu Sirin memakruhkannya. Hasan berkata, “ummul
4
kitab (pokok al-Qur’an) adalah halal dan haram. Allah ta’ala berfirman (Qs. Ali
Imran: 7):
ٌ ب َوا ُ َخ ُر ُم َت ٰش ِب ٰه
ت ِ ت هُنَّ ا ُ ُّم ْالك ِٰت
ٌ ت مُّحْ َك ٰم َ ْك ْالك ِٰت
ٌ ب ِم ْن ُه ٰا ٰي ْٓ ۗ ه َُو الَّذ
َ ِي اَ ْن َز َل َعلَي
5
orang yang membatalkan janji setelah ditetapkan dan mencakup penjelasan tentang
akibat yang diterima oleh orang-orang yang ingkar.
7. Al-Qur’an al-matsani (tujuh yang berulang). Surah ini dibaca secara berulang-ulang
pada setiap rekaat, surah ini dinamakan al-matshani(juga berarti yang dikecualikan)
karena surah ini merupakan pengecualian bagi umat islam, sebab ia tidak diberikan
kepada seorangpun sebelum mereka, dan ini merupakan keistimewaan bagi umat
islam
8. Surat Al-Ruqyah (surat mantra penawar) Dalam beberapa riwayat menyebutkan
bahwa Abu Sa’di Al-Khudri ra pernah menjampi seseorang dengan membaca surat
al-fatihah, begitu pula dengan Ali Bin Abu Thalib.
9. Surat al-Syifa (surat obat) Dalam salah satu ayatnya Allah SWT berfirman: dan kami
turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman, dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zhalim kerugian.(Qs. Al-israa’: 82) Salah seorang sahabat Nabi abu sa’di al-Khudri
ra meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya Al-fatihah itu adalah obat
dari segala macam racun(penyakit)”. (HR. Ad- Darimi)
10. Al-Kafiyah (yang mencukupi) Surah al-fatihah itu tidak dapat mencukupi
(maksutnya dapat menggantikan) surah lainnya, sedangkan surah yang lainnya tidak
dapat mencukupinya. Hal tersebut ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan oleh
Muhammad bin Khalad Al-Iskandarani dia berkata, Nabi SAW bersabda yang
Artinya: Ummul Qur’an itu pengganti untuk surah yang lainnya sedangkan surah
yang lainnya bukanlah pengganti .
11. Al-Asas (asas). Pada suatu ketika datanglah orang yang sedang sakit kepada Asy-
Sya’bi beliau mengatakan kepada orang tersebut, semestinya kamu berobat dengan
asas al-Qur’an, karena saya pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan: segala
sesuatu itu ada ada asas(pondasinya), pondasi didunia adalah Mekkah, dan
pondasinya al-Qur’an adalah al-Fatihah, dan pondasinya al-Fatihah adalah
bismillahirrahmanirrohim oleh karena itu apabila kamu sakit maka berobatlah dengan
al-Fatihah niscaya kamu akan sembuh.
Membaca Surat Al-Fatihah merupakan salah satu rukun qauli di dalam shalat.
Sebagai rukun maka tidak bisa tidak orang yang melakukan shalat harus
membacanya kecuali dalam keadaan dan alasan tertentu di mana para ulama
membolehkan mengganti bacaan Surat Al-Fatihah dengan bacaan lainnya. Kewajiban
membaca Surat Al-Fatihah di dalam shalat dan ketidakabsahannya didasarkan pada
6
hadits Rasulullah SAW riwayat Imam Muslim dan lainnya yang berbunyi sebagai
berikut.
7
“mâlik” maka jumlah seluruh hurufnya ada 156. Semua huruf itu harus terbaca
dengan baik. Bila ada satu saja yang tidak terbaca maka tidak sah shalatnya.
4. Menjaga tasydid-tasydidnya Di dalam surat Al-Fatihah ada 14 (empat belas)
tasydid. Tasydid-tasydid itu merupakan bentuk dari huruf-huruf yang bertasydid
yang karenanya maka keempat belas tasydid tersebut harus dijaga dalam
pembacaannya. Dengan menjaga tasydid-tasydid itu sama saja dengan menjaga
huruf Surat Al-Fatihah yang juga wajib hukumnya untuk dijaga.
5. Tidak berhenti di tengah bacaan, lama atau sebentar, dengan maksud memotong
bacaan Bila di tengah-tengah bacaan Surat Al-Fatihah berhenti bukan karena
maksud memotong bacaan, tetapi karena adanya uzur tertentu seperti lupa atau
lelah maka tidaklah mengapa.
6. Membaca setiap ayatnya termasuk basmalah Di dalam surat Al-Fatihah adalah 7
(tujuh) ayat yang kesemuanya wajib dibaca. Dalam madzhab Imam Syafi’i di
antara ketujuh ayat tersebut adalah bacaan basmalah sebagai ayat pertama.
Karenanya tidak membaca basmalah di dalam shalat menjadikan shalatnya tidak
sah karena adanya satu ayat di dalam Surat Al-Fatihah yang tidak dibaca.
7. Tidak ada kesalahan baca yang bisa merusak makna Contoh kesalahan baca yang
bisa merusak makna adalah kata “an’amta” yang dibaca secara salah menjadi
“an’amtu.” Kesalahan baca ini bisa merusak makna dari “Engkau memberi
nikmat” menjadi “saya memberi nikmat.”
8. Dibaca pada posisi berdiri pada shalat fardhu Setiap huruf yang ada di dalam
Surat Al-Fatihah harus terbaca pada saat posisi orang yang shalat dalam keadaan
berdiri.
9. Dapat didengar oleh diri sendiri Setiap huruf Surat Al-Fatihah yang dibaca harus
bisa didengar oleh diri sendiri bila pendengaran orang yang shalat dalam keadaan
sehat atau normal. Bila pendengarannya sedang tidak sehat, di mana suara bisa
terdengar bila lebih dikeraskan, maka cukuplah pembacaan Surat Al-Fatihah
dengan suara yang sekiranya pendengarannya normal maka suara itu bisa
terdengar, tidak harus dikeraskan sampai benar-benar dapat didengar oleh
telinganya sendiri yang sedang tidak normal.
10. Tidak diselingi dengan zikir atau bacaan lain Sebagaimana contoh pada syarat
nomor 2 bacaan Surat Al-Fatihah di dalam shalat tidak boleh diselingi oleh
kalimat zikir lain yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Lain halnya bila
kalimat yang menyelingi itu ada kaitannya dengan kebaikan shalat seperti
8
mengingatkan imam bila terjadi kesalahan. Sebagai contoh ketika imam
membaca ayat atau surat setelah membaca Al-Fatihah lalu terjadi kesalahan atau
kelupaan baca umpamanya, makmum boleh mengingatkannya meskipun ia
sendiri sedang membaca Surat Al-Fatihah. Namun perlu diingat, selagi imam
masih mengulang-ulang bacaan ayat yang salah atau lupa tersebut makmum tidak
boleh mengingatkannya. Bila dalam keadaan demikian, makmum mengingatkan
imam padahal ia sendiri sedang membaca Al-Fatihah maka terpotonglah bacaan
Al-Fatihahnya.
Demikian sepuluh syarat membaca Surat Al-Fatihah yang mesti dipenuhi oleh
orang yang melakukan shalat. Tidak dipenuhinya salah satu dari syarat tersebut dapat
menjadikan bacaannya rusak yang juga berakibat pada tidak sahnya shalat tersebut.
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam;
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;
4. Yang menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.
6. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus;
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
9
sikap toleransi, yaitu mempersilahkan kepada umat untuk mengikuti pendapat mana
yang dirasakan paling cocok.
Lafazh يم ِ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الرKata ism menurut alBaidhawi adalah lafadz yang
sِ َّح
menunjukkan pada nama pribadi seseorang seperti Muhamamd dan manusia, atau
menunjukkan pada sebuah pengertian abstrak seperti ilmu dan kesopanan. Dengan
demikian, pada konteks ini kata ism menunjukkan pada nama Allah, di mana ayat-
ayat al-Qur’an banyak memerintahkan agar menyebut nama-Nya. Selanjutnya lafadz
Allah, adalah nama khusus bagi zat yang wajib dipuja dan tidak dapat diberikan sama
sekali nama tersebut kepada selain Dia, sebagaimana orang Arab Jahiliyah ketika
ditanya siapakah yang menciptakan langit dan bumi; ia menjawab Allah, dan jika
ditanya apakah al-Lata dan alUzza termasuk sesuatu yang diciptakan? Ia menjawab
tidak.
10
sifat dan tindakannya sempurna. Firman Allah yang berbunyi, “Lillah” (bagi Allah),
merupakan bukti akan ketetapan hati akan tetapnya ketuhanan-Nya. Karenanya Allah
SWT adalah ilah yang sebenarnya. Ilah (tuhan) selain Allah adalah batil. Penggunaan
huruf lam dalam kata lillah merupakan bukti bahwa yang berhak atas pujian yang
mutlaq dan sempurna hanyalah milik Allah SWT hanya mendapat pujian atas hal
tertentu dari dirinya yang layak mendapat pujian tertentu pula. Firmannya ََربِّ ْال َعالَ ِمين
(tuhan semesta alam) adalah dalil bahwa alam ini merupakan bukti adanya Allah
SWT. Semua yang ada dalam alam ini dari keteraturan yang indah, kesesuaian, dan
keselarasan, yang merupakan bukti kesempurnaan sang pembuat. Sebagai firman-nya:
Artinya: (20) dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang yakin. (21) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?
Jika kalimat yang mulia ini digabung: َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين
َ ْالmaka maksudnya
adalah: segala puji dan sanjungan hanyalah milik dan kepunyaan Allah, pencipta,
pengatur, pemilik dan penguasa terhadap alam semesta ini. Dialah zhat yang hak dan
pantas untuk menerima pujian dan sanjungan. Dialah yang menciptakan semua
makhluk, baik malaikat, manusia, jin, binatang dan segala yang ada dialam semesta,
dialah yang memiliki dan mengatur segala, yang memelihara semua mahluk.5
Lafadz يم ِ ( الرَّحْ َم ِن الرArrahmanir Rahim) Yang maha pemurah lagi maha
ِ َّح
penyayang . ia maha rahman karena ia memudahkan manusia dalam mencari jalan, ia
maha rahim karena ia menyalakan pelita kasih sayang dijalan hambanya yang taat .
Ar-rahman dan ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama diantara
nama-nama yang indah (asmaul husna) yang dimilki Allah. Kedua sifat ini berasal
dari kata ar-rahman(kasih-sayang)dalam bentuk kalimat mubalaghah (bersangkutan).
Ar-rahman lebih dari ar-Rahim, karena ar-Rahman adalah yang mempunyai kasih
sayang yang mencakup dan meliputi untuk semua mahluq yang ada didunia ini.
Sedangkan ar-Rahim hanyalah diperuntukkan kepada orang-orang yang beriman
diakhirat kelak. ar-Rahim artinya bahwa Allah mempunyai sifat kasih sayang bagi
orang yang beriman kelak dihari kiamat . Di dalam salah satu firman Allah telah
11
menjanjikan bahwa ar-Rahim (kasih-sayang) itu hanya diperuntukkan kepada para
hamba-nya yang beriman. 6 Sebagaimana dalam firman Allah Qs. Al-ahzab : 43
ان ِب ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َر ِح ْيمًا ُّ م م َِّن-ْ ٕى َك ُت ٗه لِي ُْخ ِر َج ُك-ِِٕ صلِّيْ َعلَ ْي ُك ْم َو َم ٰۤل
ِ الظلُ ٰم
َ ت ِالَى ال ُّن ْو ۗ ِر َو َك َ ه َُو الَّذِيْ ُي
) َوما أَدْراكَ َما يَ ْو ُم الدِّي ِن16( َ) َوما ُه ْم َع ْنها بِغائِبِين15( صلَ ْونَها يَ ْو َم الدِّي ِن ْ َ) ي14( يم ٍ َوإِنَّ ا ْلفُ َّجا َر لَفِي َج ِح
)19( ِ ش ْيئا ً َواأْل َ ْم ُر يَ ْو َمئِ ٍذ هَّلِل ٌ ) يَ ْو َم اَل تَ ْملِ ُك نَ ْف18( ثُ َّم َما أَدْرا َك َما يَ ْو ُم الدِّي ِن )17(
ٍ س لِنَ ْف
َ س
6 Sheikh Fadhlalla Haeri, Yasin Dan Al-Fatihah Takwil Filosofis,(Jakarta: Rajawali, 1987), h. 6
7 Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 230
12
oleh kedua kata terangkai itu, ( ایاكdan s نعبدna’budu). Ini berarti ayat diatas
mengajarkan untuk mengucapkan (( ایاكiyyaka menuntut pembacanya agar
menghadirkan Allah dalam benaknya. Redaksi iyyaka mengandung arti
pengkhususan, yakni tidak ada selain engkau, ibadah yang dilakukan tidak kepada
siapapun selain Allah SWT, dengan dimikian pandangan hati sepenuhnya hanya
kepadanya. Dengan demikian muncul hakikat pengawasan yang menjadi hakikat tema
utama surah al-fatihah. Hal ini diperkuat oleh kata ibadah yang intinya adalah
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah . Kata s نعبدbiasa diterjemahkan dengan
“menyembah, mengabdi dan taat”. Dari akar kata yang sama dibentuk kata ‘abdullah
yang arti harfiyahnya adalah “hamba Allah”. Yang dapat ditarik dari iyyaka na’budu
salah satu hakikat ibadah adalah menyadari bahwa apa yang berada dalam genggaman
tangan sipengabdi atau yang menjadi miliknya pada hakikatnya adalah milik siapa
yang kepadanya ia mengabdi, dalam hal ini bagi pengucap iyyaka na’budu adalah
Allah SWT. Jika demikian maka sipengucap dengan menghayati makna ibadah yang
diucapkannya itu telah menjadikan diri dan segala apa yang berada dalam genggaman
tangannya menjadi milik Allah SWT. Segala sesuatu termasuk diri sipengucap telah
diserahkan kepada Allah SWT. semata-mata, tidak sedikitpun yang tersisi, bukankan
ia telah menyatakan “hanya kepadamu”. Firmannya ُستَ ِعين
ْ َ َوإِيَّاكَ نmenunjukkan dalil
bahwa saat beribadah manusia harus menghadirkan perasaan butuh terhadap
pertolongan Allah SWT, agar ibadah terasa mudah. Ibadah tersebut harus dilakukan
sesuai dengan tata cara Rasulullah SAW. Dan rasa ikhlas kepada Allah SWT.
الصِّ َراطَ ْال ُم ْستَقِي َمartinya jalan yang lurus. Al-mustaqim artinya tidak bengkok, tidak
menanjak, dan tidak menurun. Firmannya ستَقِي َم ْ ص َراطَ ْال ُم
ِّ ا ْه ِدنَا الmerupakan dalil
manusia hendaknya berdo’a kepada Allah dengan do’a tersebut, agar ia diberi
13
petunjuk oleh Allah menuju jalan yang lurus. Bila Allah tidak memberi petunjuk
kepada manusia maka mereka tidak akan mendapat petunjuk. Sebagaimana Allah
SWT berfirman yang artinya “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka
Dialah yang mendapat petunjuk”
ِ … َغي ِْر ْال َم ْغضُوbukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
َب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين
(pula jalan) mereka yang sesat”. Maksudnya adalah bukan jalan orang-orang yang
dimurkai. Orang yang dimurkai adalah orang yang mengetahui kebenaran tetapi
enggan mengikutinya. Sedangkan orang yang sesat adalah orang yang tidak
mengetahui kebenaran, sehingga mereka keliru dalam beramal. Ayat ini Merupakan
dalil bahwa manusia terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Kelompok manusia yang diberikan nikmat oleh Allah SWT sehingga mereka
mendapatkan petunjuk kea rah kebenaran, baik secara ilmu maupun amal.
2. Kelompok manusia yang dimurkai Allah SWT. Mereka mendapat petunjuk
berupa ilmu pengetahuan tetapi mereka tidak mau mengamalkannya, bahkan
menolaknya.
3. Kelompok manusia yang sesat. Mereka tidak mendapat petunjuk kearah
kebenaran, baik secara ilmu maupun amal, sehingga mereka beribadah kepada
Allah SWT tanpa ilmu. Kelompok yang dimurkai Allah adalah bangsa Yahudi,
sedangkan kelompok yang sesat adalah bangsa Nasrani
14
Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling agung di dalam Al-Qur‟an. Hal itu
sebagaimana telah ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Sa‟id bin Al Mu‟alla Radhiyallahu ‟anhu sebagaimana
disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya di kitab Tafsir Al-Qur‟an. Membaca
surat Al-Fatihah merupakan rukun didalam shalat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammad Saw yang Artinya: “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca
Fatihatul Kitab/Surat Al-Fatihah”. (HR. Bukhari).8 Surat Al-Fatihah terkandung
banyak pelajaran tentang masalah aqidah dan pokok-pokok agama. Oleh sebab itu
para ulama memiliki perhatian besar terhadapnya. Hal itu bisa dilihat dari karya-karya
yang disusun untuk menguraikan kandungan faedah surat yang agung ini. Berikut ini
beberapa karya ulama tentang Al-Fatihah:
Pertama: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah memiliki sebuah
risalah dengan judul Ba‟dhu Fawa‟id Min Suratil Fatihah. Didalamnya beliau
menjelaskan secara ringkas kandungan masalah Aqidah dan Tauhid dari surat Al-
Fatihah. Risalah ini telah dijelaskan oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan Hafizhahullah
dalam Syarh Ba‟dhu Fawa‟id Min Suratil Fatihah.
Kedua: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah telah
membahas kandungan-kandungan faedah dari surat Al-Fatihah dalam pelajaran
Ahkam Min Al-Qur‟an Al-Karim yang disiarkan dalam program siaran radio di Saudi
Arabia dan pelajaran ini pun sudah dibukukan dan diterbitkan (Surat Al-Fatihah dan
Surat Al-Baqarah).
Ketiga: Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Qar‟awi Hafizhahullah memiliki sebuah
risalah khusus yang membahas kandungan pelajaran Aqidah dari surat Al-Fatihah.
Risalah itu berjudul Tafsir Suratil Fatihah Wa Yalihi Al-Masa‟il Al-Mustanbathah
Minhaa.
1). Pelajaran Tentang Tauhid
Surat Al-Fatihah terkandung pelajaran tauhid, sebagaimana telah
dijelaskan para ulama bahwa tauhid adalah meng-Esakan Allah dalam hal-hal
yang menjadi kekhususanNya. Kekhususan Allah itu terbagi tiga: Rububiyah
(mengEsakan Allah), Uluhiyah (tauhid ibadah), dan Asma‟ wa Shifat (tauhid
dengan pengEsaan nama-nama dan sifat Allah). Surat Al-Fatihah telah
menyimpan faedah dan pelajaran mengenai ketiga macam tauhid ini. Ayat yang
8 Al-Bukhari, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhari, (Beirut Libanon: Darul Kutub Al-
Ilmiyah, 1992) hadits no. 4474.
15
berbunyi َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين
َ ْالterkandung tauhid Rububiyah. Didalam ayat yang
berbunyi يم ِ الرَّحْ َم ِن الرdan ك يَوْ ِم الدِّي ِن
ِ َّح ِ ِ َمالterkandung tauhid Asma‟ Wa Shifat.
Ayat yang berbunyi ُست َِعين
ْ َك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ ن
َ إِيَّاterkandung tauhid Uluhiyah atau tauhid
ibadah. 9
Iman kepada Allah mencakup iman terhadap wujud Allah, iman terhadap
RububiyahNya, UluhiyahNya, dan Asma‟ Wa ShifatNya. Oleh sebab itu wajib
mentauhidkan Allah dalam hal Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma‟ Wa Shifat.
Mentauhidkan Allah dalam hal Rububiyah maksudnya adalah meyakini bahwa
Allah itu Esa dalam perbuatan-perbuatanNya seperti menciptakan, memberikan
rezeki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur segala urusan di alam semesta
ini. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam perkara-perkara ini. Mentauhidkan Allah
dalam hal Uluhiyah maksudnya adalah beribadah kepada Allah dengan perbuatan-
perbuatan hamba seperti dalam berdoa, merasa takut, berharap, tawakkal,
Isti‟anah (meminta tolong), Isti‟adzah (memohon perlindungan), Istighatsah
(memohon keselamatan), menyembelih, bernazar. Oleh sebab itu ibadahibadah itu
tidak boleh dipalingkan kepada selainNya siapa pun ia, apakah dia Malaikat
ataupun Nabi terlebih-lebih lagi selain mereka. Mentauhidkan Allah dalam hal
Asma‟ Wa Shifat maksudnya adalah menetapkan segala nama dan sifat Allah
yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri atau oleh Nabi Muhammad Saw, sesuai
dengan kesempurnaan dan kemuliaanNya. Tanpa melakukan Takyif
(membagaimanakan), tanpa Tamtsil (menyerupakan), tanpa Tahrif
(menyelewengkan), tanpa Ta‟wil (menyimpangkan) dan tanpa Ta‟thi (menolak
serta menyucikan Allah dari segala hal yang tidak layak bagiNya).
Orang-orang kafir yang didakwahi oleh Nabi Muhammad Saw telah
mengakui tauhid Rububiyah, akan tetapi pengakuan ini belum bisa memasukkan
mereka ke dalam agama Islam. Bahkan Nabi Muhammad Saw memerangi mereka
supaya mereka beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan sesembahan
selainNya. Oleh sebab itu didalam AlQur‟an seringkali disebutkan penetapan
tauhid Rububiyah sebagaimana yang telah diakui oleh orang-orang kafir dalam
rangka mewajibkan mereka untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah.
9 Abidu Yunus Hasan. Tafsir Al-Qur‟an Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2007), h. 34.
16
2). Ilmu Tauhid dalam Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah mengandung pelajaran yang sangat berharga dalam ilmu
17
terjerumus dalam syirik, hal itu tidak ada harganya dan tidak memiliki nilai sama
sekali untuk selamanya. Karena ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah yang benar
tanpa tauhid.
Maka apabila seorang mukmin mengetahui bahwasanya jika tauhid
tercampuri dengan syirik hal itu akan merusaknya. Maka dia pun mengerti bahwa
dirinya harus mengenali hakikat tauhid dan hakikat syirik supaya dia tidak
terjerumus kedalam syirik. Apabila seseorang melakukan salah satu bentuk
kesyirikan itu berarti Islamnya menjadi batal dan agamanya lenyap.10
ciptaan Allah Swt. Pada ayat ke lima dalam surat Al-Fatihah terdapat: إِيَّاكَ نَ ْعبُ َد
Artinya: “Hanya Engkaulah yang Kami sembah”. نَ ْعبُ َدdiambil dari kata 'ibaadat
maknanya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap
kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah
10 Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2012), h. 11.
18
Tauhid. Berdoa terhimpun dalam dua hal yaitu: berserah diri dan menggantungkan
harapan. Dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu Tawakkal kepada Allah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kandungan metode pendidikan yang ada
bahwa surat Al-Fatihah merupakan kunci semua kebaikan dan kebahagian di dunia
dan akhirat. Seseorang yang mendapatkan taufiq dengan cahaya pengetahuan,
meyakini bahwa di tanganNya semua kebaikan, dan semua urusan dikembalian
kepadaNya. Dan mengetahui keterkaitan maknanya dalam mendapatkan kebaikan dan
menolak keburukan dan bahwa kesudahan secara mutlak dan kenikmatan secara
sempurna. Padanya terbuka pintu kebaikan, dan tertolak sebab-sebab keburukan”.
Pendidikan berbasis ibadah menumbuhkan berbagai sifat positif, baik bagi
pendidik maupun peserta didik. Dengan ibadah manusia akan merasa dekat dengan
Allah dan merasa segala perbuatannya diketahui oleh Allah. Oleh sebab itu, mereka
akan berusaha melakukan amal perbuatan yang sebaik-baiknya. Ibadah dilakukan
untuk memelihara aqidah tauhid dan akhlakul karimah. Akhlak dan ibadah harus
dididik sebaik mungkin sejak dalam keluarga.
19
pemurah yang tidak pilih kasih. Rahmat Allah diberikan kepada semua makhluk,
Allah memberikan rezeki kepada orang beriman dan orang kafir, yang ta‟at maupun
yang durhaka. Maka dari itu kita harus memiliki sikap syukur terhadap Allah yang
mana Allah adalah Maha pemurah pada setiap makhlukNya. Kata Ar-Rahim yaitu
Maha Penyayang, ini artinya Allah menyayangi setiap makhlukNya yang ta‟at dan
beribadah kepadaNya semata. Sebaliknya Allah akan memurkai orang kafir dan jauh
dari rahmatNya, maka tempat mereka adalah Neraka. Pesan dari kata Ar-Rahman, Ar-
Rahim ini adalah kita sebagai umat islam yang ta‟at kepada Allah seharusnya
memiliki sifat yang mana dalam keseharian kita mempunyai rasa kasih sayang, saling
menghargai, menghormati dan saling menolong. Kedua, Menumbuhkan kesadaran
berbuat yang benar dan baik, bergaul dengan orang-orang yang benar dan baik,
meninggalkan perbuatan tercela dan orang-orang yang dimurkai, perbuatan yang salah
dan orang-orang yang tersesat. Sebagaimana terkandung dalam ayat 7. Pergaulan
dengan orangorang yang benar dan baik seperti para Nabi dan orang-orang shaleh
akan mendorong seseorang untuk meneladani mereka. Begitu sebaliknya, pergaulan
dengan orang yang jahat akan mendorong seseorang berbuat kejahatan. 12
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan yang terdapat pada
surat Al-Fatihah sangat baik untuk peserta didik yang perlu diajarkan tentang nilai
baik dan buruk, benar dan salah yang diturunkan agama, sehingga mereka dalam
menjalankan segala aktifitas tidak terlepas dari nilai akhlak. Al-Ghazali berpendapat
bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah kepada Allah Swt,
dari kesempurnaan insani yang tujuannya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. 74
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan adalah salah satu faktor utama dalam
pendidikan pada umumnya. Secara khusus dalam pendidikan Islam, yang menjadi
tujuan utama adalah terbentuknya akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Berbagai
aspek yang harus dilihat dalam rangka penetapan dan pemantapan tujuan pendidikan
tersebut termasuk pendidikan Islam. Aspek-aspek yang dimaksud adalah berkaitan
dengan berbagai hal yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan subjek dan
objek didik.
20
pengetahuan, tetapi juga untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Islam adalah agama yang menuntut kepada pemeluknya untuk mengerjakannya
sehingga menjadi umat yang beramal shaleh. Ayat pertama dalam Al-Fatihah adalah:
بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيمArtinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”. Menyebut nama Allah dengan lisan berarti
mengucapkan Asmaul Husna, sekaligus memuji dan mengucapkan rasa syukur kepada
Allah, juga berarti memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan kemudahan
dan kekuatan untuk melaksankan kegiatan sesuai denga syari‟at. Sebab, semua
kegiatan yang tidak dimulai dengan nama Allah, tidak diakui syari‟at.
Manusia adalah makhluk Allah bekali dengan hati dimana hati berperan dalam
kehidupan manusia setiap saat, baik secara fisik maupun mental. Hati memiliki fungsi
utama untuk menggerakkan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Berbeda dengan
hewan yang hanya menggunkan instingnya saja, tidak mampu membedakan mana
buruk dan benar. Zubaedi mengungkapkan bahwa Islam menghendaki agar sifat kasih
sayang dan belas kasih dikembangkan secara wajar, baik kasih sayang dari dalam
َ ْال
keluarga maupun kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan. ِ ح ْم ُد هَّلِل
َ َربِّ ْال َعالَ ِمينArtinya: ”Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan seluruh alam”. Lafadz
Alhamdulillah yaitu rasa syukur kepada Allah atas apa yang telah Allah berikan
kepada kita dan yang telah menghidupkan dan mengatur apa-apa yang telah Allah
ciptakan. Dan membrikan nikmat kepada setiap hamba- hambaNya yang tak terhingga
banyaknya dan tak seorang pun yang tahu berapa jumlahnya. Firman Allah dalam Al-
Qur‟an yang Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit". (Al-Isra' 17:85).
Lafadz Rabbil „alamin secara tidak langsung Allah memerintahkan kita untuk
senantiasa mengolah pola pikir kita yang telah Allah bekali dengan pikiran tentang
alam semesta ini dan tentang kebesaran Allah. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
yang Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah matinya (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
21
sungguh terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan”. (Al-Baqarah 2:164)
Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam semesta, dan
kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran Allah yang
menciptakannya. ِّين
ِ ك يَوْ ِم الد
ِ ِ َمالArtinya: “Yang menguasai hari pembalasan”. Kata
Maliki yaitu mengatur perilaku orang-orang yang berakal dengan cara memberikan
perintah, larangan dan balasan. Hal ini sejalan dengan ungkapan malik al-naas yaitu
yang mengatur dan mnguasai manusia. Kata Yaumiddin yaitu hari pembalasan, hari
yang waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasannya yang baik maupun
yang buruk. Firman Allah dalam Al-Qur‟an yang Artinya: “Katakanlah:
"Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan
sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (Al-
Mulk: 67:26).
Sebagaimana yang kita ketahui adalah orang-orang muslim yang berbuat baik
maka mereka akan dimasukkan kedalam syurga, dan orangorang kafir yang berbuat
kejahatan akan dimasukkan kedalam neraka. Jadi seluruh kejadian dibumi ini,
disamping diambil mamfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda
tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk mendorong agar kita
selamanya hidup didalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati
segala perintah Allah. Ayat ke 4 ini yang artinya “Hari Pembalasan”. Dalam banyak
ayat AlQur‟an dan Hadist, Allah dan Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa
kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang amat kecil, sangat terbatas waktunya.
Penghidupan di dunia ini adalah ibarat setetes air, sedang penghidupan di akhirat
adalah ibarat samudra luas.
Hal tersebut menjelaskan bahwa hal yang paling menakjubkan pada manusia,
bukanlah jasmani atau tubuhnya tetapi rohaninya. Namun segala sesuatu yang ghaib
yang diciptakan oleh Allah hanya Allah yang mengetahuinya. ُستَ ِعين
ْ َك ن
َ إِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا
Artinya: “hanya kepada Engkau kami mengabdi dan hanya kepada Engkau kami
meminta pertolongan”.
Pada ayat ini memang jelas menunjukkan adanya perintah untuk senantiasa
beribadah kepada Allah dan memohon pertolongan kepadaNya. Namun jika
diceramati lebih dalam makna ibaah itu sangat luas, ibadah bukan hanya shalat lima
22
waktu, zakat, haji dan puasa namun dalam aktivitas kita sehari-hari jika itu baik maka
kita niatkan untuk mencari ridha Allah dan itu juga disebut dengan ibadah.
Dalam pelaksanaannya, tentu saja ibadah membutuhkan gerakan fisik untuk
melakukannya baik itu shalat maupun haji, dan ibadah lain juga membutuhkan
aktivitas gerak. Seperti ibadah shalat, shalat bukan hanya ibadah dengan bacaan saja
namun juga diikuti dengan gerakan yaitu seperti rukuk, i‟tidal dan sujud, begitu juga
dengan ibadah haji yang membutuhkan gerakan didalam pelaksanaannya. Jadi dapat
dipahami bahwa pada ayat ini mengandung nilai pendidikan pengetahuan tentang olah
raga dalam melakukan ibadah. Karena dengan adanya aktivitas fisik atau dalam
ibadah yang dilakukan secara terencana dengan berulang-ulang tentunya akan melatih
kedisiplinan kita.
الصِّراطَ ْال ُم ْستَقِي َم
َ ا ْه ِدنَاArtinya: “Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus”.
Pada ayat ini menjelaskan tentang hidayah Allah kepada seorang hambanya yang
dapat menghantarkannya kepada sesuatu yang dituju. Shirat artinya jalan, sedangkan
Mustaqim yaitu lawan kata dari berbelok-belok (bengkok). Jalan bengkok adalah jalan
yang menyeleweng seseorang dari cita-cita yang dituju. Penjelasan pada ayat ini yaitu
tetang pengetahuan petunjuk dalam mencari hidayah dan mencari ridha dari Allah.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
Kata al-Fatihah berasal dari bahasa Arab dari kata ا – یفتح – فتحss فتحyang artinya
membuka atau keterbukaaan. Surah al-Fâtihah terdiri dari tujuh ayat mengandung pujian,
pemuliaan, dan pengagungan bagi Allah SWT. Para ulama berbeda pendapat tentang tempat
turunnya surat al-fatihah ini. Namun pendapat yang paling kuat adalah surah alfatihah
diturunkan di makkah. Surat mulia ini memiliki nama yang cukup banyak dan begitu indah,
nama-nama surat al-Fatihah tersebut adalah Surah Al-Sholat, Surat al-Hamd, Fatihat Al
Kitab, Ummul Quran, ummul kitab, Surat Al-Ruqyah, Surat al-Syifa, Al-Kafiyah, dan Al-
Asas.
1. Nilai-nilai pendidikan tentang Aqidah atau Tauhid, yang mana pada pelajaran tauhid
ini membahas tentang keimanan kita terhadap Allah dan hanya Allah Dzat yang wajib
di sembah, bukan selainNya. Maksudnya adalah tanpa melalakukan syirik terhadap
Allah, karena syirik itu adalah dosa besar.
2. Nilai-nilai pendidikan tentang Ibadah, yaitu melakukan segala sesuatu hanya untuk
Allah semata. Dan di dalam kegiatan kita sehari-hari itu juga diniatkan karena Allah,
karena hanya Allah Tuhan yang kita sembah dan kita minta pertolongan, sebab semua
perbuatan karena ridhaNya.
3. Nilai-nilai pendidikan tentang Akhlak, yaitu segala hal dan perbuatan kita dalam
sehari-hari itu mencerminkan budi perkerti. Bagaimana kita menjalani kehidupan
dalam sehari-hari, bagaimana pula kita mensyukuri segala sesuatu yang telah Allah
berikan kepada kita dan bagaimana kita menggunakan memamfaatkan nikmat yang
sudah Allah titipkan kepada kita.
4. Nilai-nilai pendidikan tentang ilmu pengetahuan yaitu pendidikan yang mempelajari
tentang keistimewaan dan keagungan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah, yang
mana dalam tiap-tiap ayat yang terdapat dalam surat Al-Fatihah memiliki
kelebihannya masing-masing, baik itu tentang ibadah, pengeEsaan Allah maupun ilmu
pengetahuan dalam pendidikan lainnya.
3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari
25
banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
26
As-Shabuni, Syeh Muhammad Ali. (2001). Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis. Jakarta: Pustaka
Amani.
Ad-Dimasqi (2004). Al Imam Abul Fida‟ Isma‟il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1. terj.
2004 Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Abd Al-„Aziz Al-Muhammad As-Salman, Tanya Jawab Masalah Aqidah, 1(Jakarta: Bina
menteng Raya perdana, 1986.
Abu Al-Aliyah Ar-Rayahi adalah Rufai bin Mahran, sosok yang tsiqah namun banyak
meriwayatkan hadist yang berstatus mursal dari generasi yang kedua (tabi’in).
Sheikh Fadhlalla Haeri, Yasin Dan Al-Fatihah Takwil Filosofis,(Jakarta: Rajawali, 1987).
Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2007).
27