Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SURAH AL-FATIHAH

Dosen Pengampu : Danial M.Th.I

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawy

DISUSUN OLEH : Kelompok I

NAIF ANDIKA PUTRA : 19010101196


MUSLIMAT AULIA : 19010101202

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Surah Al-fatihah”, yang penulis buat
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawy”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan kita,


uswatun hasanah, penuntun umatnya dari jalan kegelapan ke jalan yang terang
benderang. Dialah buah hati Aminah putra Abdullah yaitu Muhammad SAW.
Dan juga beserta keluarga dan sahabatnya yang setia dan para pengikutnya
yang senantiasa berjuang dalam menghidupkan sunnahnya serta menegakkan
kebesaran ajaran Tuhannya.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan dan


penulisan makalah ini, untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna bagi pembaca,
dunia pendidikan serta bagi penulis sendiri

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Kendari, 8 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Surah Al-Fatihah dan Terjemahan................................................................ 2
2.2 Deskripsi Surah Al-Fatihah.......................................................................... 4
2.3 Penafsiran Surah Al-Fatiha........................................................................... 5
2.4 Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Surah Al- Fatihah..................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Al Fatihah merupakan surah mulia yang terdiri dari tujuh ayat
berdasarkan konsensus kaum muslimin. Ia dinamakan Al Fatihah (pembuka)
karena kedudukannya sebagai pembuka semua surah yang terdapat dalam Al
Quran. Ia diletakkan pada lembaran awal untuk menyesuaikan urutan surah
dan bukan berdasarkan urutan turunnya. Walaupun ia hanya terdiri dari
beberapa ayat dan sangat singkat namun ia telah menginterpretasikan makna
dan kandungan Al Quran secara komprehensif.
Al Fatihah juga mengandung dasar-dasar Islam yang disebutkan
secara global, pokok dan cabang agama, akidah, ibadah, tasyri’, keyakinan
akan hari akhir, iman kepada sifat-sifat Allah, menunggalkan Allah dalam hal
beribadah, memohon pertolongan, berdoa, meminta hidayah untuk berpegang
teguh kepada agama yang benar dan jalan yang tidak menyimpang,
diteguhkan dan dikokohkan untuk senanatiasa berada di atas jalan iman dan
manhaj orang-orang yang shaleh, memohon perlindungan agar terhindar dari
jalan orang-orang yang sesat.
Didalam ayat yang terakhir dari surat Al Fatihah menunjukkan ada
tiga golongan manusia. pertama, manusia yang diberi nikmat (al- mun’am’alaihim). Kedua,
manusia yang dimurkai (al maghdlūb ’alaihim). Ketiga, manusia yang sesat (al dlāllīn).
Orang-orang yang dimurkai sebenarnya termasuk sesat juga. Sebab, saat mencampakkan
kebenaran, mereka telah berpaling dari tujuan yang benar dan menghadap ke arah yang
keliru.Mereka tidak akan sampai pada tujuan yang diinginkan dan tidak akan
pernah mendapatkan untuk memperoleh yang dikehendaki. Surat Al-Fatihah yang merupakan
surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat
Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah. Dinamakan
Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al Qur’an.
Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari
seluruh kandungan Al Qur’an yang kemudian dirinci oleh surat-surat sesudahnya.
 Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah
sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surat ini berada di urutan pertama dari surat-

1
surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti
masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan
peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang
yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu
tercermin dalam surat Al Fatihah.
Kedudukan surat Al-Fatihah di dalam Al-Qur’an adalah sebagai sumber ajaran Islam
yang mencakup semua isi Al-Qur’an. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata : Telah
bersabda Rasulullah SAW: “Al-Hamdulillah (Al-Fatihah) adalah Ummul Qur’an, Ummul
Kitab, As-Sab’ul Matsaani dan Al-Qur’anul Adhim.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad
shahih). Dinamakan dengan Ummul Kitab atau Ummul Qur’an, yaitu induk Al-Qur’an,
karena di dalamnya mencakup inti ajaran Al-Quran.

1.2     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah ini penulis akhirnya berinisiatif membahas
beberapa persoalan dalam tema ini yaitu:
1. Bagaimana Deskripsi Qur’an Surah Al-Fatihah?
2. Bagaimana Penafsiran Qur’an Surah Al-Fatihah?
3. Bagaiamana Pesan Pendidikan Yang Terkandung Didalam Surah Al-Fatihah?

1.3     Tujuan


1. Untuk mengetahui dan memahami deskripsi Qur’an Surah Al-Fatihah.
2. Untuk memahami dan mengetahui Penafsiran Qur’an Surah Al-Fatihah.
3. Untuk Memahami Dan Mengetahui Pesan Pendidikan Yang Terkandung Didalam
Surah Al-Fatihah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Surah Al-Fatihah dan Terjemahan

َ‫) إِيَّاك‬4( ‫ِّين‬


ِ ‫ك يَوْ ِم الد‬ ِ ِ‫) َمال‬3( ‫َّح ِيم‬ ِ ‫) الرَّحْ َم ِن الر‬2( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬1( ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬
ِ ‫ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬sَ‫ص َراط‬
‫ب َعلَ ْي ِه ْم‬ ِ )6( ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
ِّ ‫) ا ْه ِدنَا ال‬5( ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬ َ ‫نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
 ]7 - 1 : ‫[الفاتحة‬  )7( َ‫َواَل الضَّالِّين‬

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam;
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;
4. Yang menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
6. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus;
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

1.4 Deskripsi Surah Al-Fatihah


Surah al-Fâtihah adalah surah yang pertama dalam al-Qur’ân berdasarkan
penulisan mushaf Usmani. Surat ini dinamai al-fatihah karena ia merupakan surat
pertama ditulis di dalam al-Qur’an. Selain itu, karena surat ini selalu mengawali setiap
shalat . Surat al-Fatihah adalah suatu surat yang sangat mulia dan memiliki banyak
kemulian. Nama al-Fatihah sebetulnya kependekan dari fatihah al- kitab atau fatihat al-
Qur’an. Nama ini disepakati semua mazhab. Dinamai al- Fatihah karena menjadi
pembuka untuk al-Qur’an .
Kata al-Fatihah berasal dari bahasa Arab dari kata ‫ا – یفتح – فتح‬ss‫ فتح‬yang artinya
membuka atau keterbukaaan. Keterbukaan ialah menghilangkan ketertutupan dan
kesulitan. Ada dua macam keterbukaan: pertama, keterbukaan yang dapat dilihat dengan
mata lahir, seperti terbukanya pintu dan sejenisnya, dan seperti terbukanya kunci,
penutup, dan barang-barang. Kedua, keterbukaan yang dapat dilihat dengan mata batin,
seperti terbukanya dari kesulitan. Jadi al-Fâtihah mempunyai arti pembukaan, karena

3
surah ini menjadi awal pembukaan al-Qur’ân1. Surah al-Fâtihah terdiri dari tujuh
ayat mengandung pujian, pemuliaan, dan pengagungan bagi Allah SWT. Para ulama
berbeda pendapat tentang tempat turunnya surat al-fatihah ini. Paling tidak ada tiga
pendapat :
1. Makiyah (surat yang diturunkan dimekkah). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas,
Qatadah, dan Abu al-Aliyah2 .
2. Madaniyah (surat yang diturunkan dimadinah). Ini adalah pendapat Abu
Hurairah, Mujtahid, Atha’ bin Yasar, Az-Zuhri, dan lainnya.
3. Pendapat lain mengatakan bahwa separuh dari surah al-fatihah diturunkan
dimakkah dan separuhnya lagi diturunkan dimadinah. Abu Laits Nashr bin
Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi berkata: bahwa pendapat pertamalah
yang kuat dan shahih, berdasarkan firman Allah, Qs. al-Hijr : 87.
‫َولَقَ ْد ٰاتَ ْي ٰنكَ َس ْبعًا ِّمنَ ْال َمثَانِ ْي َو ْالقُرْ ٰانَ ْال َع ِظ ْي َم‬
Artinya : Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang
(dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur'an yang agung.
Dan para ulama sepakat (ijma’) bahwa surat al-hijr turunnya dimakkah 3. Surat mulia ini
memiliki nama yang cukup banyak dan begitu indah, nama-nama surat al-Fatihah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Surat al-Shalat (surat salat) Penamaan ini berdasarkan kepada hadist qudsi dimana
Allah SWT telah berfirman yang artinya : “Aku telah membagi shalat antara-ku dan
antara hamba-ku dua bagian.”(HR. Muslim). Para ulama sepakat bahwa yang
dimaksud dengan “shalat” dalam hadist tersebut adalah surat al-Fatihah.
2. Surat al-Hamd (surat pujian) Didalam surat tersebut terdapat kata atau kalimat yang
berbunyi ‫ الحمد‬,pada kalimat َ‫ح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
َ ‫ْال‬
3. Fatihat al-Kitab (pembukaan al-kitab) Nama ini tidak diperselisihkan oleh ulama.
Surah ini dinamakan fatihatul kitab (pembuka al-Qur’an), sebab bacaan lafazh-lafazh
al-Qur’an diawali dengan ini, tulisan mushaf diawali dengan surah ini dan shalatpun
diawali dengan surah ini.
4. Umm al-Kitab (induk al-kitab) Nama ini masih diperselisihkan oleh mayoritas ulama,
sedangkan Anas, Hasan, dan Ibnu Sirin memakruhkannya. Hasan berkata, “ummul

1 Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Sufi Al-Fatihah,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 43.


2 Abu Al-Aliyah Ar-Rayahi adalah Rufai bin Mahran, sosok yang tsiqah namun banyak meriwayatkan hadist
yang berstatus mursal dari generasi yang kedua (tabi’in).
3 Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012).

4
kitab (pokok al-Qur’an) adalah halal dan haram. Allah ta’ala berfirman (Qs. Ali
Imran: 7):
ٌ ‫ب َوا ُ َخ ُر ُم َت ٰش ِب ٰه‬
‫ت‬ ِ ‫ت هُنَّ ا ُ ُّم ْالك ِٰت‬
ٌ ‫ت مُّحْ َك ٰم‬ َ ‫ْك ْالك ِٰت‬
ٌ ‫ب ِم ْن ُه ٰا ٰي‬ ْٓ ‫ۗ ه َُو الَّذ‬ 
َ ‫ِي اَ ْن َز َل َعلَي‬

Artinya : Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di


antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan
yang lain mutasyabihat.
Anas dan Ibnu Sirin berkata: ummul kitab adalah nama lauh al-mahfuuzh. Allah ta’ala
berfirman (Qs. az-Zukhruf : 4)
ِ ‫َواِنَّهٗ فِ ْٓي اُ ِّم ْال ِك ٰت‬
‫ب لَ َد ْينَا لَ َعلِ ٌّي َح ِك ْي ٌم‬
Artinya : Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh) di
sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah. 4
5. Umm al-Qur’an (induk al-Qur’an). Nama ini masih diperselisihkan, mayoritas ulama
membolehkannya, sedangkan Anas dan Ibnu Sirin memakruhkannya. Namun hadist-
hadist yang shahih membantah kedua pendapat ini. At-tirmidzi meriwayatkan dari
Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda yang Artinya: Alhamdulillah
(segala puji bagi Allah) adalah ummul Qur’an (induk al-Qur’an), ummul al-kitaab
(induk al-kitab) dan as-sab’ul al-matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Tirmidzi
berkata: hadist diatas adalah hadist hasan shahih. Sementara dalam shahih Al-
Bukhari, Al-Bukhari berkata: (surah ini) dinamakan ummul kitab, sebab tulisannya
ayat-ayat al-Qur’an didalam mushaf dimulai dengannya, dan bacaan ayat-ayat al-
Qur’an didalam shalatpun dimulai dengannya. Surah ini dinamakan ummul Qur’an
karena ia adalah awal al-Qur’an, dan mencakup semua hukum-hukum yang
terkandung didalam al-Qur’an.
6. Al-Qur’an al-azhim (qur’an yang agung). Surah ini dinamkan dengan al-Qur’an al
azhimm, karena surah ini mencakup seluruh pengetahuan al-Qur’an. Surah ini
mencakup seluruh sanjungan kepada Allah lengkap dengan sifat-sifat kesempurnaan
dan kemuliannya, mencakup perintah untuk beribadah dan ikhlas kepadanya,
mencakup pengakuan atas ketidak mampuan untuk melakukan apapun kecuali
dengan pertolongannya, mencakup permohonan bantuan yang dipanjatkan kepadanya
agar ditunjukkan kepada jalan yang lurus, mencakup pemenuhan kebutuhan orang-

4 Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012).

5
orang yang membatalkan janji setelah ditetapkan dan mencakup penjelasan tentang
akibat yang diterima oleh orang-orang yang ingkar.
7. Al-Qur’an al-matsani (tujuh yang berulang). Surah ini dibaca secara berulang-ulang
pada setiap rekaat, surah ini dinamakan al-matshani(juga berarti yang dikecualikan)
karena surah ini merupakan pengecualian bagi umat islam, sebab ia tidak diberikan
kepada seorangpun sebelum mereka, dan ini merupakan keistimewaan bagi umat
islam
8. Surat Al-Ruqyah (surat mantra penawar) Dalam beberapa riwayat menyebutkan
bahwa Abu Sa’di Al-Khudri ra pernah menjampi seseorang dengan membaca surat
al-fatihah, begitu pula dengan Ali Bin Abu Thalib.
9. Surat al-Syifa (surat obat) Dalam salah satu ayatnya Allah SWT berfirman: dan kami
turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman, dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zhalim kerugian.(Qs. Al-israa’: 82) Salah seorang sahabat Nabi abu sa’di al-Khudri
ra meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya Al-fatihah itu adalah obat
dari segala macam racun(penyakit)”. (HR. Ad- Darimi)
10. Al-Kafiyah (yang mencukupi) Surah al-fatihah itu tidak dapat mencukupi
(maksutnya dapat menggantikan) surah lainnya, sedangkan surah yang lainnya tidak
dapat mencukupinya. Hal tersebut ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan oleh
Muhammad bin Khalad Al-Iskandarani dia berkata, Nabi SAW bersabda yang
Artinya: Ummul Qur’an itu pengganti untuk surah yang lainnya sedangkan surah
yang lainnya bukanlah pengganti .
11. Al-Asas (asas). Pada suatu ketika datanglah orang yang sedang sakit kepada Asy-
Sya’bi beliau mengatakan kepada orang tersebut, semestinya kamu berobat dengan
asas al-Qur’an, karena saya pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan: segala
sesuatu itu ada ada asas(pondasinya), pondasi didunia adalah Mekkah, dan
pondasinya al-Qur’an adalah al-Fatihah, dan pondasinya al-Fatihah adalah
bismillahirrahmanirrohim oleh karena itu apabila kamu sakit maka berobatlah dengan
al-Fatihah niscaya kamu akan sembuh.
Membaca Surat Al-Fatihah merupakan salah satu rukun qauli di dalam shalat.
Sebagai rukun maka tidak bisa tidak orang yang melakukan shalat harus
membacanya kecuali dalam keadaan dan alasan tertentu di mana para ulama
membolehkan mengganti bacaan Surat Al-Fatihah dengan bacaan lainnya. Kewajiban
membaca Surat Al-Fatihah di dalam shalat dan ketidakabsahannya didasarkan pada
6
hadits Rasulullah SAW riwayat Imam Muslim dan lainnya yang berbunyi sebagai
berikut.

ِ ‫صاَل ةَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َر ْأ بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ب‬ َ ‫اَل‬
Artinya, “Tidak sah shalatnya orang yang tak membaca Surat Al-Fatihah.” Imam
Nawawi mensyarahi hadits di atas dengan menyatakan bahwa hadits ini menjadi dasar
bagi madzhab Syafi’i bahwa membaca Al-Fatihah wajib hukumnya bagi orang yang
shalat baik ia menjadi imam, makmum, maupun shalat sendirian (Lihat Muslim bin
Hajjaj, Shahîh Muslim bi Syarhil Imâmin Nawawi, Kairo, Darul Ghad Al-Jadîd, 2008,
jilid 2, halaman 86). Sebagai bagian dari ibadah sudah semestinya bila dalam
pelaksanannya ada aturan dan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi orang yang
shalat dalam membaca Surat Al-Fatihah. Tidak terpenuhinya salah satu atau lebih
syarat-syarat tersebut bisa jadi akan berakibat pada tidak sahnya shalat yang
dilakukan.
Syekh Salim bin Sumair Al-Hadrami di dalam kitabnya Safînatun Najâ
menyebutkan ada 10 (sepuluh) syarat membaca Surat Al-Fatihah. Kesepuluh syarat
tersebut kemudian dijabarkan penjelasannya oleh Syekh Nawawi Banten dalam
kitabnya Kâsyifatus Sajâ sebagai berikut.
1. Tertib Makna tertib di sini adalah bahwa Surat Al-Fatihah harus dibaca sesuai
urutan ayat-ayatnya, tidak boleh dibolak-balik.
2. Berturut-turut Artinya semua ayat dibaca secara berturut-turut tanpa diselingi
dengan kalimat lain yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Seumpama di
tengah-tengah membaca Surat Al-Fatihah tiba-tiba bersin lalu mengucapkan
“alhamdulillâh” sebagaimana disunahkan di luar shalat, maka bacaan hamdalah
tersebut telah memotong berturut-turutnya bacaan Al-Fatihah. Bila terjadi
demikian maka bacaan Al-Fatihah mesti diulang lagi dan shalatnya tidak batal.
Demikian juga bila di tengah-tengah membaca Al-Fatihah secara sengaja
mengucapkan bacaan seperti shalawat, tasbih atau lainnya, maka harus diulang
bacaan Fatihahnya. Namun bila semua itu terucapkan karena lupa maka tidak
dianggap memotong berturut-turutnya bacaan surat Al-Fatihah sehingga tidak
perlu mengulang dari awal.
3. Menjaga huruf-hurufnya Di dalam surat Al-Fatihah ada setidaknya 138 huruf.
Namun bila menghitung komplet dengan tasydid-tasydidnya, kedua huruf alif
pada dua kata “shirâth”, dua alif pada kata “ad-dhâllîn”, dan satu alif pada kata

7
“mâlik” maka jumlah seluruh hurufnya ada 156. Semua huruf itu harus terbaca
dengan baik. Bila ada satu saja yang tidak terbaca maka tidak sah shalatnya.
4. Menjaga tasydid-tasydidnya Di dalam surat Al-Fatihah ada 14 (empat belas)
tasydid. Tasydid-tasydid itu merupakan bentuk dari huruf-huruf yang bertasydid
yang karenanya maka keempat belas tasydid tersebut harus dijaga dalam
pembacaannya. Dengan menjaga tasydid-tasydid itu sama saja dengan menjaga
huruf Surat Al-Fatihah yang juga wajib hukumnya untuk dijaga.
5. Tidak berhenti di tengah bacaan, lama atau sebentar, dengan maksud memotong
bacaan Bila di tengah-tengah bacaan Surat Al-Fatihah berhenti bukan karena
maksud memotong bacaan, tetapi karena adanya uzur tertentu seperti lupa atau
lelah maka tidaklah mengapa.
6. Membaca setiap ayatnya termasuk basmalah Di dalam surat Al-Fatihah adalah 7
(tujuh) ayat yang kesemuanya wajib dibaca. Dalam madzhab Imam Syafi’i di
antara ketujuh ayat tersebut adalah bacaan basmalah sebagai ayat pertama.
Karenanya tidak membaca basmalah di dalam shalat menjadikan shalatnya tidak
sah karena adanya satu ayat di dalam Surat Al-Fatihah yang tidak dibaca.
7. Tidak ada kesalahan baca yang bisa merusak makna Contoh kesalahan baca yang
bisa merusak makna adalah kata “an’amta” yang dibaca secara salah menjadi
“an’amtu.” Kesalahan baca ini bisa merusak makna dari “Engkau memberi
nikmat” menjadi “saya memberi nikmat.”
8. Dibaca pada posisi berdiri pada shalat fardhu Setiap huruf yang ada di dalam
Surat Al-Fatihah harus terbaca pada saat posisi orang yang shalat dalam keadaan
berdiri.
9. Dapat didengar oleh diri sendiri Setiap huruf Surat Al-Fatihah yang dibaca harus
bisa didengar oleh diri sendiri bila pendengaran orang yang shalat dalam keadaan
sehat atau normal. Bila pendengarannya sedang tidak sehat, di mana suara bisa
terdengar bila lebih dikeraskan, maka cukuplah pembacaan Surat Al-Fatihah
dengan suara yang sekiranya pendengarannya normal maka suara itu bisa
terdengar, tidak harus dikeraskan sampai benar-benar dapat didengar oleh
telinganya sendiri yang sedang tidak normal.
10. Tidak diselingi dengan zikir atau bacaan lain Sebagaimana contoh pada syarat
nomor 2 bacaan Surat Al-Fatihah di dalam shalat tidak boleh diselingi oleh
kalimat zikir lain yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Lain halnya bila
kalimat yang menyelingi itu ada kaitannya dengan kebaikan shalat seperti

8
mengingatkan imam bila terjadi kesalahan. Sebagai contoh ketika imam
membaca ayat atau surat setelah membaca Al-Fatihah lalu terjadi kesalahan atau
kelupaan baca umpamanya, makmum boleh mengingatkannya meskipun ia
sendiri sedang membaca Surat Al-Fatihah. Namun perlu diingat, selagi imam
masih mengulang-ulang bacaan ayat yang salah atau lupa tersebut makmum tidak
boleh mengingatkannya. Bila dalam keadaan demikian, makmum mengingatkan
imam padahal ia sendiri sedang membaca Al-Fatihah maka terpotonglah bacaan
Al-Fatihahnya.
Demikian sepuluh syarat membaca Surat Al-Fatihah yang mesti dipenuhi oleh
orang yang melakukan shalat. Tidak dipenuhinya salah satu dari syarat tersebut dapat
menjadikan bacaannya rusak yang juga berakibat pada tidak sahnya shalat tersebut.

1.5 Penafsiran Surah Al-Fatihah

َ‫إِيَّاك‬ )4( ‫الدِّين‬


ِ ‫ك يَوْ ِم‬
ِ ِ‫َمال‬ sِ ‫ال َّر ِح‬
)3( ‫يم‬ ‫الرَّحْ َم ِن‬ )2( َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬ sِ ‫ال َّر ِح‬
)1( ‫يم‬ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن‬
ِ ‫ص َراطَ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
‫ب‬ ِ )6( ‫الصِّراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
َ ‫ا ْه ِدنَا‬ ُ‫ك نَ ْست َِعين‬
)5( َ ‫نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
 ]7 - 1 : ‫[الفاتحة‬  )7( َ‫علَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬َ
: Artinya

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam;
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;
4. Yang menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.
6. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus;
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah ayat surat al-Fatihah. Perdebatan


muncul seputar apakah lafadz bismillahirrahmanirrahim termasuk bagian dari surat al-
Fatihah atau tidak. Perbedaan itu hanyalah masalah khilafiyah, yang masing-masing
mengemukakan argumentasi yang sama-sama kuat. Karenanya, perlu dikembangkan

9
sikap toleransi, yaitu mempersilahkan kepada umat untuk mengikuti pendapat mana
yang dirasakan paling cocok.

Lafazh ‫يم‬ ِ ‫ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬Kata ism menurut alBaidhawi adalah lafadz yang
sِ ‫َّح‬
menunjukkan pada nama pribadi seseorang seperti Muhamamd dan manusia, atau
menunjukkan pada sebuah pengertian abstrak seperti ilmu dan kesopanan. Dengan
demikian, pada konteks ini kata ism menunjukkan pada nama Allah, di mana ayat-
ayat al-Qur’an banyak memerintahkan agar menyebut nama-Nya. Selanjutnya lafadz
Allah, adalah nama khusus bagi zat yang wajib dipuja dan tidak dapat diberikan sama
sekali nama tersebut kepada selain Dia, sebagaimana orang Arab Jahiliyah ketika
ditanya siapakah yang menciptakan langit dan bumi; ia menjawab Allah, dan jika
ditanya apakah al-Lata dan alUzza termasuk sesuatu yang diciptakan? Ia menjawab
tidak.

Al-Rahman al-Rahim, sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Katsir, keduaduanya


diambil dari kata al-rahmah, yang berarti pengertian yang bersemayam dalam hati
yang dimunculkan oleh orang yang memiliki dalam bentuk perbuatan baik terhadap
orang lain. Lafadz al-rahman menunjukkan pada sifat orang yang melakukan kasih
sayang dengan cara memberikan kenikmatan dan kebaikan pada orang lain.
Sedangkan al-rahim menunjukkan pada tempat munculnya kasih sayang, karena al-
rahim mengacu kepada sifat yang tetap dan mesti berlangsung selama-lamanya.
Karenanya, jika Allah diberi sifat al-rahman, maka maksudnya bahwa Allah adalah
Zat yang berkuasa memberikan kenikmatan, namun ini tidak dapat dipahami bahwa
alrahmah termasuk sifat yang wajib selamanya pada Allah. Sedangkan jika sesudah
itu disifati dengan al-rahim, maka dapat diketahui bahwa pada zat Allah terdapat sifat
yang tetap dan terus berlangsung, yaitu al-rahmah yang pengaruhnya terlihat dalam
berbuat baik kepada seluruh ciptaan-Nya selama lamanya. Allah telah memberikan
banyak keutamaan dan kemulian kepada kalimat ‫ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬, syari’at ini telah
menganjurkan kepada umatnya untuk membaca lafazh yang mulia pada setiap kali
memulai perbuatan.

Lafadz َ‫ح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬


َ ‫( ْال‬segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam),
merupakan bukti kesempurnaan sifat Allah SWT dan kesempurnaan nikmat-Nya
kepada para hamba-Nya, sebab pujian itu hanya layak diberikan kepada dzat yang

10
sifat dan tindakannya sempurna. Firman Allah yang berbunyi, “Lillah” (bagi Allah),
merupakan bukti akan ketetapan hati akan tetapnya ketuhanan-Nya. Karenanya Allah
SWT adalah ilah yang sebenarnya. Ilah (tuhan) selain Allah adalah batil. Penggunaan
huruf lam dalam kata lillah merupakan bukti bahwa yang berhak atas pujian yang
mutlaq dan sempurna hanyalah milik Allah SWT hanya mendapat pujian atas hal
tertentu dari dirinya yang layak mendapat pujian tertentu pula. Firmannya َ‫َربِّ ْال َعالَ ِمين‬

(tuhan semesta alam) adalah dalil bahwa alam ini merupakan bukti adanya Allah
SWT. Semua yang ada dalam alam ini dari keteraturan yang indah, kesesuaian, dan
keselarasan, yang merupakan bukti kesempurnaan sang pembuat. Sebagai firman-nya:

Artinya: (20) dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang yakin. (21) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?

Jika kalimat yang mulia ini digabung: َ‫ح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
َ ‫ ْال‬maka maksudnya
adalah: segala puji dan sanjungan hanyalah milik dan kepunyaan Allah, pencipta,
pengatur, pemilik dan penguasa terhadap alam semesta ini. Dialah zhat yang hak dan
pantas untuk menerima pujian dan sanjungan. Dialah yang menciptakan semua
makhluk, baik malaikat, manusia, jin, binatang dan segala yang ada dialam semesta,
dialah yang memiliki dan mengatur segala, yang memelihara semua mahluk.5

Lafadz ‫يم‬ ِ ‫( الرَّحْ َم ِن الر‬Arrahmanir Rahim) Yang maha pemurah lagi maha
ِ ‫َّح‬
penyayang . ia maha rahman karena ia memudahkan manusia dalam mencari jalan, ia
maha rahim karena ia menyalakan pelita kasih sayang dijalan hambanya yang taat .
Ar-rahman dan ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama diantara
nama-nama yang indah (asmaul husna) yang dimilki Allah. Kedua sifat ini berasal
dari kata ar-rahman(kasih-sayang)dalam bentuk kalimat mubalaghah (bersangkutan).
Ar-rahman lebih dari ar-Rahim, karena ar-Rahman adalah yang mempunyai kasih
sayang yang mencakup dan meliputi untuk semua mahluq yang ada didunia ini.
Sedangkan ar-Rahim hanyalah diperuntukkan kepada orang-orang yang beriman
diakhirat kelak. ar-Rahim artinya bahwa Allah mempunyai sifat kasih sayang bagi
orang yang beriman kelak dihari kiamat . Di dalam salah satu firman Allah telah

5 Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012).

11
menjanjikan bahwa ar-Rahim (kasih-sayang) itu hanya diperuntukkan kepada para
hamba-nya yang beriman. 6 Sebagaimana dalam firman Allah Qs. Al-ahzab : 43

‫ان ِب ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َر ِح ْيمًا‬ ُّ ‫م م َِّن‬-ْ ‫ٕى َك ُت ٗه لِي ُْخ ِر َج ُك‬-ِِٕ ‫صلِّيْ َعلَ ْي ُك ْم َو َم ٰۤل‬
ِ ‫الظلُ ٰم‬
َ ‫ت ِالَى ال ُّن ْو ۗ ِر َو َك‬ َ ‫ه َُو الَّذِيْ ُي‬

Artinya: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan


ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
(yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang- orang yang beriman.

Lafadz ‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬


ِ ِ‫ “ َمال‬yang menguasai di hari Pembalasan”. Tidak seorangpun
dari ahli bahasa Arab berselisih pendapat bahwa kata ‫ الملك‬diambil dari kata ‫ الملك‬yang
berarti kerajaan dan kata ‫ المالك‬adalah diambil dari kata ‫ الملك‬yang berarti kepemilikian.
Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, ia berarti: pemilik. dapat pula
dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja7. Yaumiddin secara
umum diterjemahkan dengan (hari Pembalasan) hari yang diwaktu itu masing-masing
manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin
disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan yaumiddin itu sendiri sudah dijelaskan oleh
Allah didalam firman (Qs. Al-infithar ayat 14-19)

 ‫) َوما أَدْراكَ َما يَ ْو ُم الدِّي ِن‬16( َ‫) َوما ُه ْم َع ْنها بِغائِبِين‬15( ‫صلَ ْونَها يَ ْو َم الدِّي ِن‬ ْ َ‫) ي‬14( ‫يم‬ ٍ ‫َوإِنَّ ا ْلفُ َّجا َر لَفِي َج ِح‬
)19( ِ ‫ش ْيئا ً َواأْل َ ْم ُر يَ ْو َمئِ ٍذ هَّلِل‬ ٌ ‫) يَ ْو َم اَل تَ ْملِ ُك نَ ْف‬18( ‫ثُ َّم َما أَدْرا َك َما يَ ْو ُم الدِّي ِن‬ )17(
ٍ ‫س لِنَ ْف‬
َ ‫س‬

Artinya: (14).dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar- benar berada


dalam neraka.(15). mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (16). dan
mereka sekali- kali tidak dapat keluar dari neraka itu. (17). tahukah kamu Apakah hari
pembalasan itu? (18). sekali lagi, tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? (19).
(yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain.
dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

Lafazd ُ‫ست َِعين‬


ْ َ‫“ إِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ ن‬hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” Banyak sekali pesan yang terkandung

6 Sheikh Fadhlalla Haeri, Yasin Dan Al-Fatihah Takwil Filosofis,(Jakarta: Rajawali, 1987), h. 6
7 Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 230

12
oleh kedua kata terangkai itu, (‫ ایاك‬dan s‫ نعبد‬na’budu). Ini berarti ayat diatas
mengajarkan untuk mengucapkan (‫( ایاك‬iyyaka menuntut pembacanya agar
menghadirkan Allah dalam benaknya. Redaksi iyyaka mengandung arti
pengkhususan, yakni tidak ada selain engkau, ibadah yang dilakukan tidak kepada
siapapun selain Allah SWT, dengan dimikian pandangan hati sepenuhnya hanya
kepadanya. Dengan demikian muncul hakikat pengawasan yang menjadi hakikat tema
utama surah al-fatihah. Hal ini diperkuat oleh kata ibadah yang intinya adalah
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah . Kata s‫ نعبد‬biasa diterjemahkan dengan
“menyembah, mengabdi dan taat”. Dari akar kata yang sama dibentuk kata ‘abdullah
yang arti harfiyahnya adalah “hamba Allah”. Yang dapat ditarik dari iyyaka na’budu
salah satu hakikat ibadah adalah menyadari bahwa apa yang berada dalam genggaman
tangan sipengabdi atau yang menjadi miliknya pada hakikatnya adalah milik siapa
yang kepadanya ia mengabdi, dalam hal ini bagi pengucap iyyaka na’budu adalah
Allah SWT. Jika demikian maka sipengucap dengan menghayati makna ibadah yang
diucapkannya itu telah menjadikan diri dan segala apa yang berada dalam genggaman
tangannya menjadi milik Allah SWT. Segala sesuatu termasuk diri sipengucap telah
diserahkan kepada Allah SWT. semata-mata, tidak sedikitpun yang tersisi, bukankan
ia telah menyatakan “hanya kepadamu”. Firmannya ُ‫ستَ ِعين‬
ْ َ‫ َوإِيَّاكَ ن‬menunjukkan dalil
bahwa saat beribadah manusia harus menghadirkan perasaan butuh terhadap
pertolongan Allah SWT, agar ibadah terasa mudah. Ibadah tersebut harus dilakukan
sesuai dengan tata cara Rasulullah SAW. Dan rasa ikhlas kepada Allah SWT.

ْ ‫الصِّراطَ ْال ُم‬


Lafadz ‫ستَقِي َم‬ َ ‫“ ا ْه ِدنَا‬Tunjukilah Kami jalan yang lurus” Maksudnya
tuntunlah kami, bimbinglah kami dan arahkan kami kepada jalan yang lurus, yaitu
jalan yang sangat jelas yang menghantarkan kepada Allah dan kepada surganya, yaitu
mengetahui kebenaran dan melaksanakannya. Ketika memahami ayat ini Ibnu
Qayyim jauziah menjelaskan beberapa hal yang dianggap penting yang berkaitan
dengan ihdina yang berarti tunjukilah kami. Beliau menyebutkan: 1. Berarti
tetapkanlah kami 2. Arsydna berarti tuntunlah kami 3. Waffiqna, yang berarti
berikanlah kami taufiq 4. Al-himna yang berarti berikanlah kami ilham . Firmannya

‫ الصِّ َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬artinya jalan yang lurus. Al-mustaqim artinya tidak bengkok, tidak
menanjak, dan tidak menurun. Firmannya ‫ستَقِي َم‬ ْ ‫ص َراطَ ْال ُم‬
ِّ ‫ ا ْه ِدنَا ال‬merupakan dalil
manusia hendaknya berdo’a kepada Allah dengan do’a tersebut, agar ia diberi

13
petunjuk oleh Allah menuju jalan yang lurus. Bila Allah tidak memberi petunjuk
kepada manusia maka mereka tidak akan mendapat petunjuk. Sebagaimana Allah
SWT berfirman yang artinya “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka
Dialah yang mendapat petunjuk”

ِ ‫ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬sَ‫ص َراط‬


َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬ ِ “(yaitu) jalan orang-orang
yang telah engkau beri nikmat kepada mereka” Ayat ini menyebutkan jalan yang baik,
jalan yang lurus, jalan yang telah Allah anugrahkan kepada hambanya, yaitu jalan
yang telah ditempuh para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin . Demikan yang
difirman Allah SWT dalam surat an-Nisaa’ ayat 69: Artinya: dan Barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang- orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-
baiknya “

ِ ‫… َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬
(pula jalan) mereka yang sesat”. Maksudnya adalah bukan jalan orang-orang yang
dimurkai. Orang yang dimurkai adalah orang yang mengetahui kebenaran tetapi
enggan mengikutinya. Sedangkan orang yang sesat adalah orang yang tidak
mengetahui kebenaran, sehingga mereka keliru dalam beramal. Ayat ini Merupakan
dalil bahwa manusia terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Kelompok manusia yang diberikan nikmat oleh Allah SWT sehingga mereka
mendapatkan petunjuk kea rah kebenaran, baik secara ilmu maupun amal.
2. Kelompok manusia yang dimurkai Allah SWT. Mereka mendapat petunjuk
berupa ilmu pengetahuan tetapi mereka tidak mau mengamalkannya, bahkan
menolaknya.
3. Kelompok manusia yang sesat. Mereka tidak mendapat petunjuk kearah
kebenaran, baik secara ilmu maupun amal, sehingga mereka beribadah kepada
Allah SWT tanpa ilmu. Kelompok yang dimurkai Allah adalah bangsa Yahudi,
sedangkan kelompok yang sesat adalah bangsa Nasrani

3.4 Pesan Pendidikan Yang Terkandung dalam Surah Al- Fatihah


1. Nilai Pendidikan Aqidah

14
Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling agung di dalam Al-Qur‟an. Hal itu
sebagaimana telah ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Sa‟id bin Al Mu‟alla Radhiyallahu ‟anhu sebagaimana
disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya di kitab Tafsir Al-Qur‟an. Membaca
surat Al-Fatihah merupakan rukun didalam shalat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammad Saw yang Artinya: “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca
Fatihatul Kitab/Surat Al-Fatihah”. (HR. Bukhari).8 Surat Al-Fatihah terkandung
banyak pelajaran tentang masalah aqidah dan pokok-pokok agama. Oleh sebab itu
para ulama memiliki perhatian besar terhadapnya. Hal itu bisa dilihat dari karya-karya
yang disusun untuk menguraikan kandungan faedah surat yang agung ini. Berikut ini
beberapa karya ulama tentang Al-Fatihah:
Pertama: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah memiliki sebuah
risalah dengan judul Ba‟dhu Fawa‟id Min Suratil Fatihah. Didalamnya beliau
menjelaskan secara ringkas kandungan masalah Aqidah dan Tauhid dari surat Al-
Fatihah. Risalah ini telah dijelaskan oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan Hafizhahullah
dalam Syarh Ba‟dhu Fawa‟id Min Suratil Fatihah.
Kedua: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah telah
membahas kandungan-kandungan faedah dari surat Al-Fatihah dalam pelajaran
Ahkam Min Al-Qur‟an Al-Karim yang disiarkan dalam program siaran radio di Saudi
Arabia dan pelajaran ini pun sudah dibukukan dan diterbitkan (Surat Al-Fatihah dan
Surat Al-Baqarah).
Ketiga: Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al-Qar‟awi Hafizhahullah memiliki sebuah
risalah khusus yang membahas kandungan pelajaran Aqidah dari surat Al-Fatihah.
Risalah itu berjudul Tafsir Suratil Fatihah Wa Yalihi Al-Masa‟il Al-Mustanbathah
Minhaa.
1). Pelajaran Tentang Tauhid
Surat Al-Fatihah terkandung pelajaran tauhid, sebagaimana telah
dijelaskan para ulama bahwa tauhid adalah meng-Esakan Allah dalam hal-hal
yang menjadi kekhususanNya. Kekhususan Allah itu terbagi tiga: Rububiyah
(mengEsakan Allah), Uluhiyah (tauhid ibadah), dan Asma‟ wa Shifat (tauhid
dengan pengEsaan nama-nama dan sifat Allah). Surat Al-Fatihah telah
menyimpan faedah dan pelajaran mengenai ketiga macam tauhid ini. Ayat yang

8 Al-Bukhari, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhari, (Beirut Libanon: Darul Kutub Al-
Ilmiyah, 1992) hadits no. 4474.

15
berbunyi َ‫ح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
َ ‫ ْال‬terkandung tauhid Rububiyah. Didalam ayat yang
berbunyi ‫يم‬ ِ ‫ الرَّحْ َم ِن الر‬dan ‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬
ِ ‫َّح‬ ِ ِ‫ َمال‬terkandung tauhid Asma‟ Wa Shifat.
Ayat yang berbunyi ُ‫ست َِعين‬
ْ َ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ ن‬
َ ‫ إِيَّا‬terkandung tauhid Uluhiyah atau tauhid
ibadah. 9
Iman kepada Allah mencakup iman terhadap wujud Allah, iman terhadap
RububiyahNya, UluhiyahNya, dan Asma‟ Wa ShifatNya. Oleh sebab itu wajib
mentauhidkan Allah dalam hal Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma‟ Wa Shifat.
Mentauhidkan Allah dalam hal Rububiyah maksudnya adalah meyakini bahwa
Allah itu Esa dalam perbuatan-perbuatanNya seperti menciptakan, memberikan
rezeki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur segala urusan di alam semesta
ini. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam perkara-perkara ini. Mentauhidkan Allah
dalam hal Uluhiyah maksudnya adalah beribadah kepada Allah dengan perbuatan-
perbuatan hamba seperti dalam berdoa, merasa takut, berharap, tawakkal,
Isti‟anah (meminta tolong), Isti‟adzah (memohon perlindungan), Istighatsah
(memohon keselamatan), menyembelih, bernazar. Oleh sebab itu ibadahibadah itu
tidak boleh dipalingkan kepada selainNya siapa pun ia, apakah dia Malaikat
ataupun Nabi terlebih-lebih lagi selain mereka. Mentauhidkan Allah dalam hal
Asma‟ Wa Shifat maksudnya adalah menetapkan segala nama dan sifat Allah
yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri atau oleh Nabi Muhammad Saw, sesuai
dengan kesempurnaan dan kemuliaanNya. Tanpa melakukan Takyif
(membagaimanakan), tanpa Tamtsil (menyerupakan), tanpa Tahrif
(menyelewengkan), tanpa Ta‟wil (menyimpangkan) dan tanpa Ta‟thi (menolak
serta menyucikan Allah dari segala hal yang tidak layak bagiNya).
Orang-orang kafir yang didakwahi oleh Nabi Muhammad Saw telah
mengakui tauhid Rububiyah, akan tetapi pengakuan ini belum bisa memasukkan
mereka ke dalam agama Islam. Bahkan Nabi Muhammad Saw memerangi mereka
supaya mereka beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan sesembahan
selainNya. Oleh sebab itu didalam AlQur‟an seringkali disebutkan penetapan
tauhid Rububiyah sebagaimana yang telah diakui oleh orang-orang kafir dalam
rangka mewajibkan mereka untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah.

9 Abidu Yunus Hasan. Tafsir Al-Qur‟an Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2007), h. 34.

16
2). Ilmu Tauhid dalam Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah mengandung pelajaran yang sangat berharga dalam ilmu

tauhid. Didalamnya Allah berfirman ُ‫ست َِعين‬


ْ َ‫ك ن‬
َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
َ ‫إِيَّا‬ Artinya “Hanya
kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan”.
Makna ayat ini adalah “Kami mengkhususkan kepadaMu semata ya Allah dalam
beribadah dan kami mengesakanMu semata dalam hal meminta pertolongan”.
Oleh sebab itu kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak meminta
pertolongan kecuali kepadaNya. Ini merupakan tauhid kepada Allah dalam hal
ibadah.
Beribadah kepada Allah dan meninggalkan ibadah kepada selainNya,
inilah makna tauhid. Adapun beribadah kepada Allah tanpa meninggalkan ibadah
kepada selainNya, ini bukanlah tauhid. Orang-orang beribadah kepada Allah, akan
tetapi mereka juga beribadah kepada selain Allah maka mereka tergolong sebagai
orang musyrik. Orang yang melakukan shalat, puasa, dan haji tetapi dia tidak
meninggalkan ibadah kepada selain Allah maka dia bukanlah seorang muslim
yang beriman.
Setiap istilah ibadah yang disebutkan didalam Al-Qur‟an maka maknanya
adalah tauhid. Sesungguhnya ibadah tidaklah diterima tanpa tauhid. Hal itu
diserupakan dengan thaharah/bersuci untuk mengerjakan shalat. Karena tauhid
merupakan syarat diterimanya ibadah yaitu ibadah harus ikhlas. Adapun thaharah
adalah syarat sah shalat. Maka sebagaimana halnya tidak sah shalat tanpa
thaharah, maka demikian pula tidaklah sah ibadah siapa pun kecuali apabila dia
termasuk orang yang bertauhid. Apabila telah dimaklumi bahwasanya shalat yang
tercampuri dengan hadats maka hal itu membatalkannya, demikian pula halnya
ibadah yang tercampuri syirik maka itu juga akan merusaknya. Akan tetapi
apabila syirik yang dilakukan itu termasuk syirik besar maka ia membatalkan
semua ibadah. Sebagaimana firman Allah Swt yang Artinya: “Seandainya mereka
berbuat syirik niscaya lenyap seluruh amal yang pernah mereka kerjakan”. (Q.S.
Al-An‟am : 88).
Adapun apabila ia tergolong syirik kecil maka akibatnya adalah
terhapuskan amal yang tercampuri dengan riya‟ saja dan tidaklah terhapuskan
amal-amal yang lain yang dikerjakan dengan ikhlas karena Allah. 64 Setiap
amalan yang dilakukan oleh seseorang tanpa disertai tauhid maka pelakunya

17
terjerumus dalam syirik, hal itu tidak ada harganya dan tidak memiliki nilai sama
sekali untuk selamanya. Karena ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah yang benar
tanpa tauhid.
Maka apabila seorang mukmin mengetahui bahwasanya jika tauhid
tercampuri dengan syirik hal itu akan merusaknya. Maka dia pun mengerti bahwa
dirinya harus mengenali hakikat tauhid dan hakikat syirik supaya dia tidak
terjerumus kedalam syirik. Apabila seseorang melakukan salah satu bentuk
kesyirikan itu berarti Islamnya menjadi batal dan agamanya lenyap.10

2. Nilai Pendidikan Ibadah


Disini terdapat pada lafadz ِ ‫ بِس ِْم هَّللا‬yang memberikan pendidikan pembiasaan
menyebut nama Allah setiap ingin melakukan kegiatan urusan duniawi maupun
ukhrawi. Perintah untuk memulai segala aktifvitas dengan membaca basmalah ditinjau
dari dari perspektif pendidikan mengandung ajaran agar manusia membiasakan
membaca basmalah. Sehingga manusia juga akan merasa bahwa dapat melakukan
sesuatu pekerjaan lantaran diberi kekuatan lahir dan batin oleh Allah Swt.
Selain menumbuhkan rasa keyakinan, kebiasaan untuk memulai pekerjaan
dengan menyebut nama Allah akan menumbuhkan kesadaran bahwa manusia adalah

ciptaan Allah Swt. Pada ayat ke lima dalam surat Al-Fatihah terdapat: ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُ َد‬

Artinya: “Hanya Engkaulah yang Kami sembah”. ‫ نَ ْعبُ َد‬diambil dari kata 'ibaadat
maknanya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap
kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah

mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. ُ‫ست َِعين‬


ْ َ‫ك ن‬
َ ‫ َوإِيَّا‬Artinya: “Dan hanya
kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”. diambil dari kata isti'aanah yaitu
Mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak
sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Pada ayat ini memberikan pelajaran kepada manusia agar dengan sepenuhnya
selalu menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah, dan menumbuhkan
keyakinan yang kuat. Ibadah terhimpun dalam dua hal yaitu Cinta dan Tunduk. Cinta
serta tunduk ditujukan hanya kepada satu dzat yaitu Allah semata. Ini yang dinamakan

10 Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2012), h. 11.

18
Tauhid. Berdoa terhimpun dalam dua hal yaitu: berserah diri dan menggantungkan
harapan. Dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu Tawakkal kepada Allah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kandungan metode pendidikan yang ada
bahwa surat Al-Fatihah merupakan kunci semua kebaikan dan kebahagian di dunia
dan akhirat. Seseorang yang mendapatkan taufiq dengan cahaya pengetahuan,
meyakini bahwa di tanganNya semua kebaikan, dan semua urusan dikembalian
kepadaNya. Dan mengetahui keterkaitan maknanya dalam mendapatkan kebaikan dan
menolak keburukan dan bahwa kesudahan secara mutlak dan kenikmatan secara
sempurna. Padanya terbuka pintu kebaikan, dan tertolak sebab-sebab keburukan”.
Pendidikan berbasis ibadah menumbuhkan berbagai sifat positif, baik bagi
pendidik maupun peserta didik. Dengan ibadah manusia akan merasa dekat dengan
Allah dan merasa segala perbuatannya diketahui oleh Allah. Oleh sebab itu, mereka
akan berusaha melakukan amal perbuatan yang sebaik-baiknya. Ibadah dilakukan
untuk memelihara aqidah tauhid dan akhlakul karimah. Akhlak dan ibadah harus
dididik sebaik mungkin sejak dalam keluarga.

3. Nilai Pendidikan Akhlak


Surat Al-Fatihah mencakup seluruh kandungan dari surat yang lainnya
sehingga menjadi sebaik-baik surat dalam Al-Qur‟an yakni, tauhid, ittiba‟ mengikuti
sunnah, adab berdo‟a, keimanan terhadap perkara ghaib, akhlak, sejarah, hukum,
nasehat, dan lain sebagainya.11 Salah satu pendidikan Islam adalah membentuk akhlak
yang mulia. Diutusnya Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah sekaligus pendidik
umat untuk menyempurnakan akhlak. Sesuai dengan hadist Nabi Muhammad Saw
dari Abu Hurairah Radhiallahu „anhu:yang Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang shaleh”. (HR.Bukhari).
Di atas telah diuraikan kandungan surah Al-Fatihah menurut para ulama dan
musaffir, ada beberapa tahap dalam proses pendidikan akhlak yang digali dari surat
Al-Fatihah. Yaitu: Pertama, dengan menanamkan tauhid melalui pemahaman dan
penghayatan dalam diri seorang mukmin tentang keEsaan Allah dan sifat-sifat Allah
lalu ia teladani dalam kehidupan nyata.
Maksudnya adalah untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi akal dari
pemahaman tauhid dan jauh dari perbuatan syirik. Kata Ar-Rahman yaitu Maha
Pemurah, ini artinya bahwa sifat Allah yang sangat menonjol dalam diriNya adalah
11 Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 12.

19
pemurah yang tidak pilih kasih. Rahmat Allah diberikan kepada semua makhluk,
Allah memberikan rezeki kepada orang beriman dan orang kafir, yang ta‟at maupun
yang durhaka. Maka dari itu kita harus memiliki sikap syukur terhadap Allah yang
mana Allah adalah Maha pemurah pada setiap makhlukNya. Kata Ar-Rahim yaitu
Maha Penyayang, ini artinya Allah menyayangi setiap makhlukNya yang ta‟at dan
beribadah kepadaNya semata. Sebaliknya Allah akan memurkai orang kafir dan jauh
dari rahmatNya, maka tempat mereka adalah Neraka. Pesan dari kata Ar-Rahman, Ar-
Rahim ini adalah kita sebagai umat islam yang ta‟at kepada Allah seharusnya
memiliki sifat yang mana dalam keseharian kita mempunyai rasa kasih sayang, saling
menghargai, menghormati dan saling menolong. Kedua, Menumbuhkan kesadaran
berbuat yang benar dan baik, bergaul dengan orang-orang yang benar dan baik,
meninggalkan perbuatan tercela dan orang-orang yang dimurkai, perbuatan yang salah
dan orang-orang yang tersesat. Sebagaimana terkandung dalam ayat 7. Pergaulan
dengan orangorang yang benar dan baik seperti para Nabi dan orang-orang shaleh
akan mendorong seseorang untuk meneladani mereka. Begitu sebaliknya, pergaulan
dengan orang yang jahat akan mendorong seseorang berbuat kejahatan. 12
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan yang terdapat pada
surat Al-Fatihah sangat baik untuk peserta didik yang perlu diajarkan tentang nilai
baik dan buruk, benar dan salah yang diturunkan agama, sehingga mereka dalam
menjalankan segala aktifitas tidak terlepas dari nilai akhlak. Al-Ghazali berpendapat
bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah kepada Allah Swt,
dari kesempurnaan insani yang tujuannya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. 74
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan adalah salah satu faktor utama dalam
pendidikan pada umumnya. Secara khusus dalam pendidikan Islam, yang menjadi
tujuan utama adalah terbentuknya akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Berbagai
aspek yang harus dilihat dalam rangka penetapan dan pemantapan tujuan pendidikan
tersebut termasuk pendidikan Islam. Aspek-aspek yang dimaksud adalah berkaitan
dengan berbagai hal yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan subjek dan
objek didik.

4. Nilai Pendidikan Ilmu Pengetahuan


Dalam menanamkan nilai-nilai luhur agama Islam sesuai dengan yang
terkandung dalam Al-Qur‟an yang diajarkan, bukan hanya untuk dihafal menjadi ilmu
12 Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur‟an. (Bandung: Mizan, 1997), h 21.

20
pengetahuan, tetapi juga untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Islam adalah agama yang menuntut kepada pemeluknya untuk mengerjakannya
sehingga menjadi umat yang beramal shaleh. Ayat pertama dalam Al-Fatihah adalah:
‫ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”. Menyebut nama Allah dengan lisan berarti
mengucapkan Asmaul Husna, sekaligus memuji dan mengucapkan rasa syukur kepada
Allah, juga berarti memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan kemudahan
dan kekuatan untuk melaksankan kegiatan sesuai denga syari‟at. Sebab, semua
kegiatan yang tidak dimulai dengan nama Allah, tidak diakui syari‟at.
Manusia adalah makhluk Allah bekali dengan hati dimana hati berperan dalam
kehidupan manusia setiap saat, baik secara fisik maupun mental. Hati memiliki fungsi
utama untuk menggerakkan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Berbeda dengan
hewan yang hanya menggunkan instingnya saja, tidak mampu membedakan mana
buruk dan benar. Zubaedi mengungkapkan bahwa Islam menghendaki agar sifat kasih
sayang dan belas kasih dikembangkan secara wajar, baik kasih sayang dari dalam

َ ‫ْال‬
keluarga maupun kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan. ِ ‫ح ْم ُد هَّلِل‬

َ‫ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬Artinya: ”Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan seluruh alam”. Lafadz
Alhamdulillah yaitu rasa syukur kepada Allah atas apa yang telah Allah berikan
kepada kita dan yang telah menghidupkan dan mengatur apa-apa yang telah Allah
ciptakan. Dan membrikan nikmat kepada setiap hamba- hambaNya yang tak terhingga
banyaknya dan tak seorang pun yang tahu berapa jumlahnya. Firman Allah dalam Al-
Qur‟an yang Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit". (Al-Isra' 17:85).
Lafadz Rabbil „alamin secara tidak langsung Allah memerintahkan kita untuk
senantiasa mengolah pola pikir kita yang telah Allah bekali dengan pikiran tentang
alam semesta ini dan tentang kebesaran Allah. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
yang Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah matinya (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;

21
sungguh terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan”. (Al-Baqarah 2:164)
Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam semesta, dan
kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran Allah yang

menciptakannya. ‫ِّين‬
ِ ‫ك يَوْ ِم الد‬
ِ ِ‫ َمال‬Artinya: “Yang menguasai hari pembalasan”. Kata
Maliki yaitu mengatur perilaku orang-orang yang berakal dengan cara memberikan
perintah, larangan dan balasan. Hal ini sejalan dengan ungkapan malik al-naas yaitu
yang mengatur dan mnguasai manusia. Kata Yaumiddin yaitu hari pembalasan, hari
yang waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasannya yang baik maupun
yang buruk. Firman Allah dalam Al-Qur‟an yang Artinya: “Katakanlah:
"Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan
sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (Al-
Mulk: 67:26).
Sebagaimana yang kita ketahui adalah orang-orang muslim yang berbuat baik
maka mereka akan dimasukkan kedalam syurga, dan orangorang kafir yang berbuat
kejahatan akan dimasukkan kedalam neraka. Jadi seluruh kejadian dibumi ini,
disamping diambil mamfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda
tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk mendorong agar kita
selamanya hidup didalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati
segala perintah Allah. Ayat ke 4 ini yang artinya “Hari Pembalasan”. Dalam banyak
ayat AlQur‟an dan Hadist, Allah dan Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa
kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang amat kecil, sangat terbatas waktunya.
Penghidupan di dunia ini adalah ibarat setetes air, sedang penghidupan di akhirat
adalah ibarat samudra luas.
Hal tersebut menjelaskan bahwa hal yang paling menakjubkan pada manusia,
bukanlah jasmani atau tubuhnya tetapi rohaninya. Namun segala sesuatu yang ghaib

yang diciptakan oleh Allah hanya Allah yang mengetahuinya. ُ‫ستَ ِعين‬
ْ َ‫ك ن‬
َ ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
Artinya: “hanya kepada Engkau kami mengabdi dan hanya kepada Engkau kami
meminta pertolongan”.
Pada ayat ini memang jelas menunjukkan adanya perintah untuk senantiasa
beribadah kepada Allah dan memohon pertolongan kepadaNya. Namun jika
diceramati lebih dalam makna ibaah itu sangat luas, ibadah bukan hanya shalat lima

22
waktu, zakat, haji dan puasa namun dalam aktivitas kita sehari-hari jika itu baik maka
kita niatkan untuk mencari ridha Allah dan itu juga disebut dengan ibadah.
Dalam pelaksanaannya, tentu saja ibadah membutuhkan gerakan fisik untuk
melakukannya baik itu shalat maupun haji, dan ibadah lain juga membutuhkan
aktivitas gerak. Seperti ibadah shalat, shalat bukan hanya ibadah dengan bacaan saja
namun juga diikuti dengan gerakan yaitu seperti rukuk, i‟tidal dan sujud, begitu juga
dengan ibadah haji yang membutuhkan gerakan didalam pelaksanaannya. Jadi dapat
dipahami bahwa pada ayat ini mengandung nilai pendidikan pengetahuan tentang olah
raga dalam melakukan ibadah. Karena dengan adanya aktivitas fisik atau dalam
ibadah yang dilakukan secara terencana dengan berulang-ulang tentunya akan melatih
kedisiplinan kita.
‫الصِّراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
َ ‫ ا ْه ِدنَا‬Artinya: “Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus”.
Pada ayat ini menjelaskan tentang hidayah Allah kepada seorang hambanya yang
dapat menghantarkannya kepada sesuatu yang dituju. Shirat artinya jalan, sedangkan
Mustaqim yaitu lawan kata dari berbelok-belok (bengkok). Jalan bengkok adalah jalan
yang menyeleweng seseorang dari cita-cita yang dituju. Penjelasan pada ayat ini yaitu
tetang pengetahuan petunjuk dalam mencari hidayah dan mencari ridha dari Allah.

ِ ‫ص َراطَ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬


َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬ ِ Artinya: “(yaitu) jalan orang-
orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau
murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat”. Didalam ayat ini Allah menjelaskan
tentang pendidikan ilmu pengetahun sejarah, dimana Allah menyeru hambaNya untuk
merubah pola pikir mereka ke jalan yang lurus, yang jauh dari kesesatan.
Sebagaimana bangsa-bangsa atau kaum terdahulu yang Allah murkai, sejak di
dunia mereka telah di azab. Umpamanya kaum „Ad dan Samud yang telah
dibinasakan oleh Allah, yang sampai sekarang masih ada bekas-bekas peninggalan
mereka di Jazirah Arab. Begitu juga Fira‟un dan kaumnya yang telah dibinasakan
oleh Allah di laut merah. Tetapi sebagai orang yang beriman, harus percaya bahwa
ada kehidupan sesudah mati, kehidupan kekal dan abadi roh manusia di alam barzah
dan alam akhirat. Pesan yang disampaikan adalah “Hindarkan dirimu dari sesal
kemudian yang tak berguna”.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

24
Kata al-Fatihah berasal dari bahasa Arab dari kata ‫ا – یفتح – فتح‬ss‫ فتح‬yang artinya
membuka atau keterbukaaan. Surah al-Fâtihah terdiri dari tujuh ayat mengandung pujian,
pemuliaan, dan pengagungan bagi Allah SWT. Para ulama berbeda pendapat tentang tempat
turunnya surat al-fatihah ini. Namun pendapat yang paling kuat adalah surah alfatihah
diturunkan di makkah. Surat mulia ini memiliki nama yang cukup banyak dan begitu indah,
nama-nama surat al-Fatihah tersebut adalah Surah Al-Sholat, Surat al-Hamd, Fatihat Al
Kitab, Ummul Quran, ummul kitab, Surat Al-Ruqyah, Surat al-Syifa, Al-Kafiyah, dan Al-
Asas.
1. Nilai-nilai pendidikan tentang Aqidah atau Tauhid, yang mana pada pelajaran tauhid
ini membahas tentang keimanan kita terhadap Allah dan hanya Allah Dzat yang wajib
di sembah, bukan selainNya. Maksudnya adalah tanpa melalakukan syirik terhadap
Allah, karena syirik itu adalah dosa besar.
2. Nilai-nilai pendidikan tentang Ibadah, yaitu melakukan segala sesuatu hanya untuk
Allah semata. Dan di dalam kegiatan kita sehari-hari itu juga diniatkan karena Allah,
karena hanya Allah Tuhan yang kita sembah dan kita minta pertolongan, sebab semua
perbuatan karena ridhaNya.
3. Nilai-nilai pendidikan tentang Akhlak, yaitu segala hal dan perbuatan kita dalam
sehari-hari itu mencerminkan budi perkerti. Bagaimana kita menjalani kehidupan
dalam sehari-hari, bagaimana pula kita mensyukuri segala sesuatu yang telah Allah
berikan kepada kita dan bagaimana kita menggunakan memamfaatkan nikmat yang
sudah Allah titipkan kepada kita.
4. Nilai-nilai pendidikan tentang ilmu pengetahuan yaitu pendidikan yang mempelajari
tentang keistimewaan dan keagungan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah, yang
mana dalam tiap-tiap ayat yang terdapat dalam surat Al-Fatihah memiliki
kelebihannya masing-masing, baik itu tentang ibadah, pengeEsaan Allah maupun ilmu
pengetahuan dalam pendidikan lainnya.

3.2 Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari

25
banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

 DAFTAR PUSTAKA

26
As-Shabuni, Syeh Muhammad Ali. (2001). Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis. Jakarta: Pustaka
Amani.

Ad-Dimasqi (2004). Al Imam Abul Fida‟ Isma‟il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1. terj.
2004 Bandung: Sinar Baru Algensindo.

A. Dimyathi Nazrudin Badruzzaman. (2005). Kisah-Kisah Isra„iliyat dalam Tafsir Munir


Sinar baru Algensindo cet.

Abd Al-„Aziz Al-Muhammad As-Salman, Tanya Jawab Masalah Aqidah, 1(Jakarta: Bina
menteng Raya perdana, 1986.

Abdul Khaliq, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Ubaidah, Darwis Abu. Tafsir Al-Asas. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012.

Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Sufi Al-Fatihah,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000).

Abu Al-Aliyah Ar-Rayahi adalah Rufai bin Mahran, sosok yang tsiqah namun banyak
meriwayatkan hadist yang berstatus mursal dari generasi yang kedua (tabi’in).

Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012).

Sheikh Fadhlalla Haeri, Yasin Dan Al-Fatihah Takwil Filosofis,(Jakarta: Rajawali, 1987).

Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2007).

Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur‟an. (Bandung: Mizan, 1997).

Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati, 2000),

27

Anda mungkin juga menyukai