Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP ILMU PERBANDINGAN AGAMA, DEFINISI DAN METODENYA

dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ilmu perbandingan agama

Disusun oleh kelompok 1

FATHAN AINUR FAQIH (12030211214)

MARUBA RAMBE

ALFAN FAHROZI

Dosen Pengampuh:

Khairiyah

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023 M /1444 H
DAFTAR ISI

Contents

No table of contents entries found.


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

sebagai khalifah di bumi, maka manusia senantiasa dituntut untuk memahami dan
mengamalkan ajaran agama yang diyakininya. Namun sering kali yang menjadi pertanyaan adalahapa
yang dimaksud dengan “agama”. Tentu tidak mudah mendefinisikan agama, apalagi di dunia ini suatu
keniscayaan bahwa agama amat heterogen, tidak ada suatu negeripun yang homogen, terutama di
Indonesia. Pandangan terhadap ajaran agama, ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama
itu sendiri. Walaupun demikian, pemahaman kita terhadap agama tidak harus terhenti. Tetap saja kita
menggali dan mempelajari agar keyakinan kita terhadap agama semakin kuat. Kendatuipun dalam
mendefinisikan agama akan menghadapi berbagai kesulitan.

Paling tidak ada tiga alasan mengapa agama sulit didefinisikan. Pertama, karena pengalaman
agama itu adalah soal batini dan subyektif, yang juga individualis. Kedua, barang kali tidak ada orang
yang begitu bersemangat dan emosional dari pada membicarakan agama, kerena itu membahas arti
agama itu selalu ada emosional yang kuat sekali, sehingga sulit memberikan arti agama itu, dan
Ketiga, konsepsi tentang agama dan mempengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian
itu1.

Ilmu Perbandinghan Agama (IPA) sering menimbulkan salah pengertian. Pertama, seseorang
sering memahami IPA sebagai ilmu yang hanya membandingkan antara agama yang satu dengan
agama lain. bukanlah tugas dari IPA, tetapi tugas dari Ilmu Kalam atau Teologi Islam. Kedua,
seseorang dengan apriori mengangap bahwa IPA mendangkalkan aqidah. Sebab seseorang mengira
bahwa dengan mempelajari IPA akan mengurangi keyakinan agama Islam. Padahal justru dengan
mempelajari IPA seorang Muslim akan semakin menemukan mutumanikam keunggulan ajaran agama
Islam dibandingkan ajaran agama lain. Mutumanikam keunggulan ajaran Islam kurang tampak kalau
tidak dibandingkan dengan ajaran agama lain, tetapi justru tampak cemerlang setelah dibandingkan
dengan ajaran agama lain.2

Ilmu Perbandingan Agama adalah ilmu yang membahas tentang asal-usul, sejarah,
perkembangan, kepercayaan dan lain-lain dari agama-agama. Dalam sejarah perkembangannya di
dunia cendekiawan, ilmu ini telah berdiri menjadi sebuah Program Studi yang bergerak di bidangnya.
Program Studi ini berada dibawah Fakultas Ushuluddin selain Ilmu Tafsir, Ilmu Hadist, Aqidah, Ilmu
Filsafat, Manejemen Dakwah dan lain-lain. Setiap Universitas memiliki perbedaan dalam banyak dan
jumlah Program Studi pada Fakultas Ushuluddinnya. Namun ditinjau dari perkembanganya yang
1
Mukti Ali,Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988, hlm, 47-49
2
M darojat ariyanto, ilmu perbandingan agama, fakultas agama islam universitas muhammadiyah surakarta.
SUHUF, Vol. XVIII, No. 02/Nopember 2006: 110.
dilihat dari jumlah peminatnya, Program Studi Ilmu Perbandingan Agama menempati angka yang
paling sedikit. Apalagi dampaknya, di beberapa universitas Program ini memiliki jumlah mahasiswa
yang sangat sedikit dan tidak jarang ada yang sampai gulung tikar di akibatkan hal tersebut.

Hal demikian terjadi, karena masih banyak dikalangan masyarakat awam, akademisi dan beberapa
ilmuwan yang kurang memahami tentang ilmu ini. Kebanyakan dari orang yang kurang memahami,
mereka hanya menilai sesuatu dari kulit luarnya saja tanpa berupaya untuk memahami. Bila usaha
telah dilakukan dalam memahami ilmu ini, maka akan sampailah ia pada manfaat dan tujuan dari ilmu
ini. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam karangan ini akan dikaji Ilmu Perbandingan
Agama secara seksama meskipun dengan ringkas.

B. Rumusan Masalah

Setelah yang pemakalah paparkan dilatar belakang kami menarik beberapa rumusan masalah
diantara lain:

1. Apa itu ruang lingkup dan definisi kajian ilmu perbandingan agama
2. Apa saja metode-metode dalam ilmu perbandingan agama

C. Tujuan masalah

Setelah dirumuskan rumusan masalah sebelumnya. Adapun tujuan dari permasalahan tersebut
yaitu untuk mengetahui:

1. Ruang lingkup dan definisi kajian ilmu perbandingan agama


2. Metode dalam ilmu perbandingan agama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Perbandingan Agama

1. Pengertian Agama

Di kalangan ahli perbandingan agama terjadi perbedaan dalam meng-artikan “agama”,


sehingga istilah agama sampai saat ini masih menjadi pertanyaan, apa definisi agama itu?.
Ternyata untuk menjawabnya secara konprehensif terasa sulit, karena belum ada rumusan
pengertian yang dapat diterima oleh setiap orang dan setiap golongan. Hal ini diakui sendiri
oleh A. Mukti Ali, salah seorang ahli Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, yang
mengatakan bahwa : “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi
selain dari kata ‘agama’.3

Kata agama yang berasal dari satu bahasa yaitu Sanskerta ternyata mempunyai
beberapa arti. Satu pendapat mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari dua suku kata,
yaitu a dang am. Hanya saja ada yang mengartikan a = tidak, sedangkan gam = kacau,
sehingga berarti tidak kacau (teratur).7 Ada juga yang mengartikan a = tidak, sedangkan gam
= pergi, berarti tidak pergi, tetapi di tempat, diwarisi turun-temurun.4

Apabila dilihat dari segi perkembangan bahasa, kata gam itulah yang menjadi go
dalam bahasa Inggris dan gaan dalam bahasa Belanda. Adalagi pendapat orang mengatakan
bahwa agama berarti teks atau kitab suci, agama biasanya memang mempunyai kitab
suci.5Selanjutnya berikut ini dikemukakan beberapa definisi agama secara istilah.

Agama adalah jalan hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
berpedoman kepada kitab suci dan dipimpin oleh seorang nabi.6Ada 4 unsur yang harus ada
pada defenisi agama tersebut yaitu:

1. Agama merupakan jalan/alas hidup.


3
Pernyataan ini dikemukakan oleh Prof. Dr. H. A. Mukti Ali dalam ceramahnya yang berjudul: Agama,
Universitas dan Pembangunan, yang disampaikan di IKIP Bandung pada tanggal 4 Desember 1971. Lihat, T.A.
Lathief Rousydiy, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Rainbow, Medan, 1986, hlm. 19. Dan lihat pula;
Muhaimin, Problematika Agama Dalam Kehidupan, Kalam Mulia, Jakarta, 1989, hlm. 1
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid III, Pen. Uni-
versitas Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 5
5
Ibid., hlm. 5
6
M. As’ad El-Hafidy, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977, hlm. 15
2. Mengajarkan kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa. 3. Mempunyai kitab suci
(wahyu).
3. Dipimpin oleh seorang nabi atau rasul.

Agama ialah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang
diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di
akhirat.11 Dengan ciri-ciri, sebagai berikut:

1. Mempercayai adanya Tuhan yang Maha Esa

2. Mempunyai kitab suci dari Tuhan Yang Maha Esa.

3. Mempercayai rasul/utusan dari Tuhan Yang Esa

4. Mempunyai hukum sendiri bagi kehidupan penganutnya berupa perintah dan


petunjuk

2. Sejarah singkat Ilmu Perbandingan Agama


Ali Ibn Hazm (994-1064) merupakan ilmuwan Muslim yang pertama kali
terjun dalam ilmu perbandingan agama. Dari hasil keilmuannya mempelajari bidang
ini, ia menghasilkan karya berjudul Al-Fasl fi Al-Milal wa al-Ahwa wa al-Wanihal.
Selain Ali Ibn Hazm, terdapat ilmuwan Islam lain dari Persia yang juga
menekuni bidang ilmu perbandingan agama, yaitu Muhammad Abdul Karim al-
Syahrastani (1071-1143). Hasil karya-karyanya, antara lain Al-Milal wan al-Nihal,
mengkaji tentang bagaimana seorang Muslim di masa lalu mengenalkan sitematika
perbandingan historis kepercayaan (agama).
Syahrastani dalam karyanya membagi agama-agama menjadi beberapa bagian,
yaitu Kristen, Yahudi, dan Islam, serta agama yang juga turun melalui wahyu, tetapi
tidak termasuk golongan Ahlul Kitab. Selepas Syahrastani membandingkan beberapa
agama yang diketahuinya, ia membagi kelompok tipologi agama, di antaranya
Zoroaster dan Mani yang digolongkan sebagai quasi literary religion, Yahudi dan
Islam yang digolongkan sebagai literary religion. Sementara Hindhu dan Buddha
digolongkan sebagai philoshopical and self-willed religion.

Di dunia Barat
Dibandingkan dengan dunia Barat, dunia Islam tertinggal jauh mengenai ilmu
perbandingan agama. Hal ini karena data-data yang berupa kitab asli yang berisi
tentang suatu kepercayaan agama non-Islam begitu langka pada waktu itu. Maka dari
itu, dapat kita simpulkan bahwa metodologi dan sistematika comparative religion
perlu dirintis dalam dunia Islam, karena belum begitu mengalami perkembangan.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan ilmu perbandingan agama
yang pesat di dunia Barat di antaranya, pertama, akademisi di sana memiliki peran
dan waktu yang lebih besar dalam mengoordinasi para sarjana. Ini artinya, para
akademisi Barat memiliki ketertarikan besar dalam mengkaji ilmu perbandingan
agama sehingga upaya mengoordinasi tenaga ahli/yang fokus keilmuannya serumpun
begitu mudah.Kedua, keuangan disediakan negara, yang pada akhirnya
memperlancar pengembangan dan menghasilkan penemuan-penemuan tentang ilmu
agama.Ketiga, kebanyakan akademisi di Eropa menganggap bahwa agama
merupakan suatu cabang dari ilmu budaya/kebudayaan, yang menyebabkan mereka
memiliki keleluasaan dalam mengembangkan teori dan pendapat-pendapatnya.
Sementara itu ketika abad ke-18, dunia Islam mengalami imperialisme dan
kolonialisme.
Maka dari itu, tidak heran jika banyak karya dan karangan tentang Islam
rujukannya dari dunia Barat yang disebut dengan orientalis. Dunia Barat pada abad
ke-18 tidak dirundung kolonialisme dan mendapat kemerdekaan dalam
mengembangkan bidang keilmuan.

Dalam pusaran Indonesia


Ilmu perbandingan agama di Indonesia pertama kali dipelajari pada 1960-
1961, tepatnya setelah setahun IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, berdiri, yaitu di
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan nama Jurusan Perbandingan Agama. Pelopor
diadakannya kajian keilmuan ini adalah Dr A Mukti Ali yang menerbitkan buku
pertamanya dengan tajuk Ilmu Perbandingan Agama: Sebuah Pembahasan tentang
Methodos dan Sistema.
Memang perlu kita ketahui bahwa selama seperempat abad telah dicetak karya
tulis tentang comparative religion. Namun, jika dibaca dengan saksama akan tampak
bahwa uraian dari buku tersebut masih bersifat apologis dan masih sangat kurang
ilmiah.
Lebih tepatnya lagi bahwa karya tulis tersebut lebih mengarah kepada pembahasan
ilmu kalam dan teologis. Hal ini disebabkan agama di luar Islam dinilai/diteropong
dari satu kacamata, yaitu Islam. Dapat disimpulkan pula bahwa secara garis besar,
ilmu perbandingan agama dalam konteks Indonesia bisa dikatakan masih butuh
pengembangan karena mereka dalam melihat agama-agama lain masih menggunakan
kacamata Islam.
Penyebab lain yang juga menghambat, antara lain, a) kurangnya referensi
bacaan yang sifatnya ilmiah, b) kurangnya penelitian para akademisi/sarjana yang
bersifat ilmiah, c) minimnya diskusi dari para akademisi, d) rendahya kemampuan
pemahaman bahasa asing mayoritas pengajar dan sarjana.

Selain beberapa faktor di atas, faktor penghambat lainnya, pertama, karena di


Indonesia lebih menekankan kajian keilmuan Islam yang sifatnya masih normatif dan
lebih condong kepada kajian fikih oleh ulama terdahulu.
Kedua, pasca-pemberontakan/penyerangan anggota PKI, Islam pada saat itu
sangat menekankan sekali semangat dakwah. Pada akhirnya yang ditekankan adalah
misiologi atau ilmu dakwah.
Ketiga, karena ilmu perbandingan agama pertama kali muncul/berasal dari
Barat, masyarakat Indonesia kala itu berfikiran negatif tentang segala sesuatu yang
berasal dari Barat tidak mudah diterima dan bahkan ditentang serta berburuk sangka.
Keempat, selain minimnya penguasaan bahasa asing, para akademisi yang
mempelajari ilmu ini juga minim penguasaan keilmuan lain yang juga bisa membantu
dalam pembelajaran ilmu comparative religion, seperti halnya sosiologi, sejarah,
arkeologi, ataupun antropologi.
Selain itu, ilmu perbandingan agama kurang berkembang di Indonesia karena
kurang dana, sangat minim penemuan ilmiah terkait perbandingan agama. Selain itu,
juga karena minimnya informasi mengenai perbandingan agama baik mengenai
manfaat dan isinya yang di dalamnya terdapat pesan untuk saling rukun dalam hidup
berdampingan dengan non-Muslim.

3. Pengertian Ilmu Perbandingan Agama


Ilmu Agama (Science of religion) dalam arti luas dapat dibagi menjadi tiga bagian
pokok : History of Religion (Sejarah Agama), Comparation of religion (Perbandingan
Agama), dan Philosophy of religion (FilsafatAgama).

Tiap cabang Ilmu Agama tersebut mempunyai fungsi sendiri dan cara-caranya sendiri
untuk mencapai tujuannya. Sejarah Agama berusaha untuk mempelajari dan mengumpulkan
fakta-fakta asasi daripada agama. Adapun perbandingan Agama berusaha untuk memahami
semua aspek-aspek yang diperoleh dari Sejarah Agama itu, kemudian menghubungkan atau
membanding-kan satu agama dengan lainnya untuk mencapai dan Menentukan struktur yang
fundamental dari pengalaman-pengelaman dan konsepsi-konsepsi dengan memilih dn
menganalisa persamaan dan perbedaan antara agama-agama itu. Perbandingan Agama
membandingkan antara agama dan methodenya dan konsepsi-konsepnya untuk mencapai
tujuan itu.

Oleh karena itu Perbandingan Agama mengemukakan pertanyaan- pertanyaan yang


fundamental dan universal dari tiap-tiap agama, yang akan dijawab dengan ajaran agama
masing-masing. Umapamanya: Apakah konsepsi agama tentang manusia? Apa dan siapakah
Tuhan itu? Apakah dosa dan apakah pahala itu? Apakah hubungan antara kepercayaan dan
akal? Hubungan agama dan etika? Apakah fungsi agama dalam masyarakat?, dan sebagainya.

Dalam proses perkembangannya, sejarah agama-agama telah diakui kemudian sebagai


salah satu cabang ilmu pengetahuan yang juga dikenal dengan Perbandingan Agama, yang
dalam bahasa Arabnya Muqâranatul Adyan dan bahasa Inggrisnya Comparative Religion.

Ilmu Perbandingan Agama ialah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha
menyelidiki serta memahami aspek atau sikap keagamaan dari suatu kepercayaan, dalam
hubungannya dengan agama-agama lain meliputi persamaan dan perbedaannya.1 Ada juga
yang mendefenisikan sebagai berikut:

a. Ilmu Perbandingan Agama adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari dan
memberi nilai-nilai keagamaan dari suatu agama kemudian dibandingkan sat agama
dengan agama lain, untuk menentukan struktur yang pokok dari pengalaman-pengalaman
dan konsepsi yang dimilikinya.
b. Ilmu Perbandingan Agama adalah ilmu untuk mengetahui bermacam- macam agama di
dunia ini sejak zaman dahulu hingga sekarang.
c. Ilmu Perbandingan Agama adalah suatu ilmu yang menyelidiki agama- agama dengan
menggunakan cara histories dan komparatif dalam penyelidikinnya, dan juga
menggunakan cara-cara ilmiah lainnya, terutama di dalam memahami gejala-gejala
keagamaan

Sedangkan bagi orang Islam, Ilmu Perbandingan Agama merupakan suatu usaha
untuk mengetahui; bagaimana perkembangan agama Allah yang telah diajarkan kepada
ummat manusia lewat para nabi dan rasulNya. Dan bagaimana ummat itu memberikan
tanggapan dan sikapnya terhadap petunjuk Allah itu.

Apabila pengertian tersebut di atas bisa diterima dan diperkembangkan, maka


perbandingan agama merupakan bidang studi yang konstruktif, maksudnya dapat mendorong
dan membangkitkan kesadaran dalam menghayati agama Allah. Sehingga apa yang selama
ini tampaknya masih terpendam, dapat diungkapkan dalam istilah-istilah yang mudah
dipahami berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan hadis Nabi.

B. Ruang Lingkup Ilmu Perbandingan Agama

Setiap disiplin ilmu pengetahuan pasti mempunyai batasan pembahasan atau yang lumrah
disebut dengan ruang lingkup pembahasan. Ilmu perbandinganagama juga memiliki ruang
lingkup pembahasan. Sebelum dikemukakan apa ruang lingkup ilmu perbandingan agama,
alangkah baiknya diketahui dahulu apa itu arti ruang lingkup. Ruang lingkup merupakan kata
majemuk yang terdiri dari ruang dan lingkup.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan; ruang bisa berarti sela-sela antara
dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah kolong rumah). Rumah itu
mempunyai empat buah tiang. Sedangkan lingkup bisa bermakna luasnya subyek yang
tercakup. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ruang lingkup itu bisa berarti batasan
pembahasan atau kajian. Jadi ruang lingkup ilmu perbandingan agama adalah batasan kajian
atau pembahasan ilmu perbandingan agama.4

Untuk membantu memperjelas pengertian ruang lingkup di atas penulis kemukakan


suatu contoh “ Pembahasan tentang dosa warisan”, menurut agama Kristen. Manusia
mewarisi dosa nenek moyangnya (Adam) ketika melanggar larangan Tuhan di sorga. Namun
berkat pengorbanan Yesus di tiang salib, maka dosa tersebut (warisan) dapat terhapus, jika
tidak, manusia akan menanggungnya.

Menurut kacamata Islam Adam memang pernah melanggar larangan Tuhan ketika di
sorga, yakni memakan buah khuldi, akibat perbuatannya tersebut Adam diturunkan dari
sorga. Masalah dosa dalam Islam ditanggung masing-masing orang, tidak ada waris-mewaris
dalam hal dosa dan tidak ada seorangpun yang menanggung dosa orang lain.
Pembahasan/kajian masalah dosa dari dua sudut pandang (Kristen dan Islam) tersebut
sebenarnya masih bisa dilanjutnya. Misalnya mana ajaran yang rasional, mana yang tidak.
Mana yang benar, mana yang tidak benar.

Namun karena ilmu tersebut memiliki ruang lingkup, maka pembahasannyapun hanya
sampai pada bagaimana konsep dosa menurut kristen dan bagaimana menurut Islam (hanya
mendeskripsikannya saja). Lebih konkrit A. Mukti Ali dalam bukunya menyebutkan bahwa
ruang lingkup ilmu perbandingan agama adalah

a. Perbandingan agama meskipun membicarakan perbandingan, namun ia tidak


mengadakan perbandingan benar salahnya, melainkan yang dibicarakan pada
dasarnya sama saja, dalam hal ini harus berdasarkan obyektivitas.
b. Perbandingan agama tidaklah membahas atau membicarakan tentang kebenaran dan
ketidak benaran dari pada suatu agama yang ia teliti atau pelajari, dalam hal ini semua
agama menurut ilmu ini dinilai sama. Pembahasan tentang kebenaran suatu agama
adalah menjadi ruang lingkup pembahasan disiplin ilmu lain seperti theologi atau
filsafat agama.
c. Ilmu perbandingan agama tidak bertujuan untuk memberi atau menambah keimanan
seseorang yang menekuninya, sebab ia bukan theologi. Demikian juga ilmu ini tidak
berusaha untuk meyakinkan maksud agama seperti yang diusahakan oleh penganut
agama itu sendiri atau dengan kata lain bahwa orang yang menyelidiki agama-agama
guna membuat suatu perbandingan, tidaklah berusaha untuk menjadi ulama dalam
agama yang dipelajarinya.
d. Penyelidikan ilmu ini tidak hanya terbatas kepada pengumpulan fakta- fakta dan data-
data, tetapi juga membicarakan secara luas hal-hal seperti kitab suci, lembaga agama,
syari’at dan lainnya.

Demikian ruang lingkup ilmu perbandingan agama menurut A. Mukti Ali. Ruang
lingkup tersebut mesti ditaati oleh para pengkaji ilmu perbandingan agama.
Adapun cara yang ditempuh dalam ilmu perbandingan agama ialah mengumpulkan
dan mencatat segala kenyataan yang terdapat pada berbagai macam agama yang
diselidiki, meliputi studi kitab-kitab suci, tempat- tempat upacara keagamaan seperti
Masjid, Gereja, Kuil, Vihara, Klenteng dan sebagainya. Selain itu dipelajari juga bentuk
upacara keagamaan (ritus) yang dilakukan oleh para pemeluk agama.

Sedangkan yang dijadikan obyek studi ilmu perbandingan agama tidak hanya terbatas
pada agama-agama besar atau agama samawi saja, akan tetapi meliputi semua agama
(samawi dan ardhi) yang pernah hidup dan dianut oleh manusia meskipun hanya bersifat
lokal (agama etnis).

Jadi ruanglingkup itu merupakan batasan pembahasan atau kajian. Ruanglingkup ilmu
perbandingan agama adalah batasan kajian atau pembahasan ilmu perbandingan agama.
Mempelajari semua elemen- elemen dalam agama-agama (samawi, ardhi, lokal), untuk
melihat persamaan dan perbedaan. Perbandingan Agama tidak membahas/membicarakan
tentang kebenaran dan ketidak benaran dari pada suatu agama yang ia teliti/pelajari,
dalam hal ini semua agama menurut ilmu ini dinilai sama. Pembahasan tentang kebenaran
suatu agama adalah menjadi ruang lingkup pembahasan disiplin ilmu lain seperti theologi
atau filsafat agama.

Penyelidikan ilmu ini tidak hanya terbatas kepada pengumpulan fakta- fakta dan data-
data, tetapi juga membicarakan secara luas hal-hal seperti kitab suci, lembaga agama,
syariâat dan lainnya.

C. Manfaat Ilmu Perbandingan Agama

Apa manfaat mempelajari Ilmu Perbandingan Agama?. Manfaatnya dapat


menimbulkan tenaga dan pikiran untuk membandingakan ajaran- ajaran setiap agama,
kepercayaan dan aliran-aliran peribadatan yang ada dapat membedakan ajaran-ajaran
setiap agama/ kepercayaan yang berkembang di masyarakat, sehingga mudah memahami
kehidupan batin dan alam pikiran berbagai umat. merupakan alat untuk memahami fungsi
dan ciri-ciri suatu agama, suatu ciri yang naluri bagi manusia. Dengan demikian manfaat
sebagai berikut :

1. Untuk mencari, menemukan segi-segi persamaan dan perbedaan antara agama Islam
dengan agama-agama yang bukan Islam.
2. Berguna untuk membuktikan dimana segi-segi dari agama Islam yang melebihi agama-
agama lain.

3. Untuk menumbuhkan rasa simpati terhadap orang-orang yang belum mendapat


petunjuk tentang kebenaran, serta menimbulkan rasa tanggung jawab untuk menyiarkan
kebenaran yang terkandung dalam agama Islam kepada masyarakat.

4. Mempertajam pemikiran, karena ilmu ini membendingkan/mempelajari berbagai


agama, sehingga akan mudah memahami isi dan pertumbuhannya.

5. Dengan mempelajari berbagai agama, maka akan muncul suatu keyakinan tentang
finalnya kebenaran dalam agama Islam dan cakupannya yang komprehensif.

6. Mengembangkan dan memperluas wawasan pemahaman terhadap agama lain, baik


berupa pemahaman kehidupan bathin, maupun yang berupa alam pikiran yang ditekankan
pada pemahaman ide dan juga pemahaman perilakunya. Meskipun demikian kita juga
tidak mengingkari bahwa apabila digunakan dengan tidak benar dan tidak tepat, maka
hasilnya akan kurang menguntungkan, bahkan bisa menggoyahkan dan membahayakan
keyakinan sendiri. Disinilah perlu kehatian-hatian dan kecermatan untuk memahaminya
secara konprehensif.

D. Metode Ilmu Perbandingan Agama

Ada beberapa metode yang digunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama. Metode-metode
tersebut ialah:

a. Metode Historis. Dalam metode ini agama dikaji dari segi atau aspek periodesasi dan
saling pengaruh antara agama yang satu dengan agama lainnya. Di sini dikaji asalusul
dan pertumbuhan pemikiran dan lembaga-lembaga agama melalui periode-periode
perkembangan sejarah tertentu, serta memahami peranan kekuatan-kekuatan yang
diperlihatkan oleh agama dalam periode tersebut.7 Agama yang dikaji dalam metode
ini bukan hanya agama secara keseluruhan, tetapi juga dapat dikaji aliranaliran
tertentu dari suatu agama maupun tokoh-tokoh tertentu dari suatu agama dalam
periode tertentu dalam sejarah (Jongeneel, 1978: 49).
b. Metode Sosiologis. Metode ini mengkaji problem problem agama dan masyarakat
dalam hubungannya satu sama lainnya. Banyak yang dapat dikaji dalam metode ini.

7
Wach, Joachim. The Comparative Study of Religions. Columbia, 1969.hlm 21
Misalnya pengaruh kehidupan masyarakat dan perubahan-perubahannya terhadap
pengalaman agama dan organisasi-organisasinya; pengaruh masyarakat terhadap
ajaran-ajaran agama, praktek-praktek agama, golongangolongan agama, jenis-jenis
kepemimpinan agama; pengaruh agama terhadap perubahan-perubahan sosial,
strukturstruktur sosial, pemenuhan atau fustrasi kebutuhan kepribadian; pengaruh
timbal balik antara masyarakat dengan struktur intern persekutuan agama (segi
keluarmasuknya jadi anggota, segi kepemimpinannya, toleransinya, kharismanya,
dsb.); pengaruh gejala-gejala kemasyarakatan (mekanisasi, industrialisasi, urbanisasi,
dsb.) terhadap agama; pengaruh agama terhadap etik, hukum, negara, politik,
ekonomi, hubungan-hubungan sosial, dsb. (Jongenel: 1978: 68-69).
c. Metode Psikologis. Di dalam metode ini dikaji interrelasi dan interaksi antara agama
dengan jiwa manusia (Jongeneel, 1978: 86). Kajian psikologis ini meliputi masalah
arketipus,symbol, mite, numinous, penyataan (wahyu), iman, pertobatan, revival,
suara hati, keinsafan dosa, perasaan bersalah, pengakuan dosa, pengampunan,
kekhawatiran, kebimbangan, penyerahan diri, kelepasan, askese, kesucian, mistik,
meditasi, kontemplasi, ekstase, orangorang introvert agama, orang-orang ekstrovert
agama, kehidupan jiwa orang-orang psikose, psikopati, neurose, dsb.
d. Metode Antropologis. Metode ini memandang agama dari sudut pandang budaya
manusia. Asal-usul dan perkembangan agama dikaitkan dengan budaya manusia
(Harsojo, 1984: 221). Biasanya metode ini berjalan sejajar dengan aliran-aliran yang
ada dalam antropologi. Misalnya aliran evolusionisme, fungsionalisme, strukturalisme
(Daradjat at. all., 1983: 56-60).
e. Metode Fenomenologis. Metode ini mengkaji agama dari segi essensinya. Dalam
metode ini pengkaji agama berusaha mengenyampingkan hal-hal yang bersifat
subyektif. Pengkaji agama berusaha mengkaji agama menurut apa yang difahami oleh
pemeluknya sendiri, bukan menurut pengkaji agama.
f. Metode Typologis. Metode ini mengkaji agama atau gejala-gejala agama dengan
membuat tipe-tipe tertentu. Di sini gejala-gejala agama yang ruwet disusun dengan
tipetipe ideal. Dalam metode ini disusunlah tipe-tipe mistik, teologi, peribadatan,
kharisma agama, pemimpin agama, kekuatan agama, kelompok-kelompok agama,
kejiwaan pemeluk agama, dsb.
g. Metode Perbandingan atau Komparatif. Dalam metode ini agama secara umum
atau gejala-gejala agama (unsuragama) diperbandingkan satu dengan lainnya. Ada
beberapa cara dalam membandingkan ini. Menurut Ake Hultkranz, yang
dibandingkan adalah fungsi-fungsi unsur agama dalam konteks budaya. Menurut O.
Lewis, perbandingan bisa berupa perbandingan terbatas maupun perbandingan tak
terbatas. Menurut Platvoet, perbandingan dapat berupa agama-agama sebagai
keseluruhan maupun perbandingan gejalagejala yang bersamaan di dalam
agamaagama. Adapun van Baaren dan Leertouver membedakan antara perbandingan
transkultural dengan perbandingan kontekstual. Dalam perbandingan transkultural
perhatian ditujukan kepada pada cara dan unsur-unsur agama yang dianggap oleh
penganut agama tersebut berbeda dengan cara dan unsur agama orang luar. Sedang
dalam perbandingan kontekstual agama atau unsur agama dibandingkan dalam situasi
konteks agama dan kebudayaan masingmasing. Akhirnya Ake Hulkrantz juga Ilmu
Perbandingan Agama.8 menunjukkan perbandingan melalui prinsip-prinsip sejarah,
fungsional, struktural, dsb.

8
M darojat ariyanto, ilmu perbandingan agama, fakultas agama islam universitas muhammadiyah surakarta.
SUHUF, Vol. XVIII, No. 02/Nopember 2006: 117

Anda mungkin juga menyukai