Anggota Kelompok :
ibadah umrah memang sekilas sangat mirip dengan ibadah haji, namun
tetap saja umrah bukan ibadah haji. Kalau dirinci lebih jauh, umrah
adalah haji kecil, dimana sebagian ritual haji dikerjakan di dalam ibadah
umrah. Sehingga boleh dikatakan bahwa ibadah umrah adalah ibadah
haji yang dikurangi.
Bahasa
Menurut Mazhab Syafi‟i, Hambali, dan Hanafi, seseorang boleh berumrah berkali-kali dalam setahun, sebab
Aisyah r.a pernah berumrah dua kali dalam sebulan atas perintah Nabi SAW., umrah yang pertama
bersamaan dengan haji Qiran-nya, sedangkan yang kedua setelah hajinya. Alasan lainnya adalah Nabi SAW.
Pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muskim dari Abu Hurairah :
“Umrah hingga umrah berikutnya menjadi penghapus dosa-dosa yang dilakukan antara keduanya”
Sementara Mazhab Maliki berpendapat bahwa mengulangi umrah dalam setahun berhukum makruh. Kata
An-Nakha‟i, para sahabat dahulu hanya berumrah satu kali dalam setahun, dan Nabi SAW. Tidak pernah
melakukan umrah lebih dari sekali dalam setahun.69
Hukum umrah
Menurut Mazhab Hanafi dan pendapat yang paling rajih dalam Mazhab Maliki, umrah itu sunnah muakad satu
kali seumur hidup, karena Haditshadits yang masyhur dan shahih yang menyebutkan kewajiban-kewajiban
dalam Islam tidak menyebutkan umrah sebagai salah satu kewajiban tersebut, misalnya Hadits Ibnu Umar,
“Islam itu didirikan atas lima perkara...,” yang hanya menyebutkan haji sahaja. Jabir meriwayatkan bahwa
seorang Badui pernah menghadap Rasulullah SAW. Lalu berkata, “Wahai Rasulullah,apakah umrah itu wajib?”
Beliau menjawab, “Tidak, tapi sangat baik jika kau mengerjakan umrah.”70. Dalam riwayat lain berbunyi, “sangat
utama bagimu.”
Sedangkan menurut Mazhab Syafi‟i (dalam pendapat yang paling kuat) dan Mazhab Hambali, umrah itu wajib
seperti haji.
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah...”(Al-Baqarah : 196)
Artinya lakukanlah keduanya dengan sempurna, dan perintah yang mengandung makna kewajiban.
“Dia pernah bertanya kepada Rasulullah, „Apakah kaum wanita wajib berjihad?‟ Beliau menjawab,
“Ya, jihad yang tidak berisi pertempuran, yaitu haji dan umrah.‟72
Hukum umrah
Menurut Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqh Islam Wa Adillatuhu, pendapat kedua ini lebih shahih, sebab
ayat di atas menunjukkan demikian, juga karena hadits kelompok pertama lemah.
Para ulama Mazhab Hambali meriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa penduduk Mekkah tidak wajib melakukan
umrah, dengan dalil bahwa Ibnu Abbas dulu memandang umrah itu wajib tapi dia berkata, “Wahai penduduk
Mekkah, kalian tidak wajib melaksanakan umrah. Umrah kalian hanyalah berthawaf di Ka‟bah.” Pendapat ini juga
diriwayatkan dari Atha‟, sebab rukun umrah dan amalannya yang paling besar adalah thawaf di Ka‟bah, dan hal
ini dilakukan oleh penduduk Mekkah, maka itu sudah cukup bagi mereka.
Syarat-syarat Haji Dan Umrah Dan
Hal-hal Yang Menghalangi Haji Dan Umrah
Taklif (baligh
Islam Merdeka Kesanggupan
dan berakal)
Haji tidak wajib atas orang kafir, maka dari itu dia tidak dituntut mengerjakannya di
dunia ketika dia masih kafir, dan juga tidak sah jika dia mengerjakannya sebab dia tidak
punya kelayakan untuk menunaikan ibadah. Jika orang kafir pernah menunaikan haji
kemudian dia masuk Islam, dia wajib menunaikan haji lagi. Haji yang pernah
dilakukannya pada saat dirinya masih lagi kafir tidak terhitung sah.
Demikian pula haji tidak wajib atas orang kafir, menurut Mazhab Hanafi, dalam hal-hal
01 yang berkaitan dengan hukum akhirat, jadi dia tidak diazab lantaran tidak berhaji
sebab orang kafir tidak di-khitab (dituntut) untuk mengerjakan amal-amal furu‟ dalam
syariat Islam. Sedangkan menurut jumhur, orang kafir diazab di akhirat lantaran
meninggalkan haji, sebab dia dituntut mengerjakan hal-hal furu‟.
Mazhab Maliki berpendapat bahwa Islam adalah syarat keabsahan, bukan syarat
kewajiban. Jadi, haji wajib atas orang kafir, tapi tidak sah dikerjakannya kecuali jika dia
Islam masuk Islam. Mazhab Syafii mewajibkan haji atas orang murtad, tapi tidak sah
dikerjakannya kecuali jika dia telah kembali ke Islam. Adapun orang kafir asli, tidak
wajib haji atasnya.
Haji tidak wajib atas anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak dituntut untuk
mengerjakan hukum-hukum syariat. Karena itu, keduanya tidak harus menunaikan
haji. Haji atau umrah juga tidak sah dilakukan oleh orang gila, sebab dia tidak memiliki
kelayakan untuk mengerjakan ibadah. Seandainya mereka berdua telah menunaikan
haji kemudian si anak kecil mencapai umur baligh dan si orang gila menjadi waras,
mereka tetap wajib menunaikan haji Islam, dan haji yang dikerjakan si anak tadi 34
sebelum baligh terhitung sebagai amal tathawwu‟ (sunnah).74 Nabi pernah bersabda,
02
“Hukuman tidak berlaku atas tiga orang, yaitu orang yang tidur hingga ia bangun,
anak kecil hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia berakal.”75
Taklif (baligh
dan berakal)
Haji tidak wajib atas hamba sahaya, sebab haji adalah ibadah yang lama temponya,
memerlukan perjalanan jauh, dan disyaratkan adanya kemampuan dalam hal bekal
dan kenderaan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya hak-hak majikan yang
berkaitan dengan si hamba. Karena itu, haji tidak wajib ke atasnya, sama seperti
03 jihad.76
Merdeka
Yaitu keampunan untuk dapat tiba di Mekkah. Allah Ta‟ala berfirman,
“...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
04 sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah...”(QS Ali‟Imran : 97) Akan tetapi, ada
sejumlah perbedaan pendapat di kalangan para fuqaha mengenai batasan-batasan
dan aspek-aspek kesanggupan ini.
Menurut ulama Hanifiyah, kesanggupan meliputi tiga hal yakni fisik, finansial, dan
keamanan. Kesanggupan fisik artinya kesihatan badan. Jadi tidak wajib haji atas
orang sakit. Orang yang berpenyakit kronis, orang cacat, orang yang mati separuh
badannya, orang buta (meskipun ada orang yang menuntunnya), orang tua renta
Kesanggupan yang tidak dapat duduk sendiri di atas kenderaan, orang tahanan, dan orang yang
dilarang oleh penguasa yang zalim untuk berangkat haji, karena untuk wajibnya haji
ini Allah Ta‟ala telah mensyaratkan kesanggupan.
TERIMA KASIH