Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HERMANTO
NIM 208011000042
oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi aspek
kehidupan manusia, baik duniawi maupun akhirat.9
Adapun menurut hasil rumusan pendidikan Islam seIndonesia tahun
1960, memberikan pengertian pendidikan Islam: “Sebagai bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam. Istilah membimbing, mengarahkan,
mengasuh, mengajarkan, atau melatih mengandung pengertian usaha
mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat
menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan
berbudi luhur sesuai ajaran Islam”.10
Penjelasan mengenai pengertian pendidikan Islam sebagaimana
dipaparkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa, pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan
manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai hamba Allah dimuka
bumi ini, yang berdasarkan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, maka tujuan
dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses
pendidikan berakhir.
Menurut undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
dinyatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 11
9
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 8.
10
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V,
h. 15.
11
Mundzir Suparta, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah Terhadap
Perilaku Keagamaan Masyarakat, (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2009), Cet. I, h. 284.
34
12
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V,
h. 12.
13
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, op. cit., h. 59.
35
14
Abdul Mujib, et.al., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), Ed. Ke-1, Cet. II, h. 32.
15
Abudin Nata, Studi Islam Komperhensif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), Cet. I, h. 28.
16
Abdul Mujib, et al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), Cet. II, h. 32.
BAB IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DAN
IMPLEMENTASINYA YANG TERKANDUNG DALAM
KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
43
44
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 3.
45
2. Keberanian
Dibalik sikapnya yang ramah dan murah hati, Abu Bakar sejatinya
adalah seorang pemberani terutama dalam membela kebenaran atau pun
mereka yang terzalimi. Beliau juga seorang yang cerdas dan paling diterima
2
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Khusna, 1983), h.
226.
46
3
Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa‟, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I, h. 141.
47
Ini adalah salah satu keberanian Abu Bakar seorang yang berani
menyuarakan kebenaran di hadapan musuh-musuh Allah. Beliau berani
berkata tegas kepada pendeta Yahudi itu karena sudah menghalangi dakwah
Islam. Kaum Yahudi mengetahui bahwa akan hadir seorang Nabi Allah
bernama Nabi Muhammad sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci
Taurat. Akan tetapi mereka sengaja menyembunyikan fakta tersebut. Itulah
watak dasar kaum Yahudi yang menyembunyikan kebenaran suka
berkhianat, berbohong serta angkuh.4
Di medan perang pun beliau diakui keberaniannya serta memiliki jiwa
patriotik yang tidak tertandingi, realita tersebut diakui para sahabat dan
tidak ada satu pun yang memungkiri keberaniannya.
Muhammad bin Aqil menuturkan, “suatu hari saat kami berkumpul
bersama para sahabat, tiba-tiba Ali bin Abi Thalib berbicara dihadapan
orang banyak, siapakah orang yang paling berani diantara umat ini?
semua yang hadir menjawab serentak, andalah orang yang paling berani
wahai putra Abu Thalib! Siapapun tau, anda paling pandai memainkan
pedang dan selalu tampil gemilang mengalahkan musuh-musuh Allah.”
Usai mendengar jawaban mereka, Ali bin Abi Thalib berkata tegas,
“Mungkin kalian menilai seperti itu karena tidak ada satu pun diantara
kalian yang mampu mengungguli permainan pedangku atau mengalahkanku
saat bertanding pedang. Bisa saja kalian menilai diriku orang paling berani
karena setiap pedang selalu terbelah menjadi dua saat bertanding denganku.
4
Misbah Em Majidy, Abu Bakar The 1st Khalifah,(Bandung: PT. Syigma Examedia
Arkanlema, 2013), h. 89.
48
Akan tetapi, sejujurnya aku katakan kepada kalian bahwa orang yang paling
berani diantara umat ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Orang-orang lantas bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, apa alasan
anda menyebut Abu Bakar sebagai orang paling berani diantara kita, wahai
putra Abu Thalib? Ali menjawab, “Dalam sebuah peperangan kami
mendirikan tenda untuk didiami Rasulullah. Kemudian diantara kami saling
bertanya, siapakah yang akan mengawal Rasulullah ditenda ini agar tidak
terjadi sesuatu kepadanya? Demi Allah, tidak ada seorangpun yang berani
menerima tawaran tersebut kecuali Abu Bakar. Ketika pasukan kafir
mendekati tenda Rasul, Abu Bakar dengan sigap menghunuskan pedangnya
dan menghabisi setiap pasukan musuh yang mendekati tenda Rasul. Oleh
sebab itu menurutku, Abu Bakarlah yang paling pemberani.5
Tetapi apa yang menghilangkan kekaguman kita tidak mengubah
penghargaan kita atas keberaniannya tampil ke depan umum dalam situasi
ketika orang masih serba menunggu, ragu dan sangat berhati-hati.
Keberanian Abu Bakar ini patut sekali kita hargai, mengingat dia pedagang,
yang demi perdagangannya diperlukan perhitungan guna menjaga
hubungan baik dengan orang lain serta menghindari konfrontasi dengan
mereka, yang akibatnya berarti menentang pandangan dan kepercayaan
mereka. Ini dikhawatirkan kelak akan berpengaruh buruk terhadap
hubungan dengan para relasi itu.
Dengan uraian tersebut di atas sikap keberanian yang dimiliki Abu
Bakar Ash-Shiddiq mengajarkan kita arti dari keberanian. Keberanian
adalah alat dari pada alasan diri secara keseluruhan untuk membuat diri kita
melawan atau memerangi musuh nyata dalam diri kita untuk merebut hak
dan kewajiban kita, menawarkan sebuah pergerakan yang kuat menjadi
lebih kuat lebih pintar dan lebih percaya diri, percaya pada kemampuan kita
membuat suatu pergerakan membangkitkan semangat hidup pergerakan
serikat pemberontak untuk memerangi pribadi diri sendiri, seakan berperang
5
Ibid., h. 179.
49
melawan hawa nafsu, berjuang melawan nafsu diri sendiri suatu kekuatan
lahiriah dengan kontak batin yang bersatu dalam satu tujuan.
3. Kedermawanan
Di antara sahabat nabi Muhammad Abu Bakar adalah yang paling
dermawan dan paling banyak memberikan sumbangan untuk perjuangan di
jalan Allah. Ketika masuk Islam, hartanya sangat banyak dan semuanya di
infaqkan untuk kepentingan dakwah, demi memuliakan kalimat Allah dan
membantu perjuangan Nabi Muhammad Saw.
Salah satu kedermawanan Abu Bakar yaitu, pada tahun ke-6 Hijriah,
Rasulullah mendapat informasi penting bahwa raja Romawi, telah bersekutu
dengan kabilah-kabilah Arab yang dipelopori kaum Nasrani dari suku
Judzam untuk menghancurkan Islam. Mereka akan menyerang Hijaz dengan
target utama membunuh Muhammad. Kaisar Romawi ini mengerahkan
ratusan ribu pasukannya untuk melenyapkan Islam dibumi. Rasulullah
kemudian menyiapkan pasukan Islam untuk bergerak menuju Tabuk untuk
menghadapi serangan pasukan Romawi.
Sejarah mewartakan tingkat kesulitan yang dihadapi kaum muslim
dalam perang Tabuk sangatlah besar, yaitu letak geografis wilayah Tabuk
yang jauh dari Madinah. Kondisinya yang sangat gersang dan situasi
kehidupan yang sangat sulit di daerah tersebut. Sebelum berangkat
Rasulullah menjelaskan secara terperinci tentang kondisi dan tugas berat
yang dihadapi kaum muslim dalam pertempuran melawan musuh Islam
yang jumlahnya ratusan ribu.6
Umar bin Khattab menuturkan, “Saat perang Tabuk, Rasulullah
menyerukan kepada kaum muslim untuk mengumpulkan dana untuk
membiayai perang besar melawan imperium Romawi dan para sekutunya.
Umar segera menemui Rasulullah dan menyerahkan separuh dari seluruh
harta yang aku miliki untuk perjuangan Islam. Usai menerimanya, Rasul
6
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Abu Bakar Ash-shiddiq, (Jakarta: Pustaka
Al-kausar, 2013), h.58.
50
7
Ibid., h.58.
8
Majidy, op. cit., h. 107.
52
4. Keadilan
Abu Bakar adalah sosok yang menjadi contoh dan teladan dalam
keadilannya yang begitu menawan hati, memukau akal pikiran. Keadilan
dalam pandangan Abu Bakar adalah sebuah dakwah praktis yang bisa
menjadi media yang efektif untuk membuka hati manusia untuk beriman.
Abu Bakar benar-benar mempraktikkan keadilan diantara manusia
dalam hal pemberian, meminta mereka supaya membantu dan mendukung
dirinya dalam menegakkan keadilan, serta menawarkan dirinya untuk
diqishos dalam sebuah kasus dalam hal ini menunjukkan sikap adil dan rasa
takut kepada Allah.
Peradilan pada era Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan
kepanjangan dari wajah peradilan pada periode kenabian (masa Rasulullah).
Hal itu termanifetasikan dalam bentuk komitmen total terhadap peradilan
pada masa Rasulullah, meniru manhajnya, semaraknya nuansa tarbiyah
diniyah, keterikatan dengan iman dan akidah, lebih mengedepankan kontrol
agama.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Al-Ash, bahwasannya Abu
Bakar pada suatu hari jum‟at berdiri lalu berkata, “Jika kita memasuki
waktu pagi, maka tolong bawa kesini zakat Unta, kami akan membaginya
dan tidak boleh ada satu orangpun yang masuk menemui kami kecuali harus
dengan izin. Lalu ada seorang perempuan berkata kepada suaminya, ambil
dan bawalah khitam (tali untuk mengikat dan mengendalikan Unta). Lalu si
suami pun datang, Kemudian mendapati Abu Bakar dan Umar bin Khatab
telah memasuki ke tempat Unta. Ia pun ikut masuk bersama beliau berdua.
Melihat hal tersebut, Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung menoleh dan
berkata, “kenapa kamu ikut masuk? kemudian Abu Bakar mengambil tali
53
muslimin serta mendapat manfaat yang sama dan tidak ada seorang pun
yang dibiarkan dalam kemiskinan.
Sebagai bentuk keadilannya menjadi khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
menerapkan praktek akad perdagangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Menerapkan beberapa kebijakan umum, antara lain sebagai berikut:11
1. Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau
membayar zakat.
2. Tidak menjadikan ahli badar (orang-orang yang berjihad pada perang
Badar) sebagai pejabat negara.
3. Tidak mengistimewakan ahli Badar dalam pembagian kekayaan negara.
4. Mengelolah barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak,
perunggu, besi, dan baja sehingga menjadi sumber pendapatan negara.
5. Menetapkan gaji pegawai berdasarkan karakteristik daerah kekuasaan
masing-masing.
6. Tidak merubah kebijakan Rasulullah SAW dalam masalah jizyah.
Demikianlah nilai utama kemanusiaan yang dibawa oleh Islam
melalui sosok teladan Abu Bakar Ash-shiddiq. Beliau adalah sosok yang
mengajarkan tegaknya keadilan. Sebagai pemimpin Abu Bakar Ash-Shiddiq
berhasil mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat dengan
mengolah zakat, infak dan sadaqoh yang berasal dari kaum muslimin,
ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim.
Ia memperhatikan skurasi penghitungan zakat. Hasil penghitungan
zakat dijadikan sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul Mal
dan langsung di distribusikan seluruhnya pada kaum muslimin.
Putusan-putusan hukum peradilan ini menjadi bahan kajian dan
rujukan para peneliti, menjadi pusat perhatian fuqaha, menjadi sumber
referensi hukum-hukum syara‟, sumber berbagai ijtihad hukum peradilan
serta sumber pendapat-pendapat fikih di berbagai masa.
11
http://muanhinata.multiply.com . Diakses pada 10 Februari 2014.
55
5. Kejujuran
“Kejujuran adalah amanah dan kebohongan adalah khianat.” Hal ini
adalah cermin sifat kejujuran dan sikap amanah. Abu Bakar memberi contoh
bahwa seorang pemimpin harus bersikap jujur dan teguh memegang amanah
yang dipercayakan rakyat kepada dirinya. Kejujuran seorang pemimpin
adalah pintu utama untuk menyentuh hati seluruh rakyatnya serta meraih
kepercayaan mereka. Pemimpin yang istiqomah memegang amanah
umatnya akan mampu mengantarkan rakyatnya menuju kehidupan yang
damai dan sejahtera. Sebaliknya, pemimpin yang bersikap tidak amanah
akan membawa rakyatnya kepada kehidupan yang penuh kekacauan, jauh
dari kesejahteraan, dan tertinggal dari umat yang lainnya.12
Prinsip kejujuran Abu Bakar tersebut juga menjadi landasan garis
kebijakannya dalam memimpin umat, yaitu bahwa kejujuran dan
keterbukaan antara pemimpin dan rakyat adalah asas hubungan di antara
keduanya. Prinsip dasar ini memiliki kontribusi dan pengaruh yang sangat
penting bagi kekuatan dan soliditas umat, karena telah tertancap kuat
jembatan kepercayaan antara umat dan pemimpinnya. Ini adalah sebuah
moral atau etika politik yang bertolak dari seruan Islam kepada kejujuran
dan kebenaran.
Tidak disangsikan lagi bahwa barangsiapa mencermati dan merenungi
kata-kata Abu Bakar Ash-Shiddiq tersebut, maka ia pasti akan mendapatkan
bahwa dia adalah memang benar-benar sosok pemimpin yang prisoner,
karena ia memang benar-benar meniti jejak dan jalan Nabi yang mulia.13
Dari Kata-kata Abu Bakar Ash-Shiddiq di atas mengenai prinsip
“kejujuran adalah amanat” dapat penulis pahami bahwa Khalifah Abu Bakar
sangat menekankan kejujuran atau kebenaran dalam berkata maupun
berbuat, bahkan hal ini merupakan amanah dari Allah Swt. Kejujuran adalah
salah satu nilai terpenting dan paling yang harus dimiliki setiap orang.
Orang jujur sangat hati-hati terhadap hak dan kewajiban. Mereka akan
12
Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 255.
13
Ibid., h. 255.
56
6. Kewibawaan
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah pimpinan golongan Ash-Shiddiqun
dan sebaik-baiknya orang shaleh setelah para Nabi dan Rasul. Ia adalah
sosok sahabat Rasulullah yang paling utama, paling alim dan paling mulia
secara mutlak. Rasulullah bersabda tentang dirinya, “Seandainya aku ingin
mengambil seorang khalil, niscaya Abu Bakarlah orangnya, akan tetapi ia
adalah saudaraku dan sahabatku.”
Umar bin Al-Khathab memberikan sebuah pernyataan testimonial
tentang Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Anda adalah pemimpin kami, sosok yang
paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah di
antara kami”
Ali bin Abu Thalib ketika ditanya oleh puteranya Muhammmad bin
Al-Hanafiyyah, “Siapakah orang yang paling baik setelah Rasulullah?”
Maka ia menjawab, “Abu Bakar Ash-Shiddiq.”
Sesungguhnya kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah lembaran
yang kemilau dari sejarah Islam yang menyilaukan setiap sejarah dan
mengunggulinya. Tidak ada sejarah umat-umat lain yang membuat sebagian
saja dari apa yang termuat dalam sejarah Islam berupa kemuliaan,
keluhuran, ketulusan, jihad dan dakwah demi memperjuangkan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai luhur.14
Dalam masyarakat Jahiliyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk salah
satu orang yang terkemuka, terhormat, terpandang dan terbaik. Ibnu Ishaq
dalam As-Sirah menuturkan, bahwa mereka sangat menyukai Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan senang kepadanya. Mereka mengakui bahwa ia adalah
14
Ibid ., h. 11.
57
sosok yang memiliki keutamaan yang agung dan akhlak yang mulia. Mereka
biasa datang kepadanya, meminta bantuan menyangkut apa yang
menimpanya. Mereka merasa nyaman dan akrab dengannya karena
pengetahuannya, perniagaannya dan sikapnya yang familiar dan bersahabat.
Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki sebuah keistimewaan yang
membuat dirinya disukai banyak orang Arab, yaitu ia tidak pernah mencela
nasab siapapun dan tidak suka menyebutkan aib, cacat, kekurangan dan
kejelekan orang lain.
Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk salah satu ahli nasab dan pakar
tentang berita-berita bangsa Arab. Dalam hal ini, ia memiliki catatan
pengalaman dan kapabilitas yang cukup besar, hingga menjadikan dirinya
master atau guru bagi banyak para pakar nasab seperti Uqail bin Abu Thalib
dan yang lainnya.15
Abu bakar termasuk orang yang paling menjaga kesucian diri pada
masa Jahiliyah, sampai-sampai ia mengharamkan minuman keras atas
dirinya sendiri sebelum Islam.16
Ada orang bertanya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Apakah anda
menenggak minuman keras pada masa Jahiliyah?” Lalu Abu Bakar Ash-
Shiddiq menjawab, A‟udzu billah!” lalu dikatakan kepadanya, “Kenapa?”
lalu ia berkata “Aku memelihara kehormatku dan menjaga martabat dan
muru‟ahku. Karena orang yang minum khamar, maka ia adalah orang yang
menyia-nyiakan dan mengabaikan kehormatan, martabat dan murua‟ahnya.
Demikianlah, akhlaknya yang terpuji, akalnya yang cerdas dan cemerlang
serta fitrahnya yang lurus, normal dan sehat menjadikan dirinya sosok yang
anti terhadap setiap hal yang mengurangi muru‟ah dan mengurangi
kehormatan dari perbuatan-perbuatan dan moral masyarakat Jahiliyah yang
berlawanan dengan fitrah yang lurus dan sehat serta bertentangan dengan
akal yang sehat dan kedewasaan. Karena itu, tidak aneh jika sosok yang
15
Ibid.,h. 36.
16
Ibid.,h. 38.
58
17
Ibid.,h. 39.
59
Beliau dikenal dengan baik sebagai sosok yang ramah, halus, santun
dan penuh kesopanan serta memiliki watak yang baik dan mulia. Demikian
pula, Abu Bakar Ash-Shiddiq telah mengenal beliau dengan baik sebagai
sosok yang jujur, amanah dan berakhlak mulia yang menjadikan beliau tidak
pernah melakukan kebohongan terhadap manusia, apa lagi terhadap Allah.
Abu Bakar Ash-Shiddiq sudah barang tentu memiliki perhatian besar
terhadap keluarganya. Maka, Asma‟, Aisyah, Abdullah, Ummu Ruman dan
pembantunya yang bernama Amir bin Fuhairah pun masuk Islam. Sifat-sifat
terpuji, keutamaan-keutamaan yang agung dan akhlak yang mulia yang
terjelma pada kepribadian Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi faktor efektif
yang menjadikan orang-orang tertarik ketika diajak kepada Islam.18
Dengan demikian dapat penulis pahami bahwa Abu Bakar Ash-
Shiddiq sungguh merupakan salah satu imam dan pemimpin yang
menggambarkan garis perjalanan hidup dan jejak langkah mereka kepada
manusia serta menjadi teladan yang ucapan dan perbuatan mereka diikuti
dan diteladani oleh manusia dalam kehidupan ini. Sirah dan sejarah
perjalanan hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan salah satu sumber dan
referensi paling kuat dalam bidang keimanan, emosi dan semangat
keislaman yang benar serta pemahaman yang benar dan lurus tentang Islam.
18
Ibid.,h. 40.
60
sikapnya. Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl: 125 Allah SWT berfirman yang
artinya:
1. Kesadaran diri
Sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya penting bagi
kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kesadaran diri akan menjadi motif
yang kuat bagi terwujudnya kedisiplinan.
2. Loyalitas dan Ketaatan
Loyalitas dan ketaatan merupakan langkah penerapan atas peraturan-
peraturan yang mengatur perilaku seseorang. Hal ini sebagai lanjutan diri
adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar dirinya sebagai usaha untuk
mendorong dan menekan agar disiplin dilaksanakan pada diri seseorang,
sehingga peraturan-peraturan yang ada dapat diikuti dan dipraktekkan.
3. Keteladan
Perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya dibandingkan hanya
sekedar dengan kata-kata. Oleh karena itu contoh dan teladan disiplin
kepala sekolah dan para guru sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan
pada siswa. Mereka lebih mudah meniru dari apa yang mereka lihat,
dibandingkan hanya sekedar mendengar. Lagi pula hidup banyak
dipengaruhi oleh peniruan-peniruan terhadap apa yang dianggapnya baik
dan patut ditiru.
4. Penegakkan Hukum
Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan
meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku
yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
5. Lingkungan yang Disiplin.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Bila seorang anak berada pada lingkungan yang berisiplin,
kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang disiplin.
Mewujudkan lingkungan yang disiplin. Disiplin dapat juga dibentuk
melalui proses latihan dan kebiasaan. Artinya, mempraktikkan disiplin
secara berulang-ulang dan membiasakan dalam prilakunya sehari-hari.
62
Dengan latihan dan membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk pada
diri siswa.19
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan. Kedisiplinan guru dan
tenaga kependidikan (pegawai) adalah sikap penuh kerelaan dalam
mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya
sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya.
Karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai),
merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap
disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna
terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur perilaku
anak dalam mencapai tujuan pendidikan, karena ada perilaku yang harus
dicegah atau dilarang, dan sebaliknya, harus dilakukan. Pembentukan
disiplin pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar patuh dan
taat pada aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga mau menerima begitu
saja, melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self discipline).
Artinya ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena
paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari dirinya.
19
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar, (Jakarta:
Gramedia, Wiasarana Indonesia, 2004), h. 48.
63
20
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Fajar Interpratama
Offset). h.152.
64
21
Rudiana, 9 Karakter Guru Menyenangkan Berbasis Ramah Otak, (Bandung:
Smile‟s Indonesia Insitute, 2012), h. 134.
65
22
Ibid., h. 112.
23
Ibid., h. 108.
66
4. Guru yang dermawan adalah guru yang bekerja atas panggilan jiwa,
bukan karena imbalan. Imbalan baginya merupakan hal yang wajar ia
terima, bukan sumber motivasi utama.
5. Guru yang dermawan adalah ia tidak pernah mengharapkan pujian dari
sesama.
6. Guru yang dermawan adalah guru yang bekerja dengan gembira
(senang), dengan kata lain, ia menikmati pekerjaannya.
7. Guru yang dermawan adalah guru yang bahagia ketika siswanya menjadi
orang sukses dan berhasil.24
Guru yang seperti ini, maka ia tidak akan mengeluh, meski ketika
mengajar banyak persoalan yang ditemuinya. Segala sesuatunya terasa
ringan. Ia menikmati pekerjaannya. Guru yang dermawan akan menemukan
kenyataan bahwa siswanya merasa nyaman dengan kehadirannya. Rasa
nyaman inilah yang nantinya membuat para siswa menikmati pembelajaran
dikelas.25
Dari paparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa, dalam konteks
pendidikan karakter, salah satu hal yang penting adalah penguatan karakter
kedermawanan sosial. Agar kemudian generasi yang dihasilkan dari proses
pendidikan kita adalah generasi yang bukan hanya unggul dalam hal
kompetensi, tapi juga sosok yang peduli serta dermawan.
Guru yang dermawan ialah seseorang yang membawa perubahan
positif dalam perilaku siswa tidak hanya dengan penyampaian pengetahuan,
tetapi juga dengan keteladanan sikap yang ditunjukkan karena esensinya
mengajar mencakup pelajaran tentang nilai-nilai hidup, tentang semangat,
dan juga bagian dari pendidikan karakter. Dengan menampilkan sikap
keteladanan (sikap dermawan) seorang guru, maka akan terpancar energi
positif diantara pendidik dan anak didik yang mana ini akan membuat anak
didik merasa nyaman dan suasana pembelajaran pun akan menjadi positif
dan menyenangkan.
24
Ibid., h. 110.
25
Ibid., h. 112.
67
26
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 28.
68
27
http://www.pak-sodikin.com/menjadi-guru-yang-adil/. Diakses pada 10 Februari
2014.
69
28
http://cakslamet.blogspot.com/2012/02/peran-guru-dalam-membangun-
tradisi.html.Diakses pada tanggal 12 Februari 2014.
70
29
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 340.
71
sudah mengakar kepada peserta didikanya. Anak didik akan semakin baik,
cerdas, berkarakter, guru semakin termotivasi untuk mengajar dengan
disiplin, lembaga akan terhormat dan bermartabat secara akademik diakui
eksistensinya, kalau dalam lembaga tersebut secara intern menanamkan
budaya kejujuran dalam semua aspek, jadi tidak perlu ada kekhawatiran
anak didik pada endingnya tidak berhasil dalam menempuh ujian akhir.30
Dengan demikian dapat penulis pahami bahwa seorang guru harus
transparan dan jujur. Karakter ini sangat penting, mengingat beberapa alasan
pertama, kejujuran akan memudahkan guru dan siswanya berinteraksi
sedekat mungkin, kedua, kejujuran memungkinkan guru untuk memberi
umpan balik yang belum tergali.
Dalam pembelajaran membutuhkan contoh secara langsung bagi anak
atau siswa, dan apabila di sekolah contoh tersebut adalah para guru
pembimbing. Tidak mungkin anak akan jujur apabila dalam diri para
pengajar terdapat sifat ketidak jujuran yang nantinya baik langsung ataupun
tidak langsung akan berpengaruh pada anak didik. Dapat dipahami kejujuran
itu tidak hanya bagi guru saja yang notabennya berperan langsung dengan
siswa tapi juga semua unsur aktivitas akademik mulai dari kepala sekolah
yang merupakan leader dari segala keputusan dan kebijakan sampai pada
cleaning service. Dan dapat dikatakan bahwa kejujuran itu meliputi atau
menyelimuti semua sistem yang ada.
30
http://cakslamet.blogspot.com/2012/02/peran-guru-dalam-membangun-
tradisi.html.Diakses pada tanggal 12 Februari 2014.
73
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, penulis mengambil beberapa kesimpulan yang
perlu diungkapkan. Diantara kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan di
sini adalah:
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seorang pemimpin sekaligus pendidik
umat. Sebagai seorang pemimpin Abu Bakar memiliki karakter
kepemimpinan yang dibutuhkan untuk seorang pemimpin, antara lain:
ketegasan, keberanian, kedermawanan, keadilan, kejujuran dan
kewibawaan.
2. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kepemimpinan Khalifah
Abu Bakar Ash-Shiddiq yang harus diteladani di antaranya:
a. Ketegasan
Abu Bakar dikenal bersifat tegas dalam mengambil keputusan
untuk memerangi kaum pemberontak dan pembangkang (orang-orang
murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar
zakat).
b. Keberanian
Diantara sikap kepahlawanan yang dianggap sebagai kebanggaan
yang disematkan dalam diri Abu Bakar adalah keberanian, yaitu ketika
menghadapi setiap orang yang menghalanginya di jalan dakwah. Abu
75
76
Bakar tidak mengenal rasa takut dan gentar serta mempunyai ketabahan
dan kemauan yang keras.
c. Kedermawanan
Di antara sahabat Nabi Muhammad Abu Bakar adalah yang paling
dermawan yang paling banyak memberikan sumbangan untuk
perjuangan di jalan Allah. Hartanya sangat banyak dan semuanya di
infaqkan untuk kepentingan dakwah.
d. Keadilan
Abu Bakar adalah sosok yang menjadi contoh dan teladan dalam
keadilannya yang begitu menawan hati, memukau akal pikiran.
Keadilan dalam pandangan Abu Bakar adalah sebuah dakwah praktis
yang bisa menjadi media yang efektif untuk membuka hati manusia
untuk beriman.
e. Kejujuran
“Kejujuran adalah amanah dan kebohongan adalah khianat.” Pidato
Abu Bakar tersebut merupakan cermin sifat kejujuran dan sikap amanah
Abu Bakar dalam menegakkan nilai-nilai kejujuran dalam segala hal.
Abu Bakar diberi gelar "ash-Shiddiq" karena menjadi orang yang selalu
jujur dan membenarkan segala yang datangnya dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam.
f. Kewibawaan.
Sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq telah menjadi pemimpin yang
berwibawa. Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak memiliki aib dan cacat
kecuali keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar Ash-
Shiddiq termasuk salah satu orang yang terkemuka, terhormat,
terpandang dan terbaik. Sehingga banyak orang sangat menyukai dan
senang kepadanya.
Adapun Implementasi nilai-nilai tersebut dalam pendidikan Islam
sebagai berikut:
1. Ketegasan Abu Bakar berimplementasi terhadap pendidikan.
Ketegasan sikap dan tindakan dalam mendidik anak sangat
77
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konstruktif dalam menerapkan
nilai-nilai pendidikan Islam.
1. Hendaklah nilai-nilai pendidikan dalam kepemimpinan Abu Bakar Ash-
Shiddiq dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun dalam pergaulan dirumah
serta lingkungan masyarakat.
2. Hendaknya para pendidik di sekolah menganjurkan para peserta
didiknya untuk melengkapi bacaan-bacaan mereka yang positif dan
bernuansa Islami dalam hal ini mengenai kepemimpinan Abu Bakar
Ash-Shiddiq.
Akhirnya penulis mengucapkan Alhamdulillah atas selesainya
penulisan skripsi ini, karena hanya dengan pertolongan Allah dan petunjuk-
Nya serta motivasi dari semua kalangan akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan.
Hanya kepada Allah SWT penulis berdoa dan memohon pertolongan-
Nya, semoga penulis senantiasa ditunjuki ke jalan yang benar dan lurus
serta mendapat RidhoNya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji, Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. III,
2001.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, Cet. I, 2002.
Arifin M., Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2009.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. V, 2010.
Katsir, Al-Hafizh Ibnu, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung,
Jakarta: Darul Haq, Cet. VIII, 2011.
Al-Khathib, Muhammad Ajjaj, Pokok-pokok Ilmu Hadis, Terj. Dari Ushul Hadis
oleh Qodirun Nur, Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. III,
1998.
Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. II, 2002.
79
80
Mujib, Abdul et.al., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, Cet. II, 2008.
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2011.
Murad, Musthafa, Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq, Jakarta: zaman Mursi,
2009.
Saefuddin, Didin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I,
2007.
Surya, Mohamad, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013.
Tuanaya, Husein, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3A, Jawa Timur:
Wahana dinamika karya, 2004.
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar, Jakarta:
Gramedia, Wiasarana Indonesia, 2004.
http://www.pak-sodikin.com/menjadi-guru-yang-adil/.
http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ash-
shiddiq-ra.html.
http://www.tuanguru.com/2011/11/ijtihad-dalam-pendidikan.html
http://marwajunia.blogspot.com/2012/02/ijtihad-dan-contoh-pemikiran-imam-
empat.html
UJI REFERENSI
Halaman Halaman
No Pengarang Judul Buku
Skripsi Referensi
1 Kartini Pemimpin dan 1 28
Kartono Kepemimpinan
6 Mohd Perkembangan 4 77
Fachruddin Kebudayaan Islam
Fuad
7 Musthafa Kisah Hidup Abu Bakar 4 31
Murad Al-Shiddiq
8 Syaikh Tokoh-tokoh Besar Islam 5 8
Muhammad Sepanjang Sejarah
Sa’id Mursi
9 Ali Biografi Abu Bakar As- 8 11-689
Muhammad shiddiq
Ash-Shalabi
10 Al- Hafizh Perjalanan Hidup Empat 10 5
Ibnu Katsir Khalifah Rasul yang
Agung
11 Husain Khalifah Rasulullah Abu 10 33
Muhammad Bakar Ash-Shiddiq
Haikal
12 Ibrahim al- Tarikh Khulafa’ 11 110
Quraibi
13 عبدالرحمنالشرقاو مكتبةغريب.أواللخلفاء 22 60
ى
14 Khalid, Muh. Mengenal Pola 23 25
Khalid. Kepemimpinan Umat dari
Karakteristik Perihidup
Khalifah Rasulullah
15 Wahyu Ilaihi Pengantar Sejarah 24 84
Dakwah
16 Husein Sejarah Kebudayaan 29 15
Tuanaya,dkk Islam Kelas 3A
17 Sjarkawi Pembentukan Kepribadian 31 29-31
Anak ; Peran Moral
Intelektual, Emosional,
dan Sosial Sebagai Wujud
Integritas Membangun Jati
Diri
18 Abuddin Nata Manajemen Pendidikan 31 9
19 Abuddin Nata Filsafat Pendidikan Islam 32 4
20 Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam 32 18
21 A. Fatah Yasin Dimensi-dimensi 32 110
Pendidikan Islam
22 Samsul Nizar Pengantar Dasar-dasar 32 93
Pemikiran Pendidikan
Islam
23 M. Arifin Ilmu Pendidikan Islam; 33 8
Tinjauan Teoritis dan
Praktis berdasarkan
pendekatan Interdisipliner
24 Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam 33 15
Arifin
25 Mundzir Perubahan Orientasi 33 284
Suparta Pondok Pesantren
Salafiyah Terhadap
Perilaku Keagamaan
Masyarakat
Dosen Pembimbing