NO.1
A. PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan kitab petunjuk yang senantiasa mengajak manusia untuk menuntut
ilmu pengetahuan, bahkan dalam salah satu ayat Al-Quran, Allah SWT menjanjikan akan
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang lebih tinggi, dan diberi
kebajikan yang banyak. Demikian tegasnya Allah SWT memerintahkan kepada manusia
sehingga manusia termotivasi untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mengembangkannya
dalam berbagai bentuk kreativitas, termasuk dalam hal perumusan tentang teori-teori
pendidikan.
Pendidikan dalam arti yang luas telah ditempatkan sebagai bagian dari misi Rasulullah
yang utama dalam mengajarkan dan menyebarkan risalah yang diamanahkan Allah SWT
kepadanya. Pada waktu itu, agama islam juga telah menyampaikan bahwa proses pendidikan
telah terjadi sejak awal adanya manusia di muka bumi, meskipun tidak terlalu persis sama
dengan yang disaksikan di era sekarang ini.
Sehubungan dengan itu pula, manusia juga mempunyai sifat alamiah (kodrat) yakni
perasaan ingin tahu yang kemudian hal ini membuat hidupnya menjadi dinamis dan selalu
berusaha untuk menemukan jawaban-jawaban dari berbagai pertanyaan yang muncul, baik dari
dalam ataupun dari luar dirinya, dengan melakukan renungan, pemikiran yang mendalam atau
dengan melalui eksperimen yang kemudian hal ini membuat hidupnya menjadi dinamis. Dengan
adanya potensi dasar yang d bawah manusia sejak lahir ini sehingga ia dapat dikembangkan
melalui suatu proses yang sistematis, berencana dn sadar akan tujuan yang disebut dengan
pendidikan. Agar pengikutnya mampu memikul amanat yang dikehendaki Allah, pendidikan
islam harus kita maknai secara rinci. Karena itu,keberadaan referensi atau sumber pendidikan
islam harus merupakan sumber utama islam itu sendiri yaitu Al Quran dan As Sunnah (Hadis).
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus
mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat. Begitu juga dengan pendidikan
Islam sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian utama harus mempunyai
dasar yang baik. Dalam aktivitas pendidikan baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun
dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh. Hal ini dimaksudkan agar yang
terlingkupi dalam pendidikan mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga
praktek pendidikan tidak kehilangan arah dan mudah di samping oleh pengaruh dari luar
pendidikan.
B. PEMBAHASAN
1. Sumber-Sumber Pendidikan Islam
Kata sumber bersal dari bahasa Arab desebut mashdar yang jamaknya mashadir, dapat
diartikan starting point (titik tolak), point of origin (sumber
asli), origin (asli), source (sumber), infinitive (tidak terbatas), verbal naouce (kalimat kata kerja)
dan absolute or internal object (mutlak atau tujuan yang bersifat internal). Kosakata sumber
sering kali tumpang tindih dengan kosakata dasar, prinsip dan asas. Jadi sumber pendidikan
islam selanjutnya dapat diartikan semua acuan atau rujukan yang darinya memancar ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditrasinternalisasikan dalam pendidikan islam.[1]
Sumber pendidikan islam merupakan hal yang sangat di perhatikan dalam penataan
individual dan sosial sehingga dapat mengaplikasikan islam secara sempurna. Didalam
pendidikan islam terdapat beberapa sumber pendidikan, para ahli sependapat bahwa Al-Qur’an
dan As-Sunnah adalah sumber pendidikan Islam sebagaimana mereka juga sependapat bahwa
Al-Qur’an adalah sumber utama yang pertama dan As-Sunnah sumber utama kedua.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan yang paling utama pendidikan islam. Al-
Qur’an memiliki konsep pendidikan yang utuh, hanya saja tidak mudah untuk diungkap secara
keseluruhannya karena luas dan mendalamnya pembahasan itu di dalam al-Qur’an disamping
juga keterbatasan kemampuan manusia untuk memahami keseluruhannya dengan sempurna.
Dan pendidikan al-qur’an juga memiliki pengaruh yang dahsyat apabila dipahami dengan tepat
dan diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar. Karenanya menjadikan al-Qur’an sebagi
sumber bagi pendidikan Islam adalah keharusan bagi umat islam.[2]
Abdul Wahab Khallaf seperti yang dikutif Ramayulis mendefinisikan Al-Quran adalah
“kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak abdullah
dengan lafaz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasullah atas
kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah
membacanya”.[3]
Islam adalah agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum
tentang Pendidikan Agama Islam. Firman Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-
Qur`an Surat Al-‘alaq ayat 1-5:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S.
Al-‘alaq: 1-5)
Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah dapat dimengerti oleh umat muslim, yaitu
menyempurnakan keutamaan akhlak. Rasulullah Muhammad s.a.w. juga seorang pendidik, yang
telah berhasil memebentuk masyarakat rabbaniy, masyarakat yang terdidik secara Islami.
Bahkan Robert L. Gullick, Jr. dalam bukunya “Muhammad the educator” mengakui akan
keberhasilan Nabi Muhammad dalam melaksanakan pendidikan.[6]
Prinsip menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama pendidikan islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga
sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan
demikian barangkali wajar jika keberan itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran.[7]
c. Ijtihad
Ijtihad merupakan istilah para fuqaha, yakni berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu
hukum syariat islam. Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan
harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang di olah oleh akal yang sehat oleh para
ahli pendidikan islam.
d. Sejarah Islam
Pendidikan sebagai sebuah praktik pada hakikatnya merupakan peristiwa sejarah,
karena praktik pendidikan tersebut terekam dalam tulisan yang selanjutnya dapat dipelajari
oleh generasi leanjutnya. Di dalam sejarah terdapat infomasi tentang kemajuan dan
kemunduran pendidikan di masa lalu.[8]
e. Mashalahat al-Mursalah dan Uruf
Mashalahat al-Mursalah dan Uruf secara harfiah berarti kemasalahan umta. Adapun
dalam arti yang lazim digunakan yaitu undang-undang, peratruan atau hukum yang tidak
disebutkan secara tegas dalam al-Qur’an namun dipandang perlu diadakan demi kemaslahatan
umat. Adanya surat nikah misalnya, walaupun tidak disebutkan secara tegas dalam al-nash (al-
Qur’an dan as-Sunnah) namun surat nikah tesebut diperlukan, agar menjadi bukti yang sah dan
mendapakan perlindungan hukum atas pernikahannya. Selanjutnya al-‘uruf secara harfiah
sesuatu yang sudah dibiasakan dan dipandang baik untuk dilaksanakan, secara
terminologi al’uruf adalah kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan, perbuatan maupun
kesepakatan yang dilakukan secara terus menerus.[9]
Ketentuan yang dicetuskan mashalil al- mursalah paling tidak memiliki tiga kriteria:
1. Apa yang dicetuskan benar-benar membawa kemaslahatan dan menolak kerusakan setelah
melalui tahapan observasi dan analisis.
2. Kemaslahatan yang diambil merupakan kemaslahatan yang bersifat universal, yang mencakup
seluruh lapisan masyarakat, tanpa adanya diskriminasi.
3. Keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan nilai dasar Al-Qur’an dan as-sunnah
2. Dasar Pendidikan Islam
Dasar dari pendidikan Islam adalah tauhid. Dalam struktur ajaran Islam, tauhid
merupakan ajaran yang sangat penting dan mendasari segala aspek kehidupan penganutnya,
tak terkecuali aspek pendidikan. Pendidikan islam merupakan pengembangan pikiran, penataan
prilaku, pengaturan emosional, hubungan peranann manusia dengan dunia, serta bagaimana
manusia mampu memanfaatkan dunia, sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus
mengupayakan upaya perwujudannya. Dalam kaitan ini para pakar berpendapat bahwa dasar
pendidikan Islam adalah tauhid, yakni kesatuan kehidupan, ilmu, iman, agama dan kepribadian
manusia, serta kesatuan individu dan masyarakat. Al-Qur’an dan Sunnah juga dapat diartikan
sebagai dasar di samping juga sebagai sumber dari pendidikan. Dalam Al-Qur’an surat Asy-
Syuura ayat 52 Allah berfirman:
Artinya :“Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Asy-Syuura : 52)
Artinya : “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Lukman : 13)
Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan
kepada Allah swt yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak
didik.
2. Pendidikan Akhlakul Karimah
Sejalan dengan usaha mebentuk dasar keyakinan atau keimanan maka diperlukan usaha
membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak mulia merupakan modal bagi setiap orang dalam
menghadapi pergaulan sesama manusia. Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting
dalam hidup, setelah keimanan dan kepercayaan.
Firman Allah SWT :
Artinya:“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Lukman : 18)
3. Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan salah satu kewajiban dasar yang harus di berikan kepada anak didik.
Kewajiban beribadah ini merupakan nilai-nilai spiritual, menjalin hubungan batin dengan sang
Khaliq.[10] Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S. Lukman :
17)
Adapun di dalam Negara Indonesia secara formal pendidikan islam mempunyai dasar
yang cukup kuat. Pancasila merupakan dasar setiap tingkah laku dan kegiatan bangsa
Indonesia, dengan keTuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, berarti menjamin setiap
warga negara untuk memeluk, beribadah, dan menjalankan aktifitas yang berhubungan dengan
pengembangan agama, termasuk melaksanakan pendidikan agama islam.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, yang mencakup semua aspek kehidupan
baik individual maupun social, baik ketauhidan maupun kemanusiaan. Semua yang menjadi
sumber syariat islam seperti al-Quran, hadis (sunnah), ijma’ dan qiyas, itu juga termasuk ke
dalam sumber pendidikan islam. Sehingga terdapat prinsip-prinsip pendidikan, tujuan-tujuan
pendidikan dan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan umat Islam.
Pendiddikan merupakan unsur terpenting bagi manusia untik meningkatkan kadar
keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti tentang dasar-dasar
Ilmu pendidikan Islam maka kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan lebih mengerti
akan terciptanya seorang hamba yang yang beriman. Manusia hidup dalam dunia ini tanpa
mengenal tentang dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam, maka jelas bagi mereka sulit untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, apa lagi menjadi hamba yang beriman
Di dalam dasar pendidikan Islam terdapat pokok-pokok dari pendidikan Islam, yaitu
pendidikan keimanan kepada Allah SWT, pendidikan akhlakul karimah dan pendidikan Ibadah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga Pendidikan Umat. 2005
Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006
Ahmad Beni Saebani. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 2009
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2012
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta, Gema Insani,
2006
Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 2005
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulian, 2002
Moh. Athiyah Al Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980
Dedi Supriyadi. Filsafat Islam (konsep,filsuf dan ajarannya).Bandung : Pustaka Setia. 2009
Fotenote
[1] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2012, hal, 73-74
[2] Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta, Gema
Insani, 2006, hal. 28
[3] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2010, hal 122
[4] Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 2005, hal, 21
[5] H. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Lembaga Pendidikan Umat, 2005, hal. 17
[6] Ibid, hal 18
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulian, 2002, hal, 124
[8] Ibid, Abuddin Nata, hal, 79
[9] Ibid, Abuddin Nata, hal, 83-84
[10] Moh.Athiyah Al Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulanbintang, 1980, hal.
78
NO.2
Dengan ilmu dan pendidikan yang baik, maka kita akan sukses
dunia dan akhirat. Dikatakan bahwa siapa yang ingin sukses di
dunia, maka pelajarilah ilmu dunia. Sedangkan siapa yang ingin
sukses di akhirat, maka pelajarilah ilmu akhirat atau ilmu agama.
Yang diwajibkan dalam agama islam tentulah ilmu syariat agama.
Karena dengannya kita bisa tahu maha yang halal dan mana yang
haram. Kita jadi mengerti bagaimana tata cara sholat, zakat, puasa
dan lain sebagainya yang mana semuanya adalah wajib dikerjakan.
Persoalan ini banyak disabdakan Nabi Muhammad SAW dalam
hadist hadits tentang pendidikan dan ilmu agama islam.
Dan langsung saja untuk lebih jelasnya simak dibawah ini daftar
kumpulan hadits tentang pendidikan lengkap dalam tulisan bahasa
arab dan terjemahan Indonesianya.
ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد ي ُْو َل ُد َع َلى: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َمَ هللاِ َقا َل َرس ُْو ُل: َعنْ اَ ِبىْ ه َُري َْر َة َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
) ارى َومُسْ لِ ْم َ ْالف ِْط َر ِة َفا َ َب َواهُ ُي َهوِّ دَا ِن ِه اَ ْو ُي َنص َِّر ِن ِه اَ ْو ُي َمجِّ َس ِن ِه
ِ (ر َواهُ ْالب َُخ
ثِ اَ ِّدب ُْوا اَ ْواَل دَ ُك ْم َع َلى َثاَل: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َقا َل َرس ُْو ُل: َعنْ َعلِيٍّ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
َ هللا
هللا َي ْو َم اَل ظِ ٌّل ظِ لَّ ُه َم َعِ حُبِّ َن ِب ِّي ُك ْم َوحُبِّ اَهْ ِل َب ْي ِت ِه َو ق َِرأَةُ ْالقُرْ أَ ِن َفإِنَّ َحمْ َل َة ْالقُرْ أَنُ فِيْ ظِ ِّل: ال
ٍ ِص
َ خ
َ اَ ْن ِب َيا ِئ ِه َواَصْ ِف َيا ِئ ِه
) (ر َواهُ ال َّد ْي َل ِم
ُكنْ َعالِمًا اَ ْو ُم َت َعلِّمًا اَ ْو مُسْ َتمِعًا اَ ْو ُم ِحبًا َواَل َت ُكنْ َخامِسًا َف ُت ْهل َِك:صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّم
َ َُّقا َل ال َّن ِبي
) (ر َواهُ ْال َب ْي َه ِق
َ
ارى َ َمنْ اَ َرادَ ال ُّد ْن َيا َف َع َل ْي ِه ِب ْالع ِْل ِم َو َمنْ اَ َرادَ اأْل َخ َِر َة َف َع َل ْي ِه ِب ْالع ِْل ِم َو َمنْ اَ َرادَ ُهمِا َف َع َل ْي ِه ِب ْالع ِْل ِم
ِ (ر َواهُ ْالب َُخ
) َومُسْ لِ ٌم
ْ ْال َعالِ ُم َي ْن َتفِ ُع ِبع ِْل ِم ِه َخ ْي ٌر ِمن: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َقا َل َرس ُْو ُل: َعنْ َعلِيٍّ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
َ هللا
َ اَ ْلفِ َع ِاب ٍد
) (ر َواهُ ال َّد ْي َل ِم
َمنْ ي ُِر ِد هللاُ ِب ِه َخيْرً ا: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َقا َل َرس ُْو ُل: َّاس َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
َ هللا ِ َعنْ ِابْنُ َعب
) ْارى ِ (ر َواهُ ْالب َُخ
َ …… ْن َو ِا َّن َما ْالع ِْل ُم ِباال َّت َعلُّ ِم
ِ ُي َف ِّق ْه ُه فِيْ ال ِّدي
اَل َي ْت َب ِغ ل ِْل َجاه ِِل اَنْ َيسْ ُك َن َع َلى َج ْهلِ ِه َواَل ل ِْل َعال ِِم اَنْ َيسْ ُك َن َع َلى: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َقا َل َرس ُْو ُل
َ هللا
َّ
) ُّ(ر َواُه الطب َْرانِى
َ عِ ل ِم ِه ْ
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak pantas bagi orang yang bodoh
itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang
berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya
dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil
para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim,
maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang
bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan
ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori)
“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi
Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu
sehingga kamu mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)
ا ُ ْطلُبُ ْال ِعلُ َم َو َل ْو: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َ هللا ِ َقا َل َرس ُْو ُل: َّاس َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل ٍ ْن َعب ِ َعنْ ِاب
ٍ ِض ُع اَجْ ن َِح ِت َها ل َِطال
ب َ ْض ٌة َع َلى ُك ِّل مُسْ ل ٍِم َو مُسْ لِ َم ٍة اِنَّ ْال َماَل ِئ َك َة َت
َ ب ْالع ِْل َم َف ِري
َ ْن َفاِنَّ َط َل
ِ صيِّ ِباال
ْ
) ِّْن َع ْب ِد ال َبر ُ ْ
ِ ضاعًا ِب َما َيطلبُ ( َر َواهُ ِاب َ ِر
ك َ َمنْ َس َل: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق ْو ُل َ هللا ِ ت َرس ُْو ُل َ َو َعنْ اَ ِبيْ دَرْ دَا َء َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
ُ ْس ِمع:
ضاعًا ِب َما َ ب ِر ٍ ِض ُع اَجْ ن َِح َت َها ل َِطال َ َط ِر ْي ًقا َي ْب َت ِغيْ فِ ْي ِه عِ ْلمًا َس َّه َل هللاُ َط ِر ْي ًقا إِ َلى ْال َج َّن ِة اِنَّ ْال َماَل ِئ َك َة َت
َو َفضْ ُل, ان فِيْ ْال َما ِء َ ض َح َّتى
ِ الح ْي َت ِ ْت َو َمنْ فِيْ ْال َعر َ ْص َن َع َواَنَّ ْال َعالِ ُم لِ َيسْ َت ْغفِرْ َل ُه َمنْ فِي
ِ الس َم َاو َ
ُ َ أْل ْ
َو اَنَّ ال ُع َل َما َء َو َر َث ُة ا ْن ِب َيا ِء َل ْم َي ِرث ْوا ِد ْي َنارً ا, ب ِ ْال َعال ِِم َع َلى ال ِع َبا ِد َك َفضْ ِل ال َق َم ِر َع َلى َسائ ِِر ال َك َوا ِك
ْ ْ ْ
) ْ(ر َواهُ اَب ُْو دَاوُ ْد َو ْال ِّترْ ِم ِذي َ َف َمنْ أَ َخ َذهُ أَ َخ َذ ِب َحظٍ َو اَف ٍِر, إِ َّن َما َو ِر ُث ْو ْالع ِْل َم, َواَل ِدرْ َهامًا
َبلِّ ُغ ْوا َع ِّنى َو َل ْو: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َقا َل َرس ُْو ُل: ْن ُع َم َر َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
َ هللا ِ َعنْ َع ْب ِد
ِ هللا اب
ْ َّ ُ
َ اَ َي ًة َو َح ِّدث ْو
ُ(ر َواه َ ار ِ ب َع َليَّ ُم َت َعم ًِّدا َفل َي َت َبوَّ اءْ َم ْق َعدَ هُ م َِن ال َّن
َ َو َمنْ َكذ: اعنْ َب ِنيْ إِسْ َرا ِئ ْي َل َواَل َخ َر َج
)ارى ِ ْالب َُخ
عليكم بالئلم قبل ان يرفع ور فعه موت رءاته فوالذي نفس بيده: وقال ابن مسعود رضي هللا عنه
ليعدن رجا ل قتلوا في سبيل هللا شهداء انتبشهم هللا علماء لما يرون من كرا مثهم فان احدا لم يعلد
) (رواه الترمذ.عا لما وانما الئلم باالتعلم
، فانه يؤجر فيه اربعة – السا ئل، فاسألوا يرحمكما هللا، ومفتا حها السؤال،العلم خازائن
) والمحب لهم (رواه ابو نعيم عن على،والمستمع
إِ َّن َما ااْل َعْ َما ُل: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق ْو ُل ِ ت َرس ُْو ُل
َ هللا ُ َْقا َل أَ ِم ْي ُر ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َس ِمع
ِ هللا َو َرس ُْولِ ِه َف ِهجْ َر ُت ُه ِا َلى
هللا َو َرس ُْولِ ِه ِ ت ِهجْ َر ُت ُه ِا َلى ْ َف َمنْ َكا َن.مْر ٍء َما َن َوى ِ ِ ت إِ َّن َما لِ ُك ِّل إِلِ ِبا ِّن َيا
) ارى َومُسْ لِ ْم ِ (ر َواهُ ْالب َُخ َ ِمْرأَ ًة َي ْن ِك ُح َها َف ِهجْ َر ُت ُه ِا َلى َما َه َج َر ِا َل ْي ِه
َ ت ِهجْ َر ُت ُه لِ ُّد ْن َيا يُسِ ْي َب َها اَ ْو اْ ِو َمنْ َكا َن
َ إِ َّن َما شِ َفا ُء ْالعِيِّ ال ُّس َئال: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم
ُ(ر َواه ِ َقا َل َرس ُْو ُل: َعنْ َج ِاب ٍر َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل
َ هللا
) ْاَب ُْو دَاوُ ْد َو ْال ِّترْ ِم ِذي
ِ صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم أَ َّن ُه ْم َكا ُن ْوا ُي ْق َت ِر ُئ ْو َن ِمنْ َرس ُْو ِل
هللا ِ ان ُي ْق ِر ُئ َنا ِمنْ اَصْ َحا
َ ِّب ال َّن ِبي َ َحدَ َث َنا َمنْ َك
ت َفاَل َي ْئ ُخ ُذ ْو َن فِيْ ْال َع ْش ِر اأْل َ َخ ِرى َح َّتى َيعْ َلم ُْوا َما فِيْ َه ِذ ِه م َِن ْالع ِْل ِم
ٍ صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْش َر اَ َيا
َ
) (ر َواهُ اَحْ َم ْد َ َو ْال َع َم ِل
فضل العا لم على العابد كفضل: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول:عن ابي درداء قال
انما، وان اآل نبياء لم يورثوا دينارا والدرهما, وانما االعلماء ورثة اآل نبياء،القمر على الكو كب
) فمن اخده اخد بحظ وكفر (رواه ابو داود والتر مذى،ورثوالعلم
من سلك طريقا الى العلم:وعن ابي هريرة رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم انه قال
وانه العالم يستغفرله من في السموات ومن فى االرض حتى اليتا فى،سلك هللا طريقا ال الجنة
) ان العلماء ورثة االنبياء (رواه ابو داود،الخير
خير سليمان عليه السالم: قال النبي صلى هللا عليه وسلم:وعن ابن عباس رضي هللا عنه قال
) فاختار العلم فاعطي العلم والملك (رواه احمد,بين العلم والملك
يا ابا در لألن تخدو فتعلم بابا من كتب هللا تعا لى خيرا: عن ابى در قال عليه الصالة والسالم
)لك من ان تصلى مانة ركعة (رواه ابن ماجه
وقروا من تتعلمون منه (رواه: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:وعن انس رضي هللا عنه قال
)ابو حسن المردى
اقرب الناس من درجة: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:وعن امامة رضي هللا عنها قال
اما اهل العلم فد لعا الناس على ما جاءت به الرسول واما اهل الجهاد،النبوة اهل العلم والجهاد
)فجاهدوا باسيا فهم على ما جاءت به الرسل (رواه درقطن
صدقة جارية او علمينتفع به او ولد صالح يدعوا له:إذا مات إبن أدم إنقطع عمله إال من ثالث
NO.5
Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-
usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan
adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan
berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam
tidak sama dengan dogma atau persangkaan tetapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat
menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai
akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung
jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri
tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-
baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia
menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang
menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran
[10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min
mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam
konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman
dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam
merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta
meninggalkan kondisi buruk yang diamsalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang
yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan Din Islam.
Adapun sebutan orang yang beriman adalah Mu'min
Tahap dan Tingkatan Iman serta Keyakinan
Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah: