PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan Islam
Dalam konteks Islam, istilah Pendidikan mengacu pada makna dan asal
kata yang membentuk kata Pendidikan dalam hubungannya dengan Pendidikan
islam. Terdapat beberapa istilah umum yang digunakan dalam Pendidikan islam,
yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Setiap istilah tersebut mempunyai
makna yang berbeda karena adanya perbedaan teks dan konteks kalimatnya.1
1. Al-Tarbiyah
Kata al-tarbiyah berasal dari kata rabb, menurut al-Raghib al asfahaniy
adalah menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai
batas sempurna. Dalam al-qur’an dan terjemahannya, terbitan departemen
agama tahun 1982 bahwa kara Rabbaniy berarti orang yang sempurna ilmu
dan takwanya kepada Allah SWT. Kata Rabbaniy merupakan orang yang
memiliki ilmu pengetahuan yang sempurna dan mendalam, kemudian
terpanggil dengan kesadarannya sendiri untuk mengontribusikan ilmunya
untuk diajarkan kepada orang lain.
2. Al-Ta’lim
Kata ta’lim dalam al-qur’an menunjukkan sebuah proses pengajaran, yaitu
menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan, hikmah, kandungan ayat
suci, wahyu, sesuatu yang belum diketahui manusia, ketrampilan membuat
1
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 29.
alat pelindung, ilmu-ilmu baik yang disampaikan melalui proses al-ta’lim
tersebut dilakukan oleh Allah SWT, malaikat, dan para nabi.
H.M. Quraisy Shihab, ketika mengartikan kata yuallimu dengan arti
mengajar yang intinya mengisi benak anak didik dengan pengetahuan
yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.2
3. Al-Ta’dib
Naquib al-attas mengartikan al-ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat
yang tepat dari segala sesuatu. Melalui kata al-ta’dib Naquib al-attas ingin
menjadikan Pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak
mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta
menjadi dasar terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan.3
1. Pendidikan Tauhid
Misi kependidikan Nabi Muhammad SAW adalah menanamkan aqidah
yang benar, yaitu aqidah tauhid, mengesakan Tuhan, memahami seluruh
fenomena alam dan kemanusiaan sebagai suatu kesatuan, suatu yang
holistic, melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, matang secara
emosional dan kuat secara spiritual.
2. Pendidikan yang bernuansa duniawi dan ukhrowi
Intensitas bidang Pendidikan yang bernuansa duniawi maupun ukhrowi
diteruskan oleh generasi muslim berikutnya. Muhammad Munir Mursi
mengatakan bahwa tujuan esensial Pendidikan islam adalah mengantarkan
manusia untuk mencapai kesempurnaan atau yang dikenal dengan insan
kamil. Sedangkan Abdul Ghani Abud mengatakan bahwa Pendidikan
islam merupakan Pendidikan yang menginterpretasikan antara Pendidikan
spiritual, pencerdasan akal dan Pendidikan jasmani yang dapat
dilaksanakan diberbagai tempat seperti, sekolah formal, Masjid, dan lain
sebagainya.
3. Peningkatan kualitas
Salah satu misi sentral Nabi Muhammad SAW adalah peningkatan
kualitas SDM yang benar-benar utuh dan tidak hanya secara jasmaniyah
tetapi juga secara batiniyah, Pendidikan kualitas SDM dilaksanakan dalam
keselarasan dengan tujuan misi profetis Nabi untuk mendidik manusia,
memimpin mereka ke jalan Allah dan mengajak mereka untuk
menegakkan masyarakat yang adil, sehat, harmonis, sejahtera secara
material maupun spiritual.
Pendidikan dalam pegertian khusus merupakan salah satu aspek terpenting
dari membebaskan para tawanan kafir quraisy setelah mereka mengajar
anak-anak muslim untuk membaca dan menulis. Melalui kebijaksanaan
seperti ini Nabi Muhammad memberikan teladan, bahwa segala potensi
5
Iis Arifudin, “Paradigma Pendidikan Islam: Rahmatan Lil ‘Alamin (Gagasan dan Implikasinya
dalam Pendidikan Islam)”, Forum Tarbiyah, (Vol. 9, No. 2, tahun 2011), hlm. 145-147.
yang ada di lingkungan kaum muslimin, sekalipun potensi itu dimiliki
seorang non muslimin, dapat digunakan untuk peningkatan kualitas SDM
muslim.
4. Pendidikan akhlak dan suri tauladan (Uswah Hasanah)
Akhlak merupakan kebiasaan seseorang atau masyarakat dalam bentuk
ucapan maupun perbuatan yang sudah menjadi budaya dan mandarah
daging dalam kehidupan sehari-hari. Al islamu dinul ‘amal (Islam adalah
agama karya). Addin almu’amalah (Agama adalah interaksi antar
manusia). Kedua hadits tersebut mempertegas bahwa islam sebagai ajaran
bukan sebatas teori atau pemikiran belaka, tapi akhir dan dinamis dalam
kehidupan konkrit.6
َۖمْن َعِم َل َص اِلًح ا ِم ْن َذَك ٍر َأْو ُأْنَثٰى َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنُه َحَياًة َطِّيَبًة
َو َلَنْج ِز َيَّنُه ْم َأْج َر ُه ْم ِبَأْح َس ِن َم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن
6
Yahya Aziz, “Misi Pendidikan Nabi Muhammad (Kajian Tafsir Surat Al-Anbiya (21): 107, Saba’
(34): 28)”, Jurnal Sosial Humaniora, (Vol. 2, No. 1, tahun 2009), hlm. 81-83.
7
Nurbaiti, “Pendidikan Humanistik Islami Melalui Pembelajaran Aplikatif (Studi di Pondok
Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta)”, Kordinat, (Vol. XVIII, No. 1, tahun 2019), hlm. 161.
Artinya: “Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan akan kami beri balasan dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
KESIMPULAN