Anda di halaman 1dari 25

RESUME BUKU

TAFSIR PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Program
Studi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

RAMADHANI

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MAS’UDIAH SUKABUMI

(STAIMAS)

1443 H/2021 H
BAB 1

KONSEP DASAR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Ada beberapa perbedaan mengenai istilah pendidikan dalam bahasa
Arab, yaitu:
1. Kata “al-Tarbiyah” merupakan proses menyeluruh yang dilakukan terhadap
manusia, baik jiwa dan raganya, akal dan perasaannya, perilaku dan
kepribadiannya, sikap dan pemahamannya, cara hidup dan berpikirnya. Al-
Tarbiyah merupakan proses kegiatan, bukan sesuatu yang bersifat materi.
Aktivitas ini meliputi perhatian, pengarahan dan pemberian bantuan bantuan
untuk memformasi perilaku individu dan membantu pola tubuh, sosial,
kejiwaan, akhlak dan lainnya.
2. Kata at-Ta’lim merupakan proses pemberitahuan dan penjelasan tentang
sesuatu yang meliputi isi dan maksudnya secara berulang-ulang, kontinu,
bertahap, menggunakan cara yang mudah diterima, menurut adab-adab
tertentu, bersahabat, berkasih sayang sehingga muta’alimin mengetahui,
memahami dan memilikinya yang dapat melahirkan amal shaleh yang
bermanfaat di dunia dan akhirat untuk mencapai ridha Allah.
3. Kata at-tahzib memiliki arti sebagai pembinaan akhlak yang dilakukan
seorang muhadzib (guru) terhadap mutahadzib (murid) untuk membersihkan
dan memperbaiki perilaku dan hati nurani dengan sesegera mungkin karena
adanya suatu penyimpangan atau mewujudkan insan Muslim yang berhati
nurani bersih, berperilaku yang baik sesuai ajaran Allah SWT.
4. Kata at-Ta’dib mempunyai pengertian sebagai penanaman, pembinaan dan
pengokohan akhlak pada diri anak dengan syariat Allah dan cara yang baik
agar ia (muta’addib) berhati bersih, berperilaku baik, beriman, beramal
shaleh dan bertakwa untuk mencapai ridha Allah.

B. Kedukan Akal dan Wahyu dalam Islam


Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam itu sangat penting. Akal inilah
yang menjadi wadah dalam menampung akidah, syariah serta akhlak dan
menjelaskannya. Dengan menggunakan akalnya secara baik dan benar sesuai
dengan petunjuk Allah, manusia akan selalu merasa terikat dan dengan sukarela
mengikatkan diri kepada Allah SWT.
Namun, kedudukan dan peranan akal dalam ajaran Islam tidak boleh
bergerak tanpa bimbungan wahyu. Sebab, wahyu berfungsi untuk meluruskan
akal kalau ia menjurus ke jalan yang benar-benar salah akibat berbagai
pengaruh. Karena itu, Allah memberi petunjuk kepada umat manusia berupa
wahyu yang tertuang dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam, kedudukan akal dan wahyu merupakan “sokoguru” ajaran
Islam. Namun, perlu ditegaskan, dalam sistem ajaran Islam, wahyulah yang
pertama dan utama untuk dijadikan referensi, sedangkan akal menjadi peringkat
kedua. Wahyu langsung yang sekarang dapat dibaca dalam kitab suci Al-Qur’an
maupun wahyu yang tidak langsung melalui sunnah Rasulullah SAW., yang kini
dapat dibaca dalam kitab hadis-hadis shahih, memberi tuntunan, arah dan
bimbingan kepada akal manusia. Maka, akal manusia harus dimanfaatkan dan
dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalan
sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan dan diatur Allah SWT dalam wahyu-
Nya.

C. Konsep Ilmu dalam Islam


Belajar atau menuntut ilmu bagi kita yang mengatas namakan Muslim,
merupakan hal yang sangat mendasar alias penting. Bahkan, mengingat
pentingnya menuntut ilmu bagi setiap Muslim, perintah belajar atau pun
menuntut ilmu menempati posisi kedua setelah iman kepada Allah SWT.
Dengan ilmu yang diperoleh, seorang Muslim diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keimanannya dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan baik dan
benar.
Betapa pentingnya posisi mencari ilmu hingga Allah menyuruh kita agar
selalu mencari ilmu melalui beberapa firman-Nya dan sabda yang disampaikan
melalui kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW.: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis, maka, lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan: ‘berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS al-Mujadalah, 58:11)
Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa menuntut ilmu tidak mengenal
di mana dan dari siapa kita mendapatkannya. Di mana pun dan pada siapa pun
boleh dipelajari asal ilmu tersebut bermanfaat bagi kehidupan kaum muslimin,
khususnya dan kehidupan umat manusia pada umumnya serta tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, ilmu tersebut
dapat kita ambil dan kita manfaatkan.

D. Dasar-Dasar Pendidikan Islam


1. Dasar Pokok
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
2. Dasar Tambahan
a. Perbuatan dan Sikap Sahabat
b. Ijtihad
Dilihat dari segi materi, ijtihad terdiri dari beberapa jenis:
1) Qiyas (perbandingan)
2) Ijma’ (kesepakatan)
3) Istihsan (kebaikan)
4) Maslahah mursalah (kemaslahatan umat).

E. Proses Pendidikan
Islam selalu mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan, baik
keseimbangan dhohir maupun batin, keseimbangan dunia dan akhirat. Manusia
tidak dianjurkan oleh Islam hanya mencari pengetahuan yang hanya berorientasi
pada urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapkan tidak melupakan
pengetahuan tentang urusan dunia.
Islam menghendaki agar pemeluknya mempelajari pengetahuan yang
dipandang perlu bagi kelangsungan hidupnya hidupnya di dunia dan akhirat
kelak. “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS al-An’am, 06:32).

F. Tujuan Pendidikan Islam


Secara singkat, tujuan pendidikan Islam adalah mengarahkan dan
membimbing manusia melalui proses pendidikan sehingga menjadi orang
dewasa yang berkepribadian Muslim yang taqwa, berilmu pengetahuan dan
berketerampilan melaksanakan ibadah kepada Tuhannya sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam. Tujuan umum pendidikan Islam ialah Muslim yang
sempurna atau manusia yang taqwa atau manusia yang beriman atau manusia
yang selalu beribadah kepada Allah.

G. Orientasi Pendidikan Islam


Al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita
tentang konsep pendidikan yang komprehensif. Yaitu pendidikan yang tidak
hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga
beroriantasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak.
Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dengan dua piranti penting
untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Dengan dua piranti ini,
manusia mampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya.
Pengetahuan yang telah didapat manusia sudah seyogyanya
diorientasikan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Namun, tidak bileh
dilupakan bahwa manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan
sehingga tidak bisa serta merta kemajuan kemajuan pengetahuan dan tekhnologi
malah menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi
tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan
kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ta’abbudnya kepada Allah SWT.
BAB II
LANDASAN METODE PENDIDIKAN QUR’ANI

A. Pandangan Manusia dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan
mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Al-Qur’an justru
memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan
menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski
dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa aaat melakukan
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini.
Kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia itu baik, benar dan indah.
Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia
itu. Sungguh pun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar
itu indah dan mengisyaratkan adanya dilematis dan proses pencapaiannya. Di
dalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling
mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaiknya yaitu buruk, salah
dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi
sebagai manusia berkualitas muttaqin.

B. Manusia adalah Makhluk Pendidikan


Dalam konteks pendidikan Qur’ani, Nabi Muhammad SAW dijadikan
sebagai figur ideal seorang pendidik yang telah membuktikan dirinya sebagai
orang yang mampu mengubah perilaku individu-individu bahkan umat yang
terkenal memiliki sifat, karakter dan budaya yang keras dan kasar. Nabi
membimbing mereka menjadi pribadi yang saleh, cerdas, berani dan sifat-sifat
terpuji lainnya bahkan pribadi yang melahirkan kebudayaan dan peradaban yang
tinggi. Dalam pandangan pendidikan, upaya Nabi tersebut dikatakan sebagai
suatu tindakan nyata penerapan metode pendidikan yang tepat sesuai dengan
sasaran pendidikan.
Dalam hal ini, Allah SWT menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai
figur ideal seorang pendidik. Al-Quran menyatakan bahwa sungguh, telah ada
pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu. Pendidikan dalam hal
apa pun merupakan implikasi dari pandangan dasar tentang manusia. Demikian
pula pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan
implikasi dari pandangan tentang manusia menurut al-Qur’an, karena Nabi
merupakan figur nyata dari operasionalisasi nilai al-Qur’an, pandangannya
tentang manusia merupakan pandangan al-Qur’an pula.

C. Pengertian Metode Pendidikan Qur’ani


Secara ringkas, metode pendidikan Qurani dapat diartikan sebagai suatu
cara atau tindakan-tindakan dalam lingkup peristiwa pendidikan yang
terkandung dalam al-Qur’an. Dalam konsep ini, segala bentuk upaya pendidikan
didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi
Muhammad SAW. Metode atau jalan oleh al-Qur’an dilihat dari sudut obyek,
fungsi, akibat dan lainnya.

D. Landasan Teoritis Pendidikan Qur’ani


1. Landasan Ideal
Pandangan al-Quran tentang manusia ditekankan pada tiga aspek
penting yang membentuk kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah yang
mulia.
a) Asal usul kejadian dan tujuan hidup manusia.
b) Manusia sebagai makhluk psikis.
c) Manusia sebagai makhluk sosial.
2. Landasan Ta’abbudi
Dalam Islam, semua kegiatan harus dimaknai dengan ibadah. Karena
itu, di antara semua manusia memiliki posisi yang sama. Islam tidak
membolehkan kepada siapa pun melakukan kerusakan di muka bumi, baik
terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan.Islam selalu
berorientasi pada keselamatan bagi semua. Demikian pula, Islam tidak
membolehkan saling merugikan, menjatuhkan dan menyakiti.
3. Landasan Tasyri’ (Ketaatan terhadap Hukum Allah SWT)
Syariat menetapkan kaidah dan tatanan tingkahlaku Muslim yang
menjadikan kehidupannya terpola dan sistematis. Ciri khas syariat Islam
dilihat dari aspek berpikir dan terlihat dalam kemampuan berikut ini:
a. Berpikiran dan berwawasan luas karena memandang diri dan
kehidupannya secara utuh dan berkaitan dengan konsepsinya yang
menyeluruh tentang alam dengan seluruh aspek duniawi dan ukhrawi.
b. Berpikiran obyektif serta sadar tentang segala yang diperbuat, dikatakan
dan dikehendaki.
c. Berpikiran kritis menghadapi perkembangan zaman, untuk itu dituntut
berijtihad.
d. Berpikir logis dan mampu mendedukasi.
e. Senang belajar dan mencapai hakikat ilmiah yang menyebabkan
terwujudnya suatu masyarakat yang memiliki budaya berfikir kritis dan
kreatif yang dibentuk oleh system pengajaran dan pendidikan yang benar.

E. Tujuandan Karakter Metode Pendidikan Islam


Di antara karakteristik metode pendidikan Islam ialah:
1. Bersifat menyeluruh (komprehensif) dari proses pembentukan, penggunaan
sampai pada pengembangannya.
2. Luwes dan fleksibel.
3. Selalu berusaha menyeimbangkan antara teoridan praktik.
4. Lebih menekankan pada keteladanan dan kebebasan pendidik.
5. Berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi
terciptanya interaksi edukatif dan kondusif.
6. Usaha untuk memudahkan proses pengajaran dan tercapainya tujuan secara
efektif dan efisien.
Adapun tujuan utama metode qur’ani adalah memberikan kemudahan dalam
menyampaikan nilai-nilai pendidikan dengan berlandaskan pada ayat-ayat al-
Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW juga menanamkan nilai-nilai berpikir
yang kritis, sistematis, logis dan konsisten serta menyentuh segala aspek
kepribadian, baik sentuhan akal (aqliyah), hati(Qalbiyah), kejiwaan (nafsiah) dan
nurani (atifiah).

F. Prinsip-Prisip Metode Pendidikan Qur’ani


1. Prinsip Kasih Sayang
Kasih sayang, pada dasarnya member bentuk dan warna pada seluruh
tindakan praktis pendidikan Qur’ani. Kasih sayang merupakan landasan yang
membentuk teori dan praktik pendidikan Qur’ani. Konsep ini lahir dari dasar
keimanan yang memancarkan perasaan dan motivasi dalam seluruh tindakan
pendidikan.
2. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan yang di dasari dan dilakukan pendidik dalam suatu
tindakan pendidikan akan mendorong terdidik untuk membuka diri sehingga
bahan dan materi pendidikan dapat diserap dan menjadi bagian dari diri
terdidik di samping dapat merangsang terdidik untuk memperhatikan dan
mengembangkan potensi yang dimiliknya.
3. Konsep Keseimbangan (Harmoni)
Dalam pendidikan Qur’ani, konsep ini ditunjukkan kepada kodrat
dasar manusia sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki dimensi fisik dan
ruhani yang kualitasnya sangat ditentukan oleh adanya keseimbangan-
keseimbangan.
4. Prinsip Integralitas
Konsep ini berarti memandang terdidik bersama konteks waktu yang
dialaminya. Ini berarti bahwa pendidik melihat terdidik sekaligus dengan
mengikut sertakan situasi yang sedang terjadi dan dihayatinya berikut tempat
yang sedang dihuninya. Dengan demikian, tindakan pendidik akan senantiasa
mengikuti perkembangan dan perjalanan pengalaman yang sedang terjadi
pada diri terdidik atau dengan kata lain pendidikan selalu dilakukan secara
actual dan kontekstual.
BAB III
METODE DAN PROSES PEMBELAJARAN DALAM ISLAM

A. Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Adapun proses pembelajaran
adalah proses individu untuk mengubahperilaku dalam upaya memenuhi
kebutuhannya.

B. Unsur-Unsur Pembelajaran
1. Pendidik (guru)
2. Peserta didik (siswa)
3. Alat bantu.

C. Metode Mengajar
1. Sosiodrama
Pengajaran sosiodrama dapat menyajikan fungsi kelompok yang para
partisipannya dapan mengidentifikasikan konflik-konflik keluarga atau pun
masyarakat.
2. Metode Dialog (Hiwar)
Menurut Abdurrohman An-Nahlawi, dialog atau hiwar adalah
percakapan silih berganti yang dilakukan antara dua orang atau lebih melalui
tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah kepada suatu tujuan.

D. Komunikasi dalam Pembelajaran


Dalam pandangan Soelaeman, komunukasi pendidikan harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Guru bermaksud membantu siswa dalam upaya mempelajari berbagai hal
yang diperlukannya untuk mencapai tingkatan kehidupan dewasa.
2. Komunikasi guru dengan siswa bersifat timbal balik.
3. Komunikasi guru dengan siswa mengandung bobot normatif.
Komunikasi dalam pendidikan memiliki ciri khusus, yaitu bersifat
konstruktif, interaktif dan normatif. Proses pendidikan dalam Islam tidak lepas
dari peranan komunikasi, seorang pendidik dituntut harus menguasai konsep-
konsep utama komunikasi supaya apa yang disampaikannya kepada peserta
didik membuahkan hasil yang optimal.

E. Pendidikan dengan Keteladanan


Islam telah mengajarkan melalui Nabi Muhammad SAW dengan cara
meletakkan dalam pribadi Rasulullah suatu bentuk yang sempurna bagi metode
yang Islami agar jadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi selanjutnya
dalam kesempurnaan akhlak dan universalisme keagungannya.
Pemberian sesuatu yang baik dalam pandangan Islam merupakan
metode pendidikan yang efektif dan layak diberikan kepada anak didik. Jika
orang tua atau guru menginginkan anak tumbuh dalam kejujuran, amanah,
menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak diridhai Allah, kasih sayang,
memberikan keteladanan merupakan kunci utamanya.

F. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan


Dalam upaya memperbaiki anak dan eluruskan penyimpangan, para
pendidik hendaknya membedakan antara dua macam usia anak didik. Demikian
pula halnya dalam upaya pembiasaan dan pembekalan akhlaknya. Untuk orang
dewasa ada tata caranya tersendiri, demikian pula bagi anak kecil. Metode yang
digunakan Islam dalam upaya memperbaiki orang dewasa berkisar pada tiga
pokok, yaitu:
1. Ikatan aqidah
2. Penjelasan akan cela dari kejahatannya
3. Perubahan lingkungan
Kebiasaan merupakan salah satu metode yang dapat berpengaruh pada
kepribadian anak.

G. Pendidikan dengan Nasihat


Metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah
anak dan menyiapkannya, baik secara moral, emosional maupun sosial adalah
pendidikan anak dengan memberikannya nasihat atau petuah. Nasihat dan
petuah ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-
anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan
martabat yang luhur, menghiasi dengan akhlak serta membekalinya dengan
prinsip-prinsip yang Islam.

H. Pendidikan dengan Perhatian


Islam dalam keuniversalan prinsip dan peraturannya yang abadi
memerintahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan dan
senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anakanya dalam segala kehidupan
dan pendidikan universal. Melalui pendidikan perhatian yang dilakukan oleh
orang tua dan pendidik, anak akan merasa disayangi, merasa senang dan bahagia
serta merasa terawasi sehingga anak selalu mengikuti terhadap segala sesuatu
yang diperintahkan oleh orang tua dan pendidik serta mudah diarahkan pada
perilaku yang positif.
I. Pendidikan dengan Hukuman
Untuk menghindari adanya perbuatan sewenang-wenang dari pihak yang
menerapkan hukuman terhadap anak didik, maka harus dilakukan hal-hal
berikut:
1. Penerapan hukuman disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan.
2. Penerapan hukuman disesuaikan dengan jenis, usia dan sifat anak.
3. Penerapan hukuman dimulai dari yang ringan.
4. Jangan lekas menerapkan hukuman sebelum mengetahui sebab musababnya,
karena mungkin penyebabnya terletak pada situasi, peraturan atau pendidik.
5. Jangan menerapkan hukuman dalam keadaan marah, emosi atau sentimen.
6. Sedapat mungkin jangan menggunakan hukuman badan, melainkan pilihlah
hukuman yang pedagogis.
7. Perhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul dari hukuman tersebut.
8. Berilah bimbingan kepada yang terhukum agar mengakui kesalahannya.
9. Pelihara hubungan/jalinan kasih sayang antara pendidik yang menerapkan
hukuman dengan anak didik yang dikenai hukuman. Apabila terganggu,
hukuman tersebut harus diusahakan pemulihannya.
BAB 1V

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Peserta Didik


Peserta didik dapat diartikan sebagai orang yang tengah mencari ilmu,
baik dalam lembaga formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Perlu
diketahui dalam pendidikan Islam, hakikat ilmu itu bersumber dari Allah,
sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui proses belajar kepada guru.

B. Karakteristik Peserta Didik


1. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut
ilmu.
2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal yang ditunjang dengan
persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik dan psikis.
3. Senantiasa mengadakan perjalanan dan melakukan riset dalam rangka
menuntut ilmu.
4. Memiliki tanggung jawab.
5. Ilmu yang dimilikinya dapat dimanfaatkan.

C. Macam-Macam Karakter Peserta Didik


1. Sabar
2. Ikhlas
3. Jujur
4. Tawadhu’
5. Qona’ah
6. Toleran
7. Taat
8. Tawakal
9. Khauf dan raja’
10. Syukur

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakter Peserta Didik


1. Faktor Internal
Dalam pandangan al-Syaibani, watak peserta didik harus luwes, lentur,
bisa dibentuk dan diubah. Proses membentuk identitas sifat dan watak
dinamakan sosialisasi.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat peserta didik hidup diyakini besar pengaruhnya
terhadap pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik. Faktor
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga dan sekolah dalam
masyarakat luas.

E. Dimensi-Dimensi Peserta Didik


1. Dimensi Fisik (Jasmani)
2. Dimensi Akal
3. Dimensi Keberagaman
4. Dimensi Akhlak
5. Dimensi Rohani
6. Dimensi Seni
7. Dimensi Sosial

F. Kepribadian Peserta Didik


1. Definisi Kepribadian dan Ciri-Cirinya
Kepribadian merupakan sebuah proses yang dinamis dalam diri yang
terus menerus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fiaik dan mental)
sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap
orang terhadap lingkungan.
Kepribadian muslim memiliki memiliki hubungan yang sangat erat
dalam suatu lingkaran dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Hubungan yang mengikat tersebut meliputi Allah, alam sekitar dan manusia
itu sendiri. Melalui kepribadian muslim, manusia harus mampu
mengembangkan dirinya dengan bimbingan petunjuk Ilahi dalam rangka
mengemban tugas khalifah Allah di muka bumi dan selalu melaksanakan
kewajiban sebagai hamba Allah untuk melakukan pengabdian kepada-Nya
agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Macam-Macam Kepribadian Muslim
a. Kepribadian individu; yang meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk
sikap dan tingkah laku serta intelektual yang dimiliki masing-masing
secara khas sehingga ia berbeda dengan orang lain.
b. Kepribadian ummah; yang meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai
suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang meliputi sikap dan tingkah
laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya.
3. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
a. Proses pembelajaran.
b. Tahapan perkembangan perilaku.
c. Pembentukan kepribadian.
4. Tiga Langkah Mengubah Karakter
a. Terapi kognitif.
b. Terapi mental.
c. Perbaikan fisik.
5. Pembentukan Kepribadian Manusia
a. Pranatal education (tarbiyah qabl al-wiladah).
b. Education by another (tarbiyah ma’a ghairih).
c. Self education (tarbiyah al-Nafs).

G. Etika Peserta Didik


Menurut al-Ghazali, ada sebelas kewajiban peserta didik:
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi.
3. Bersikap rendah hati dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentingan pendidikannya.
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik untuk yujuan ukhrawi maupun
untuk duniawi.
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah
menuju pelajaran yang sukar.
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang
lainnya.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis suatu ilmu pengetahuan.
11. Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.
BAB V
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidik
Pendidik, dalam perspektif ilmu pendidikan Islam adalah orang dewasa
yang bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan dan semacamnya guna
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak didik, baik potensi
jasmani maupun rohani.

B. Sikap Pendidik
Mengenai sikap dan karakter yang dimiliki oleh pendidik ini, para ahli
pendidikan menyebutkan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik Islam yang ideal, yaitu:
1. Zuhud
2. Bersih tubuhnya
3. Bersih jiwanya
4. Tidak riya
5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
6. Tidak menyenangi permusuhan
7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas
8. Perbuatan harus sesuai dengan perkataan
9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan
10. Bijaksana
11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan
12. Rendah hati
13. Lemah lembut
14. Pemaaf
15. Sabar
16. Tidak merasa rendah diri.
C. Syarat Pendidik
Abu Ahmad mengungkapkan syarat-syarat yang harus dimiliki
pendidik dalam konteks ke-Indonesiaan sebagai berikut:
1. Harus berjiwa Pancasila
2. Memiliki rasa tanggung jawab
3. Cinta terhadap anak didik dan pekerjaannya
4. Kerelaan hati
5. Manusia sebenarnya
6. Lebih tinggi dalam segala hal
7. Memiliki kesabaran.

D. Metode Pendidikan
Ahmad Tafsir mengungkapkan beberapa metode pendidikan Islam
untuk menanamkan rasa iman:
1. Metode percakapan Qurani dan Nabawi
2. Metode kisah Qurani dan Nabawi
3. Metode perumpamaan Qurani dan Nabawi
4. Metode keteladanan
5. Metode pembiasaan
6. Metode ibrah dan mauizhah
7. Metode targhib dan tarhib.

E. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam


1. Individualitas
2. Kebebasan
3. Lingkungan
4. Globalisasi
5. Pusat-pusat minat
6. Globalisasi
7. Aktivitas
8. Motivasi
9. Korelasi dan konsentrasi.

F. Keutamaan Pendidik
Rasulullah SAW menggambarkan betapa tingginya kedudukan orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik). Hal ini beralasan bahwa dengan
pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan
menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam sehingga mampu
membawa manusia semakin dekat dengan Allah SWT.
Guru merupakan seorang pendidik profesional yaitu guru yang memiliki
kemampuan menguasai materi pelajaran sebagai modal pelaksanaan tugasnya
dengan baik dan benar serta berhasil dengan gemilang, sesuai dengan harapan
dan tujuan pendidikan Islam.

G. Tugas dan Tanggungjawab Pendidik


Di antara tugas dan tanggungjawab pendidik ialah sebagai berikut:
1. Mengajarkan pengetahuan agama Islam
2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak didik
3. Mendidik anak agar taat dalam menjalankan ajaran Islam
4. Mendidik anak agar berbudi pekerti luhur.

H. Kode Etik Pendidik


Kode etik pendidik yang dikembangkan oleh al-Kanani menekankan
makna penting kasih sayang dan lemah lembut terhadap peserta didik. Prinsip
kasih sayang dan lemah lembut ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW;
“sungguh, aku dan kamu laksana ayah dan anak”. Jika guru memiliki rasa kasih
sayang yang tinggi kepada muridnya, ia akan berusaha semaksimal mungkin
untuk meningkatkan keahliannya. Semangat belajar ini karena ia ingin
memberikan yang terbaik kepada murid-murid yang disayanginya.

I. Peran Pendidik
Al-Nahlawi berkesimpulan bahwa ada dua tugas pokok atau peran
utama seorang guru dalam pendidikan agama Islam:
1. Tugas pensucian
2. Tugas pengajaran.
BAB VI
TAFSIR AYAT-AYAT BERDIMENSI PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
B. Kewajiban Belajar Mengajar
1. Surat al-‘Alaq [96]: 01-05
2. Surat al-Ghasyiah [88]: 16-20
3. Surat Ali Imran [03]: 190-191
4. Surat at-Taubah [09]: 122

C. Tujuan Pendidikan
1. Surat Ali Imran [03]: 138-139
2. Surat al-Fath [48]: 29
3. Surat al-Hajj [22]: 41
4. Surat adz-Dzariyat [51]: 56
5. Surat al-Baqoroh [2]: 247
6. Surat Hud [11]: 61

D. Subyek Pendidikan
1. Surat ar-Rahman [55]: 01-04
2. Surat an-Najm [53]: 05-06
3. Surat an-Nahl [16]: 43-44
4. Surat al-Kahfi [18]: 66

E. Obyek Pendidikan
1. Surat at-Tahrim [66]: 06
2. Surat asy-Syu’ara [42]: 241
3. Surat an-Nisa [04]: 170
F. Metode Pengajaran
1. Surat al-Maidah [05]: 67
2. Surat an-Nahl [16]: 125
a. Al-Hikmah
b. Mujadalah
c. Mau’izhah Hasanah
3. Surat an-Nahl [16]: 11-13
4. Surat al-A’rof [07]: 176-177
5. Surat Ibrahim [14]: 24-25
6. Surat al-Ankabut [29]: 46

Anda mungkin juga menyukai