Disusun Oleh:
Kelompok 6
Anisa Sarah Azzahra 1192090013
Dede Hidayatullah 1192090025
Elsa Indah Safitri 1192090031
Fini Nur Aisyah Zulfa 1192090038
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi
manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan
tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Agama Islam
adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek
kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan
kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia
dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah. Bilamana pendidikan kita
artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia
berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam
masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas
(kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia
menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan islam ?
2. Apa sumber dan dasar pendidikan islam ?
3. Apa tujuan pendidikan islam ?
4. Apa fungsi pendidikan islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa hakikat pendidikan Islam;
2. Untuk mengetahui sumber dan dasar pendidikan Islam;
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam;
4. Untuk mengetahui fungsi pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah
maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu. Jalal memberikan alasan bahwa proses taklim lebih umum dibandingkan
dengan proses tarbiyah.
Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada kaum muslimin,
Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca,
melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian,
tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-
nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah,
dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya
serta berguna bagi dirinya.
Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan
berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan
yang lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta.
Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dengan
demikian kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak,
tetapi juga orang dewasa. Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya
merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya menyangkut domain kognitif. Al-Attas
menganggap kata taklim lebih dekat kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru
kepada pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak memberikan porsi
pengenalan secara mendasar.
Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk menunjuk
pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan:
Fauziyati, D. (2018). Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Sejarah Islam Dan Al-Quran.
1–23. https://doi.org/10.31219/osf.io/wpfus
Fitriana, D. (2020). Hakikat Dasar Pendidikan Islam. Tarbawy : Jurnal Pendidikan Islam, 7(2),
143–150. https://doi.org/10.32923/tarbawy.v7i2.1322