Dalam pendidikan Islam, ta'dib memiliki tiga unsur utama: pengembangan iman, ilmu,
dan amal. Ketiga unsur ini saling terkait karena iman menjadi landasan bagi ilmu, dan ilmu
tersebut harus direalisasikan dalam amal. Iman mengakui ciptaan Allah, ilmu dijalankan
dengan iman, dan amal dihasilkan dari iman dan ilmu tersebut. Seseorang yang memiliki
iman dan amal yang baik dianggap sebagai pengabdi Allah yang mampu berkontribusi pada
kesejahteraan bersama. Mereka menjaga hubungan dengan Allah dan sesama manusia.
Realisasi dari keimanan ini tercermin dalam kreativitas dan inovasi yang berguna bagi
kehidupan bersama. Hubungan antara tarbiyah, ta'lim, dan ta'dib mencerminkan nilai-nilai
tauhid dan tujuan pendidikan Islam yang terangkum dalam akhlak yang mulia (akhlak al-
karimah). Ketiga konsep ini memperkuat pendidikan Islam dengan pendekatan yang berfokus
pada pembentukan akhlak mulia sesuai ajaran al-Qur'an. Pendidikan Islam dalam konsep
tarbiyah menekankan peran utusan Allah (Rasulullah) dalam menyampaikan pendidikan
kepada umat. Konsep ta'lim berkaitan dengan transfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
intelektualitas peserta didik. Sedangkan ta'dib merupakan proses mendidik yang lebih
menitikberatkan pada pembinaan akhlak peserta didik. Ayat-ayat al-Qur'an menjadi landasan
utama dalam menggambarkan konsep pendidikan Islam ini.
Ilmu Pendidikan Islam memiliki cakupan yang luas, melibatkan banyak pihak yang
terlibat secara langsung atau tidak langsung. Objek ilmu Pendidikan Islam terletak pada
situasi pendidikan yang terjadi dalam konteks dunia pengalaman. Beberapa segi yang
menjadi objek ilmu Pendidikan Islam meliputi:
1) Perbuatan Mendidik: Ini merujuk pada sikap dan tindakan pendidik dalam menuntun,
membimbing, dan memberikan bantuan kepada anak didik menuju tujuan Pendidikan
Islam.
2) Anak Didik: Merupakan pihak yang menjadi objek utama dalam proses pendidikan
karena segala perbuatan mendidik dilakukan untuk membawa mereka menuju tujuan
Pendidikan Islam.
3) Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam: Menjadi landasan serta sumber dari segala
kegiatan pendidikan Islam. Tujuan ini menunjukkan arah yang diharapkan anak didik
capai.
4) Pendidik: Sebagai subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Peran pendidik
sangat berpengaruh terhadap hasil dari Pendidikan Islam.
5) Materi Pendidikan Islam: Merupakan bahan atau pengalaman belajar dalam ilmu
agama Islam yang disusun untuk disampaikan kepada anak didik.
6) Metode Pendidikan Islam: Cara yang digunakan pendidik untuk menyampaikan
materi Pendidikan Islam agar dapat diterima dengan baik oleh anak didik.
7) Evaluasi Pendidikan: Berisi cara-cara untuk mengevaluasi atau menilai hasil belajar
anak didik.
8) Alat-alat Pendidikan Islam: Berbagai perangkat atau alat yang digunakan dalam
pelaksanaan Pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan.
9) Lingkungan Sekitar: Situasi atau kondisi sekitar yang juga memengaruhi jalannya
serta hasil dari pendidikan Islam yang dilaksanakan.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan visi, misi, tujuan, dan
karakteristik pendidikan itu sendiri, yang seluruhnya didasarkan pada ajaran Islam.
Pendekatan pendidikan ini menekankan bahwa setiap aspek dari pendidikan, mulai dari
proses belajar-mengajar, peran pendidik, peserta didik, sarana prasarana, pembiayaan,
pengelolaan, lingkungan, hingga evaluasi, haruslah disusun berdasarkan ajaran Islam. Berikut
adalah pandangan beberapa ahli tentang ilmu Pendidikan Islam:
1. Samsul Nizar menggambarkan pendidikan Islam sebagai serangkaian proses
terencana, sistematis, dan komprehensif untuk mentransfer nilai-nilai Ilahiyat dari
ajaran agama (Al-Quran dan hadis) ke dalam semua dimensi kehidupan anak didik.
2. Achmadi melihat pendidikan Islam sebagai usaha untuk menjaga dan
mengembangkan fitrah manusia serta potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia
yang lengkap sesuai dengan norma Islam.
3. Zakiah Darajat mengartikan pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pribadi
Muslim yang mengamalkan ajaran Allah dan Rasul-Nya, yang hanya dapat terwujud
melalui pendidikan.
4. Hery Noer Ali mendefinisikan ilmu pendidikan Islam sebagai ilmu yang berlandaskan
pada Islam. Setiap teori dalam ilmu ini harus memiliki tanggung jawab moral Islam.
5. Ahmad Tafsir menganggap ilmu pendidikan Islam sebagai ilmu yang berakar pada
Al-Quran, hadis, dan akal. Dalam hal ini, Al-Quran dan hadis menjadi dasar utama,
diikuti oleh pemikiran akal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
6. Muhaimin memandang pendidikan Islam dalam beberapa dimensi, termasuk sebagai
pembentukan ajaran dan nilai-nilai fundamental dari Al-Quran dan hadis, serta
sebagai proses pembudayaan ajaran agama, budaya, dan peradaban umat Islam dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu Pendidikan
Islam adalah ilmu yang didasarkan pada ajaran Al-Quran dan hadis. Ini melibatkan upaya
membimbing dan membina aspek fisik dan spiritual peserta didik dengan tanggung jawab
moral, serta membangun seluruh komponen pendidikan lainnya, sesuai dengan ajaran Islam.
Segmen-segmen ini mencakup aspek-aspek yang penting dalam konteks pendidikan Islam,
melibatkan interaksi antara pendidik, materi, metode pengajaran, evaluasi, serta faktor
lingkungan yang memengaruhi proses dan hasil pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan visi, misi, tujuan,
dan karakteristik pendidikan itu sendiri, yang seluruhnya didasarkan pada ajaran Islam.
Pendekatan pendidikan ini menekankan bahwa setiap aspek dari pendidikan, mulai dari
proses belajar-mengajar, peran pendidik, peserta didik, sarana prasarana, pembiayaan,
pengelolaan, lingkungan, hingga evaluasi, haruslah disusun berdasarkan ajaran Islam. Berikut
adalah pandangan beberapa ahli tentang ilmu Pendidikan Islam:
1. Samsul Nizar menggambarkan pendidikan Islam sebagai serangkaian proses
terencana, sistematis, dan komprehensif untuk mentransfer nilai-nilai Ilahiyat dari
ajaran agama (Al-Quran dan hadis) ke dalam semua dimensi kehidupan anak didik.
2. Achmadi melihat pendidikan Islam sebagai usaha untuk menjaga dan
mengembangkan fitrah manusia serta potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia
yang lengkap sesuai dengan norma Islam.
3. Zakiah Darajat mengartikan pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pribadi
Muslim yang mengamalkan ajaran Allah dan Rasul-Nya, yang hanya dapat terwujud
melalui pendidikan.
4. Hery Noer Ali mendefinisikan ilmu pendidikan Islam sebagai ilmu yang berlandaskan
pada Islam. Setiap teori dalam ilmu ini harus memiliki tanggung jawab moral Islam.
5. Ahmad Tafsir menganggap ilmu pendidikan Islam sebagai ilmu yang berakar pada
Al-Quran, hadis, dan akal. Dalam hal ini, Al-Quran dan hadis menjadi dasar utama,
diikuti oleh pemikiran akal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
6. Muhaimin memandang pendidikan Islam dalam beberapa dimensi, termasuk sebagai
pembentukan ajaran dan nilai-nilai fundamental dari Al-Quran dan hadis, serta
sebagai proses pembudayaan ajaran agama, budaya, dan peradaban umat Islam dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu Pendidikan
Islam adalah ilmu yang didasarkan pada ajaran Al-Quran dan hadis. Ini melibatkan upaya
membimbing dan membina aspek fisik dan spiritual peserta didik dengan tanggung jawab
moral, serta membangun seluruh komponen pendidikan lainnya, sesuai dengan ajaran Islam.
Terdapat tiga komponen dasar manusia sejak lahir: tubuh, ruh, dan akal. Tubuh
berkembang sesuai dengan sunatullah, yaitu melalui konsumsi nutrisi yang
memungkinkannya tumbuh dan berkembang. Sementara ruh dan akal berkembang melalui
proses pendidikan. Keseluruhan tiga komponen tersebut membentuk kesatuan utuh yang tak
terpisahkan. Tujuan pendidikan Islam harus memperhatikan ketiga komponen ini agar
mereka berkembang dengan baik. Kegagalan pendidikan dalam menghasilkan ketiga
komponen tersebut mengakibatkan hasil pendidikan yang tidak memenuhi kualifikasi
manusia sebagai khalifah. Pandangan tentang tujuan pendidikan Islam menimbulkan pro dan
kontra di antara para ahli. Sebagian beranggapan bahwa ilmu harus berasal dari pengalaman
empiris, sementara Islam berasal dari wahyu Tuhan yang kebenarannya mutlak dan sulit
dibuktikan secara empiris. Namun, pandangan ini tidak sesuai dengan Islam, yang menurut
H.A.R Gibb, adalah sistem peradaban yang lengkap dan berbasis pada wahyu Tuhan. Tujuan
pendidikan Islam, menurut para pakar, terbagi menjadi umum dan khusus:
1. Tujuan Umum Pendidikan Islam
- Membentuk akhlak yang mulia.
- Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan dunia dan akhirat.
- Memperlengkapi peserta didik dalam dunia usaha dan profesionalisme.
- Menanamkan semangat ilmiah kepada peserta didik.
- Mempersiapkan peserta didik dalam bidang teknik dan pertukangan.
2. Tujuan Khusus Pendidikan Islam
- Mengenalkan aqidah Islam dan tatacara beribadah yang benar.
- Menumbuhkan kesadaran akan prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang baik.
- Menanamkan keimanan kepada Allah, malaikat, rasul, dan kitab-kitab suci.
- Mengembangkan minat dalam menambah ilmu pengetahuan keagamaan dan
hukum-hukum Islam.
- Menumbuhkan cinta dan penghargaan terhadap Al-Qur'an.
Tujuan-tujuan pendidikan Islam, baik yang umum maupun khusus, memiliki
jangkauan yang luas dan memerlukan penjabaran lebih lanjut agar lebih operasional dan
fungsional. Abdurrahman Saleh Abdullah menyebut ada tiga tujuan pokok pendidikan Islam,
yaitu tujuan jasmaniah, ruhani, dan mental. Tujuan-tujuan ini mencakup aspek fisik, spiritual,
dan mental peserta didik.
Makalah Ilmu Pendidikan Islam 1
Islam adalah agama yang sangat besar dan terus berkembang. Penting untuk
mempelajari Islam secara mendalam, terutama dalam bidang pendidikan Islam, agar kita
memiliki pemahaman yang mendalam tentangnya. Pendidikan Islam melibatkan komponen-
komponen dan sistem terpadu untuk mencapai tujuan tertentu. Ilmu pendidikan Islam adalah
tuntutan hidup dan konsekuensi logis dari ajaran Islam. Dalam menerapkan sistem
pendidikan Islam, tinjauan teoritis diperlukan untuk memastikan bahwa nilai-nilai konsep
ilahi terwakili. Pada era modern, persepsi guru terlihat rapuh. Banyak guru yang melihat diri
mereka hanya sebagai petugas yang mendapatkan gaji, bukan sebagai pengemban amanat
suci untuk mengembangkan potensi anak didik. Ada kecenderungan materialisme dan
pragmatisme, dan guru kurang menjadi figur teladan.
Profesi guru saat ini menjadi perbincangan di kalangan pakar pendidikan dan
masyarakat umum. Beberapa guru mengabaikan pentingnya membangun prinsip "ilmu dan
amal yang ikhlas semata untuk Allah," yang merupakan konsep sulit dipahami karena jarak
mereka dari metode-metode Ilahi. Penerapan pendidikan kemandirian bagi pelajar
memerlukan perencanaan yang lengkap, termasuk rencana, langkah-langkah, metode
pengajaran, dan lainnya. Hal ini bertujuan agar para pelajar menjadi tegar dalam
melaksanakan nilai-nilai alamiyah dan tidak ragu-ragu.
Pendidikan Islam" dapat dipahami dalam tiga konteks berbeda:
1. Pendidikan (menurut) Islam: Dilihat dari sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran
tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang ideal, bersumber dari al-Qur'an
dan as-Sunnah. Pendidikan (menurut) Islam bersifat filosofis, diinterpretasi, dan
dikembangkan dari ajaran Islam otentik.
2. Pendidikan (dalam) Islam: Dipahami sebagai proses dan praktik penyelenggaraan
pendidikan di kalangan umat Islam sepanjang sejarah, tumbuh dan berkembang sejak
zaman Nabi Muhammad hingga saat ini. Pendekatan ini bersifat historis atau sejarah
pendidikan Islam.
3. Pendidikan (agama) Islam: Melihat Islam sebagai agama panduan hidup umat Islam.
Pendidikan (agama) Islam merupakan upaya transformasi ajaran-ajaran Islam agar
menjadi pandangan hidup bagi umat Islam, menekankan teori pendidikan Islam.
Dalam pembahasan mengenai pendidikan Islam, sering muncul polemik terkait
terjemahan bahasa Arab yang sesuai. Istilah-istilah seperti al-tarinah, alta'lim, dan al-ta'dib
digunakan oleh pemikir Muslim untuk merinci aktivitas pendidikan. Pendidikan Islam
bermutu dapat terwujud melalui keterlibatan seluruh komponen pendidikan, termasuk guru,
orangtua, dan masyarakat. Pemahaman dan komitmen yang sama penting untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Manajemen pendidikan perlu disederhanakan dan diarahkan
pada pola berpikir sistematis. Proses manajemen pendidikan melibatkan perencanaan,
implementasi, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Dukungan sosial dari lingkungan
sekitar, termasuk pemerintah daerah, berperan penting dalam peningkatan mutu pendidikan.
Di era demokrasi, masyarakat memiliki peran lebih besar dalam menilai kekuatan lembaga
pendidikan. Kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah.
Kepala daerah dengan visi yang baik dapat mendorong perkembangan pendidikan di
daerahnya.
Manajemen sumber daya manusia menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing
organisasi. Faktor kualitas sumber daya manusia tidak hanya memengaruhi organisasi dan
kompetitornya tetapi juga memenuhi tuntutan pelanggan eksternal. Quality dalam pendidikan
dapat dimaknai sebagai continuous improvement dan force field analysis. Fokus pada
pelanggan, keterlibatan total, adanya ukuran baku mutu lulusan, komitmen, dan perbaikan
yang berkelanjutan menjadi karakteristik quality bagi lembaga pendidikan. Sistem
perencanaan pembelajaran dalam pendidikan bertujuan mempengaruhi peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan adalah usaha sadar oleh
keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan di sekolah
dan luar sekolah. Pendikan Islam memiliki peran penting dalam mengembangkan
pengetahuan dan mencari kebenaran, sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari al-
Qur'an dan al-hadits. Kebenaran tersebut memengaruhi karakter dan membentuk watak serta
peradaban umat Islam.
Sistem, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah perangkat unsur yang saling
berkaitan secara teratur, membentuk totalitas, dan susunan yang teratur dari pandangan, teori,
asas, dan sebagainya. Dalam konteks pendidikan Islam, sistem pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai seperangkat unsur yang terorganisir secara terpadu, berorientasi pada ajaran
Islam, dan saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. Keistimewaan Sistem Pendidikan
Islam meliputi:
1. Korelasi dengan Agama: Terdapat korelasi antara bahan pelajaran dengan ajaran
agama Islam.
2. Prinsip Desentralisasi: Mewujudkan prinsip dan sistem desentralisasi dalam belajar.
3. Asas Persamaan dan Demokratisasi: Mengedepankan asas persamaan dalam
pengajaran dan demokratisasi dalam pendidikan Islam.
4. Kaitan dengan Kehidupan Manusia: Mengkaitkan ajaran agama dengan kehidupan
manusia.
5. Kewajiban Mengajar: Berdasarkan asas kewajiban mengajar.
Dengan demikian, sistem pendidikan Islam memiliki struktur terorganisir yang
didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, memastikan keterkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, dan mempromosikan nilai-nilai demokratisasi serta persamaan dalam pengajaran.
Komponen Pendidikan dalam Sistem:
Pendidikan sebagai sistem memiliki komponen-komponen yang berperan dalam keseluruhan
proses pendidikan. Komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Tujuan Pendidikan:
- Daerah jasmani, akal, dan hati sebagai bidang pembinaan pendidikan.
- Menekankan pada pengembangan positif dan maksimal individu.
2. Pendidik:
- Orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.
- Orang tua memiliki tanggung jawab utama, diikuti oleh guru dan masyaraka
3. Peserta Didik:
- Individu yang sedang belajar, mencakup anak-anak dan orang dewasa.
- Harus mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh akhlak yang baik.
4. Bahan/Media Pendidikan:
- Alat atau media pembelajaran seperti al-Qur'an, gambar, audio recording, keteladanan,
dan lainnya.
- Memainkan peran penting dalam efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
5. Metode:
- Strategi-langkah dalam proses pembelajaran, termasuk metode hiwar (dialog), kisah,
keteladanan, ibrah (pelajaran), dan targhib (pemberian dorongan) dan tarhib
(penghindaran).
6. Kurikulum:
- Rencana pembelajaran dan media acuan lembaga pendidikan.
- Menentukan arah dan keberhasilan pendidikan.
7. Evaluasi:
- Proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk membuat
keputusan.
- Diperlukan untuk mengukur keberhasilan dan mencapai target dalam proses pendidikan.
Dengan keseluruhan komponen ini bekerja secara terintegrasi, sistem pendidikan diharapkan
dapat mencapai tujuan pendidikan Islam dengan baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "prinsip" diartikan sebagai "asas/dasar"
atau kebenaran yang menjadi pokok berpikir dan bertindak. Pendekatan Dagobert D Runes
menjelaskan bahwa prinsip adalah kebenaran universal yang menjadi sifat dari sesuatu.
Pendidikan, pada dasarnya, adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku melalui upaya
pengajaran dan pelatihan untuk mendewasakan manusia. Prinsip pendidikan, dalam konteks
ini, dapat diartikan sebagai kebenaran universal yang menjadi dasar dalam merumuskan
perangkat pendidikan, termasuk ajaran agama atau ideologi negara. Dalam konteks
pendidikan Islam, sebagai sistem keagamaan, prinsip pendidikan Islam adalah suatu proses
yang dilakukan oleh orang dewasa dengan penekanan pada bimbingan Islami, bertujuan agar
peserta didik mencapai hasil yang baik baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan
demikian, prinsip pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai asas atau dasar dari upaya
bimbingan yang lebih ditekankan pada membentuk kepribadian sesuai dengan ajaran Islam,
dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Usman Abu Bakar menekankan
bahwa prinsip pendidikan Islam adalah dasar pandangan, keyakinan, dan pendirian yang kuat
dalam menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan Islam.
1. Pendekatan Psikologis:
- Menekankan dorongan persuasif dan motivatif untuk menggerakkan daya kognitif,
konatif, dan afektif anak didik.
- Fokus pada penciptaan hal-hal baru, kemauan keras, dan kemampuan emosional.
2. Pendekatan Sosial-Kultural:
- Berkaitan dengan pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan
masyarakat.
- Berorientasi pada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan
berperadaban.
3. Pendekatan Religi:
- Membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik secara
komprehensif intensif dan ekstensif.
- Menekankan bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya mengandung nilai-nilai
Ketuhanan.
4. Pendekatan Historis:
- Fokus pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan nilai keagamaan melalui proses
kesejarahan.
- Menyajikan dan mempertimbangkan faktor waktu secara kronologis sebagai titik tolak,
dengan memperhatikan keteladanan.
5. Pendekatan Komparatif:
- Dilakukan dengan membandingkan gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang
ditetapkan seiring dengan situasi dan zaman.
- Mencakup studi perbandingan baik di bidang hukum agama maupun antara hukum agama
dengan hukum lain seperti hukum adat, hukum pidana/perdata, dan sebagainya.
6. Pendekatan Filosofis:
- Berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah.
- Mencari kebenaran dengan menggunakan akal atau rasio sebagai dasar pendekatan.
Pendekatan-pendekatan ini membantu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan
dan mendukung keberhasilan pendidikan anak didik, dengan mempertimbangkan aspek
psikologis, sosial-kultural, religius, historis, perbandingan, dan filosofis dalam konteks
pendidikan Islam.
Metode berasal dari kata Yunani "meta" yang berarti "melalui" dan "hodos" yang
berarti "jalan atau cara", sehingga metode dapat diartikan sebagai suatu jalan atau cara yang
dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan metodologi berasal dari kata metoda dan logi,
dimana logi berarti akal atau ilmu, sehingga metodologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam konteks bahasa Arab,
metode dalam pendidikan Islam dapat diungkapkan dengan kata-kata seperti atthariqah,
manhaj, dan alwashilah. Ada beberapa macam metode dalam pendidikan Islam, antara lain:
1. Metode Dialog Qur’ani dan Nabawi:
- Melibatkan pendidikan dengan cara berdiskusi, seperti yang digunakan oleh Al-Qur'an
dan hadits-hadits nabi.
- Melibatkan dialog khitabi dan ta'abudi (bertanya dan menjawab), dialog deskriptif dan
naratif, dialog argumentatif, dan dialog nabawi.
2. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi:
- Melibatkan pendidikan dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis, untuk
menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
3. Metode Perumpamaan:
- Melibatkan pendidikan dengan memberikan perumpamaan untuk memudahkan
pemahaman konsep.
- Perumpamaan yang diungkapkan oleh Al-Qur'an memiliki tujuan psikologi edukatif
dengan makna mendalam dan maksud tinggi.
4. Metode Keteladanan:
- Melibatkan pendidikan dan pengajaran dengan memberikan contoh teladan yang baik
kepada anak didik.
5. Metode Ibrah dan Mau’izhah:
- Melibatkan metode "nasehat" dengan memberikan motivasi kepada anak didik.
- Efektif dalam membentuk pemahaman anak didik terhadap hakekat sesuatu dan
memotivasi mereka untuk bersikap luhur dengan prinsip-prinsip Islam.
6. Metode Targhib dan Tarhib:
- Melibatkan metode "ancaman" atau "intimidasi" dengan memberikan hukuman atas
kesalahan peserta didik.
- Istilah targhib dan tarhib dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah merujuk pada ancaman atau
intimidasi melalui hukuman sebagai konsekuensi dari dosa kepada Allah dan Rasul-Nya.
Metode-metode ini efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi
mereka, memungkinkan kaum mukminin untuk membuka hati manusia terhadap petunjuk
ilahi dan konsep-konsep pendekatan Islam serta menempatkan manusia di atas permukaan
bumi dengan kedalaman pemahaman sejarah Islam. Terdapat berbagai jenis pendekatan
dalam konteks pendidikan:
1. Pendekatan Tradisional: Fokus pada pengajaran langsung, buku teks, dan penilaian
berbasis ujian.
2. Pendekatan Konstruktivis: Siswa membangun pengetahuan melalui pengalaman,
refleksi, dan interaksi dengan guru sebagai fasilitator.
3. Pendekatan Behavioristik: Menekankan perubahan perilaku sebagai indikator
pembelajaran dengan penguatan positif atau negatif.
4. Pendekatan Kognitif: Fokus pada pemahaman, pemecahan masalah, dan
pengembangan kemampuan berpikir kritis.
5. Pendekatan Sosial-Konstruktivis: Pembelajaran melalui interaksi sosial, kolaborasi,
dan berbagi ide.
6. Pendekatan Humanistik: Menekankan pengembangan pribadi, pemahaman diri, dan
menghargai individualitas siswa.
7. Pendekatan Eksperiential: Siswa belajar melalui pengalaman langsung, eksplorasi,
dan praktik.
8. Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran: Pembelajaran melalui bermain dan
eksplorasi, terutama pada anak usia dini.
9. Pendekatan Montessori: Memberikan kebebasan dan otonomi kepada siswa dalam
memilih kegiatan pembelajaran.
10. Pendekatan Waldorf: Menekankan pendidikan holistik yang mencakup semua aspek
perkembangan.
11. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek: Siswa terlibat dalam proyek-proyek
berbasis masalah.
12. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Siswa berkembang pada tingkat
kompetensi mereka.
13. Pendekatan Inklusif: Memasukkan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan ke
dalam lingkungan pembelajaran yang sama.
14. Pendekatan Berbasis Teknologi: Menggunakan teknologi dalam pembelajaran.
15. Pendekatan Berdasarkan Masalah: Siswa memecahkan masalah yang diberikan.
16. Pendekatan Berbasis Nilai: Meningkatkan karakter dan nilai-nilai moral siswa.
17. Pendekatan Pendidikan Holistik: Pengembangan seluruh individu.
Beberapa metode pendidikan yang umum digunakan dalam praktik pembelajaran
termasuk Ceramah, Diskusi, Demonstrasi, dan Tanya Jawab. Pemilihan pendekatan dan
metode ini tergantung pada konteks dan tujuan pembelajaran.