PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan
Islam. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidik sangat
berperan besar sekaligus menentukan ke mana arah potensi peserta didik yang akan
dikembangkan. Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan,
tetapi pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini
membuktikan bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana
cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta
didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus
dalam upaya pengembangan keilmuannya.
Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam memiliki
karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Karakteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam
pandangan pendidikan lainnya. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan
persyaratan ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang
dikehendaki oleh Islam. Tentu semua itu tidak terlepas dari landasan ajaran Islam itu
sendiri, yaitu al-Qur’an dan Sunnah yang menginginkan perkembangan pendidik dan
peserta didik tidak bertentangan dengan ajaran kedua landasan tersebut sesuai dengan
pemahaman maksimal manusia.
Jika karakteristik yang diinginkan oleh pendidikan Islam tersebut dapat dipenuhi,
maka pendidikan yang berkualitas niscaya akan dapat diraih. Untuk itu, kajian dan
analisis filosofis sangat dibutuhkan dalam merumuskan konsep pendidik dan peserta
didik dalam perspektif pendidikan Islam sehingga diperoleh pemahaman yang utuh
1 |Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam Terhadap Pendidik dan Peserta Didik
tentang kedua komponen tersebut. Makalah yang sederhana ini akan menguraikan
tentang tinjauan filosofis tentang pendidikan Islam terhadap pendidik dan peserta
didik dalam perspektif filsafat pendidikan Islam. Diharapkan makalah ini menjadi
bahan diskusi lebih lanjut agar dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas
tentang kedua komponen itu sehingga berguna dalam upaya mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan secara efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan hakikat pendidikan Islam.
2. Mengetahui pengertian dan hakikat pendidik.
3. Mengetahui dan memahami kedudukan pendidik.
4. Mengetahui kompetensi pendidik.
5. Mengetahui pengertian dan hakikat peserta didik.
6. Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pendidikan Islam.
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam
Manusia adalah subjek sekaligus objek dalam pendidikan. Manusia tidak dapat
berkembang secara sempurna tanpa ada pendidikan. Hasan Langgulung menyebut
tiga alasan manusia memerlukan pendidikan. Pertama, ada upaya pewarisan nilai
(transfer of value) antara generasi tua ke generasi muda dalam tatanan masyarakat
yang bertujuan agar nilai hidup manusia seperti intelektual, seni, politik, ekonomi,
dan tetap terpelihara, upaya ini dikenal dengan pendidikan. Kedua, manusia dalam
kehidupannya sebagai individu berkecenderungan untuk mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki secara optimal sehingga membutuhkan sarana yang disebut
pendidikan. Ketiga, manusia dapat mengaplikasikan pewarisan nilai dan
pengembangan potensi yang dimiliki memerlukan pendidikan. Ada tiga kata kunci
pendidikan yang berkaitan dengan pengertian umum pendidikan, yaitu insting,
pendidikan, dan kebudayaan.
Di dunia Muslim dikenal beberapa istilah seperti al-tarbiyyah, al-ta`lim, al-ta`dib, dan
al-riyadah. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk melacak terma pendidikan yang
digunakan al-Qur`an dan implikasinya.
a. Term al-Tarbiyyah
Term al-Tarbiyyah secara etimologis merupakan bentuk masdar dari kata rabba
(fi`il madi). Term al-Tarbiyyah, memiliki term turunannya seperti al-Rabb, rabbayani,
nurabbi, ribbiyun dan rabbani yang berjumlah cukup banyak.1 Semua istilah memiliki
makna konotasi berbeda-beda. Apabila al-Tarbiyyah diidentikkan dengan al-Rabb, al-
tarbiyyah berarti pemilik, tuan, yang Maha Memperbaiki, Yang Maha Mengatur,
1
M.Karman, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Hiliana Press: Bogor, 2018, hlm:63
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الرُّلِّ مِهَ السَّحْمَةِ وَقُلْ زَبِّ ازْحَمْهُمَا مَمَا زَبَّيَاوِي صَغِريًا
َقَالَ ألَمْ وُسَبِّلَ فِينَا وَلِيدًا ولَبِثْتَ فِينَا مِهْ عُمُسِكَ سِنِني
2
Ibid, hlm: 67
5 |Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam Terhadap Pendidik dan Peserta Didik
“menjamu” atau “memberi jamuan dengan santun”. Pendapat lain mengatakan, al-
ta`dib merupakan bentuk masdar kata `addaba, berarti mendisipilinkan atau
menanamkan sopan santun, budi pekerti, dan sejenisnya. Pendidikan dalam konteks
al-ta`dib sebagai upaya menjamu, melayani, menanamkan atau mempraktikkan adab
(sopan santun) kepada seseorang (peserta didik) agar berperangai baik dan berdisiplin.
Oleh sebab itu ada sebagian pendapat yang menyatakan al-ta`dib semakna dengan al-
ta`lim yang sama-sama mengandung makna mengajar. Menurut Al-Attas, al-ta`dib
sebagai pengenalan secara bertahap yang ditanamkan kepada peserta didik tentang
wilayah-wilayah yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian
rupa sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan
keagungan Allah dalam tatanan eksistensinya. Pendapat ini dirujukkan pada sabda
Nabi Saw.:
3
Ibid, hlm: 70
6 |Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam Terhadap Pendidik dan Peserta Didik
mengembangkan kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk tingkah laku
yang bernilai positif dalam masyarakat tempat ia hidup.
Sementara dalam Mu’jam al-Wasīṭ karya Ibrāhīm Anīs kata addaba diartikan:
1) Melatihkan perilaku yang baik dan sopan santun.
2) Mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku
sopan, pelatihan atau pembiasaan.
3) Mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplinkan dan memberi tindakan.4
4
Anīs, Mu`jam, h. 9
5
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Pt: Remaja Rosda Karya, Bandung, 2012, hlm: 33.
7 |Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam Terhadap Pendidik dan Peserta Didik
Pendidik berpendapat batu tidak mungkin ditolong menjadi manusia, karena batu
tidak memiliki potensi menjadi manusia. Dari sinilah pendidik mengetahui bahwa
dalam mendidik pendidik itu harus mengetahui potensi-potensi anak didiknya. Kata
“menolong” juga mengkiaskan agar pendidik tidak sombong. Kata “menolong” juga
mengajarkan kepada pendidik bahwa ia mestilah melakukan pertolongan itu dengan
kasih sayang. Kata ini juga mengandung pengertian selalu ke arah yang benar. Jadi,
pendidik harus menolong murid, dan pertolongannya itu harus sesuatu yang benar.
Pendidikan bagi seseorang menurut Agama Islam dimulai sejak buaian sampai liang
kubur. Para ahli pendidikan mengatakan pendidikan berlaku sepanjang hayat. Ahli
lain mengatakan pendidikan tidak pernah berhenti. Dari segi lain, pendidikan ialah
segala yang mempengaruhi seseorang. Segi lain lagi bahwa pendidikan ialah usaha
menolong orang agar ia mampu menyelesaikan masalah yang dihadapannya. Jadi,
selama manusia masih menghadapi masalah yang harus diselesaikan selama itu pula
ia masih menjalani pendidikan.
Adapun konsep filosofis tentang pendidikan Islam, bahwa pendidikan adalah suatu
aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan
seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya di dalam kelas, tetapi
berlangsung di luar kelas. Pendidikan tidak hanya formal tetapi mencakup pula yang
non formal.6
B. Pendidik
1. Pengertian dan Hakikat Pendidik
Pendidik dalam khazanah pendidikan Islam disebut dengan murabbi, mu`alim,
muaddib, mudarris, istilah murabbi berasal dari kata rabba-yarbu, berarti bertambah
dan tumbuh. Pendidik sebagai murabbi berperan membuat pertumbuhan,
perkembangan dan menyuburkan nalar (intelektual) dan afektif (jiwa) peserta didik.
Istilah Muallim berasal dari kata `allam yang berkata dasar `alima, berarti mengetahui.
Pendidik yang ditunjuk dengan muallim menggambarkan sosok yang memiliki
6
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm: 149.
َوَمَا کَانَ املُؤمِنُىنَ لِیَنفِسُوا کَافَّۃً فَلَى الَ وَفَسَ مِه کُلِّ فِسقَۃٍ مِّنہُم طَائِفَۃٌ لِّیَتَفَقَّہُىا فِی الدِّیهِ وَ لِیُنرِزُوا قَىمَہُم اِذَا زَجَعُىا اِلَیہِم لَعَلَّہُم یَحرَزُون
7
M. Karman, Tafsir Ayat-ayat Al-Qur`an, Hiliana Press, Bogor, 2018, hlm: 106
C. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah pihak yang mencari dan menerima pengetahua, pengalaman,
dan nilai itu. peserta didik tidak hanya sebagai obyek, tetapi subyek pendidikan dan
pembelajaran. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik
fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga pendidikan.
Istilah peserta didik dalam bahasa Arab ditunjuk dengan term, yaitu mutarabbi,
muta`aliim, muta`addib, dan mudaris. Term mutarabbi bermakna anak (peserta didik)
yang dijadikan sebagi objek untuk dididik dalam arti diciptakan, dipelihara, diatur,
diurus, diperbaiki, diperbarui melalui kegiatan pendidikan yang dilaukan secara
bersama-sama dengan pendidik (murabbi). Term muta`allim bermakna orang yang
sedang belajar menerima dan memelajari pengetahuan dari seorang pengajar
(muallim) melalui proses kegiatan pembelajaran. Term muta`addib bermakna orang
yang sedang belajar meniru, menyontoh sikap dan perilaku yang sopan dan santun
melalui kegiatan pendidikan dari seorang mu`addib sehingga terbangun dalam dirinya
orang yang berperadaban. Term daris bermakna orang yang berusaha belajar melatih
11 |Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam Terhadap Pendidik dan Peserta Didik
intelektualnya melalui proses pembelajaran sehingga memilih kecerdasan intelektual
dan keterampilan yang dibangun oleh seorang mudarris. Term peserta didik yang
bervariasi tersebut menegaskan bahwa peserta didik itu orang yang sedang
mengalami dan menerima proses pendidikan.
2. Hakikat Peserta Didik
Hakikat peserta didik menurut (Zahara Idris dan H. Lisma Jamal) adalah sebagai
berikut :
a) Peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang.
b) Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan
wawasan pendidikan seumur hidup.
c) Peserta didik adalah pribadi yang memiliki potensi, baik fisik maupun psikologis
yang berbeda-beda sehingga masing-masing merupakan insan yang unik.
d) Peserta didik memerlukan pembinaan individual dan perlakuan yang manusiawi.
e) Peserta didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi
lingkungannya.
f) Peserta didik memiliki kemampuan untuk mandiri.
Menurut Raka Joni menyatakan bahwa hakikat peserta didik didasarkan pada 4 hal
yaitu:
a) Peserta didik bertanggung jawab terhadap pendidikan sesuai dengan wawasan
pendidikan seumur hidup.
b) Memiliki potensi baik fisik maupun psikologi yang berbeda-beda sehingga
masing-masing subjek didik merupakan insan yang unik.
c) Memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.
d) Pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan.
Samsul Nizar dalam “Filsafat Pendidikan Islsm: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis” menyebutkan beberapa deskripsi mengenai hakikat peserta sebagai berikut.
8
Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2010,
hlm: 51.
A. Kesimpulan
Pendidikan dalam agama Islam, memiliki beberapa istilah yang mencakup tentang
maknanya masing-masing, diantara term tersebut yaitu al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib.
Al-tarbiyyah mencakup proses pengembangan yang paripurna untuk potensi yang
dimiliki oleh individu dalam segala aspek baik dari pengetahuan maupun moral yang
mendidik peserta didik. Al-ta`lim hanya mencakup pengajaran seorang pendidik
terhadap peserta didik. Sedangkan al-ta`dib mencakup akhlak atau budi pekerti
peserta didik. Pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam. Dalam perspektif
pendidikan islam peserta didik merupakan subjek dan objek. Peserta didik merupakan
orang yang menerima sesuatu dari pendidik melalui proses al-tarbiyyah, al-ta`lim, al-
ta`dib. Oleh karena itu proses kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan
peserta didik di dalamnya.
B. Kritik dan Saran
Dengan dipresentasikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Pendidikan Bahasa
Arab UIN Bandung sebagai calon pendidik dapat mengetahui hakikatnya menjadi
pendidik yang baik dan bertanggung jawab sebagai pendidik sehingga terciptanya
proses belajar mengajar yang baik dan membuahkan hasil yang maksimal. Kami
menyadari, bahwa dalam pembuatan makalah ini, terdapat banyak kekurangan,
diharapkan pembaca memberi saran yang membangun guna pembuatan makalah yang
lebih baik di masa yang akan datang.