Anda di halaman 1dari 6

TAFSIR QURAN SURAH AN-NISA AYAT 170 TENTANG

OBJEK PENDIDIKAN

Disusun oleh :
Rina Hilmina (180101030466 )

Mata Kuliah :
Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu :
Mardhiya Agustina, S. Th. I, M. Pd. I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
BANJARMASIN
2020
A. Pendahuluan
Makalah ini berisi salah satu ayat yang membahas tentang objek pendidikan yaitu
Q.S An Nisa ayat 170. Dalam makalah ini nantinya akan dipaparkan tafsir tentang ayat
tersebut, selain itu kita juga akan melihat aspek nilai yang terdapat dalam ayat tersebut. Saya
harap makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan serta menambah keimanan kita
kepada Allah SWT.
B. Pembahasan
Manusia adalah inti dari pendidikan, oleh karenanya hanya dengan pendidikan
manusia dapat menggapai tujuan-tujuan tertentu. Seorang pendidik akan sangat terbantu
dalam profesinya jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah dasar
manusia sebagaimana halnya seorang pandai besi atau pun pelukis yang harus mengenal
karakteristik material yang dihadapinya. Praktek-praktek pendidikan akan gagal kecuali
dibangun atas konsep yang jelas mengenai fitrah manusia.1 Berikut ini adalah ayat yang
membahasa tentang manusia sebagai objek pendidikan. Firman Allah SWT pada Q.S. An-
Nisa ayat 170 yang berbunyi:
          
              
Terjemah:
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik
bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha bijaksana.” (An-Nisa’ 170)”

Tafsir ayat di atas:


Menurut ibnu katsir, tafsir Surah An Nisa ayat 170 sebgai berikut.2
           
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) Itu kepada kalian
dengan(membawa) kebenaran dari tuhan kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian.”

1
Darmadji, “Tafsir Al-Qur’an Tentang Teori Pendidikan Islam: Persepektif Pendidikan Islam di
Indonesia”, Hermeneutik, Vol. 7, No.1, Juni 2013, hal: 179.
2
etik herdiningsih dan untung pranyoto, “tafsir ayat al quran tentang Anak Didik”,
(STAI Ma’arid Way Kanan, Baradatu, 2019), hal: 3-4.
Telah datang Nabi Muhammad SAW, kepada kalian dengan membawa hidayah,
agama yang hak, berimanlah kalian kepada apa yang didatangkannya kepada kalian dan
ikutilah dia, niscaya hal itu baik bagi kalian. Ayat di atas menegaskan bahwasanya kita
seluruh umat manusia diseru agar mengikuti ajaran yang di bawa Rasul SAW. Kehadiran
Rasul yang dinyatakan datang kepada kamu serta pernyataan dimaksudkan sebagai motivasi
pembaca agar menerima siapa yang datang itu dan menerima apa yang dibawanya. Kerena,
jika sesuatu datang menemui seseorang dan membawa sesuatu yang bermanfaat kepadanya
ini menunjukaan perhatian kepada mereka, sekaligus menjadi sangat wajar, bahkan wajib
kita yang di datanginya menyambut dangan gembira. Dari ayat di atas dapat difahami juga
bahwa segala sesuatu yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW adalah benar.3
        
“Dan jika kalian kafir, (maka kekafiran itu tdak merugikan sedikitpun kepada Allah), karena
sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.”

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah tidak peduli dengan orang yang kafir karena
hal itu tidak menguntungkan sama sekali bagi-Nya karena Allah Maha Kaya atas segal-
galanya tidak butuh iman manusia, Allah Maha Kuasa untuk membalas perbuatan mereka
yang ingkar, dan melakukan perbuatan maksiat, karena Allah yang memiliki kekuasan di
langit dan di bumi, bahkan orang kafirlah yang merugi mereka tidak mengikuti kebenaran
dan berusaha menghalang-halangi orang lain untuk mengikuti kebenaran. 4 Dengan kata lain,
Dia tidak memerlukan kalian dan iman kalian, dan Dia tidak terkena mudarat karena
kekafiran kalian. Perihalnya sama dengan makna ayat lain, yaitu:
             
“Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari
(nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya5 lagi Maha Terpuji".”(Q.S. Ibrahim:8)
  
“Dan Allah Maha Mengetahui”

3
Lailatis Saidah, Skripsi, “Makna Quran Surah An Nisa Ayat 170 dalam Perspektif Islam”,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012), hal: 60.
4
Ibid., hal: 58
5
Maksudnya: Allah tidak memerlukan syukur hamba-hamba-Nya.
Allah maha mengetahui siapa yang taat dan siapa yang durhaka. 6 Terhadap orang yang
berhak memperoleh hidayah dari kalian, maka Dia memberinya hidayah, dan terhadap orang yang
berhak mendapat kesesatan, lalu Dia menyesatkannya.


“Lagi Maha Bijaksana.” Yaitu memperlakukan setiap hamba-Nya sesuai dengan perlakuan yang
wajar lagi pada tempat-Nya yang sesuai.7

Penjelasan Tarbawi8
Maka manusia baik yang muslim maupun non muslim merupakan objek dakwah dan
tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan, bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan
kekerasan dan perang, tetapi dengan jalan yang hikmah, mauidzoh hasanah, dan argumen yang
bertanggung jawab.
Dengan demikian, sesungguhnya ayat ini berkaitan dengan objek pendidikan secara global,
yaitu seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Artinya menjadi kewajiban setiap muslim untuk
memiliki misi mendidik seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah dalam surat
Ali Imran: 110, bahwasanya umat Islam adalah khaira ummah atau umat yang terbaik.

Aspek nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S An-Nisa ayat 170:9
Kata “Rasul” yang terdapat pada Q,S an Nisa ayat 170 tersebut, ada empat aspek tentang
ilmu pendidikan yang dapat kita kaji bersama.
Pertama, makna kerasulan tersebut mengingatkan tentang, pentingnya pendidikan akhlak.
Hal ini dapat dipahami dari misi yang dibawa oleh para Rasul yang pada intinya adalah pembinaan
akhlak. Nabi Muhammad SAW dengan tegas menyatakan bahwasanya Aku diutus ke muka bumi
hanyalah untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak yang dimaksud disini bukanlah kajian teoritis
filosofis tentang etika sebagaimana yang dijumpai dalam kajian mengenai filsafat etika, melainkan
contoh prilaku nyata dalam berbagai aspek kehidupan yang disertai dengan nilai-nilai luhur. Dalam
bidang ekonomi misalnya ditegakkan akhlak berupa pemerataan, anti monopoli, menggunakan harta
tidak terlalu berlebihan atau untuk tujuan-tujuan keburukan, diperoleh dengan cara yang halal dan
baik, dan digunakan dengan cara yang baik. Dalam bidang sosial ditegakkan akhlak kesederajatan
6
M. Daud Yahya, “Nilai-nilai Pendidikan dalam Ayat Al Quran”, (Banjarmasin: ANTASARI PRESS
, 2015), hal: 145.
7
Ibid., hal: 145.
8
Etik Herdiningsih dan Untung Pranyoto, “Tafsir ayat Al Quran tentang Anak Didik”, (STAI Ma’arid
Way Kanan, Baradatu, 2019), hal: 4-5.
9
M. Daud Yahya, “Nilai-nilai Pendidikan dalam Ayat Al Quran”, (Banjarmasin: ANTASARI PRESS
, 2015), hal: 146-148.
(egaliter), saling menolong atas dasar keimanan dan ketakwaan, anti rasial, anti kasta, dan
sebagainya. Dalam bidang politik ditegakkan akhlak kejujuran, amanah, keadilan, musyawarah,
melindungi kaum yang lemah, tanggung jawab dan demokratis. Dalam bidang hukum ditegakkan
akhlak keadilan, kesamaan, tanpa pilih kasih, manusiawi, tanggung jawab dan amanah. Dalam
bidang kebudayaan ditegakkan akhlak kesucian jiwa, cenderung kepada kebenaran, jauh dari
memperturutkan hawa nafsu dan sebagainya. Akhlak. Yang demikian itulah yang selanjutnya harus
dijadikan sebagai bagian pokok dari materi pendidikan Islam.

Kedua, makna kerasulan tersebut juga mengingatkan tentang pentingnya mentaati guru. Para
rasul yang diutus oleh Allah adalah guru bagi kaumnya. Allah menyuruh umat manusia mentaati
Rasul. Ini berarti Allah menyuruh umat manusia mentaati guru, dan jangan sekali-kali
menentangnya. Ketaatan kepada guru ini adalah terkait dengan peran guru sebagai agen ilmu
pengetahuan, bahkan agen spiritual. Dalam persepsi ahli pendidikan yang menggunakan paradigma
tasawuf terdapat kesimpulan bahwa para guru adalah agen spiritual dan agen ilmu dari Allah.

Ketiga, makna kerasulan tersebut juga mengingatkan tentang pentingnya profesionalisme


bagi seorang guru. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa seorang guru yang
profesional adalah guru yang selain menguasai materi pelajaran dengan sebaik-baiknya dan mampu
menyampaikan materi pelajaran tersebut secara efektif dan efisien, juga harus memiliki akhlak yang
mulia dan berkepribadian yang mulia. Seorang guru harus mengamalkan nilai-nilai luhur yang
diajarkan kepada siswanya dan punya hubungan baik dengan siswanya. Hal yang demikian dapat
dipahami dan sikap yang diperlihatkan para Rasul. Mereka itu selain menguasai dengan baik ajaran
Allah yang harus disampaikan kepada umat manusia; serta dapat menyampaikannya secara efektif
dan efisien juga berakhlak mulia, punya kemampuan komunikasi (human relation) yang bagus, baik
terhadap keluarga, sahabat, kaum muslimin bahkan musuh sekalipun. Beliau seorang pemimpin
dunia akhirat yang dianggap sukses dan paling berpengaruh di seantero dunia. Beliau mempunyai
Kecerdasan Intelektual, Emosional, Sosial, Adversity, Integritas, Kapabilitas, Akseptabilitas, Fisik
Sehat Prima, Fitrah, Spiritual, ringkasnya Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelligence) yang
komprehensif dan tinggi. Sikap dan sifat yang ada pada Rasul adalah dengan ciri-ciri professional
bagi seorang guru. Keberhasilan Rasulullah SAW dalam mengemban ajaran Allah itu menunjukkan
bahwa beliau adalah seorang guru yang profesional. Ada istilah kompetensi personal, kompetensi
interpersonal, kompetensi pedagogik, kompetensi profesionalitas, bahkan kompetensi
kepemimpinan-keagamaan.
Keempat, makna kerasulan tersebut juga mengingatkan tentang, banyaknya tugas yang harus
dilaksanakan oleh seorang guru. Ia bukan hanya sebagai menyampai ilmu pengetahuan dan ajaran-
ajaran, melainkan ia juga sebagai pengawal moral dan sebagai teladan. Selain itu ia juga. harus
tampil sebagai reformer, pembaharu, inovator, guru bangsa, pejuang, pekerja keras, wiraswasta,
orang tua yang baik dan bertanggung jawab, sahabat yang setia, hakim yang adil, pemimpin yang
bijaksana, dan sebagainya.

C. Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas kita ketahui bahwa manusia adalah objek pendidikan. Di
dalam ayat Al Quran Surah An Nisa: 170 dijelaskan bahwa kita dianjurkan untuk mengikuti ajaran
yang telah disampaikan oleh Rasullah SAW. Tidak ada alasan bagi kita untuk menolak karena
bahwasanya ajaran yang dibawa Rasul itu adalah benar.

D. Daftar pustaka
Darmadji, 2013. “Tafsir Al-Qur’an Tentang Teori Pendidikan Islam: Persepektif Pendidikan Islam
Di Indonesia”, Hermeneutik, Vol. 7, No.1.
Herdiningsih, Etik, dan Untung Pranyoto, 2019. “Tafsir ayat Al Quran tentang Anak Didik”,
Baradatu, STAI Ma’arid Way Kanan.
Saidah, Lailatis. Skripsi, 2012.“Makna Quran Surah An Nisa Ayat 170 dalam Perspektif Islam”,
Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Yahya, M. Daud. 2015. “Nilai-nilai Pendidikan dalam Ayat Al Quran”, Banjarmasin: ANTASARI
PRESS.

Anda mungkin juga menyukai