Oleh:
PAI – 6/ SEMESTER IV
NURHALIZA (0301171304)
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surah al-‘Alaq merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada
Muhammad saw sebagai penanda kenabian dan kerasulannya. Sebagian besar
ulama sepakat bahwa surah al-Alaq 1-5 adalah wahyu pertama yang
diturunkan Allah swt kepada Muhammad saw saat usia 40 tahun ketika
sedang berada di gua Hira, tepatnya pada hari senin, tanggal 17 Ramadhan
dalam hitungan Hijrah. Dalam wahyu pertama ayat 1-5 ini terkandung
informasi yang sangat penting dan mendasar bagi umat manusia. Informasi
tersebut berkenaan tentang membaca, meneliti, Rabb (Tuhan), penciptaan
manusia (khalaqa), pendidikan dan pengajaran, insan, ‘alam atau ‘ilmu dan
kemuliaan.
Sebagai surah yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
yang mengubah peradaban Arab yang semula merupakan peradaban
masyarakat Jahiliyah menjadi bentuk peradaban masyarakat Islam yang
menguasai 2/3 wilayah dunia. Surah Al-‘Alaq merupakan sesuatu yang
istimewah bagi umat manusia, karena sebagi titik awal perubahan peradaban
yang besar didunia dan turunnya Islam.
Keistimewaan yang terkandung di dalam surah Al-‘Alaq, seharusnya
menjadikan umat Islam dapat menghayati, memahami makna,
memperdalamnya, dan mengamalkan surah Al-‘Alaq, maka akan terjadi
perubahan yang sangat luar biasa dalam diri umat Islam itu sendiri. Ayat yang
mengawali perjuangan perubahan sosial yang dilakukan oleh para rasul dan
sahabatnya. Yang melawan pemikiran-pemikiran yang tahayul dan penuh
dengan kebodohan menjadi pemikiran yang ilmiah dan rasional.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode guru dalam mengenalkan surat Al-‘Alaq kepada
siswa ?
2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai surat Al-‘Alaq ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui metode guru dalam mengenalkan surat Al-‘Alaq kepada
siswa
2. Mengetahui pemahaman siswa mengenai surat Al-‘Alaq
2
BAB II
KAJIAN TEORI
الر ِح ِيم
الرحْ َم ِن ه بِس ِْم ه
َّللاِ ه
3
Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). (17) Kelak kami
akan memanggil malaikat Zabaniyah. (18) Sekali-kali jangan, janganlah
kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada
Tuhan). (19).” (QS. Al-‘Alaq/96: 1-19).
1
Ibn Jarir A-Thabari, Tafsir Jami' al Bayan (Jakarta: dalam Software Maktabah Syamilah,
2005), h. 519.
4
membaca yang tersirat ataupun yang tersurat, fenomena alam, kondisi dan
situasi ataupun tulisan yang dapat dibaca baik itu sakral atau tidak.
Huruf ba’ pada kata di atas ada yang menyatakan dimaknai dengan
penyertaan, sehingga ayat tersebut berarti bacalah dengan disertai nama
Tuhanmu. Sedangkan kata rabb berarti Tuhan. Pada mulanya akar kata ini
adalah seakar dengan kata tarbiyah yang berarti mendidik atau
memelihara, namun jika berdiri sendiri maka bermakna Tuhan. Dalam
ayat pertama ini tidak ditemukan lafadz Allah. Hal itu dimaksudkan untuk
melunakkan pandangan kaum musyrikin terhadap Islam.
Kata khalaqa berarti menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu,
berbeda dengan ja‘ala yang mengandung penekanan manfaat yang harus
diperoleh. Maka obyek khalaqa lebih umum dan mengindikasikan bahwa
Allah sebagai pencipta, bukan hanya pembuat. Sedangkan fungsi alladh̄i
khalaqa, adalah untuk membuat agar orang kafir mengetahui bahwa Allah
atau Tuhanlah yang menciptakan bukan berhala mereka. Jadi fungsinya
sebagai penegak tauhid kepada Allah dan mementahkan keyakinan orang
kafir.2
ٍ َعل
)2 : ق ( العلق ِ ْ ََخلَق
َ اْل ْن
َ سانَ ِم ْن
2
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, vol 15 (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), h. 392.
5
uns atau senang, jinak dan harmonis, atau dari kata nisy yakni lupa. Akar
kata nisy inilah yang tepat, karena memang benar jika manusia tersebut
bersifat pelupa. Kata insan ini menunjukkan bahwa manusia itu
merupakan makhluk yang hebat, karena tersusun dari dua jenis, yaitu
jasad dan ruh. Insan dikhususkan disebut, karena insan adalah makhluk
yang paling mulia di bumi, bukan yang lain. Maka dari itu manusia harus
tahu diri dan selalu menunaikan tugasnya dengan beribadah kepada
Allah.3
Kata ‘alaqa dalam terjemahan diartikan dengan segumpal darah.
Sedangkan dalam konteks penafsiran terdapat beberapa arti, yaitu darah
beku, tanah yang melekat di tangan, sesuatu yang hitam seperti cacing
besar yang terdapat di dalam, dan jika diminum oleh seekor binatang akan
menggantung di kerongkongan binatang tersebut.
Dalam konteks pendidikan, pendidikan atau pengembangan ilmu
pengetahuan itu harus sesuai dengan fitrah manusia, dimana dalam ayat
ini Allah menyebutkan perintah membaca lalu mengingatkan dengan
kejadian manusia yang diciptakan oleh-Nya. Secara etimologis, kata
fittrah yang berasal dari berarti “ciptaan” atau “penciptaan”. Disamping
itu, kata fittrah juga berarti sebagai “sifat dasar atau pembawaan”, berarti
pula “potensi dasar yang alami”.4 Kata fitrah tersebut diisyaratkan dalam
firman Allah swt, sebagai berikut:
3
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, Tafsir Bakhr al-Mukhit, juz 10, (Jakarta: Dalam
Software Maktabah Syamilah, 2005), h. 500.
4
Erwati Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2003), h. 10.
6
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-
Ruum/30 :30).
5
Al-Syaukani, Fath al-Qadir, juz 8 (Jakarta: Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005), h.
28.
7
4. Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 4-5
ْ سانَ لَ َي
)7-6 : ( العلق. أ َ ْن َرآَهُ ا ْست َ ْغنَى. طغَى ِ ْ َك هَّل ِإ هن
َ اْل ْن
6
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, vol 15 (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), h. 401.
8
merasa bahwa dirinya serba cukup dan mampu sehingga tidak
membutuhkan orang lain.
Kata kalla dalam ayat tersebut berfungsi sebagai penolakan terhadap
orang-orang yang kafir yang tidak menggunakan nikmat dan potensi
dengan ismi rabbika. Maka dapat disimpulkan bahwa kata tersebut
berindikasi pada ancaman bagi manusia yang telah melampaui batas,
karena manusia tersebut merasa bahwa dirinya mampu.
Kata layathgha berasal dari kata thagha yang pada mulanya
bermakna meluapnya air sehinga mencapai tingkat kritis atau
membahayakan. Selanjutnya kata ini dipahami dengan melampaui batas,
seperti sifat kufur, sewenang-wenang terhadap manusia.
Kata istaghna terambil dari kata ghaniya yang antara lain berarti
tidak butuh, memiliki banyak harta, kaya. Sementara itu, jika
digabungkan dengan kata ra’a yang berarti melihat atau pendapat
sementara. Maka dapat diartikan manusia telah menganggap bahwa
dirinya kaya dan tidak membutuhkan orang lain, sehingga menjadikan
manusia tersebut sombong dan suka menganiaya orang lain.
9
namun pesona yang dikandungnya adalah bentuk ketiga, jadi bermakna
umum.
Kata al-ruj’a berasal dari raja‘a yang berarti kembali. Al-Razi
memahaminya dengan manusia yang melakukan kesewenang-wenangan
akan dikembalikan Allah kepada keadaan kekurangan, kemiskinan dan
ketiadaan, sebagaimana keadaan sebelum ia melakukan sewenang-
wenangnya itu. Sedangkan Sayyid Qutub, memahaminya bahwa ayat ini
merupakan kaidah dari dasar pengertian iman, yaitu kaidah kembali
kepada Allah. Kembali kepadaNya dalam segala hal dan urusan, segala
niat dan gerak, karena tidak ada tempat kembali lagi selain kepada Allah.
Namun yang dimaksud kembali disini adalah kembali setelah manusia
mati atau setelah hari kiamat, kemudian manusia mempertanggung
jawabkan semua amal mereka.7
7
Ibid., h. 405.
10
dirangkaikan dengan kata ara’aita maka akan berarti beritahulah aku atau
meminta pendapat yang bertujuan untuk mengecam siapa atau apa saja
yang disebutkan sesudah kalimat itu. Sedangkan kata yanha berasal dari
kata nahyu yang artinya larangan atau pencegahan. Implikasinya adalah
pekerjaan yang dikenai kata tersebut tidak boleh dilakukan lagi.
Sedangkan ‘abdan merupakan kata yang berarti hamba. Kata tersebut
berfungsi untuk merendah dan bersifat umum. Maksudnya tidak hanya
tertuju pada peristiwa pada masa Nabi Muhammad.8
8
Louis Makhluf, Kamus al- Munjid fi al-Lughah (Bandung: Erlangga Press, 1977), h. 192.
11
9. Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 13
12
11. Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 15-16
ِ َاص َي ٍة َكا ِذ َب ٍة خ
)16-15 : ٍ ( العلق.َاطئ َة ِ َك هَّل لَئِ ْن لَ ْم يَ ْنت َ ِه لَنَ ْسفَعَ ْن بِالنه
ِ ن.اص َي ِة
13
hukuman bila kesalahan atau pelanggaran tersebut dilakukan berkali-
kali.9
ع ه
)18-17 : َ ( العلق.الزبَانِيَة ُ سنَ ْد ُ فَ ْليَ ْد
َ .ُع نَا ِديَه
)19 : َك هَّل ََل ت ُ ِط ْعهُ َوا ْس ُج ْد َوا ْقت َِربْ ( العلق
9
A. Baiquni, Ensiklopedi Al-Qur'an I (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 2002). h.
112.
14
dirimu kepada Allah. Kata sujud secara bahasa berarti ketundukan dan
kerendahan diri. Kadang digunakan dengan arti menundukkan kepala,
juga dalam arti mengarahkan pandangan terhadap sesuatu.
Bahasa Arab sering kali menunjuk satu bagian tertentu guna
menggambarkan keseluruhan anggota yang berkaitan dengan bagian itu.
Maka dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia yang beriman
untuk selalu beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.10
15
Muhammad adalah Iqro’ artinya, bacalah. Perintah membaca dalam hal
ini sangat besar manfaatnya, terutama jika dimulai sejak dini.11
11
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 52.
16
d) Mengulang hafalan sampai benar-benar lancar
e) Tasmi’12
12
Ibid., h. 78.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan dengan teknik penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian sekedar untuk menggambarkan suatu variabel yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar
variabel. Penelitian kualitatif ini adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yaitu kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.13
Dalam hal ini penulis menjelaskan data-data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga masalah mengenai
mengenal surah Al-‘Alaq dengan menggunakan metode Iqra’ dan Takrir di
salah satu sekolah yang beralamat di MIS Yayasan Pendidikan Khadijah Jalan
Sei Blumai desa Dagang Kelambir Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
dapat terselesaikan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian dilakukan.
Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif, karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti
objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam
melakukan penelitian. Lokasi ini bisa diwilayah tertentu atau suatu lembaga
atau yayasan. Untuk memperoleh data primer, penulis melakukan penelitian di
MIS Yayasan Pendidikan Khadijah Desa Dagang Kelambir Jalan Sei Blumai
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 283.
18
C. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, data yang diperlukan untuk dianalisis adalah data
kegiatan siswa dan kegiatan guru.
1. Sumber data
a. Siswa
Dalam hal ini untuk mendapatkan data tentang pemahaman siswa
melalui metode Iqra’ dan metode Takrir pada mata pelajaran Alquran
Hadis materi mengenal surah Al-‘Alaq.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan guru dalam mengenalkan surah
Al-‘Alaq kepada siswa dengan menerapkan metode Iqra’ dan Takrir
pada mata pelajaran Alquran Hadis materi surah Al-‘Alaq.
19
b. Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar dalam pembelajaran Alquran Hadis selama ini, serta
menemukan kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama proses
pembelajaran.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berita yang berupa
dokumen yang ada pada lembaga atau instansi yang terkait atau
bahan-bahan yang tertulis yang berkaitan dengan situasi latar
belakang obyek penelitian. Seperti mengenai jumlah siswa, guru,
dan lain-lain. Yang akan diperoleh dari kantor sekolah MIS Yayasan
pendidikan Khadijah Jl. Sei Blumai desa Dagang Kelambir Tanjung
Morawa.
20
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Profil Madrasah
a) Tentang Yayasan
Yayasan Pendidikan Khadijah adalah madrasah swasta dibawah
Kementrian Agama yang didirikan pada Januari 2007, yang
beralamatkan jalan Sei Blumai Desa Dagang Kelambir Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Yayasan pendidikan ini
mengasuh beberapa tingkatan pendidikan seperti MIS dengan
akreditasi B, Mts dengan akreditas B, dan MDA yang masih
mendaftarkan kedalam akreditasi dan dengan visi misinya.
21
b) Jumlah siswa dan guru
Madrasah ini memiliki total 28 tenaga pendidik dan siswa
yang setiap kelas tidak dapat di sama ratakan dengan kelas 5 yang
terdiri dari 37 siswa, jadi total siswa secara keseluruhan lebih kurang
adalah untuk pendidikan Madrasah Ibtidaiyyahnya adalah 189 siswa
dan siswi.
c) Prestasi Sekolah
22
B. Temuan Khusus
1. Metode guru dalam mengenalkan surah Al-‘Alaq kepada siswa
23
2. Pemahaman siswa terhadap metode yang diajarkan guru
24
guru kepada siswanya mengenai mampukah siswa mengenal surah Al-
‘Alaq beserta isi kandungannya kurang dapat dimengerti oleh siswa. Guru
harus lebih ekstra dalam menanamkan pemahaman kepada siswa dan
harus dapat menggunakan metode yang lebih baik lagi.
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan oleh gurunya yaitu
tentang mengenal Alquran surah Al-‘Alaq, secara keseluruhan tidak semua siswa
yang ada di kela 5 MIS Yayasan Pendidikan Khadijah dapat menguasai materi
yang diberikan oleh gurunya ataupun arahan untuk menghafalkan dan memahami
isi kandungan surah Al-‘Alaq. Yang dapat menguasai dari penyampaian gurunya
hanya yang berprestasi dalam sepuluh besar saja.
B. Saran
Sebaiknya guru dalam menyampaikan isi materinya harus memperhatikan
dan mempertimbangkan kembali strategi apa yang paling tepat untuk digunakan
dalam proses pembelajaran dan pemahaman mengenai Alquran suah Al-‘Alaq.
Sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajarnya dan tertarik kepada materi
yang kita sampaikan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf. Tafsir Bakhr al-Mukhit, juz 10. Jakarta:
Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005.
Al-Syaukani. Fath al-Qadir, juz 8. Jakarta: Dalam Software Maktabah Syamilah,
2005.
Aziz, Erwati. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2003.
Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur'an. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Baiquni, A. Ensiklopedi Al-Qur'an I. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa,
2002.
Ibn Jarir A-Thabari. Tafsir Jami' al Bayan. Jakarta: dalam Software Maktabah
Syamilah, 2005.
Makhluf, Louis. Kamus al- Munjid fi al-Lughah. Bandung: Erlangga Press, 1977.
Sa’dulloh. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, vol
15. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007.
27